Anda di halaman 1dari 10

MATERI KAS DAN REKONSILIASI BANK

5. Kas

5.1 Pengertian Kas

Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield dalam bukunya yang berjudul
Akuntansi Intermediate menjelaskan bahwa kas yaitu aktiva yang paling likuid merupakan media
pertukaran standard dan dasar pengukuran serta akuntansi untuk semua pos pos lainnya. Pada
umumnya kas diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kas terdiri dari uang logam, uang kertas
dan dana yang tersedia pada deposito bank. Instrument yang dapat dinegosiasikan seperti pos
wesel, cek yang disahkan, cek kasir, cek pribadi dan wesel bank juga dipandang sebagai kas.
Bank memang memiliki hak legal untuk meminta pemberitahuan sebelum penarikan. Akan tetapi
karena pemberitahuan sebelumnya jarang diminta oleh bank dalam praktik maka rekening
tabungan juga dipandang sebagai kas. Dana pasar uang, sertifikat tabungan pasar uang, sertifikat
deposito dan jenis deposito serupa serta “surat atau kertas berharga jangka pendek yang
menyediakan peluang bagi investor kecil untuk mendapatkan suku bunga yang tinggi lebih tepat
diklasifikasikan sebagai investasi sementara ketimbang kas. Alasannya adalah bahwa sekuritas
ini biasanya mengandung restriksi atau penalty pada saat dikonversikan menjadi kas. Namun
dana pasar uang yang memberikan hak istimewa pada rekening koran biasanya diklasifikasikan
sebagai kas. Pos-pos tertentu dapat menimbulkan masalah klasifikasi: cek mundur dan IOU (bon
utang) diperlakukan sebagai piutang. Uang muka perjalanan juga diperlakukan sebgai piutang
jika uang muka ini ditagih dari karyawan atau dikurangkan dari gaji mereka. Jika tidak uang
muka perjalanan diklasifikasikan sebagai beban di bayar dimuka. Perangko pos yang ada di
tangan diklasifikasikan sebagai bagian dari persediaan perlengkapan kantor atau sebagai beban
di bayar di muka. Dana kas kecil dan uang kembalian atau dana pertukaran dimasukan dalam
aktiva lancar sebagai kas karena dana ini digunakan untuk memenuhi beban operasi berjalan dan
melikuidasi kewajiban lancar.

5.2 Manajemen dan Pengendalian Kas


Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield dalam bukunya yang berjudul
Akuntansi Intermediate menjelaskan bahwa kas merupakan aktiva yang paling rentan untuk
disalahgunakan. Manajemen biasanya menghadapi dua masalah akuntansi untuk transaksi kas
yaitu :

1. Pengendalian yang tepat harus ditetapkan untuk menjamin bahwa tidak ada transaksi yang
tidak diotorisasi dicatat oleh pejabat atau karyawan

2. Menyediakan informasi yang diperlukan untuk mengelola kas yang ada di tangan transaksi kas
dengan tepat

Dengan adanya perangkat pengendalian yang canggih sekalipun sayangnya belum tentu mampu
menghindari kesalahan. Contohnya The Wall Street Journal pernah menyajikan sebuah artikel
yang berjudul “Kisah Kesalahan Sebesar $7,8 Juta Berakhir dengan Happy Ending Bagi sebuah
Bank yang Ketakutan”. Ini menggambarkan bagaimana Manufacturers Hanover Trust Co. secara
tidak sengaja memberikan dividen tunai sebesarn $7,8 juta lebih tinggi kepada para pemegang
sahamnya. Kemudian uang itupun dikembalikan. Dibutuhkannya pengendalian internal atau
internal control yang efektif untuk melindungi kas dan menjamin kekuratan catatan akuntansi
untuk kas. Provinsi dari Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 meminta untuk memperkeras upaya
meningkatkan kualitas pengendalian internal untuk kas dan aktiva lainnya. Upaya tersebut
diharapkan dapat menghasilkan perbaikan pelaporan keuangan Dalam kurun waktu 5000 tahun
hanya empat kali kita mengganti cara pembayaran-barter menjadi uang koin,uang koin menjadi
uang kertas,uang kertas menjadi cek,dan kemudian menggunakan kartu. Baru sejak tahun
1995,jumlah barang yang dibeli konsumen Amerika dengan menggunakan kartu plastik
meningkat 430 persen. Pada tahun 2003,untuk pertama kalinya pembelian di Amerika lebih
banyak menggunakan kartu dibandingkan secara tunai. Selain itu,perdagangan secara elektronik
atau e-commerce yang dilakukan melalui internet juga tumbuh pesat. Setiap kecenderungan ini
menyebabkan peralihan dari kas murni ke kas digital dan menimbulkan tantangan baru dalam
pengendalian kas.

5.3 Pelaporan Kas

Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield dalam bukunya yang berjudul
Akuntansi Intermediate menjelaskan bahwa walaupun pelaporan kas secara relatif bersifat
langsung, namun terdapat sejumlah masalah yang perlu mendapat perhatian khusus. Masalah-
masalah ini berhubungan dengan pelaporan: (1) Kas yang dibatasi atas restriktif; (2) Overdarft
bank; (3) Ekuivalen kas.

Kas yang Dibatasi atau Restriktif

Kas kecil, pengajian, dan dana deviden adalah contoh-contoh kas yang disisihkan untuk tujuan
tertentu. Dalam sebagian besar situasi saldo dana ini tidak material dan karenanya tidak
dipisahkan dari kas ketika dilaporkan dalam laporan keuangan. Jika jumlahnya material, maka
kas yang dibatasi dipisahkan kas “reguler” untuk tujuan pelaporan. Kas yang dibatasi (restricted
cash) diklasifikasikan dalam kelompok Aktiva lancar dan Aktiva jangka panjang, tergantung
pada tangggal ketersediaan atau pengeluaran. Klasifikasi dalam kelompok Aktiva lancar adalah
tepat jika kas digunakan (dalam satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih panjang)
untuk membayar kewajiban yang ada atau jatuh tempo. Pada sisi lain, jika kas dipegang untuk
periode waktu yang lama, maka kas yang dibatasi ditampilkan dalam kelompok jangka panjang
dari neraca. Kas yang diklasifikasikan dalam kelompok jangka panjang biasnya ditunjukan untuk
perluasan pabrik, pelunasan utang jangka panjang, atau dalam kasus Internasional Thoroughded
Bredrs, untuk pencatatan biaya deposito. Bank dan institusi pemberi pinjaman lainnya seringkali
mewajibkan para nasabah yang meminjam uang kepada mereka untuk mempertahankan saldo
kas minimum dalam rekening giro atau tabungan. Saldo minimum ini, yang dinamakan saldo
kompensasi (compensating balances) didefinisikan oleh SEC sebagai “bagian dari rekening giro
(atau setiap deposito berjangka atau sertifikat deposito) yang diselenggarakan oleh sebuah
korporasi yang merupakan pendukung atas kesepakatan kredit yang terjadi anatara korporasi
dengan institusi pemberi pinjaman. Kesepakatan semacam itu mencakup baik pinjaman yang
beredar maupun kepastiam tentang ketersediaan kredit di masa depan”. Untuk menghindari
kesalahpahaman investor mengenai jumlah kas yang tersedia guna mematuhi kewajiban yang
berulang SEC merekomendasikan agar deposito yang dibatasi secara illegal (legally restricted
deposits) yang disimpan sebagai saldo kompensasi terhadap kesepakatan pinjaman jangka
pendek diasajikan secara terpisah di antara pos-pos “kas dan ekuivalen-kas” dalam Aktiva
Lancar. Deposito restriktif yang disimpan sebagai saldo kompensasi terhadap kesepakatan
peminjaman jangka panjang harus di klasifikasikan secara terpisah sebagai aktiva tidak lancar,
baik dalam kelompok Investasi atau Aktiva lainnya, dengan menggunakan judul seperti “Kas
pada Deposito yang Disimpan sebagai Saldo Kompensasi.” Dalam kasus di mana terdapat
ketentuan daldo kompensasi tanpa perjanjian mengenai penggunaan kas yang dilaporkan pada
neraca, ketentuan dan jumlah yang terlibat harus diungkapkan dalam catatan.

Overdarft Bank

Overdraft bank (bank overdarfts) terjadi apabila suatu cek ditulis dalam jumlah yang melebihi
rekening kas. Hal itu harus dilaporkan dalam kelompok kewajiban lancar dan biasanya di
tambahkan ke dalam jumlah yang dilaporkan sebagai utang usaha. Jika material, maka pos ini
harus diungkapkan secara terpisah pada bagian depan neraca dalam catatan yang berhubungan.
Overdraft bank umumnya tidak dioffset terhadap akun kas. Pengecualian utamanya adalah
apabila kas tersedia pada akun lainnya di bank yang sama di mana overdraft tersebut terjadi.
Dalam kasus ini, diperlukan pengoffsetan.

Ekuivalen Kas

Klasifikasi lancar yang semakin popular dewasa ini adalah “kas dan ekuivalen-kas.” Ekuivalen
kas (cash equivalents) merupakan investasi jangka pendek yang sangat likuid, yang (1) segera
bisa dikonversi menjadi sejumlah kas yang diketahui, dan (2) begitu dekat dengan jatuh
temponya sehingga resiko perubahan suku bunga tidak signifikan. Pada umumnya, hanya
investasi dengan jatuh tempo awal 3 bulan atau kurang yang memenuhi syarat definisi ini.
Contoh-contoh ekuivalen kas adalah Treasure bill, kertas komersial, dan dana pasar uang.
Beberapa perusahaan menggabungkan kas dengan investasi sementara (temporary investment)
pada neraca. Dalam kasus ini, jumlah investasi sementara dijelaskan dalam tanda-kurung atau
dalam catatan.

5.4 Ikhtisar Pos-Pos Yang Berhubungan dengan Kas

Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield dalam bukunya yang berjudul
Akuntansi Intermediate menjelaskan bahwa klasifikasi pos-pos yang berhubungan dengan kas
yaitu seperti tabel di bawah ini :

Klasifikasi Kas, Ekuivalen Kas dan Pos-Pos Non Kas


Pos Klasifikasi Komentar
Kas Kas Jika tidak dibatasi, dilaporkan sebagai kas.
Jika dibatasi diidentifikasi dan diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar dan tidak lancar
Kas kecil dan dana Kas Dilaporkan sebagai kas
pertukaran
Surat berharga jangka Ekuivalen kas Investasi dengan jatuh tempo kurang dari 3
pendek bulan, umumnya digabungkan dengan kas
Surat berharga jangka Investasi sementara Investasi dengan jatuh tempo 3 hingga 12
pendek bulan
Cek mundur dan IOU Piutang Diasumsikan dapat tertagih
Uang muka Piutang Diasumsikan dapat tertagih dari karyawan atau
perjalanan dikurangkan dari gaji mereka
Perangko di tangan Beban di bayar di Dapat diklasifikasikan sebagai persediaan
muka perlengkapan kantor
Overdraft bank Kewajiban lancar Jika ada hak untuk mengoffset, kurangi kas
Saldo kompensasi Kas didefinisikan Diklasifikasikan sebagai aktiva lancar atau
secara terpisah tidak lancar dalam neraca. Diungkapkan
sebagai deposito yang secara terpisah dalam catatan yang merinci
disimpan sebagai kesepakatan tersebut
saldo kompensasi
5.5 Kas Kecil

Menurut Haryono Jusup dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Akuntansi menjelaskan
bahwa salah satu prinsip pokok dalam pengawasan terhadap pengeluaran kas ialah bahwa semua
pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan menggunakan cek. Namun demikian terdapat
pengecualian atas prinsip tersebut apabila pengeluaran kas dilakukan melalui kas kecil. Hampir
semua perusahaan melakukan pengeluaran kas yang jumlah rupiahnya relatif kecil, seperti
pengeluaran kas untuk membeli benda-benda pos, membayar taksi, membeli keperluan rumah-
tangga kantor yang relatif murah dan sebaginya. Jika pengeluaran untuk hal-hal tersebut
dilakukan dengan cek, maka jumlah lembar cek yang dibuat untuk pengeluaran-pengeluaran
kecil semacam itu akan banyak sekali. Hal ini selain menyebabkan pemborosan waktu, juga
mahal dan tidak praktis. Oleh karena itu, agar perusahaan tidak perlu menarik cek untuk setiap
pengeluaran kas yang jumlahnya kecil, maka perusahaan perlu membentuk suatu kas kecil yang
disediakan khusus untuk itu. Pengoperasian suatu dana kas kecil yang disebut sistim imprest
(sistem dana tetap), meliputi tiga tahapan, yaitu (1) penetapan dana kas kecil, (2) pembayaran
melalui dana kas kecil, dan (3) pengisian kembali dana kas kecil.

Penetapan Dana Kas Kecil

Untuk membentuk suatu kas kecil, perusahaan harus menunjuk kasir kas kecil yang bertanggung
jawab atas pengelolaan dana tersebut. Selanjutnya perusahaan harus menetapkan besarnya dana
kas kecil dengan cara menaksir jumlah kas yang diperlukan untuk suatu jangka waktu tertentu,
misalnya untuk keperluan seminggu atau sebulan. Untuk membentuk dana, perusahaan menarik
selembar cek yang diserahkan kepada kasir kas kecil sebesar jumlah yang ditetapkan. Kasir kas
kecil menguangkan cek yang ditarik perusahaan, dan menyimpannya dalam peti penyimpanan
uang yang berkunci pengaman. Dalam pengelolaan kas kecil dengan sistem imprest (sistem dana
tetap), besarnya dana kas kecil selalu tetap jumlahnya. Sebagai contoh, PT Nusantara dalam
contoh diatas menetapkan dana kas kecil sebesar Rp 10.000.000. Apabila dana ini berkurang
karena digunakan untuk melakukan pembayaran, maka dana akan diisi kembali sehingga
jumlahnya akan kembali menjadi Rp10.000.000. Jumlah dana kas kecil tidak akan berubah
kecuali diubah oleh manajemen. Sebagai contoh, apabila manajemen memutuskan untuk
menaikkan dana kas kecil menjadi Rp15.000.000, maka perusahaan akan menerbitkan cek
sebesar Rp 5.000.000 untuk ditambahkan pada dana kas kecil. Hal ini dicatat dengan mendebet
kas kecil Rp 5.000.000 dan mengkredit kas Rp 5.000.000

Pembayaran Melalui Kas Kecil

Kasir kas kecil mempunyai kewenangan untuk melakukan pembayaran dari kas kecil yang sesuai
dengan kebijakan yang telah digariskan perusahaan. Biasanya perusahaan membatasi besarnya
pengeluaran yang bisa dilakukan melalui kas kecil. Selain itu manajemen juga bisa membatasi
pengeluaran untuk hal-hal tertentu, misalnya manajemen melarang penggunaan kas kecil untuk
memberi pinjaman pada karyawan. Setiap pengeluaran dari dana kas kecil, harus dilakukan
dengan mengisi dokumen yang disebut bukti pengeluaran kas kecil. Dokumen ini harus
ditandatangani oleh orang yang menerima kas dan kasir kas kecil. Apabila ada bukti pendukung
lain yang berkaitan dengan suatu pengeluaran, bukti-bukti pendukung tersebut harus dilekatkan
pada bukti pengeluaran kas kecil. Dengan cara seperti ini, jumlah pemakaian kas menurut bukti
pengeluaran kas kecil ditambah dengan sisa kas yang ada dalam peti uang, harus sama dengan
jumlah dana kas kecil yang ditetapkan perusahaan. Kasir kas kecil menyimpan bukti-bukti
pengeluaran kas kecil sampai saat dilakukan pengisian kembali. Manajemen bisa melakukan
pemeriksaan mendadak untuk memeriksa kecocokan antara jumlah bukti pemakaian dan sisa kas
dengan jumlah dana yang ditetapkan perusahaan. Perusahaan tidak membuat ayat jurnal untuk
mencatat setiap pemakaian kas kecil ketika pengeluaran terjadi. Jurnal untuk mencatat
pemakaian kas kecil dibuat pada saat dilakukan pengisian kembali kas kecil.

Pengisian Kembali Kas Kecil

Apabila kas kecil hampir habis, maka kas kecil harus segera diisi kembali. Untuk melakukan
pengisian kembali, pemegang kas kecil harus menunjukkan bukti-bukti pengeluaran kas kecil
dari periode sebelumnya kepada kasir perusahaan. Kasir akan membubuhkan cap ‘Telah
Dibayar’ pada setiap bukti pengeluaran kas kecil, agar bukti tersebut tidak dapat digunakan lagi.
Selanjutnya kasir menari cek sebesar total pengeluaran kas kecil. Jika cek ini telah diuangkan,
maka jumlah uang dalam peti uang akan kembali seperti semula dan siap digunakan untuk
pemakaian pada masa berikutnya. Seperti telah disebutkan di atas, pada saat terjadi pemakaian
kas kecil, perusahaan belum mencatat transaksi tersebut, tetapi pemegang kas kecil menyimpan
bukti pengeluarannya. Jika kas kecil diisi kembali dan bendahara perusahaan mengeluarkan cek
untuk mengisinya, maka pada saat itu dibuat jurnal dengan mendebet akun-akun beban atau
rekening lainnya dan mengkredit akun kas.
6. Rekonsiliasi Bank

Menurut Haryono Jusup dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Akuntansi menjelaskan
bahwa bank dan pemegang giro menyelenggarakan pencatatan yang independen (terpisah satu
sama lain) mengenai kejadian yang sama yang berkaitan dengan rekening giro. Secara teoritis,
kedua pencatatan yang dilakukan secara terpisah seharusnya menghasilkan saldo giro akhir bulan
yang sama. Namun jarang sama, oleh karena itu perlu dilakukan penyelidikan untuk mengetahui
penyebab perbedaan antara saldo giro yang tercantum dalam laporan keuangan dengan saldo
yang giro tercantum dalam pembukuan perusahaan, yang disebut merekonsiliasi rekening giro
bank. Perbedaan Saldo Bank dengan saldo menurut pemegang giro (perusahaan) disebabkan oleh
perbedaan waktu pencatatan, dan kesalahan pencatatan.

Rekonsiliasi bank harus dibuat oleh orang yang tidak terlibat dalam transaksi kas. Apabila
perusahaan tidak memperhatikan prinsip ini, maka penggelapan kas bisa terjadi tanpa diketahui
perusahaan. Contoh : Apabila kasir ditugasi untuk membuat rekonsiliasi bank, maka kasir
mempunyai peluang untuk menggelapkan kas karena dia bisa membuat rekonsiliasi secara tidak
benar. Artinya, perusahaan membuat rekonoliasi bank, tetapi penggelapan tetap tersembunyi.
Tahap – tahap dalam menyusun rekonsiliasi bank yaitu :

1. Mulailah dengan saldo yang tercantum dalam laporan bank dan saldo yang tercantum dalam
rekening kas perusahaan (saldo perbuku).

2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo perbank, hal – hal yang tercantum dalam pembukuan
perusahaan tetapi tidak tercantum dalam laporan bank.

a. Tambahkan setoran dalam perjalanan b. Kurangkan check dalam perjalanan


pada saldo perbank. dari saldo perbank.
3. Tambahkan dan kurangkan pada saldo perbuku. Hal – hal yang tercantum dalam laporan bank
tetapi tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan.

a. Tambahkan saldo perbuku

- Penerimaan – penerimaan kas - Pendapatan Bunga atas saldo giro.


langsung melalui bank

b. Kurangkan dari saldo perbuku

- Biaya administrasi bank. - Pengurangan lain yang telah


dilakukan oleh bank.
- Biaya pencetakan check

4. Hitunglah saldo perbank yang terlah disesuaikan dan saldo perbuku yang telah disesuaikan.
Kedua saldo yang telah disesuaikan harus sama.

5. Buatlah jurnal penyesuaian untuk setiap hal yang terdapat pada butir 3 diatas, yaitu hal – hal
yang tercantum pada sisi perbuku dalam rekonsiliasi bank.

6. Perbaiki semua kesalahan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan , dan sampaikan
pemberitahuan ke bank jika bank telah melakukan kesalahan.

Daftar Referensi

Jusup, Haryono.2011.Dasar-Dasar Akuntansi.Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi


Ilmu Ekonomi YKPN

Kieso, Donald W., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield.2002. Akuntansi Intermediate.
Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai