Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIABETES INSIPIDUS

LAPORAN PENDAHULUAN

oleh :
Nadhea Alfionita Putri Bacrian
172310101075

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERA
WATANUNIVERSITAS JEMBER
2019

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIABETES INSIPIDUS

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing:
Ns. Jon Hafan S, M.Kep, Sp. Kep. MB
NIP 19840102 201504 1 002

oleh:
Nadhea Alfionita Putri Bacrian
172310101075

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Melitus tipe 1”.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah mendapat banyak bantuan dari banyak
pihak. Kami menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp. Kep. MB sebagai PJMK Keperawatan
Medikal serta sebagai Dosen Pembimbing
2. Seluruh rekan kelas B angkatan 2017
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata “sempurna” untuk
itu kami sebagai penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.
Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan bagi kami sebagai penulis pada khususnya.

Jember, 2 September 2019

Nadhea Alfionita P B

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 1
1.1 Review Anatomi Fisiologi ............................................................................................ 1
1.2 Definisi Diabetes Insipidus ........................................................................................... 5
1.3 Epidemiologi ................................................................................................................. 5
1.4 Etiologi .......................................................................................................................... 5
1.5 Klasifikasi ..................................................................................................................... 6
1.6 Patofisiologi .................................................................................................................. 7
1.7 Manifesrasi klinis .......................................................................................................... 7
1.8 Pemeriksaan peneunjang ............................................................................................... 8
1.9 Penatalaksaan Medis ........................................................................................................... 8
1.10 Pathway ........................................................................................................................... 10
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................... 11
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori ....................................................... 11
2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................................ 14
2.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................................... 14
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................... 22
3.1 Pengkajian ................................................................................................................... 22
3.2 Analisa Data ...................................................................................................................... 32
3.3 Diagnosa Keperawatan...................................................................................................... 34
3.4 Intervesi Keperawatan ....................................................................................................... 35
BAB 4. PENUTUP ..................................................................................................................... 40
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 40
4.2 Saran............................................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 41

ii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Review Anatomi Fisiologi

Pankreas merupakan organ dengan memiliki dua sistem yaitu sebagai sistem
eksokrin dan juga sistem endokrin yang didukung oleh pulau langerhans, yang
memiliki 3 bagian yaitu : sel alpha penghasil glukoagen; sel beta penghasil
insulin; dan sel deltha penghasil somastostasin. Pankreas sendiri terletak di
rongga perut lebih tepatnya di sebelah sinistra tubuh berbatas anterior terhadap
lambung, berbatas superior terhadap diafragma, berbatas sinistra dengan limpa,
berbatas dekstra dan inferior terhadap usus deodenum. Pada pankreas terdapat
sebuah saluran yaitu pancreatic duct/ductus pancreaticus yang berguna
menghubungkan pankreas dengan organ duodenum untuk mengalirkan getah
pankreas yang berisi enzim beserta hormon menuju duodenum Adapun pankreas
dibagi menjadi 3 bagian, antara lain: (Kuntoadi, 2019).
1. Kepala pankreas (Head of pancreas)
Pada bagian ini terdapat otot-otot sphincter yang berfungsi mengatur arus
keluar cairan yang dihasilkan oleh pankreas dan kantung empedu selain itu
fungsi otot ini juga dapat mencegah aliran balik cairan tadi kearah pankreas.
Otot-oto ini melekat pada bagian ductus pancreaticus utama , lalu pada bile
duct, dan satu lagi terdapat pada muara pertemuan dengan duodenum.
2. Badan Pankreas (Body of pancreas)

1
Badan pankreas ini berbentuk panjang mengkerucut dan sedikit lebih kecil
kearah sinistra, dan bagian tengan terdapat ductus pancreaticus utama.
3. Ekor Pankreas
Bagian paling sinistra pankreas bersebelahan dengan limpa

Pankreas juga tersusun dari beberapa jenis sel dimana pada setiap sel menghasilkan
getah pankreas yang berbeda, adapun sel-sel pankreas antara lain :

a. Sel Asini pankreas (Pancreatic Acini Cell)


Sel-sel ini umumnya berbentuk lingkaran dan ditengahnya terdapat sebuah
saluran yang berfungsi sebagai tempat mengalirkannya getah pankreas yang
dihasilkan oleh sel Asini yang dikenal dengan enzim pankreas yang memiliki
peranan penting dalam proses pengelolahan makanan menjadi bentuk sederhana
sehingga usus lebih mampu menyerap lebih mudah.
b. Pulau-pulau Langerhans (Islet of Langerhans)
Berbeda dengan sel asini yang dapat menghasilkan enzim islet of langerhans ini
menghasilkan sebuah hormon yang dapat berperan dalam proses pengaturan
kadar gula dalam darah yaitu hormon insulin dan hormon glukagon.

2
Anatomi dan Fisiologi

Sistem endokrin merupakan sistem control kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
sistem endokrin ini penghasil hormone dan di sirkulasi di dalam darah untuk
mempengaruhi organ-organ (Lesmana, Goenawan, & Abdulah, 2017).
Endokrin suatu proses dalam tubuh yang memberikan rangsangan pada pernafasan,
pertumbuhan sel dan pergerakan tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf (Latifin &
Kusuma, 2014). Fisiologi sistem endokrin:
1. Hipotalamus : penghasil Releasing hormone yang berperan sebagai
stimulasi pituitari anterior yang melepas hormon dan hipotalamus akan
memproduksi inhibisi hormon sebagai penghambat atau pembatas pituitari
anterior dalam sekresi hormon
2. Pituitary Anterior (adenohipofisis): penghasil growth hormon dikontrol oleh
GHRH dan GHIH berperan sebagai peningkatan pembelahan sel,
pertumbuhan sel, meningkatkan glukosa darah.
3. Gonadotropin : penghasil Hormon LH (Luteinizing hormon) dan FSH (
Follicel stimulating Hormon), sekresi ini dikontrol Gonadotropin-realising
Hormon (GnRH). Sedangkan FSH disini menstimulasi tubulus seminiferus
testis penghasil sperma, LH dan FSH menstimulasi Folikel Ovarium dan
ovum menstimulasi ekstrogen memicu ovulasi
4. Pituitary Posterior menghasilkan hormone antidiuretic hormone (ADH)
berperan terhadap ginjal sebagai pengaturan pertama osmolaritas dan
volume cairan tubuh, meningkatkan permeabilitas ducts colectikus ginjal
sehingga menyebabkan peningkatan reabsorbsi air, meningkatkan intake
cairan melalui mekanisme haus.

3
5. Hipofisis posterior tidak menghasilkan hormon, namun pada keadaan
setelah melakukan penyimpanan dan mendapat rangsangan maka
menghasilkan 2 hormon yaitu Vasopressin (AVP) mengatur pengeluaran
H2O urin dan keseimbangan H2O keseluruhan dan hormon oksitosin

4
1.2 Definisi Diabetes Insipidus
Diabetes Insipindus berasal dari dua gabungan kata yaitu “Diabetes”
berasal dari bahasa yunani yang memiliki arti “shipon” dan “insipidus: berasal
dari bahasa latin yang artinya “Tanpa rasa”. Dimana yang dimaksud diabetes
insipidu yaitu ketidamampuan tubuh untuk mempertahankan air akibat adanya
patofisiologis pada hormon Vasopressin (AVP)/antidiuretic hormone (ADH),
dimana fungsi dari AVP ini mengatur konsentrasi urin, vasopresin yang dibuat
atau dibentuk di nucleus supraotikus dan paraventikular hipotalamus yang
ditranspor ke dalam sirkulasi yaitu dari terminal saraf di kelenjar pituitari dan
produksi ADH mengalir deras sepanjang saluran hipotiroid-hypophyseal dan
disimpan di hipofisis posterior yang mana tepat di stimulus dari osmoreseptor
dilepas dari lokasi penyimpanan. Namun pada penderita diabetes insipidus peran
ADH dalam absorbsi tidak dapat optimal karena terjadi gangguan sehingga klien
mengalami poliurinaria yang menyebabkan klien merasa haus terus menerus
(polidipsi) akibat pengeluaran urin encer yang melibihi batas normal (Kusmana,
2016)
Diabetes Insipidus ditandati dengan kelebihan urin (Poliurinaria) yang mencapai
lebih dari 40 ml/kg/24 jam pada orang dewasa serta lebih dari 100 ml/kg/24 jam
selain itu juga ditandai dengan polidipsi produksi (Kochar dkk, 2017).
Terdapat 3 fase akibat kelainan yang terjadi dalam diabetes insipidus fase
pertama yaitu fase poliurinaria proses ini terjadi akibat adanya hambatan
pelepasah ADH yang menyebabkan osmolalitas urin menurun dan volume urin
mengalami peningkatan, yang kedua adalah fase antidiuretic yaitu fase dimana
terjadinya pelepasahan ADH sehingga osmolalitas urin meningkat dan yang
ketiga yaitu fase diabetes insipidus fase yang disebabkan ADH tidak dapat
diproduksi kembali (Kusmana, 2016)

1.3 Epidemiologi
Menurut WHO 2016, secara global diperkirakan 422 juta orang
menderita diabetes pada tahun 2014, prevalensi diabetes di dunia meningkat dari
4,7% hingga ,5% hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, diabetes meningkat
lebih cepat pada negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2016).
Sedangkan diabetes insipidus merupakan penyakit yang tidak biasa dan jarang
dengan prevalensi 1 : 25.000. dalam praktik klinis, kurang dari 10% kasus
diabetes insipidus ini diakibatkan oleh faktor turunan (Hui dkk, 2019)

1.4 Etiologi
Hal yang mengakibatkan diabetes insipidus tidak lain karena adanya
kelainan atau gangguan pada ADH, difisiensi sekresi ADH karena kelianan
genetik atau sekunder akibat banyaknya gangguan sistem saraf pusat yang

5
terajadi pada hipotalamus dan hiposis disebut dengan diabetes insipidus sentral
(Annamalai, 2017).
Adapun yang menyebabkan diabetes insipidus sentral adalah autoimun, Tumor
(kraniofaringioma /tumor sekunder), akibat pembedahan atau radiasi pada
kelenjar hipofisi, trauma kepala, umumnya trauma ringan hanya berlangsung
sebentar, granuloma, penyebab umum adalah sarkoid.
Gangguan yang terjadi pada ADH terhadap ginjal disebut dengan diabetes
insipidus nefrogenik yaitu sebuah kelainan yang terjadi pada tubulus ginjal.
Misal uropati obstruktif, gangguan elektrolit dan juga disebabkan oleh adanya
mutasi gen AVPR2 atau AQP2 (Aquaporin2) (Kochar dan Ball, 2017)

1.5 Klasifikasi
Jenis diabetes insipidus menurut Abbas dkk, 2016 :
1. Diabetes Insipidus Neurogenik
Diabetes ini paling umum dikenal sebagai diabetes insipidus sentral. Pada
diabetes tipe ini orang tidak mampu untuk menahan atau menghemat air
akibat dari penurunan sintesis hormon antidiuretic (ADH) atau arginine
vasopresin (AVP). Diabetes insipidus sentral ini bersifat mematikan jika
terjadi komplikasi seperti hipermatremia dan osmolalitas plasma yang tinggi.
Penyebab utama dari diabetes ini kaibat cedera otak traumatis yang
meyebabkan kerusakan hipotalamus-neurohypophyseal
2. Diabetes insipidus nefrogenik
Terjadi ganggguan pada tubulus ginjal sehingga proses abrsobrsi air
terganggu sehingga filtrasi tidak optimal hal ini akibat dari ketidakpekaan
ginjal dalam menganggapi ADH sehingga terjadi peningkatan poliuria,
penyebab penyakit ini akibat juga dari bawaan dimana terjadi mutasi gen.
3. Diabetes insipidus gestasional
Penyakit ini sering terjadi dan umum diderita oleh wanita hamil hal ini
terjadi karena plasenta yang juga menghasilkan vasopresinase jenis
aminopeptidase sistein yang menyebabkan penurunan pada ADH, sehingga
jika peptidase sistein ini diproduksi dalam jumlah besar maka dapat
mengakibatkan preklamsia.
4. Diabetes insipidus adipsic
Keadaan dimana tubuh tidak merasa haus meskipun mengalami dehidrasi
dan osmolalitas tinggi. Hal ini diakibatkan karena adanya lesi pada
hipotalamus yang menyebabkan hilangnya rasa haus dan mengakibatkan
adipsia
5. Polidipsia primer

6
Penyakit ini ditandai dengan jumlah cairan yang besar yang mengakibatkan
osmolalitas plasma rendah sehingga produksi ADH berhenti dalam
menangani osmolalitas plasma yang rendah.
6. Diabetes Insipidus Dipsogenic

Terjadi akibat terganggunya hipotalamus seseoranf sehingga rasa haus


menjadi lebih aktif yang menyebbakan orang mencerna cairan dengan
jumlah besar dan terjadi pembuangan urin hipotonik

7. Diabetes insipidus psikogenik


Terjadi akibat adanya gangguan kejiwaan seperti skizofrenia dimana efek
samping pemberian obat-obatan mengakibtkan mulut kering yang
menyebabkan seseorang membutuhkan asupan cairan yang besar sehingga
juga banyak mengeluarkan urin encer

1.6 Patofisiologi
Fungsi normal ADH dalam tubulus ginjal yaitu berperan untuk proses
reabsorbsi air serta mencehag diuresis. Kekurangan sekresi ADH pada tubulus
ginjal dapat menyebbakan eksresi air yang berlebihan sehingga menyebabkan
terjadinya sindrom diabetes insipidus. Hormon antidiuretic (ADH) atau juga
disebut dengan vasopresin disintesis di dalam hipotalamu lalu di keluarkan dari
lobus posterior kelenjar hipofisis. (Annamalai, 2017)

1.7 Manifesrasi klinis


Gejala klinis utama yang merupakan karakteristik dari dibaetes insipidus
yaitu poliuria dan polidipsia yang terjadi akibat dari gangguan mekanisme
kepekatan urin.klien dengan diabetes insipidus umumnya merasakan haus yang
sangat kuat. Gejala klinis lain akan muncul jika terjadi defisit air sehingga
asupan air tidak memadai untuk mengimbangi poliuria, sehingga munculah
gejala seperti dehidrasi atau hiperosmolalitas dan hipernatremia. Pengurangan
volume air dapat menyebabkan terjadinya hipotensi, cedera ginjal akut, cedera
hati, cedera otot, serta dapat mengalami syok. Hiperosmolalitas dan dehidrasi
berlanjut dapat memunculkan gejala neurologis seperti iritabilitas, penurunan
kognitif, diorientasi, hingga penurunan tingkat kesadaran, kejang dan
koma.peluang terjadi peningkatan pendarahan subraknoid, infark serebral dan
trombosis vena dalam (DVT). Tingkat keparahan sebagian besar berkolerasi
dengan tingkat hperosmolalitas, namun variabilitas individu tidak dapat ditandai
dan kadar natrium jug atidak memprediksi secara akuratpresentase klinis klien
(Lu, 2017)

7
1.8 Pemeriksaan peneunjang
Untuk pemeriksaan penunjang diabetes insipidus tergantung pada
penilaian klinis klien, untuk evaluasi utama yaitu dilakukannya pengumpulan
urin 24 jam hal ini bertujuan untuk mengukur volume serta klirens kreatini yang
akurat, selain pemeriksaan kreatini juga penting dilakukan:
a. Pemeriksaan gula darah, urea nitrogen, kalsium, kalium, natrium dan hal yang
paling penting yaitu asam urat serum.
b. Adapaun pemeriksaan vasopresin chalenge test ini harus dilakukan
pengawasan yang ketat dapat dilakukan tindakan pemberian:
 desmopressin sebanyak 0,05-0,1 mL (5-10 mcg) intranasa dengan
pengukuran volume urin 12 jam sebelum dan 12 sesudah pemberian. Pada
klien yang menderita diabetes insipidus sentral respon haus dan poliuria
akan berkurang.
 MRI : Pada diabetes insipidus sentral hipotalmaus-hipofisis dilakukan untuk
mencari adanya lesi massa, jika terdapat sebuah penebalan pituitary stalk
maka perlu dipikirkan kemungkinan adanya histiositosis, sarkoidosis dan
pada diabetes insipidus nefrogenik akan ditemukan kadar vasopresin serum
denga kadar yang tinggi (tjokroprawiro, setiawan, santoso, soegiarto, &
rahmawati, 2015)

1.9 Penatalaksaan Medis


Menurut Kusmana, 2016 penatalaksanaan Diabetes Insipidus berbeda-beda
sesuai dengan klasifikasinya:

a. DI sentral: Pada kasus yang ringan cukup dilakukan dengan pemberian cairan
yang cukup dan seimbang sesuai kebutuhan. Apabila asupan air yang diberikan
tidak dapat memenuhi dan terjadi masalah hipermatremia maka dapat diberikan
intavena hipoosmolar, pergantian cairan diberikan dengan dosis maksimal 500-
750mL/jam untuk menghindari hiperglikemia, overload cairan dan
hipernatremia yang terlalu cepat.
1. Penggunaan DDVP (Desaminod-Arginine Vasopressin atau Desmopressin)
digunakan sebagai pilihan utama DI sentral tersedia dalam bentukan
SC,IV,intra nasall, dan oral. Dosis DDAVP oral adalah 2x0,05 mg dan dapat
dinaikkan menjadi 3x0,4 mg, pada preparat nasal 100 mcg/mL dimulai dari
dosis 0,05-0,1 mL tiap 12-24 jam.
2. Carbamazepine juga dapat digunakan untuk meningkatkan sensitivitas ginjal
terhadap ADH karena obat ini dapat menurunkan volume urin dan

8
meningkatkan osmolaritas urin,efek samping dari obat yakni mual, muntah,
dan mengantuk.
3. Chloropropamide digunakan untuk DI ringan,obat ini dapat meningkatkan
potensi ADH yang bersirkulasi sehingga dapat menurunkan volume urin
hingga 50%,efek samping obat yakni hipoglikemi,kerusakan hati, dan
anemia aplastik.
b. DI Nefrogenik: pada kasus ini dapat ditangani dengan menghentikan
penggunaan obat-obatan yang mengakibatkan DI nefrogenik, diuretic thazide
dan restriksi garam yang dapat mengurangi laju segmen filtrasi menuju segmen
delusi pada nefron.
 NSAID dapat digunakan untuk mengatasi poliuria pada DI nefrogenik
dengan meningkatkan regulasi aquaporin-2 dan Na-K-2Cl co-
transporter tipe 2 (NKCC2)
c. DI Gestasional: DDAVP tindakan utama yang dapat dipilih karena pada kasus
ini tidak terdegradasi oleh vasopressinase yang bersikulasi.
d. DI Dispogenik (Polidipsi Primer):pada kasus ini dapat dilakukan cara
pengurangan asupan cairan , namun apabila hal ini diakibatkan oleh gangguan
mental maka terapi yang diperlukan adalah terapi untuk penyembuhan.

9
1.10 Pathway

10
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori
1. Pengkajian
merupakan tahap paling awal yang dilakukan dalam tindakan proses asuhan
keperawatan. Pengkajian meliputi proses yang sistematis yaitu meliputi
pengumpulan, verifikasi serta komunikasi data dari sumber primer yaitu klien,
dan data sekunder yaitu keluarga dari pasien. Perolehan data dari sumber klien
dan keluarga sendiri bersifat data subyektif adapun proses pengkajian meliputi
(Potter dan Perry, 2005).
a. Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan, alamat, nomor register,
tanggal datang ke rumah sakit, dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa medik
Sebuah diagnosa yang diangkat atau ditegakkan oleh dokter yang
menangani kasus penyakit tersebut dengan penjelasan dari
singkatan-singkatan atau biasa disebut dengan istilah medis.
2. Keluhan Utama
Merupakan perasaan atau keadaan yang paling pertama di keluhkan
oleh klien akibat perasaan yang tidak nyaman dan paling
mengganggu aktivitas. Pada diabetes insipidus umumnya adalah
keluhan utama umum muncul yaitu nocturia.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang
sekarang dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya
sampai klien memutuskan ke rumah sakit. Kronologis kejadian yang
harus diceritakan meliputi waktu kejadian, cara/proses, tempat,
suasana, manifestasi klinis, riwayat pengobatan, persepsi tentang
penyebab dan penyakit. Jika terdapat keluhan nyeri maka disertai
pengkajian nyeri PQRST. Biasanya tanda yang awal muncul pada

11
penderita diabetes mellitus yaitu merasakan mudah haus, mudah
lapar, jika memiliki luka susah sembuh.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Sebuah keadaan dimana berhubungan dengan masalah kesehatan
klien terdahulu sebelum muncul masalah kesehatan terbaru.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keehatan keluarga merupakan faktor bawaan yang bisa
dibawa oleh penderita diabetes insipidus yang ada hubungannya
dengan riwayat penyakit keluarga.
2. Pemeriksaan Persistem
1. Pernafasan B1 (breath)
Setelah pengkajian dapat diperoleh data RR dalam batas normal
(24x/menit), tidak ada gangguan sesak nafas dan aturan pernafasan normal.
2. Kardiovaskular B2 (blood)
Tekanan darah rendah ( N=70/40 mmHg), suhu badan normal (36,5 oC),
3. Persyarafan B3 (brain)
Kadang pasien merasa pusing, bentuk kepala simetris, GCS= 4 5 6, pupil
normal, orientasi tempat-waktu-orang baik, reflek bicara baik, pendengaran
baik, penglihatan baik, penghidu baik.
4. Perkemihan B4 (bladder)
Poliuria, urin sangat sangat encer , pasien minum 4-5liter/hari.
5. Pencernaan B5 (bowel)
Nafsu makan baik, tidak mual dan muntah.
6. Muskuloskeletal/integument (bone)
Kulit bersih, turgor kulit buruk, muncul keringat dingin dan lembab, tidak
ada nyeri otot dan persendian, lemah.
3. Pemeriksaan Diagnostik
1. Gula darah acak normal 120- 140 m/dl.
2. Water Deprivation Test guna untuk menurunkan frekuensi yang
berlebih.
3. Osmolalitas urin normal= 300-450 mosmol/L

12
4. Osmolalitas plasma normal<290 mosmol/L
5. Urea normal = 3 – 3,7 mmol?L
6. Kretinin Normal< 70 UI/L
7. Bilirubin disek Normal 0,1 – 0,3 mg/dl
8. Bilirubin ditotal Normal 0,3 – 1 mg?dl
9. SGOT Normal 0 – 25 IU/L
10. SGPT normal 0 – 25 IU / L

13
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dari Diabetes Insipidus :

1. Gangguan pola tidur b.d sering terbangun malam hari d.d nocturia,
poliuria
2. Risiko syok hipovelemia b.d kehilangan cairan secara aktif d.d dehidrasi
3. Risiko Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan cairan tubuh d.d
dehidrasi, kelemahan
4. Defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi d.d tidak familier dengan
penyakit
5. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (poliuria &
nocturia)
6. Hambatan eliminasi urine b.d penurunan permeabilitas tubulus ginjal,
ditandai dengan poliuri dan nocturia

Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan
yang mencakup peletakan pusat tujuan pada pasien, menetapkan hasil yang
akan dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan tercapai. Pada tahap
intervensi adalah pemberian kesempatan pada perawat, pasien dan keluarga
atau orang terdekat pasien untuk merumuskan suatu rencana tindakan
keperawatan agar masalah yang dialami pasien dapat teratasi. Intervensi
adalah peruntuk tertulis yang memberikan gambaran tepat tentang rencana
keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan diagnosa
keperawatan, sesuai kebutuhan.

14
INTERVENSI :

No Hari Diagnosa Tujuan & Intervensi


/tanggal/jam keperawatan Kriteria hasil
1 Domain 4 : Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Sleep Enhancment
Aktivitas/istirahat asuhan keperawatan selama 2.x24 1) Determinasi efek-efek
jam diharapkan kekurangan volume medikasi terhadap pola
Kelas 1. Tidur dan cairan teratasi. tidur
instirahat Kriteria Hasil : 2) Jelaskan pentingya tidur
000198- gangguan 1) Jumlah tidur dalam batas yang adekuat
pola tidur. normal 3) Fasilitasi untuk
Definisi : interupsi 2) Pola tidur, kualitas dalam batas mempertahankan aktivitas
jumlah waktu dan normal sebelum tidur (membaca)
kualitas tidur akibat 3) Perasaan fresh sesudah 4) Ciptakan lingkungan yang
faktor eksternal. tidur/istirahat nyaman
4) Mampu mengidentifikasi hal- 5) Kolaborasi pemberian
hal yang meningkatkan tidur. obat tidur

2 Domain 11. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 2380 – menejemen pengobatan

15
Keamanan/perlindun asuhan keperawatan selama 2 .x24
gan jam diharapkan Hambatan eliminasi 1) Pantau tanda vitalsetiap
urine teratasi. jam dan kesadaran
Kelas 2. Cedera fisik KH : 2) Tentukan penyebab
00205-risiko syok hipovelemia kehilangan urin secara
00205-risiko syok aktif
hipovelemia 1) Tanda-tanda vital 3) Pantau masukan dan
Definisi : rentan rentan normal haluaran urin setiap jam
mengalami 2) Cairan tubuh pasien 4) Kolaborasi pemberian
ketidakcukupan aliran adekuat cairan IV
darah ke jaringan 3) Membran mukosa 5) Instruksikan pasien dan
tubuh, yang dapat basah, turgor elastis. keluarga untuk mencatat
mengakibatkan intake dan output dengan
disfungsi seluler yang tepat
mengancam jiwa, yang
dapat mengganggu
kesehatan
3 Domain 3. Eliminasi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
dan pertukaran gas asuhan keperawatan selama 2 .x24 1. Tentukan obat apa yang di

16
jam diharapkan Hambatan eliminasi perlukan, dan kelola
Kelas 1. Fungsi urine teratasi. menurut resep dan atau
urinarus KH : protokol
00016 – Hambatan 0503 – eliminasi urine 2. Konsultasi dengan
eliminasi Urine 1) Pola eliminasi urine di profesional perawatan
Definisi : Disfungsi pertahankan dari skala kesehatan lainnya untuk
eliminasi urine 2(cukup berat) ditingkatkan menimimalkan jumlah dan
di skala 4 (ringan) frekuensi obat yang
2) Jumlah urine dipertahankan dibutuhkan agar di
dari skala 2 (cukup berat ) di dapatkan efek terapeutik
tingkatkan ke skala 4 (ringan) 3. Ajarkan pasien atau
3) Warna urine dipertahankan anggota keluarga
pada skala 3 (ringan) di mengenai tindakan dan
tingkatkan ke skala 4 efek samping yang
(sedang) diharapkan oleh obat
4) Nokturia di pertahankan dari
skala 2 (Banyak terganggu) di
tingkatkan ke skala 4 (sedikit
terganggu)

17
4 Domain 5. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tingkat pengetahuan
Persepsi/kognitif asuhan keperawatan selama 1 x 24 pasien terkait dengan
Kelas 4. Kognitif jam diharapkan Difisit Pengetahuan proses penyakit yang
teratasi. spesifik
00126 – Defisien KH : 2) Jelaskan patofisiologi
Pengetahuan 1820 – Pengetahuan Manajemen penyakit dan bagaimana
Definisi : Diabetes hubungan dengan anatomi
Ketiadaan atau 1) Tanda dan gejala awal dan fisiologi sesuai
defisien informmasi penyakit dipertahankan dari kebutuhan
kognitif yang skala 2 (pengetahuan 3) Jelaskan tanda dan gejala
berkaitan dengan topik terbatas) ditingkatkan ke yang umum dari penyakit,
tertentu, atau skala 4 (pengetahuan banyak) sesuai kebutuhan
kemahiran 2) Sumber informasi terpecaya 4) Jelaskan mengenai proses
terkait diabetes dipertahankan penyakit, sesuai kebutuhan
dari skala 2 (pengetahuan 5) Kelaskan kemungkinan
terbatas) ditingkatkan ke penyebab,sesuai
skala 4 (pengetahuan banyak) kebutuhan
3) Penggunaan obat obat non 6) Identifikasi kemungkinan

18
resep dengan benar dari skala penyebab, sesuai
2 (pengetahuan sedang) di kebutuhan
tingkatkan ke skala 3 7) Hindari memberikan
(pengetahuan sedang) harapan yang kosong
5 Domain asuhan keperawatan selama 2 x 24 1. Kaji adanya faktor yang
4.aktivitas/istirahat jam diharapkan Difisit Pengetahuan menyebabkan kelelahan
Kelas 4. Respons teratasi. 2. Monitor nutrisi dan
kardivaskular/pulmo KH : sumber yang adekuat
nal 1. Berpartisipasi dalam aktiviras 3. Monitor respon
00094- resiko fisik tanpa disertai kardiovaskular terhadap
intoleran aktivitas peningkatan tekanan darah, aktivitas
Definisi : rentan nadi, RR 4. Kolaborasi dengan tenaga
mengalami 2. Mampu melakukan aktivitas rehabilitasi medik dalam
ketidakcukupan energi sehari-hari (ADLs) secara merencanaka program
psikologis atau mandiri terapi yang tepat
fisiologis untuk 3. Keseimbangan aktivitas dan
melanjutkan atau istirahat
menyelesaikan
aktivitas kehidupan

19
sehari-hari yang harus
atau ingin dilakukan,
yang dapat
mengganggu
kesehatan
Domain 2. Nutrisi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor hasil hidrasi
asuhan keperawatan selama 2.x24 2) Monitor tanda tanda vital
Kelas 5. Defisien jam diharapkan kekurangan volume pasien
volume cairan cairan teratasi. 3) Jaga inteke / asupan yang
KH : akurat dan catat outout
00027 0601 – Keseimbangan cairan pasien
Defisien volume 5) Tekanan darah dipertahankan 4) Berikan Terapi IV, seperti
cairan pada skala 3 (cukup terganggu) yang ditentukan
Definisi : Penurunan ditingkatkan pada ke skala 4 5) Monitor perubahan berat
intravaskular, (sedikit terganggu) badan pasien sebelum dan
interstisial, dan?atau 6) Turgor Kulit dipertahankan setelah dianalisis
intraseluler. Ini pada skala 3 (cukup terganggu)
mengacu pada ditingatkan ke skala 4 (sedikit
dehidrasi, kehilangan terganggu)

20
cairan saja tanpa
Eliminasiiperubahan 602 – Hidrasi
kadar natrium. 7) Membran mukosa lembab
dipertahankan dari skala 3
(Ringan) ditingkatkan ke skala
4 (Ringan)
8) Intek cairan dipertahankan dari
skala 2 (cukup berat)
ditigkatkan ke skala 4 (Ringan)
9) Output cairan dipertahankan
dari skala 2 (cukup berat)
ditingkatkan ke skla 4 (ringan)

21
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ny. S berusia 45 tahun masuk RS A paisen mengatakan mengalami
keluhan banyak kencing dimalam hari (Nokturia), selain itu juga pasien
mengatakan ingin banyak minum yaitu sekitar 4-5liter/hari Keluarga pasien
mengatakan keluhan ini sudah lama terjadi sekitar 2 tahun yang lalu setelah Ny. S
megalami kecelakan akibat tabrakan mobil, keluarga juga mengatakan pada saat
kecelakaan kepala pasien terbentur dan tidak dibawa ke Rumah sakit karena pada
saat itu kondisi pasien sadar dan tidak terdapat luka dibagian tubuhnya. Ny.S
mengehuh bahwa kepalanya terasa pusing dan diobati hanya dengan obat warung
setelah itu pusingnya hilang. 2 jam SMRS pasien mengatakan bahwa badanya
lemas dan tidak lama kemudian pasien tidak sadarkan diri. Tingkat kasadaran
spoor koma. Di rumah sakit juga dilakukan pemeriksaan ttv: TD : 70/40 mmHg,
HR: 120x/menit, Suhu : 35,7C, RR : 24x/menit, akral dingin, hasil CT Scan : SOL
pada hipofisis. Diagnosa medis : Diabetes Insipidus

3.1 Pengkajian

I. Identitas Klien

Nama : Ny.S No. RM : 000563

Umur : 45 tahun Pekerjaan :

Jenis : Perempuan Status : Kawin


Kelamin Perkawinan

Agama : Islam Tanggal MRS : 1 sepetember 2019

Pendidikan : SMP Tanggal : 2 September


Pengkajian 2019

Alamat : Sumber Karang Asem Sumber Informasi : Klien, keluarga,


rekam medik

II. Riwayat Kesehatan

22
1. Diagnosa Medik:
Diabetes Insipidus

2. Keluhan Utama:
- Pasien mengatakan sering kencing dimalam hari (Nokturia), merasa
pusing dan merasa badannya lemas
3. Riwayat penyakit sekarang:
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan sering kencing dan juga
sering merasa haus dan pasien mengatakan ingin banyak minum yaitu
sebanyak 4-5liter/hari. Keluarga pasien mengatakan keluhan ini sudah
lama terjadu sekitar 2 tahun yang lalu setelah Ny.S mengalami kecelakaan
akibat tabrakan mobil. Setelah dilakukan CT scan didapatkan SOL pada
hipofisis, dan akral dingin
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:

b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):


Keluarga dan klien mengataka bahwa klien tidak memiliki alergi
dalam hal apapun.

c. Imunisasi:
Keluarga klien mengatakan tidak tahu tentang imunisasi apa saja yang
pernah diberikan pada klien

d. Kebiasaan/pola hidup/life style:

e. Obat-obat yang digunakan


Keluarga mengatakan bahwa klien pernah mengkonsumsi obat yang di
beli dari warung saat pusing
5. Riwayat penyakit keluarga:

23
Keluarga klien mengatakan bahwa di dalam keluarga tidak ada yang
memiliki riwayat diabetes indipidus

Genogram:

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Menikah

: Pasien

: Meninggal

: Tinggal
serumah

III. Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


Kurang baik
Interpretasi :

Klien mengatakan bahwa dengan keluhan yang dialami saat ini, terjadi
perubahan terkait persepsi kesehatan pada dirinya. Klien merasa tidak tahu
apa-apa tentang penyakit yang di alami .
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
Clinical Sign :
-tingkat kesadara spoor koma
Akral dingin
SOL pada hipofisis

24
-lemas dan pusing
Interpretasi :
Klien mengatakan bahwa badannya lemas dan tidak pasien sempat
tidak sadarkan diri
3. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : >10 kali sehari
- Jumlah : >3000ml
- Warna :
- Bau : bau kha urin.
- Karakter :-
- BJ :-
- Alat Bantu :
- Kemandirian : mandiri
- Lain :-
BAB
Klien BAB setiap 3 hari sekali

Interpretasi :

Klien mengatakan sering kencing khususnya pada malam hari.


4. Pola aktivitas & latihan
Klien melakukan aktivitas dengan mandiri, namun klien seringkali
merasakan kelelahan dan lemas. Saat melakukan aktivitas klien seringkali
meminta bantuan kepada petugas.
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting √

25
Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi / ROM √

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:


dibantu alat, 4: mandiri

Status Oksigenasi : Baik


Fungsi kardiovaskuler : Baik
Terapi oksigen : Klien tidak terpasang selang oksigen
Interpretasi : Klien dapat bernafas spontan tanpa bantuan oksigen

5. Pola tidur & istirahat


Durasi :
Gangguan tidur : klien mengatakan saat malam hari sering terbangun dan
sulit tidur dikarenakan klien sering kencing pada malam
hari.
Keadaan bangun tidur : klien terbangun karena ingin BAK.
Interpretasi :

- Klien mengatakan klien dapat tidur pada siang dan malam hari.
Walaupun kadang terjaga karena ingin BAK.

6. Pola kognitif & perceptual


Fungsi Kognitif dan Memori :
Sebelum dan saat MRS kognitif klien masih tetap baik, klien masih dapat
diajak bicara dan memberikan respon yang tepat, dan ingatan klien baik
saat dilakukan pengkajian

26
Fungsi dan keadaan indera :

7. Pola persepsi diri


Gambaran diri :
Klien dan keluarga klien mengatakan tidak ada masalah terhadap bentuk
tubuh klien
Identitas diri :
Klien tidak memiliki gangguan identitas diri, klien masih memiliki
orientasi yang baik terhadap dirinya sendiri
Harga diri :
Klien mengatakan tidak merasa minder walaupun sakit, klien dan keluarga
percaya bahwa akan segera diberikan kesembuhan.
Ideal Diri :
Ideal diri klien sedikit terganggu karena klien merasa tidak bisa menafkahi
keluarganya.
Peran Diri : Klien merupakan kepala keluarga dengan ibu dan satu anak,
beliau yang melayani istri dan anaknya.

8. Pola seksualitas & reproduksi


- Keluarga klien mengatakan bahwa klien sangat menyayangi suami dan
anaknya, oleh karena itu keluarga ingin cepat sembuh dan bersama
kembali dengan keluarganya di rumah

9. Pola peran & hubungan


- Keluarga klien mengatakan bahwa hubungan antara klien dengan
anggota keluarga yang lain baik, sehingga keluarga klien ingin klien
segera pulang agar dapat berjumpa lagi dengan anggota keluarga dan
saudara-saudaranya yang lain
- Terlihat bahwa keluarga selalu menemani klien saat di Rumah Sakit

27
10. Pola manajemen koping-stress
- keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap
sakit itu sebagai jalan yang harus di lewati dan dijalani sehingga
bagaimanapun keadannya harus diterima dan disyukuri

11. Sistem nilai & keyakinan


- Keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap
sakit itu sebagai jalan yang harus di lewati dan dijalani sehingga
bagaimanapun keadannya harus diterima dan disyukuri.
- Keluarga klien mengatakan saat sebelum sakit klien melakukan sholat
5 waktu dengan baik, saat ini hanya mampu terbaring di tempat tidur
IV. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum:

GCS=4-5-6

Tanda vital:

- Tekanan Darah : 70/40 mm/Hg


- Nadi : 120X/mnt
- RR : 24 X/mnt
- Suhu : 35,7ºC

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
Kepala simetris, tidak ada jejas, distribusi rambut normal, rambut hitam,
ada sedikit rambut yang putih, tidak ada lesi, tidak ada massa, tidak ada
nyeri tekan.

2. Mata

28
Sklera keruh, konjungtiva anemis, pupil isokor, distribusi bulu mata
merata, bagian kelopak dalam mata kotor, penglihatan mata kabur.

3. Telinga
Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada massa serta menurut keluarga klien
pendengaran normal, warna kulit telinga sama dengan warna kulit
sekitarnya, telinga dapat mendengar normal.

4. Hidung
Tidak terdapat kelainan bentuk, tulang hidung simetris, lubang hidung
normal, tidak ada lesi maupun jejas, tidak ada massa, warna kulit hidung
sama dengan warna di sekitarnya.

5. Mulut
Mulut kering, warna coklat, bibir simetris, tidak ada massa, tidak ada luka,

6. Leher
- Leher pasien terlihat simetris, tidak ada jejas maupun lesi, tidak ada
benjolan ataupun pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit dileher sama
dengan warna kulit sekitarnya, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan

7. Dada
I : Dada pasien terlihat simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada jejas
maupun lesi, iktus kordis tidak nampak, tidak ada pembesaran
P : Ketika diperkusi sonor di bagian kiri dan sonor pada bagian kanan, di
area jantung pekak
P : Pengembangan paru kanan kiri sama, tidak ada massa
A : Suara nafas vesikuler, bunyi jantung 1 dan 2 terdengar jelas, dan tidak
ada bunyi jantung tambahan

29
8. Abdomen
I : bentuk simetris kanan kiri, tidak ada jaringan parut, tidak terdapat
penonjolan di bagian perut, umbilicus letak simetris, perut cembung
A : denyut jantung janin 146 kali per menit
P : Bunyi sedikit timpani di setiap lapang perut, kecuali perut bagian
hepar bunyi pekak
P : Tidak teraba massa, perut terasa keras

9. Urogenital
- Klien tidak terpasang selang kateter
- Klien BAK >3000 cc/ hari, warna bening
- Klien BAB 3 hari 1 kali

10. Ekstremitas
- Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infuse..
- Ekstremitas bawah : Kaki kiri dan kanan dapat bergerak normal.
- kemampuan otot
4 4

4 4

11. Kulit dan kuku


Kulit pasien terlihat lembab, turgor kulit cukup. Kuku pendek, dan sedikit
pucat, CRT > 3 detik.
12. Keadaan lokal
Klien terlihat terbaring di tempat tidur dengan posisi terlentang, terpasang
infus ditangan sebelah kanan.

V. Terapi (jenis terapi, dosis, rute, indikasi, KI, implikasi keperawatan)

Infuse NaCl

Carbamazepine, chloropropamide

30
DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressin) (oral)

VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium

1. Osmolalitas urin 50-150 mosmol/L (normal= 300-450 mosmol/L).


2. Osmolalitas plasma >295 mosmol/L (normal<290 mosmol/L
3. Urea N: <3 mg/dL. (normal = 3 – 3,7 mg/L)
4. Kretinin Serum 75 IU/L. (Normal< 70 UI/L)
5. Bilirubin disek: 0,08 mg/dl. (Normal 0,1 – 0,3 mg/dl)
6. Bilirubin ditotal : 0,01 mg/dl. (Normal 0,3 – 1 mg?dl)
7. SGOT: 38 U/L. (Normal 5-40 IU/L)
8. SGPT: 18 U/L. (normal 9-43 IU / L)

VII. Pengkajian keperawatan

Data fokus

Data Subjektif Data Objektif


 Pasien mengatakan banyak  Minum 4-5liter/hari
kencing dimalam hari  Pasien tidak sadarkan diri
 Pasien mengatakan banyak  Tingkat kesadaran spoor koma
minum yaitu sekitar4-5  Pemeriksaan TTV:
liter/hari TD : 70/40mmHg
 Keluarga pasien mengatakan HR : 120x/menit
keluhan itu muncul setelah Suhu : 35,7C
pasien mengalami kecelakaan RR : 24x/menit
akibat tabrakan mobil Akral dingin
 Keluarga mengatakan pada  Hasil CT-scan : SOL pada
saat kecelakaan kepala pasien hipofisis
terbentur namun tidak dibawa  Pasien tampak lemah
ke RS karena pasien sadar dan
tidak mengalami luka
 Pasien mengatakan bahwa

31
kepalanya terasa pusing
 Pasien mengatakan bahwa
badannya lemas 2 jam SMRS

3.2 Analisa Data


No. Data Masalah Etiologi
1. Ds: Risiko Syok ↑ Curah jantung
- Pasien mengeluh Hipovelemik
kepalanya pusing Kehilangan cairan
- Pasien mengatakan berlanjut
bahwa badannya
lemas 2 jam SMRS Dehidrasi berat
Do :
- Pemeriksaan TTV: Risiko Syok
TD : 70/40mmHg Hipovelemik
HR : 120x/menit
Suhu : 35,7C
Akral dingin
- Hasil CT-scan : SOL
pada hipofisis
- Pasien tidak sadarkan
diri
- Tingkat kesadaran
spoor koma

2. Ds : Gangguan Ketidakmampuan
tubulus ginjal
- Pasien mengatakan eliminasi urin
mengkonsentrasi urin
banyak kencing karena tidak tersedianya
ADH
dimalam hari
- Do : Pasien
Urin keluar terus-
mengatakan banyak

32
minum yaitu sekitar4- menerus
5 liter/hari
Nocturia

Gnagguan eliminasi urin

Ds : kekurangan Pengeluaran urin


berlebih
- Pasien mengatakan volume cairan
banyak kencing dan elektrolit
Dehidrasi
dimalam hari
- Pasien mengatakan
Kekurangan volume
bahwa kepalanya
cairan
terasa pusing
- Pasien mengatakan
banyak minum yaitu
sekitar4-5 liter/hari
Do :
- Minum air 4-
5liter/hari
Ds4.: Intorelan Kelemahan
- Pasien mengatakan aktivitas
bahwa kepalanya Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
terasa pusing
- Pasien mengatakan
Intorelan aktivitas
bahwa badannya
lemas 2 jam SMRS
Ds:
- Klien tampak lemah
- TD : 70/40 mmHg
- Tampak lemah
Ds5.: Defisiensi Pasien mengeluarkan
urin terus-menerus

33
- Keluarga pasien pengetahuan
mengatakan keluhan
itu muncul setelah Pasien tidak tahu apa
yang terjadi
pasien mengalami
kecelakaan akibat
Kurangnya sumber
tabrakan mobil
pengetahuan
- Keluarga mengatakan
pada saat kecelakaan
Defisiensi pengetahun
kepala pasien
terbentur namun tidak
dibawa ke RS karena
pasien sadar dan tidak
mengalami luka
Do :
- Pasien terlihat tidak
mengerti dnegan
penyakitnya

3.3 Diagnosa Keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko syok hipovelemia b.d kehilangan cairan secara aktif d.d dehidrasi
2. Gangguan eliminasi urin b.d Ketidakmampuan tubulus ginjal
mengkonsentrasi urin karena tidak tersedianya ADH
d.d nokturia
3. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d kehilangan cairan secara aktif
d.d haus, kelemahan.
4. Risiko Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan cairan tubuh d.d dehidrasi,
kelemahan
5. Defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi d.d tidak familier dengan
penyakit.
.

34
3.4 Intervesi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawatan
1. Senin, 2 Risiko syok Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda vitalsetiap jam dan
september hipovelemia b.d keperawatan 2 x24 jam masalah kesadaran
2019 kehilangan cairan Risiko syok hipovelemia dapat 2. Tentukan penyebab kehilangan
secara aktif d.d teratasi dengan kriteria hasil : urin secara aktif
dehidrasi 1. Tanda-tanda vital rentan 3. Pantau masukan dan haluaran urin
normal setiap jam
TD : 120/70mmHg 4. Kolaborasi pemberian cairan IV
HR : 100X/menit 5. Instruksikan pasien dan keluarga
Suhu : 37C untuk mencatat intake dan output
RR : 24x/menit dengan tepat
2. Cairan tubuh pasien
adekuat
3. Membran mukosa basah,
turgor elastis.

2. Senin, 2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Urinary elimanation management

35
September, eliminasi urin b.d keperawatan 3 x24 jam masalah 1. Monitor dan kaji karakteristik
Ketidakmampuan
2019. gangguan eliminasi urin teratasi urine meliputi : frekuensi,
tubulus ginjal
mengkonsentrasi dengan kriteria hasil : konsistensi, bau,volume dan warna
urin karena tidak
1. Karakteristik urin normal 2. Batasi pemberian cairan sesuai
tersedianya ADH
d.d nokturia meliputi, warna, berat kebutuhan
jenis, jumlah, dan bau. 3. Anjurkan pasien/keluarga untuk
Dipertahankan pada skala mencatat waktu terakhir klien
2, ditingkatkan pada skala elimanasi urin
5 4. Kolaborasi untuk pemberian IV
2. Tidak terjadi nocturia.
Dipertahankan pada skala
2 dipertahankan pada skala
5
3. Pola eliminasi normal,
dipertahankan pada skala 3
ditingkatan pada skala 5
3. Senin, 2 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid management
September, volume cairan dan keperawatan 2 x 24 jam masalah 1. Pantau ttv
2019 elektrolit b.d risiko kekurangan volume cairan 2. Berikan cairan sesuai kebutuhan

36
kehilangan cairan teratasi dengan kriteria hasil : 3. Monitor status dehidrasi (suhu tubuh,
secara aktif d.d 1. Mampu mempertahankan kelembapan,membran mukosa)
haus, kelemahan. urin output sesuai dengan 4. Catat intake dan outpu
usia, BJ urin normal 5. Kolaborasi pemberian caira IV
2. TTV dalam batas normal 6. Kolaborasi dengan tim medis terkait
3. Tidak ada tanda-tanda pemberian obat dan terapi lebih lanjut
dehidrasi , elastisitas
turgor kulit membaik,
lembab dan mukosa basah.

4. Senin, 2 Risiko Intoleran Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji respon emosi, sosial, spiritual
September, aktivitas b.d keperawatan 2 x24 jam masalah terhadap aktivitas
2019 ketidakseimbangan risiko kekurangan volume cairan 2. Evaluasi motivasi dan keinginan
cairan tubuh d.d teratasi dengan kriteria hasil : pasien
kelemahan 1. Peningkatan energi yang 3. Tentukan penyebab keletihan dan
kemampuan untuk kelemahan
beraktivitas. 4. Kolaborasika dengan ahli terapi
Dipertahankan skala3, okupasi, fisik atau rekreasi
ditingkatkan pada skala 5.

37
2. Kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas
fisik yang paling dasar dan
aktivitas perawatan pribadi
3. Kemampuan untuk
melakukan aktivitas yang
dibutuhkan dan berfungsi
dirumah atau komunitas
5. Senin, 2 Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 5. Kaji pengetahun pasien mengenai
September, pengetahuan b.d keperawatan 1 x 24 jam masalah penyakitnya
2019 kurang nya risiko defisiensi pengetahuan 6. Jelaskan patofisiologi penyakitnya
informasi d.d tidak teratasi dengan kriteria hasil : dan bagaimana pengaruhnya
familier dengan 1. Klien dan keluarga terhadap bentuk dan fungsi tubuh
penyakit. mengetahui apa itu 7. Deksrepsikan tanda dan gejala
penyakit diabetes penyakit ayng diderita klien
insipidus 8. Diskusikan terpai pengobatan
2. Pasien dan keluarga yangdiberikan kepada klien
mengetahui faktor 9. Diskusikan perubahan gaya hidup
penyebab diabetes yang dilakukan untuk mencegah

38
insipidus terjadinya komplikas serta untuk
3. Pasien dan keluarga mengontro penyakit.
mengetahui tanda dan
gejala awal diabetes
insipidus
4. Pasien dan keluarga
mengetahui terapi
yang digunakan untuk
penderita diabetes
insipidus

39
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes insipidu yaitu ketidamampuan tubuh untuk mempertahankan air
akibat adanya patofisiologis pada hormon Vasopressin (AVP)/antidiuretic
hormone (ADH), dimana fungsi dari AVP ini mengatur konsentrasi urin,
vasopresin yang disintesis oleh magnocelullar neurons dan hypotalamic
supraoptic nulclei (SON) dan paraventricular nuclei (PVN) dilepas ke
dalam sirkulasi yaitu dari terminal saraf di kelenjar pituitari dan produksi
ADH mengalir deras sepanjang saluran hipotiroid-hypophyseal dan
disimpan di hipofisis posterior yang mana tepat di stimulus dari
osmoreseptor dilepas dari lokasi penyimpanan. Namun pada penderita
diabetes insipidus peran ADH dalam melakukan absorbsi tidak dapat
optimal sehingga klien mengalami poliurinaria yang menyebabkan klien
merasa haus terus menerus (polidipsi) akibat pengeluaran urin encer yang
melibihi batas normal

4.2 Saran
Bagi mahasiswa atau pembaca, Khususnya mahasiswa
Keperawatan lebih meningkatkan pemahaman mengenai penyakit diabetes
insipidus beserta dengan etiologi, manifestasi klinis dan melakukan
konsep asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai.

40
DAFTAR PUSTAKA

Annamalai, A. 2017. Medical Management of Psychotropic Side Effect. Springer


International : AG.

Bulechek, M gloria, Howark K Butcher, Joanne M Dochterman, Cheryl M


Wagner. (2016) . Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam.
Singapura : Elsevier Inc.
Hui, C., dan Jared, R, M. 2019. Diabetes Insipidus. LLC.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470458/ [Diakses pada tanggal 1


september 2019]

Kuntoadi, G, B. 2019. Buku Ajar Anatomi Fisiologi : untuk mahasiswa Apikes


semester-1. Jakarta : Panca Terra Firma

Kochhar, R. S., dan S. Ball. 2017. Diabetes insipidus. Medicine 2017.(05):1 - 4


http://dx.doi.org/10.1016/j.mpmed.2017.05.002

Kusmana, Felix. 2016. Diabetes Insidipus – Diagnosis dan Terapi. CDK. Vol. 43,
No. 11

Lesmana, R., Goenawan, H., & Abdulah, R. (2017). Fisiologi Dasar Untuk
Mahasiswa Farmasi, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: CV Budi
Utama.
Lu, H, A, J. 2017. Aquporins, advances in experimental medicine and biology.
Springer scince.

Moorhead, Sue. et al. 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC). 5th Edisi.
United States of America : Elsevier.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Editor T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC

Tjokroprawiro, a., setiawan, p. b., santoso, d., soegiarto, g., & rahmawati, l. d.
(2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr.Soetomo Surabaya. Surabaya:
Airlangga University Press (AUP).

41
42

Anda mungkin juga menyukai