2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan
tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997).
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba; tangan dan jari-
jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan
atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam penentuan densitas, lokasi, dan posisi
struktur di bawahnya (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara,
yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan (Dewi Sartika,
2010).
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-
macam organ dan jaringan tubuh (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,6666 1997).
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-
hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika,
2010)
2.4 Tanda – Tanda Vital
Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau kondisi
klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang
diberikan. Penggunaan tanda – tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui respons
terhadap stress fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan keperawatan. Hal ini sangatlah
penting sehingga disebut tanda – tanda vital.
Waktu untuk mengukur tanda – tanda vital:
1. Saat klien pertama kali masuk ke fasilitas
2. Saat memeriksa klien pada kunjungan rumah
3. Di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program
4. Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostic invasif
5. Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah
6. Saat keadaan umum klien berubah
7. Sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat.
8. Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda – tanda vital
9. Saat klien mendapat gejala fisik yang non spesifik
10. Menggigil adalah respon tubuh terhadap perbedaan suhu dalam tubuh.
b. Nadi
Nadi adalah gerakan atau aliran darah pada pembuluh darah arteri yang dihasilkan
oleh kontraksi dari ventrikel kiri jantung. Denyut nadi adalah rangsangan kontraksi jantung
yang dimulai dari nodes sinouri atau nodus sinos atrial yang merupakan bagian atas serambi
kanan jantung. Salah satu indikator kesehatan jantung adalah terjadinya peningkatan denyut
nadi pada saat beristirahat. Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas
kesehatan yang melakukan pemeriksaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi
irama dan kuat lemah nadi ). Mengukur denyut nadi yang terasa pada pembuluh darah arteri
yang disebabkan oleh gelombang darah yang mengalir di dalamnya sewaktu jantung
memompa darah ke dalam aorta atau arteri.
Adapun tujuan dari pemeriksaan nadi adalah untuk mengetahui kerja jantung, untuk
menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada pembuluh darah, untuk menentukan
denyut nadi normal atau tidak.
Kecepatan denyut jantung bereaksi pada rangsangan yang ditimbulkan oleh system
saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Beberapa hal yang mempengaruhi jumlah denyut:
emosi, nyeri, aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi bertambah bila tekanan darah
turun karena jantung berusaha meningkatkan keluarnya darah.
Pemeriksaan nadi
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan nadi terdiri dari: Alat penghitung denyut nadi,
jam tangan / arloji dan buku catatan.
Pelaksanaan
a)Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
b)Mempersiapkan alat yang dibutuhkan
c)Membawa alat kedekat pasien
d)Mengatur posisi pasien
e)Meraba / menghitung denyut nadi pada tempat-tempat denyut nadi( temporalis, karotis,
apikal, brakialis, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis), sesuai
keadaan umum pasien .
f) Menghitung dengan ujung jari kedua, ketiga, empat dan tekan dengan lembut
g) Mengetahui atau melaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung denyut
jantung
h) Jika denyut teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan 2. Apabila denyut
tidak teratur dan pada paien yang baru dilakukan pemeriksaan hitung selama 1 menit penuh.
i) Mencuci tangan
j) Mencatat hasil.
c. Pernafasan
Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh, serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 (karbon dioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Secara normal orang dewasa
bernafas kira – kira 16 – 20 x/menit, sementara bayi dan anak kecil lebih cepat daripada
orang dewasa. Naiknya kecepatan bernafas disebut polypnea. Jika suhu badan naik kecepatan
bernafas bertambah, karena tubuh berusaha melepaskan diri dari kelebihan panas.
Selain itu ada juga faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan diantaranya adalah
olahraga, stress, peningkatan suhu lingkungan, dan penurunan konsentrasi oksigen pada
darah yang tinggi.
Tujuan dari pemeriksaan atau menghitung pernafasan adalah untuk mengetahui
keadaan umum pasien, untuk mengikuti perkembangan penyakit dan untuk membantu
menentukan salah satu penyokong diagnose.
d. Suhu
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai
kondisi metabolisme dalam tubuh , dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui
metabolisme darah. Suhu tubuh perlu dijaga keseimbangannya, yaitu antara jumlah panas
yang hilang dengan jumlah panas yang diproduksi. Proses pengaturan suhu terletak pada
hypothalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian depan hypothalamus dapat mengatur
pembuangan panas dan bagian hypothalamus belakang mengatur upaya penyimpanan
panas. Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan
hypothalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan
panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah
klinis yang dialami klien
Adapun faktor yang mempengaruhi suhu tubuh diantaranya adalah :
a) Usia : pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif terhadap
suhu yang ekstrem.
b) Olahraga: meningkatkan produksi panas.
c) Kadar hormon: perempuan mengalami frekuensi suhu tubuh yang lebih besar dari laki – laki.
d) Lingkungan : suhu tubuh secara normal berubah 0,5˚ selama 24 jam titik terendah pada pukul
1 – 4 dini hari.
Pemeriksaan suhu
a. Dimulut Atau Oral
Alat yang digunakan :
a) Thermometer oral
b) Botol berisi larutan sabun
c) Botol larutan desinfektan
d) Botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa
e) Potongan tertutup pada tempatnya
f) Bengkok
g) Alat tulis
Pelaksanaan :
a) Mencuci tangan
b) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
c) Mengatur posisi pasien (duduk/tidur)
d) Thermometer diperiksa apakah air raksa sudah turun jika belum ayun – ayun dengan hati –
hati sampai air raksa penuh pada titik angka terendah (dibawah 35˚c).
e) Anjurkan pasien untuk membuka mulut, letakkan reservoin thermometer dibawah lidah
kemudian anjurkan pasien untuk menutup mulut.
f) Tunggu 10 menit, keluarkan thermometer dan keringkan dengan silstep 1 kali dengan
tekanan yang mantab dari atas ke reservoin dengan putaran.
g) Baca hasilnya dengan meletakkan thermometer horizontal setinggi mata putar – putar
diantaranya jari sampai batas air raksa jelas.
h) Catat hasil di buku catatan.
b. Diketiak/ aksila
Alat yang digunanakan :
a) Thermometer Aksila.
b) Botol Berisi Larutan Sabun.
c) Botol Berisi Larutan Desinfektan.
d) Botol Berisi Air Bersih Didalamnya, Dialasi Dengan Kain Kasa.
e) Potongan Tertutup Pada Tempatnya.
Pelaksanaan
a) menempatkan thermometer ke tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan di bawah
klien.
b) Biarkan thermometer di tempat tersebut.
Termomter air raksa 5 – 10 menit.
Thermometer digital sampai sinyal terdengar.
c) Keluarkan thermometer dengan hati – hati.
d) Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari arah atas ke reservoir, buang
tisu di bengkok.
e) Baca air raksa atau digitalnya.
f) Membantu klien merapikan bajunya.
g) Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal.
h) Mengembalikan thermometer pada tempatnya
i) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
j) Mencatat hasil
Pelaksanaan :
a) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Mendekatkan alat ke samping klien
c) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d) Memasang tirai
e) Membuka pakaian bawah
f) Mengatur posisis klien
g) Dewasa : SIM atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah perut
h) Bayi atau anak : tengkurap atau terlentang
i) Melumasi ujung thermometer dengan Vaseline
j) Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri (untuk orang dewasa).
k) Minta klien menarik nafas dalam dan memasukkan thermometer secara perlahan ke dalam
anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa. Dan pada bayi 1,2 – 2,5 cm.
l) Pegang thermometer di tempatnya selama 2 – 3 menit (orang dewasa) dan 5 menit (untuk
orang laki – laki).
m) Keluarkan thermometer dengan hati – hati.
n) Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dan buang tisu ke bengkok.
o) Baca air raksa dan digitalnya.
p) Merapikan pasien.
q) Membersihkan thermometer air raksa.
r) Menurunakn tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal.
s) Mengembalikan thermometer pada tempatnya.
t) Melepas sarung tangan.
u) Mencuci tangan.
v) Mencatat hasil.
2. Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan kepala bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala serta untuk
mengetahui luka dan kelainan pada kepala. Tindakan yang apat dilakukan dalam pemeriksaan
kepala yaitu dengan cara:
a. Inspeksi: Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke
kanan atau ke kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
b. Palpasi: Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala
sesuai kebutuhan.
3. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan mata bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan
pengelihatan, visus dan otot-otot mata) dan untuk mengetahui adanya kelainan atau
peradangan pada mata. Tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan mata dapat
dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi : Kelopak mata ada radang atau tidak, kesimetrisan kanan dan kiri, reflek kedip
baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor kanan atau kiri (normal), miosis/mengecil,
pin point/sangat kecil (suspek SOL), medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah
meninggal).
b. Inspeksi Gerakan Mata
a) Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan.
b) Amati adanya nistagmus atau gerakan bola mata ritmis (cepat/lambat).
c) Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi.
d) Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala pasien tetap
lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
c. Inspeksi Medan Pengelihatan
a) Berdirilah didepan pasien.
b) Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa.
c) Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang,
misal: pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
d) Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian tarik
atau jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik mana benda
mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil akurat).
d. Pemeriksaan Visus Mata
a) Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar).
b) Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai kebijakkan
masing ada yang 6 dan 7 meter).
c) Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.
d) Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri.
e) Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar sampai yang
terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.
f) Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
e. Palpasi: Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada
peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri
tekan.
4. Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan hidung bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung serta untuk
mengetahui adanya inflamasi/sinusitis. Tindakan yang dapat dilkakukan dalam pemeriksaan
yaiu dengan cara:
a. Inspeksi: melihat kesimetrisan hidung, melihat ada atau tidak inflamasi, dan secret.
b. Palpasi: apakah ada nyeri tekan, massa.
5. Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan telinga bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga dan untuk mengetahui fungsi pendengaran. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan cara:
a. Inspeksi dan Palpasi telinga baik luar dan dalam
telinga luar:
a) Inspeksi: melihat kesimetrisan daun telinga, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
b) Palpasi: menekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
telinga dalam:
Untuk dewasa : daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
Untuk anak : daun telinga ditarik kebawah
b. Pemeriksaan Pendengaran
a. Pemeriksaan dengan Bisikan
a) Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
b) Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
c) Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”.
d) Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar.
e) Melakukan pemeriksaan telinga yang satu.
f) Bandingkan kemempuan mendengar telinga kanan dan kiri.
b. Pemeriksaan dengan Arloji
a) Mengatur susasana tenang.
b)Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
c) Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.
d)Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi telinga dan suruh pasien menyatakan
tak mendengar lagi.
e) Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
c. Pemeriksaan dengan Garpu Tala
a. Tes Rinne
a) Pegang garpu tala (gt) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan.
b) Letakkan gt pada prosesus mastoideus klien.
c) Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa sewaktu tidak merasakan getaran.
d) Kemudian angkat gt dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm,
dengan posisi parallel dengan daun telinga.
e) Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara atau tidak.
f) Mencatat hasil pemeriksaan.
b. Tes weber
a) Pegang gt pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau jari.
b) Letakkan tangkai gt di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.
c) Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas antara telinga kana dan kiri atau
hanya jelas pada satu sisi saja.
d) Mencatat hasil pemeriksaan.
c. Tes Swebeck
Digunakan untuk mengetahui atau membandingkan pendengaran pasien dengan
pemeriksa, dengan cara mendekatkan gt pada telinga klien kemudian dengan cepat di
dekatkan ke telinga pemeriksa.
4. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Pemeriksaan mulut dan faring bertujuan untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada
mulut dan untuk mengetahui kebersihan mulut. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi: melihat dan mengamati bibir apa ada kelainan kogenital (bibir sumbing), warna,
kesimetrisan, kelembaban, pembengkakkan, lesi. mengamati jumlah dan bentuk gigi, gigi
berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Cara inspeksi mulut dalam dan faring:
a) Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya
lesi.
b) Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi.
c) Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta
klien menjulurkan lidah dan berkata “ah” amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap
faring, amati tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
b) Palpasi: pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor,
pembengkakkan dan nyeri. Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari
telunjuk dengan memekai handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “el” sambil
menjulurkan lidah, pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk,
posisi ibu jari menahan dagu. catat apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.
5. Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan struktur integritas leher, untuk mengetahui
bentuk leher dan organ yang berkaitan,dan untuk memeriksa sistem limfatik. Pemeriksaanya
dapat dilakukan dengan cara
a. Inspeksi: melihat dan mengamati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, ada atau
tidaknya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan ada atau tidaknya massa, kesimeterisan
leher dari depan, belakang dan samping kanan dan kiri.
b. Palpasi: letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan
adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.).
7. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Pemeriksaan Muskuloskeletal bertujuan untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang
dan persendian serta untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan gangguan-gangguan
pada daerah tertentu. Tindakkan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan muskuloskeletal
adalah:
a. Muskuli/otot
a) Inspeksi: Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada
perbedaan dengan meteran).
b) Palpasi: Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya
kelemahan dan kontraksi tiba-tiba.
c) Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa dan bandingkan tangan kanan dan kiri.
d) Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah,
suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah
sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
b. Tulang/ostium
a) Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
b) Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakan
c. Persendiaan/articulasi
a) Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
b) Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan.
c) Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll).
8. Pemeriksaan Sistem Neurologi
Pemeriksaan sistem neurologi bertujuan untuk mengetahui integritas sistem
persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial, sensori, motor dan reflek. Tindakkan yang
dapat dilakukan dalam pemeriksaan sistem neurologi yaitu dengan cara:
a. Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
a) Olfaktorius/penciuman
Yaitu dengan meminta pasien membau atau mencium aroma kopi dan vanilla atau
aroma lain yang tidak menyengat. Apakah pasien dapat mengenali aroma.
b) Opticus/pengelihatan
Yaitu dengan meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda
disekitar, jelas atau tidaknya.
c) Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil
Yaitu dengan mengkaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya dan
akomodasinya.
d) Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah
Yaitu dengan mengkaji arah tatapan, minta pasien melihat ke atas dan bawah.
e) Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang
Yaitu dengan menyentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek
kornea (reflek nagatif (diam)/positif (ada gerkkan), mengukur sensasi dari sentuhan ringan
sampai kuat pada wajah, mengkaji nyeri menyilang pada kuit wajah, dan mengkaji
kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot rahang.
f) Abdusen/gerakkan bola mata menyamping
Yaitu dengan menkaji arah tatapan, dan meminta pasien melihat kesamping kiri dan
kanan.
g) Facial/ekspresi wajah dan pengecapan
Yaitu dengan meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah, mengembungkan pipi,
menaikkan dan menurunkan alis mata, dan melihat kesimetrisannya.
h) Auditorius/pendengaran
Yaitu dengan mengkaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, dan menyuruh klien
mengulangi kata/kalimat.
i) IX Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah
Yaitu dengan meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal
lidah, dan gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek gag” serta meminta klien
untuk mengerakkan lidahnya.
j) Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara
Yaitu dengan menyuruh pasien mengucapkan “ah”, dan menkaji gerakkan palatum dan
faringeal serta memeriksa kerasnya suara pasien.
k) Asesorius/gerakan kepala dan bahu
Yaitu dengan meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang
ditahan oleh pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan.
l) Hipoglosal/posisi lidah
Yaitu dengan meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan
menggerakkan ke berbagai sisi.
c. Pengkajian Reflex:
a. Refleks Bisep
a) Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah).
b) Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain
diatas tendon bisep.
c) Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks.
b. Refleks Trisep
a) Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa.
b) Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi.
c) Meminta pasien untuk merilekkan lengan.
d) Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang.
e) Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek.
c. Refleks Patella
a) Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi.
b) Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada.
c) Pukul tendo patella, kaji refleks.
d. Refleks Brakhioradialis
a) Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa.
b) Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi.
c) Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer, catat reflex.
e. Reflex Achilles
a) Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada pemeriksaan
patella.
b) Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa.
c) Pukul tendo Achilles, kaji reflek.
f. Reflex Plantar (babinsky)
a) Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick harmmer.
b) Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki sampai
dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif telapak kaki akan
tertarik ke dalam.
g. Refleks Kutaneus
Gluteal
a) Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya.
b) Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas.
c) Reflek positif spingter ani berkontraksi.
Abdominal
a) Minta klien berdiri/berbaring.
b) Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji gerakkan reflek
otot abdominal.
c) Ulangi pada ke-4 kuadran (atas kiri dan kanan dan bawah kiri dan kanan).
Kremasterik/pada pria
a) Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas.
b) Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang diransang