Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH GLUTATHIONE TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER

POST THAWINGDALAM PENGENCER YANG MENGANDUNG


DIMETYLSULFOXIDE (DMSO)
Fitri Rizqi Amalia1), Suyadi2)dan Achadiah Rachmawati2)

1). Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang


2). Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang

ABSTRACT

The purpose of the study was to know the effect of glutathione on quality of post thawing
Boer goat spermatozoa. Semen was collected twice a week using artificial vagina from goats
aged of 2 to 2.5 years with body weight 70-90 kg. Semen was diluted in Tris aminomethane
medium, containing 10% (v/v) egg yolk and 7,5% dimethylsulfoxide (DMSO) in 100 ml. Semen
diluents were added with glutathione with doses of 0; 6; 13 and 19 mM as treatments P0, P1, P2
and P3 respectively. Data were analysed by randomized block design with 4 treatments with 10
replications.The result showed that percentage of motility before freezing and viability after
diluting in 6 mMglutathione (69.00% and 93.80%) were significantly higher (P<0.01) than 0; 13
and 19 mM (68.00, 65.00, 66.50% and 86.80, 91.65, 84.65%, respectively). The percentage of
motility after diluting and post thawing in 6 mM (75.00% and 29.50%) were significantly higher
(P<0.05) than 0; 13 and 19 mM (75.00, 73.00, 73.50% and 27.50, 26.50, 27.00%, respectively).
The percentage of viability before freezing, post thawing and abnormality sperm were not
significantly different (P>0.05). Therefore, it was concluded that the addition 6 mM glutathione
gave the higest motility and viability Boer Goat sperm.
Key Word: Glutathione , extender and quality Boer Goat semen

PENGARUH GLUTATHIONE TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER


POST THAWINGDALAM PENGENCER YANG MENGANDUNG
DIMETYLSULFOXIDE (DMSO)
Fitri Rizqi Amalia 1), Suyadi 2) and Achadiah Rachmawati 2)

1). Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang


2). Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan glutathione
terhadap kualitas semen kambing boerpost thawing. Semen ditampung dua kali per minggu
dengan menggunakan vagina buatan dari tiga ekor pejantan kambing Boer berumur 2-2,5 tahun
dengan bobot antara 70-90 kg. Larutan pengencer yang digunakan adalah Tris aminomethane
yang mengandung 10% (v/v) kuning telur dan 7,5% dimethylsulfoxide (DMSO) sebanyak 100 ml.
Pengencer semen ditambah glutathione masing-masing dengan dosis 0; 6; 13 dan 19 mM sebagai
perlakuan P0, P1, P2 dan P3. Metode yang digunakan adalah percobaan dengan pola Rancangan
Acak Kelompok dengan 4 perlakuan dengan 10 ulangan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persentase motilitas spermatozoa selama pendinginan dan viabilitas spermatozoa setelah
pengenceran dapat meningkatkan (P<0,01) dengan penambahan glutathione 6 mM, masing-
masing 69,00% dan 93,80% dibandingkan penambahan 0; 13 dan 19 mM glutathione yang
hasilnya secara berturut-turut 68,00; 65,00; 66.50% dan 86,80; 91,65; 84,65%), serta persentase
motilitas spermatozoa setelah pengenceran dan post thawing dapat meningkat (P<0,05) dengan
penambahan glutathione 6 mM, masing-masing 75,00% dan 29,50% dibandingkan penambahan
0; 13 dan 19 mM glutathione yang hasilnya secara berturut-turut (75,00; 73,00; 73,50% dan
27,50; 26,50; 27,00%), tetapi penambahan glutathione (0; 6; 13 dan 16 mM) tidak berpengaruh
(P>0,05) terhadap persentase viabilitas spermatozoa selama pendingingan dan post thawing, serta
abnormalitas setelah pengenceran, pendingingan dan post thawing. Dapat disimpulkan bahwa
penambahan glutathione 6 mM dapat memberikan hasil yang optimal untuk motilitas dan
viabilitas setelah pengenceran, pendinginan dan post thawing.
Kata kunci: Glutathione , pengencer dan kualitas semen kambing boer

PENDAHULUAN Faktor yang mempengaruhi


keberhasilan IB, antara lain: kualitas semen
Peningkatan produktivitas kambing beku, keterampilan inseminator, kondisi
Boer dengan cara perkawinan alami masih fisiologi dari betina dan waktu pelaksanaan
belum efektif di kalangan peternakan IB. Pelaksanaan IB rawan akan kegagalan,
rakyat.Hal ini disebabkan oleh peternak salah satu faktor kegagalan dalam
umumnya hanya memiliki jumlah pejantan pelaksanaan IB disebabkan oleh kualitas
yang terbatas untuk dikawinkan dengan semen beku yang rendah sehingga
kambing betinanya, sehingga menyebabkan berdampak pada motilitas spermatozoa yang
rendahnya produktivitas kambing Boer. rendah pula. Guna menjaga kualitas
Kambing boer merupakan salah satu spermatozoa yang terdapat dalam straw
kambing pedaging yang mempunyai tetap terjaga diperlukan nitrogen cair yang
pertumbuhan cepat. Kambing ini dapat cukup untuk penyimpanan semen beku dan
mencapai bobot 35-45 kg pada umur 5-6 krioprotektan yang terkandung di dalam
bulan dengan pertambahan bobot badan pengencer.Ketersediaan nitrogen cair dalam
harian 0,02-0,04 kg per hari. Kambing boer kontainer harus mencukupi atau 1/3
mempunyai ciri-ciri fisik, yaitu tubuhnya kontainer harus terisi dengan nitrogen cair
yang lebar, berkaki pendek, berhidung (Putranti dkk. 2010).
cembung, bertelinga panjang menggantung, Media pengencer untuk semen beku
berkepala warna cokelat kemerahan atau harus mengandung krioprotektan guna
coklat muda hingga coklat tua (Lu, 2001). melindungi spermatozoa. Krioprotektan
Banyak peternak Indonesia berlomba-lomba yang sering digunakan untuk pengencer
untuk memelihara kambing boer karena semen beku adalah krioprotektan
keunggulan yang ada. Salah satu cara untuk ekstraseluler, seperti kuning telur, dan
memperoleh bibit kambing boer yang intraseluler seperti gliserol,
unggul adalah dengan teknologi Inseminasi dimethylsulfooxide(DMSO) dan Etylen
Buatan (IB) yang dapat mempercepat Glycol. Salah satu jenis media pengencer
perkembangan populasi dan meningkatkan untuk semen kambing adalah Tris
mutu genetik ternak. aminomethane kuning telur.Pengencer ini
mengandung krioprotektan ekstraseluler
berupa kuning telur yang mengandung ada menjadi molekul yang kurang
lipoprotein dan lesitin yang berfungsi mempunyai dampak negatif, misalnya α-
sebagai pelindung (krioprotektan) pada tokoferol, glutathione dan vitamin C.
pembekuan semen.Kuning telur sebagai Glutathione adalah antioksidan sulfhydril
bahan krioprotektan esktraseluler berfungsi (-SH), antitoksin dan kofaktor enzim yang
sebagai media penyedia makanan, sumber mempunyai sifat menetralkan radikal bebas
energi dan pelindung eskraseluler (Kidd, 1997).
spermatozoa dari cold shock (Ihsan, Berdasarkan uraian tersebut, maka
2011).Penambahan krioprotektan di dalam perlu diadakan penelitian mengenai
media pengencer seperti dimethylsulfooxide penambahan glutathione terhadap kualitas
(DMSO) merupakan salah satu alternatif semen Kambing Boer post thawing
untuk mengatasi rendahnya kualitas semen menggunakan pengencer Tris aminomethane
beku kambing akibat cold shock. Hal ini kuning telur yang mengandung DMSO yang
didasarkan pada peranan krioprotektan diharapkan dapat mengurangi dan mencegah
adalah mencegah terbentuknya kristal es dan timbulnya radikal bebas yang merusak
menstabilkan membran plasma selama membran plasma, sehingga kualitas semen
proses pembekuan (Kusumaningrum dkk., beku kambing boer dapat dipertahankan
2002). sampai saat IB dilakukan
Masalah yang sering timbul pada
proses pembekuan semen adalah rusaknya MATERI DAN METODE
membran plasma spermatozoa
akibatterbentuknya peroksidasi lipid. Penelitian ini menggunakan semen
Keadaan ini terjadi karena membran segar kambing boer yang dikoleksi dari tiga
spermatozoa banyak mengandung asam ekor kambing Boer berumur ± 2-2,5 tahun,
lemak tak jenuh yang sangat rentan terhadap satu ekor betina dewasa pemancing,
kerusakan peroksidasi(Maxwell dan Watson, pengencer semen (Tris aminomethane, asam
1996).Sikka (1996) menyatakan bahwa sitrat,fruktosa, kuning telur, aquabides,
spermatozoa mamalia kaya akan asam streptomysin, penisilin, DMSO), pewarna
lemak tidak jenuh dan sangat mudah terkena eosin-negrosin, NaCl 3%, glutathione,
Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat nitrogen cair, vaselin, alkohol 70%, dan
mengakibatkan penurunan motilitas aquabidest).
spermatozoa serta meningkatkan kerusakan Alat yang digunakan dalam
morfologi yang berpengaruh terhadap penelitian ini adalah: satu set vagina buatan
kapasitasi spermatozoa dan reaksi akrosom. kambing, kontainer, mikroskop, termometer,
Peroksidasi lemak pada membran plasma termos, gelas obyek dan penutup, tabung
merupakan mekanisme kunci dariROS yang Eppendorf, labu erlenmeyer, beaker glass,
mengakibatkan kerusakan spermatozoa dan hand tally counter, gelas ukur, timbangan
infertilitas. analitik, lemari es, pengaduk, kertas
Antioksidan merupakan senyawa saring, kertas lakmus, haemocytometer,
yang dapat mengubah radikal bebas yang pipet hisap, pipet ukur, dan tabung reaksi.
Penelitian ini menggunakan metode HASIL DAN PEMBAHASAN
percobaan laboratorium, data yang diperoleh
dianalisis dengan rancangan acak Kualitas Semen Segar
kelompok dengan 4 perlakuan dosis Rataan kualitas semen segar
Glutathione P0 = 0; 6; 13 dan 19 mM dan kambing boer hasil pengamatan selama
10 ulangan apabila terdapat perbedaan nyata penelitian dapat dilihat pada (Tabel 1).
maupun sangat nyata dilanjutkan dengan Uji
Jarak Berganda Duncan (UJBD) Tabel 1. Rataan Kualitas Semen Segar
(Yitnosumarto, 1993). Glutathione Kambing Boer
diencerkan dengan pengencer Tris
Pengamatan Rataan
aminomethane kuning telur dengan
Volume (ml/ejakulasi) 0,75±0,12
komposisi 10% kuning telur dan 7,5% Konsistensi Kental
DMSO (v/v). Warna PK
Bau Khas
Penampungan semen dilakukan pH 7
dengan metode vagina buatan (Toelihere, Motilitas massa 3+
Motilitas individu (%) 80
1993). Volume semen yang didapat dibagi Viabilitas (%) 85,15±8,29
menjadi empat bagian yang Abnormalitas (%) 11,70±5,04
sama,selanjutnya diencerkan dengan Konsentrasi (juta/ml) 6213±2039,57
pengencer yang telah disiapkan, dimasukkan Tabel 1 memperlihatkan bahwa
ke dalam tabung reaksidan diinkubasi secara makroskopis volume semen segar
selama 15 menit kemudian dievaluasi kambing boer berdasarkan hasil pengamatan
matilitas individu, viabilitas dan adalah 0,75±0,21 ml/ejakulasi. Volume ini
abnormalitas kemudian dilakukan filling dan lebih besar dari hasil penelitian Mahmilia
sealing straw. Straw yang telah siap dkk. (2006) yakni sebesar 0,53±0,21,
disimpan dalam lemari es dengan suhu sedangkan Ihsan (2011) menyebutkan
konstan (5oC) selama 30 menit untuk volume semen segar kambing Boer sebesar
ekuilibrasi. Setelah equilibrasi, semen dalam 1,00±0,30 ml/ejakulasi dan 1,4 ml (Hartono,
tabung reaksi dievaluasi kembali dan straw 2008). Konsistensi semen segar kambing
yang diinkubasi diuapkan diatas nitrogen boer dari hasil pengamatan adalah kental,
cair dengan ketinggian 4 cm selama 9 menit, hal ini sesuai dengan hasil penelitian
kemudian dimasukkan kedalam kontainer Mahmilia dkk (2006) yang menyebutkan
nitrogen cair (temperatur –196oC) untuk bahwa konsistensi semen segar Kambing
dibekukan. Pencairan kembali semen yang boer kental sampai encer. Susilawati (2011)
telah dibekukan dilakukan setelah >24 jam menyebutkan bahwa konsistensi berkorelasi
berada dalam kontainer dengan cara dengan konsentrasi spermatozoa.
mencelupkan straw ke dalam air bersuhu
Warna semen segar hasil
27oC selama 30 detik kemudian dievaluasi
pengamatan adalah putih kekuningan.
kembali motilitas individu, viabilitas dan
Warna semen hasil pengamatan adalah putih
abnormalitasnya.
kekuningan, hal ini menunjukkan bahwa
konsentrasi semen segar kambing boer Mahmilia dkk. (2006) menambahkan
cukup tinggi. Warna kekuning-kuningan motilitas massa semen segar kambing boer
disebabkan oleh adanya pigmen riboflavin antara 2+ sampai 3+. Motilitas individu
yang dibawakan oleh satu gen autosomal semen segarKambing boer hasil pengamatan
resesif dan tidak mempengaruhi terhadap sebesar 80%. Hasil tersebut telah sesuai
fertilitas (Toelihere, 1993). dengan penelitian Mahmilia dkk. (2006)
yang menyebutkan rataan motilias individu
Bau semen segar kambing boer hasil semen segar kambing Boer sebesar
pengamatan adalah bau khas semen. Bau 80,03±6,83%. Hasil rataan motilitas hasil
tersebut menunjukkan bahwa semen tersebut pengamatan telah memenuhi standar sebagai
normal dan tidak terdapat kontaminasi semen yang baik.
sehingga dapat dilakukan prosesing semen.
Kartasudjana (2001) menyebutkan bahwa Rataan viabilitas semen segar
semen yang normal umumnya memiliki bau kambing boer hasil pengamatan adalah
yang khas dari hewan tersebut, apabila 85,25±8,30%. Hasil ini sejalan dengan
terdapat bau busuk menunjukkan adanya penelitian Ihsan (2011) yang menyebutkan
nanah. pH semen segar kambing boer hasil bahwa viabilitas semen segar kambing boer
pengamatan didapatkan nilai sebesar 7 yang sebesar 85,50±3,60%. Nilai rataan
sesuai dengan pendapat Hartono (2008) abnormalitas semen segar kambing boerhasil
menyebutkan pH semen segar kambing boer pengamatan sebesar 8,75±5,05%. Kisaran
sebesar 7. rataan persentase abnormalitas spermatozoa
ini sesuai dengan pendapat Garner dan
Rataan konsentrasi spermatozoa Hafez (2000) menyebutkan bahwa
yang didapatkan selama pengamatan sebesar abnormalitas spermatozoa pada kambing
6213±2039,57 juta/ml. Mahmilia dkk (2006) berkisar 5-20%.Kualitas semen segar yang
dan Hartono (2008) menambahkan bahwa digunakan dalam penelitian ini adalah
konsentrasi spermatozoa kambing Boer semen yang mempunyai kualitas baik, hal
berturut-turut sebesar 2575,70±431,46 dan ini bertujuan agar spermatozoa lebih mampu
4242,50±1201,54 juta/ml. Adanya bertahan selama prosesing semen beku.
perbedaan antara rataan konsentrasi yang jau
lebih besar diduga adanya perbedaan Pengaruh Glutathione terhadap Motilitas
habitat, hal ini sesuai dengan pendapat Spermatozoa Kambing Boer Selama
Devendra dan Burn (1994) yang Prosesing Semen Beku
menyebutkan bahwa perbedaan rumpun dan
habitat dapat mempengaruhi volume Berdasarkan uji kualitas semen
ejakulasi, konsentrasi sperma dan persentase kambing boer setelah penambahan
hidup spermatozoa. glutathionedalam pengencer Tris
aminomethane kuning telur yang
Motilitas massa semen segar hasil mengandung DMSOdidapatkan nilai
pengamatan adalah 3+, hal ini sependapat motilitas sebagai berikut (Tabel 2).
dengan Ihsan (2011) menyebutkan motilitas
massa semen segar kambing boer adalah 3+.
Hasil analisis ragam menunjukkan mempertahankan (P<0,01) terhadap
bahwa setelah proses pengenceran, motilitas spermatozoa kambing boer selama
o
pendinginan (suhu 5 C) dan post thawing, pendinginan dan mempertahankan (P<0,05)
penambahan Glutathione 6 mM dalam selama proses setelah pengenceran dan post
pengencer Tris aminomethane kuning telur thawing.
yang mengandung DMSO dapat
Tabel 2. Persentase Motilitas Spermatozoa Kambing Boer selama Prosesing Semen pada
Masing-Masing Perlakuan

Prosesing Semen Kadar Glutathione (mM)


0 6 13 19
Setelah 75,00±0b 75,00±0 b
73,00±2,58a 73,50±2,11a
pengenceran (%)
Pendinginan (%) 68,00±2,58B 69,00±2,10B 65,00±2,88A 66,50±2,10AB
Post thawing (%) 27,50±4,40ab 29,50±2,58b 26,50±2,10a 27,00±2,58a
Keterangan : Notasi a-b yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0,05)Notasi A-B berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata
(P<0,01)

Berdasarkan uji lanjut Duncan epididimis domba setelah diencerkan antara


penambahan glutathione dengan 6 mM 50-80%. Selama proses pendinginan terjadi
memberikan hasil yang terbaik untuk penurunan motilitas karena adanya
mempertahankan motilitas spermatozoa perubahan suhu yang membuat spermatozoa
kambing boer selama proses prosesing harus beradaptasi dari suhu 37 oC menjadi
semen yang berawal dari setelah 5oC dan didiamkan selama 30 menit dan
pengenceran, pendinginan dan post thawing dikenal dengan istilah ekulibrasi. Waktu
yang rata-rata hasilnya sebesar 75, 69 dan ekuilibrasi tersebut relatif singkat karena
29,5%. Penambahan glutathione 6 mM secara normal waktu yang digunakan untuk
menunjukkan nilai motilitas 75% saat ekuilibrasi mencapai empat jam.Menurut
pengenceran. Penambahan glutathione Hafez (2000) menyebutkan ekuilibrasi dapat
sebanyak 13 mM dan 19 mM sedikit mencegah pengaruh negatif gliserol terhadap
mengalami penurunan yang nilainya antibiotika yang ditambahkan ke dalam
dibawah kontrol sebebsar 73% dan 73,5%. pengencer dan lama waktu yang disarankan
Meskipun terdapat sedikit penurunan, berkisar 4−6 jam.
motilitas spermatozoa masih dalam kisaran
normal dan layak untuk proses semen beku. Penambahan glutathione dengan
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan konsentrasi 6 mM memberikan hasil terbaik
Suzana (2002) menyebutkan bahwa untuk selama prosesing semen, meskipun setelah
tujuan pembekuan paling sedikit dibutuhkan proses pembekuan motilitas spermatozoa
70% spermatozoa hidup dan motil. Rizal kambing boer hanya mencapai 29,5%.
dan Herdis (2005) menyebutkan bahwa Tolihere (1993) menyebutkan bahwa semen
persentase motilitas spermatozoa asal cauda beku yang layak digunakan untuk progam
IB harus memiliki persentase motilitas sepertidimethylformalmide(DMF),dimethyls
paling sedikit 40%.Penurunan motilitas yang ulfoxide (DMSO),
signifikan ini diduga karena waktu Dimethylacematide(DMA) dan trehalosa
ekulibrasi yang relatif singkat, kurangnya lebih cocok untuk semen unggas.
konsentrasi kuning telur dalam pengencer
dan kurang sesuainya jenis krioprotektan Situmorang (2002) yang melaporkan
yang digunakan. Pengencer yang digunakan bahwa untuk semen cair (5oC) cukup
adalah Tris aminomethane kuning telur yang digunakan kuning telur 10% (v/v) dan untuk
mengandung DMSO, dalam hal ini kuning semen beku 20% (v/v). Ihsan (2011)
telur di dalam pengencer berfungsi sebagai menambahkan kuning telur itik dapat
krioprotektan ekstraseluler bersama-sama digunakan sebagai pengencer semen
dengan gula-gula sederhana seperti sukrosa, kambing boer dengan konsentrasi 20-30%,
rafinosa dan laktosa.Kuning telur yang namun untuk digunakan sebagai semen cair
ditambahkan adalah 10% dan penambahan dapat digunakan minimal 10%.
DMSO didalam pengencer dimaksudkan PengaruhGlutathione terhadap Viabilitas
untuk mempertahankan spermatozoa karena SpermatozoaKambing Boer Selama
DMSO berfungsi sebagai krioprotektan Prosesing Semen Beku
intraseluler, namun ternyata penggunaannya
dirasa kurang tepat untuk pembekuan Berdasarkan uji kualitas semen
semenkambing Boer. Hal ini didukung oleh kambing boer setelah penambahan
pendapat Kusumaningrum dkk. (2002) yang glutathione menggunakan pengencer tris
menyebutkan bahwa untuk pembekuan aminomethane kuning telur yang
semen mamalia krioprotektan yang paling mengandung DMSOdidapatkan nilai
umum digunakan adalah gliserol, sementara viabilitas spermatozoa Kambing boer
itu krioprotektan seperti sebagai berikut (Tabel 3).

Tabel 3. Presentase Viabilitas spermatozoa Kambing Boer setelah Prosesing Semen pada
Masing-masing Perlakuan

Prosesing Semen Kadar Glutathione (mM)


0 6 13 19
Setelah 86,80±7,29AB 93,80±3,19C 91,65±3,64BC 84,65±4,19 A
pengenceran (%)
Pendinginan (%) 89,90±5,20 90,77±4,09 88,3±4,45 84,50±8,13
Post thawing (%) 21,5±10,43 28,19±10,32 23,7±11,77 22,7±11,16
Keterangan : Notasi A-C berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01)

Hasil analisis ragam menunjukkan glutathione 6 mM dalam pengencer Tris


bahwa setelah proses pengenceran, aminomethane kuning telur yang
pendinginan (suhu 5oC) dan post thawing mengandung DMSO dapat mempertahankan
menunjukkan bahwa penambahan (P<0,01) terhadap viabilitas spermatozoa
kambing boer setelah proses pengenceran. Syariffudin dkk. (2012)
Penambahan glutathione dari semua menyebutkan konsentrasiglutathione yang
perlakuan tidak mampu mempertahankan memberikan hasil terbaik adalah 1 mM, hal
(P>0,05) terhadap viabilitas pendinginan ini desebabkan karena konsentrasi ini
dan post thawing. merupakan konsentrasi yang tepat dan pada
konsentrasi ini kemungkinan terjadi
Berdasarkan uji lanjut Duncan keseimbangan antara reaksi pengikatan
penambahan glutathione dengan 6 mM radikal bebas oleh glutathione dimana pada
memberikan hasil yang terbaik untuk konsentrasi ini akan terbentuk GSSG oleh
mempertahankan viabilitas spermatozoa enzim GSH-peroksidase dengan GSSG
kambing boer selama proses prosesing menjadi GSH oleh enzim GSH-reduktase.
semen yang berawal dari setelah Penambahan glutathione yang kurang
pengenceran dan pendinginan, dan sesuai mengakibatkan peningkatan
menunjukkan persentase viabilitas tertinggi ROSselama kultur in vitro yang dapat
pada post thawing yang rata-rata hasilnya menyebabkan kerusakan sel spermatozoa.
berturut-turut sebesar 75,69 dan
29,50%.Syarifuddin dkk. (2012) Penambahan glutathione 6 mM
menyebutkan penambahan 1 mM merupakan penambahan yang tepat karena
glutathione menjadi efektif karena dapat terbukti dari nilai viabilitas yang paling
mengurangi peningkatan ROS selama kultur tinggi dibandingkan dengan 0, 13 dan 19
in vitro yang dapat menyebabkan kerusakan mM selama prosesing semen. Kidd (1997)
sel spermatozoa. Penurunan nilai viabilitas menyebutkan bahwa glutathione
yang signifikan saat post thawing diduga adalahantioksidan penting yang dapat
spermatozoa disimpan dalam suhu (-196 oC) memproteksi mitokondria dari kerusakan
sehingga memungkinkan adanya perubahan akibat radikal bebas.Triwulaningsing dkk.
fisik selama proses pembekuan dan terjadi (2003) menambahkan bahwa penambahan
kontak antara semen dan udara pada saat antioksidan glutathione lebih efektif
prosesing semen menyebabkan radikal dibandingkan dengan 0,1% vitamin E,
bebas.Santoso (2010) menyebutkan bahwa karena pada hari ke 4 dan 8 didapat
proses pembekuan menyebabkan kerusakan persentase hidup spermatozoa masing-
membran spermatozoa akibat dari masing sebesar 66,42 % dan 54,11%.
pembentukan kristal-kristal es yang Penambahan glutathione 13 dan 19 mM
menyebabkan perbedaan tekanan osmotik kurang efisien diduga, karena konsentrasi
diluar dan didalam sel.Adanyaglutathione tersebut terlalu banyak. Menurut Uysal dan
dalam medium pengencer diharapkan dapat Bucak (2007) penambahan konsentrasi
mengurangi kerusakan membran glutathioneyang berlebih dapat
spermatozoa akibat peroksida lipid menimbulkan efek negatif atau efek toksik
walaupun pada saat post thawing nilai dari glutathione menyebabkan kematian
viabilitasnya sangat rendah. spermatozoa.
PengaruhGlutathione terhadap glutathione menggunakan pengencer Tris
Abnormalitas Spermatozoa Kambing aminomethane kuning telur yang
Boer Selama Prosesing Semen Beku mengandung DMSOdidapatkan nilai
abnormalitas spermatozoa kambing boer
Berdasarkan uji kualitas semen sebagai berikut (Tabel 4).
kambing boer setelah penambahan
Tabel 4. Peresentase Abnormalitas spermatozoa Kambing Boer setelah Prosesing Semen pada
Masing-Masing Perlakuan

Prosesing Semen Kadar Glutathione (mM)


0 6 13 19
Setelah pengenceran (%) 9,00±4,11 7,65±2,51 8,95±3,27 11,35±6,79
Pendinginan (%) 14,20±6,92 11,8±7,68 12,32±4,45 9,90±6,00
Post thawing (%) 14,9±6,89 21,0±11,55 14,45±6,94 17,43±7,60
disebabkan oleh kejutan dingin atau panas,
sinar-X, ketidakseimbangan nutrisi, dan
Hasil analisis ragam menunjukkan endokrin.
bahwa setelah proses pengenceran,
o
pendinginan (suhu 5 C) dan post thawing Peningkatan abnormalitas selama
menunjukkan bahwa penambahan prosesing semen juga diduga adanya
glutathione tidak dapat menurunkan nilai abnormalitas sekunder yang dilakukan saat
abnormalitas (P>0,05) spermatozoa prosesing semen dan juga karena peroksida
kambing boer.Perbedaan konsentrasi lipid.Rizal dan Herdis (2006) menyebutkan
glutathioneselama prosesing semen terhadap bahwa abnormalitas sekunder lebih banyak
abnormalitas spermatozoa diduga karena berupa terpisahnya ekor dari kepala akibat
pada setiap proses terdapat perubahan suhu terputus saat pembuatan pembuatan preparat
sehingga menyebabkan spermatozoa harus untuk keperluan evaluasi. Alawiyah dan
menyesuaikan dengan kondisi yang ada Hartono (2006) menyebutkan bahwa
yang memungkinkan terjadi stres dingin peroksidasi lipid akan menyebabkan
(cold shock) yang mengakibatkan tingginya kerusakan struktur dan terganggunya
persentase abnormalitas spermatozoa. Yani metabolisme spermatozoa yang berakibat
dkk, (2001) menyatakan bahwa semakin spermatozoa mati.Nilai abnormalitas selama
lama waktu penyimpanan maka semakin prosesing semen masuk dalam kategori
tinggi persentase abnormalitas yang cukup untuk pelaksanaan IB. Menurut
disebabkan oleh stres dingin dan Garner dan Hafez (2000) persentase
ketidakseimbangan tekanan osmotik akibat abnormalitas spermatozoa yang baik untuk
dari proses metabolik yang terus IB memiliki kriteria abnormalitas
berlangsung selama penyimpanan pada suhu spermatozoa 5-20%, berbeda dengan
5oC. Arifiantini, Yusuf dan Graha (2005) pendapat Hartono (2008) yang menyebutkan
menambahkan spermatozoa yang abnormal bahwa semen Kambing boer yang
tidak menunjukkan motilitas yang dibekukan masih memperlihatkan kualitas
progresif. Spermatozoa abnormal biasanya yang baik dan dapat digunakan untuk
pelaksanaan IB apabila nilai Devendra, C. dan M. Burn.1994. Produksi
abnormalitasnya berkisar 4,62-6,56%. Kambing di daerah Tropis.ITB.
Bandung.
KESIMPULAN
Djanuar.1985. Fisiologi Reproduksi dan
Penambahan glutathione dalam Inseminasi Buatan pada
pengencer yang mengandung DMSO Sapi.Terjemahan dari Physiology of
berpengaruh terhadap motilitas setelah Reproduction and Artifical
pengenceran, pendinginan, post thawing Insemination of Cattle.G. W.
dan viabilitas spermatozoa setelah Salisbury and N. L.
pengenceran, namun tidak memberikan VanDemark.Gadjah Mada University
pengaruh terhadap viabilitas pendinginan Press.Yogyakarta.
dan post thawing serta abnormalitas selama
prosesing semen serta glutathione 6 mM Garner, DL and Hafez ESE 2000.
dalam pengencer yang mengandung DMSO Spermatozoa and Seminal Plasma.p.
memberikan hasil yang optimal terhadap 96-109.In Hafez, B and E.S.E.
motilitas dan viabilitas spermatozoa Hafez (eds.) Reproduction In Farm
kambing boer setelah pengenceran, Animal. 7th ed. Lippincott &
pendinginan dan post thawing. Wilkins, Phladelphia.

SARAN Hafez, E.S.E. 2000.Reproduction in Farm


Animals.6th Ed. Lea & Febiger.
Berdasarkan hasil penelitian Philadelphia.
penambahan glutathione 6 mM dalam
pengencer efektif untuk menjaga kualitas Hartono, M. 2008. Optimalisasi
spermatozoa kambing boer, namun perlu Penambahan Vitamin E Dalam
adanya penelitian lebih lanjut mengenai Pengencer Sitrat Kuning Telur Untuk
penambahan konsentrasi kuning telur dalam Mempertahankan Kualitas Semen
pengencer lebih dari 10% dan Kambing
memperpanjang waktu ekuilibrasi lebih dari Boer.J.Indon.Trop.Anim.Agric. 33
30 menit untuk mempertahankan kualitas [1]: 11-19.
semen kambing boer post tahwing. Ihsan, M. N. 2011. Penggunaan Telur Itik
DAFTAR PUSTAKA Sebagai Pengencer Semen
Kambing.J. Ternak Tropika Vol. 12,
Arifiantini, I., T. L. Yusuf, dan Graha N. No.1: 10-14.
2005. Longivitas dan Recoveryrate
Pasca Thawing Semen Beku Sapi Kartasudjana, R. Teknik Inseminasi Buatan
Fresian Holstein Menggunakan Pada Ternak.Departemen Pendidikan
Bahan Pengencer Yang Berbeda. Nasional. Jakarta
Buletin Peternakan Vol. 29 (2): 53- Kidd, P. M. 1997. Glutathione : Systemic
61. Protectant Against Oxidative and
Free Radical Damage. Alternative Semen in Tris-Citrate-Glucose
Medicine Review.Vol. 2. No.3: 155- Extender Containing Glutathione . J.
176. Bangladesh Veterinarian. Vol. 27.
No. 2: 46-55.
Kusumaningrum, D. A., P. Situmorang., E.
Triwulaningsih dan R. G. Sianturi. Putranti, O. D., Kustono dan Ismaya. 2010.
2007. Penambahan Plasma Semen Pengaruh Penambahan Crude Tannin
Sapi dan Antioksidan Gluthatione Pada Sperma Cair Kambing
untuk Meningkatkan Kualitas Semen Peranakan Ettawa yang Disimpan
Beku Kerbau Lumpur (Bubalus Selama 14 Hari Terhadap Viabilitas
Bubalis). Seminar Nasional Spermatozoa. Buletin Peternakan
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Vol. 34(1): 1-7.
2007. Bogor. 188-194.
Rizal, M dan Herdis.2006. Inseminasi
Kusumaningrum D.A., P. Situmorang, A.R. Buatan pada Domba.Bogor : PT
Setioko, T. Sugiarti, E. Rineka Cipta
Triwulanningsih Dan R.G. Sianturi.
2002. Pengaruh Jenis dan Aras Santoso, E. B. 2010. Kualitas Semen Beku
Krioprotektan Terhadap Daya Hidup Rusa (Cervus Timorensis) pada Fase
Spermatozoa Entog. Balai Penelitian Fisiologis Ranggah Keras
Ternak. Bogor. Menggunakan Pengencer Andromed
dan Skim Kuning Telur.Skripsi.
Lu, C. D. 2001. Boer Goat Production: Fakultas Peternakan. Universitas
Progress and Perspective. Office of Brawijaya.
Vice Chancellor for Academic
Affairs, University of Hawai’i, Hilo, Setioko. A. R., Situmorang. P.,
Hawai’i 96720, USA. Triwulanningsih. E ., Sugiarti. Tdan
Kusumaningrum. D. A. 2002.
Mahmilia, F., Doloksaribu.. M dan Pengaruh Krioprotektan dan Waktu
Pamungkas. F. A. 2006. Ekuilibrasi Terhadap Kualitas dan
Karakteristik Semen Kambing Fertilitas Spermatozoa Itik dan
Boer.Seminar Nasional Teknologi Entog.JITV Vol. 7. No.4: 237-243.
Peternakan dan Veteriner 2006.533-
536. Sikka, S. 1996. Oxidative Stress And Role
of Antioxidants In Normal And
Maxwell, W.M.C And P.F. Watson. 1996. Abnormal Sperm Function. Frontiers
Recent Progress in The Preservation in Bioscience 1: 78-86.
of Ram Semen. J. Anim. Reprod.
Sci. 42:55-65. Situmorang. 2002. The Effect of Inclusion
of Exogenous Phospholipids in Tris-
Mishra, B., M. G. S. Alam., M. A. M. Y. Diluent Containing a Different Level
Khandokar., S. Mazumder and M. N. of Egg Yolk on TheViability of Bull
Munsi. 2010. Qualitities of Goat Spermatozoa. JITV 7:181-187.
Susilawati, T. 2011. Spermatology. UB of Glutathione Addition in Sperm
Press. Universitas Brawijaya. Diluents on The Quality of Bovine
Malang. Chilled Semen. J. of Agriculture.Vol.
1. No. 1: 64-69.
Suzana, E. 2002.Kaji Banding Kualitas
Semen Beku Sapi Potong yang telah Uysal, O dan Bucak, M. N. 2007. Effects of
Didistribusikan ke Lapang.Skripsi. Oxidized Glutathione ,Bovine Serum
Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Albumin, Cysteine and Lycopene nn
Pertanian Bogor. The Quality of Frozen-Thawed Ram
Semen. Acta Vet. Brno. 76: 383-390.
Syarifuddin, A., Desak, N. D. I. L dan
Wayan, B. 2012. Efektivitas Yani, A., Nuryadi, dan T. Pratiwi. 2001.
Penambahan Berbagai Konsentrasi Pengaruh Tingkat Substitusi Santan
Glutathione terhadap Daya Hidup Kelapa pada Pengencer Santan
dan Motilitas Spermatozoa Sapi Bali Kelapa terhadap Kualitas Semen
Post Thawing. Indonesia Medicus Kambing Peranakan Etawa (PE).
Veterinus.ISSN : 2301-7848: 173 – Skripsi. Fakultas Peternakan.
185. Universitas Brawijaya.

Toelihere, M. R. 1993.Inseminasi Buatan Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan,


pada Ternak.Angkasa. Bandung Perancangan, Analisis dan
Interpretasinya. Gramedia Pustaka
Triwulaningsih, E., P. Situmorang., T. Utama.Jakarta.
Sugiarti., R.G. Sianturi., dan D. A.
Kusumaningrum. 2003. The Effect

Anda mungkin juga menyukai