Anda di halaman 1dari 19

Lex Crimen Vol.I/No.

4/Okt-Des/2012

KEDUDUKAN DAN FUNGSI KEPOLISIAN dalam penyelenggaraan kepolisian secara


DALAM STRUKTUR ORGANISASI NEGARA proporsional dan professional sebagai
REPUBLIK INDONESIA1 syarat pendukung terwujudnya
Oleh: Ida Bagus Kade Danendra2 pemerintahan yang baik (goodgovernance).
Pemerintahan yang baik dapat terwujud
ABSTRAK manakala didukung oleh penyelenggara
Tujuan penelitian ini adalah untuk fungsi pemerintahan yang baik. Dengan
mengetahui bagaimana kedudukan demikian penyelenggaraan kepolisianyang
Kepolisian dalam struktur organisasi menjalankan salah satu fungsi
negara, dan bagaimana fungsi Kepolisian pemerintahan akan dapat mendukung
dalam sistim pemerintahan negara. Dengan pemerintahan yang baik bila terwujud
menggunakan metode penelitian kepolisian yang baik (goodpolice).
kepustakaan dapat disimpulkan bahwa: 1. Oleh karena itu di mana kedudukan
Mencermati hukum positif di Indonesia kepolisian dalam menjalankan fungsi
minimal ada empat instrumen hukum yang pemerintahan bidang keamanan dan
mengatur tentang kedudukan Polri, yakni ketertiban masyarakat sesuai dengan
Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/ 2000, paradigma baru polisi sipil atau non-militer
Keputusan Presiden No. 89 Tahun 2000, dalam sistem pemerintahan Indonesia,
Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang perlu dikaji secara ilmiah yang berpijak
Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan pada konsep HukumTata Negara dan
Keputusan Presiden No. 70 Tahun 2002 Hukum Administrasi, agar dapat ditentukan
tentang Organisasi Tata Kerja Kepolisian kedudukan kepolisian berada pada posisi
Negara Republik Indonesia. 2. Lembaga yang ideal berdasarkan ketatanegaraan,
Kepolisian sangat diperlukan oleh sehingga kepolisian benar-benar menjadi
masyarakat. Polisi berfungsi memelihara lembaga yang mandiri, modern,
keamanan dan ketertiban masyarakat proporsional dan profesional sejalan
(Kamtibmas), di samping itu Polisi juga dengan tuntutan dan harapan masyarakat
berperan sebagai aparat penegak hukum. yang bertumpu pada kepolisian yang baik
Kemandirian polisi sangat diperlukan (goodpolice) untuk mewujudkan
terutama dalam pelaksanaan tugas sebagai kepemerintahan yang baik (good
penegak hukum. governance).
Kata kunci: kepolisian, struktur organisasi
negara B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan Kepolisian dalam
PENDAHULUAN struktur organisasi negara?
A. Latar Belakang Penulisan 2. Bagaimana fungsi Kepolisian dalam
Sejalan perubahan paradigma polisi sipil sistim pemerintahan negara?
atau non-militer yang berfungsi
menjalankan salah satu fungsi C. Metode Penelitian
pemerintahan, maka kedudukan kepolisian Dalam penyusunan/penelitian skripsi ini
dalam organisasi negara menjadi salah satu penulis menggunakan metode penelitian
faktor yang memiliki pengaruh dominan kepustakaan (library research), oleh sebab
itu untuk mendapatkan konsep, teori,
1
Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Lendy doktrin serta pendapat atau pemikiran
Siar,SH,MH, Harly S. Muaja,SH,MH, Altje konseptualkeilmuan, maka penulis
Musa,SH,MH menelaah beberapa buku-buku literatur
2
NIM: 080711096. Mahasiswa Fakultas Hukum
serta perundang-undangan yang ada
Universitas Sam Ratulangi, Manado.

41
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

hubungannya dengan obyek penelitian Jerman “PolizeiRechts” dan Inggris “Police


yaitu kedudukan Kepolisian dalam Law”, yang kemudian di Indonesia
organisasi negara R.I. Kajian UU No. 2 disinonimkan menjadi “Hukum Kepolisian”.
Tahun 2002 tentang Kepolisian R.I. Sifat Istilah Hukum Kepolisian terdiri dari dua
dari penulisan skripsi ini adalah bersifat suku kata “hukum” dan “kepolisian” yang
deskriptif sebab penelitian ini akan masing-masing kata dapat diberi makna
menggambarkan dan melukiskan adanya secara terpisah. Jika berpijak pada istilah
azas-azas atau peraturan-peraturan yang hukum adalah suatu norma atau kaidah
berhubungan dengan tujuan penelitian ini. yang berisi larangan dan perintah yang
mengatur kehidupan manusia, dan
TINJAUAN PUSTAKA kepolisian adalah suatu lembaga dan fungsi
1. Istilah Polisi dan Kepolisian pemerintahan bidang pemeliharaan
Ditinjau dari segi etimologis istilah polisi keamanan dan ketertiban masyarakat maka
di beberapa negara memiliki dapat ditarik pemahaman, bahwa hukum
ketidaksamaan, seperti di Yunani istilah kepolisian adalah kaidah atau norma yang
polisi dengan sebutan “politeia”, di Inggris mengatur tentang lembaga dan fungsi
“police” juga dikenal adanya istilah pemerintahan bidang pemeliharaan
“constable”, di Jerman “polizei, di Amerika keamanan dan ketertiban masyarakat.
dikenal dengan “sheriff”, di Belanda Sebagai pendukung pemaknaan istilah
“politie”, di Jepang dengan istilah “koban” hukum kepolisian, berikut dikutip beberapa
dan “chuzaisho” walaupun sebenarnya pendapat dari penulis, antara lain Bill
istilahkoban adalah merupakan suatu nama Drewsdan Gerhard Wacke, mengartikan
pos polisi di wilayah kota danchuzaisho “polizei recht” adalah hukum yang
adalah pos polisi di wilayah pedesaan. Jauh mengatur hakekat polisi, dasar-dasar
sebelum istilah polisi lahir sebagai organ, hukum secara umum untuk memberi
kata “polisi” telah dikenal dalam bahasa kewenangan, kewajiban dan kekuasaan
Yunani, yakni “politeia”. Kata “politeia” kepada polisi, juga untuk memberi
digunakan sebagai title buku pertama Plato, kewenangan secara khusus baik terhadap
yakni “Politeia” yang mengandung makna orang maupun terhadap benda.4Apa yang
suatu negara yang ideal sekali sesuai dikemukakan Bill Drews dan Gerhard
dengan cita-citanya, suatu negara yang Wacke dalam memaknai hukum kepolisian
bebas dari pemimpin negara yang rakus tersebut telah menyentuh pada suatu nilai
dan jahat, tempat keadilan dijunjung yang dalam, yakni tentang hakekat polisi
tinggi.3 yang telah masuk pada tataran dan
Dilihat dari sisi historis, istilah “polisi” di ranahfilsafati tentang eksistensi lembaga
Indonesia tampaknya mengikuti dan dan fungsi polisi. Dasar pemikiran tersebut
menggunakan istilah “politie” di Belanda. tidak menutup kemungkinan sebagai
Hal ini sebagai akibat dan pengaruh dari embrio lahirnya Filsafat Kepolisian yang
bangunan sistem hukum Belanda yang fokus kajiannya pada hakekat kepolisian.
banyak dianut di negara Indonesia. Hal ini sejalan dengan dinamika dan
perkembangan ilmu dan perkembangan
2. Hukum Kepolisian filsafat ontology, epistemology maupun
Secara etimologis hukum kepolisian axiology, selain itu sebagai konsekuensi dan
berasal dari bahasa Belanda “Politie Recht”, konsistensi bahwa kepolisian adalah suatu
cabang ilmu.
3
Azhari,Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis
Normatif Terhadap Unsur-unsurnya, UIPress,
4
Jakarta, 1995, hal. 19. Momo Kelana, Hukum Kepolisian, op-cit, hal.26.

42
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

5) Pengawasan dalam penyelenggaraan


3. Lingkup Hukum Kepolisian kepolisian;
Beberapa penulis telah melakukan 6) Tanggunggugat penyelenggaraan
pemetaan batas wilayah kajian hukum fungsi, dan kekuasaan kepolisian.
kepolisian, walaupun belum ada kesamaan Sedangkan lingkup hukum kepolisian
namun dapat digunakan sebagai dasar secara sempit, hanya mencakup tentang
pemikiran dalam memahami lingkup landasan yuridis yang mengatur tentang
hukum kepolisian. Seperti pendapatBill eksistensi, kedudukan, fungsi, dan
Drews dan Gerhard Wacke dalam kekuasaan kepolisian atau tugas dan
mengartikan “polizei recht” dapat wewenang kepolisian.
dipetakan lingkup kajian hukum kepolisian,
meliputi: PEMBAHASAN
1) hakekat polisi; A. Kedudukan Kepolisian Dalam Struktur
2) dasar-dasar hukum umum yang Organisasi Negara
mengatur kewenangan, kewajiban dan Menurut Kamus Umum Bahasa
kekuasaan kepolisian; Indonesia yang dimaksud dengan struktur
3) dasar-dasar hukum yang mengatur adalah cara bagaimana sesuatu disusun;
kewenangan secara khusus. susunan atau bangunan.5Dari arti struktur
Menurut Memo Kelana mengemukakan tersebut dapat dipahami bahwa struktur
obyek hukum kepolisian, meliputi: organisasi mengandung arti suatu susunan,
1) Tugas Polisi; atau bangunan dari organisasi yang terdiri
2) Organ Polisi; dari bagian-bagian, dimana bagian yang
3) Hubungan antara organ polisi dan satu dengan yang lain saling terkait dan
tugasnya. berhubungan untuk mendukung tujuan
Beranjak dari beberapa definisi tentang organisasi secara penuh. Dengan demikian
hukum kepolisian dan analisa konsep dasar struktur organisasi Kepolisian dapat
hukum administrasi serta arti dari dipahami sebagai suatu susunan atau
pemerintahan, maka wilayah dan obyek bangunan dari organisasi kepolisian untuk
kajian hukum kepolisian dapat dibedakan mencapai suatu tujuan. Susunan tersebut
menjadi dua, yakni lingkup hukum diatur secara berjenjang yang terdiridari
kepolisian secara luas dan secara sempit. bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling
Lingkup hukum kepolisian secara luas berhubungan satu sama lain bekerja
meliputi: bersama untuk mencapai tujuan organisasi.
1) Hakekat kepolisian; Di dalam setiap organisasi mempunyai
2) Lembaga atau organisasi kepolisian yang struktur baik secara formal maupun secara
mencakup: informal Struktur formal meliputi bagan
a) kedudukan, organisasi dan garis otoritas (misalnya,
b) struktur, kepala, wakil kepala, kepala-kepala bidang,
c) hubungan organisasi, dan sub-sub bidang dan lain-lain). Menurut
d) personil kepolisian. Berger struktur informal dari organisasi ini
3) Fungsi kepolisian dan kekuasaan berfungsi untuk mempertahankan sistem
kepolisian; organisasi dengan melancarkan situasi yang
4) Landasan yuridis yang mengatur sulit, mengisi ketimpangan yang
tentang eksistensi, kedudukan fungsi ditinggalkan terbuka oleh prosedur formal.
dan kekuasaan kepolisian (tugas dan
wewenang); 5
WJ.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia,op-cit, hal. 965

43
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

Disisi lain Hughes menambahkan, bahwa dan wewenang Kepolisian sebagai


organisasi informal menjadi sebuah pola pengemban profesi.
tetapi lebih bersifat individual dan cara Secara teoritis pembagian daerah hukum
bertindak perorangan. Berpijak pada terkonsep akan pentingnya pembagian
pendapatBerger dan Hughes di atas, kajian kewenangan berdasarkan daerah dan batas
terhadap struktur organisasi ini ditekankan tanggungjawab. Model pembagian
pada struktur formal, yakni bagan dari kewenangan antara pusat dan daerah ini
organisasi dan garis otoritas organisasi mengingatkan pada suatu konsep
kepolisian. pemerintahan dengan sistem sentralisasi
Beranjak dari pengertian organisasi dan desentralisasi. Di dalam negara
sebagaimana dikemukakan oleh Dwight kesatuan ke-dua sistem ini
Waldo, bahwa organisasi adalah struktur menurutHoessein harus dalam posisi
antar hubungan pribadi yang berdasarkan seimbang dan tidak mungkin memilih salah
atas wewenang formal dan kebiasaan di satu, karena akan terjadi anarkhi, oleh
dalam suatu sistem administrasi. Dengan karena itu diambil jalan tengah, yakni
demikian hubungan antara kepolisian pusat desentralisasi dan sentralisasi. Menurut
dan daerah sebagai hubungan yang Litvack&Seddon arti desentralisasi adalah
berdasarkan atas wewenang formal dan “the transfer of authority and responsibility
sistem administrasi, artinya wewenang of public function from central government
yang melekat berdasarkan ketentuan to subordinate or quasi-independent
undang-undang untuk mengatur, government organization or he
melaksanakan tugas dan wewenang prevatesector”6transfer kewenangan dan
organisasi yang tersusun dalam satu sistem tanggungjawab fungsi-fungsi publik,
administrasi. transfer ini dilakukan dari pemerintah pusat
Asumsidasartentangorganisasi ini kepada pihak lain, baik kepada daerah
sebagaimana dikemukakan oleh para bawahan, organisasi pemerintah yang semi
pemikir aliran struktural modem, seperti bebas ataupun kepada sektor swasta).7
Tom Bum, Stalker, Peter M. Blau dan Melihat lembaga kepolisian adalah
beberapa pendukung lainnya, bahwa kepolisian nasional yang terpusat di Markas
organisasi adalah merupakan suatu institusi Besar, sedangkan pelaksanaan tugas dan
yang rasional dengan maksud untuk wewenangnya terkonsep pembagian
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. daerah hukum, dengan demikian hubungan
Perilaku organisasi yang rasional dapat kepolisian tingkat pusat (Mabes Polri)
dicapai dengan baik melalui suatu sistem dengan kepolisian di tingkat Propinsi(Polda)
aturan yang jelas dan otoritas yang formal. menganut sistem desentralisasi
Atas dasar asumsi tersebut dapat dicermati, administrasi dan sentralisasi secara
bahwa organisasi Kepolisian adalah institusi seimbang. Konsep sentralisasi tercermin
rasional yang eksistensinya untuk pada sistem pengangkatan Kepala
memelihara keamanan dan ketertiban Kepolisian Daerah (Kapolda) dan Kepala
masyarakat dan memiliki otoritas sesuai Kepolisian Wilayah (Kapolwil) serta
yang diatur dalam peraturan perundang- kenaikan pangkat tertentu yang menjadi
undangan. Hal ini untuk memudahkan otoritas Mabes Polri, pelaporan atas
pengendalian organisasi akan tetapi resiko
dari penjenjangan susunan organisasi ini 6
Litvack&Seddon dalam SaduWasistiono,Kapita
menjadikan sistem pengendalian bercorak Selekta Managemen Pemerintahan
komando, sehingga akan dapat Daerah,Fokusmedia, Cet. Ke-empat, Bandung, 2003,
berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas hal. l7-18
7
Ibid, hal. 18.

44
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

tanggungjawab penyelenggaraan kepolisian Ini semua sebagai mata rantai yang tidak
ditingkat daerah, distribusi sarana dan terputus, sehingga segala
prasaranaserta anggaran, sedangkan pertanggungjawaban penyelenggaraan
desentralisasi tercermin dari adanya kepolisian oleh organisasi tingkat bawah
pembagian daerah hukum, dilakukan berjenjang sampai tingkat atas
pengoperasionalan anggaran dan (Mabes Polri), seperti Polsek
pendelegasian wewenang terbatas. bertanggungjawab kepada Polres, Polres
Pendelegasian wewenang Mabes kepada bertanggungjawab kepada Polwil, Polwil
Polda ini adalah merupakan salah satu bertanggungjawab kepada Polda dan Polda
bentuk desentralisasi administrasi, bertanggungjawab kepada organisasi
sebagaimana pembagian tipe ditingkat Mabes, baik secara struktural
desentralisasi. maupun fungsional. Selain itu hubungan
Desentralisasi administrasi yang yang bersifat horizontal atau menyamping
dimaksud adalah transfer kegiatan atau dengan organisasi kepolisian tingkat daerah
aktivitas pemerintahan pusat kepada bersifat koordinatif atau bantuan, misalnya
pejabat-pejabat ditingkat daerah dengan Polda dengan Polda, Polwil dengan Polwil
tujuan agar penyelenggaraan pemerintahan hingga tingkat Polres dan Polsekdalam satu
dapat lebih efektif dan efisien. Demikian daerah maupun di luar daerah.
halnya penjenjangan organisasi kepolisian Di dalam Keputusan Presiden No. 70
tingkat Mabes Polri kepada Polda adalah Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata
merupakan transfer aktivitas atau Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia
kewenangan yang telah dipilih dan dipilah disebutkan, bahwa organisasi kepolisian
oleh pusat (Mabes) untuk dilaksanakan disusun secara berjenjang dari tingkat pusat
oleh jenjang organisasi dibawahnya, yakni sampai ke kewilayahan [vide: pasal 3 ayat
Polda dan berjenjang ketingkat Polwil (1), (2) dan (3)]. Jenjang di tingkat pusat
sampai Polres. disebut Markas Besar Kepolisian Negara
Penjenjangan struktur organisasi dari Republik Indonesia disingkat Mabes Polri
tingkat Mabes sampai tingkat kewilayahan dan ditingkat kewilayahan disebut
pada dasarnya ditekankan pada pembagian Kepolisian Negara Republik Indonesia
daerah hukum dan tanggungjawab dalam Daerah disingkat Polda. Di tingkat
rangka mencapai tujuan organisasi, dimana Kepolisian Negara Republik Indonesia
masing-masing jenjang memiliki struktur Daerah (Polda) memiliki jenjang ke
organisasi sendiri yang memiliki garis kesatuan wilayah yang disebut dan
hubungan vertikal dari atas ke bawah disingkat Polwil/Polwiltabes,
(topdown) dan dengan sistem Polres/Polresta dan Polsek/Polsekta yang
pertanggungjawaban dari bawah ke atas setiap jenjang atau tingkatan memiliki
(bottom up). Jenjang organisasi tersebut unsur-unsur.
terdiri dari Markas Besar Kepolisian Negara Berdasarkan Keppres No. 70 Tahun 2002
Republik Indonesia disingkat Mabes Polri tersebut struktur organisasi di tingkat
berada ditingkat pusat, Kepolisian Negara Mabes Polri memiliki unsur-unsur yang
Republik Indonesia Daerah disingkat Polda terdiri dari:
berada di daerah dalam struktur di bawah, a. Unsur Pimpinan;
Kepolisian Wilayah (Polwil) berada di b. Unsur pembantu pimpinan dan
wilayah dan di bawah Polda, Kepolisian pelaksana staf;
Resort (Polres) berada di bawah Polwil, c. Unsur Pelaksana Pendidikan dan
bahkan sampai tingkat Kepolisian Sektor atau/Pelaksana Staf Khusus;
(Polsek). d. Unsur Pelaksana Utama Pusat;

45
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

e. Satuan organisasi penunjang lainnya. Satuan-Satuan Organisasi Pada Tingkat


Tindak lanjut dari Keputusan Presiden Kepolisian Negara Republik Indonesia
No. 70 Tahun 2002 tersebut kemudian Daerah (Polda). Unsur-unsur pada tingkat
dikeluarkan Keputusan Kapolri No. Pol.: Polda, terdiri dari:
Kep/ 53/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 a. Unsur Pimpinan;
tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan- b. Unsur Pembantu Pimpinan/Pelaksana
Satuan Organisasi Pada Tingkat Markas Staf;
Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia c. Unsur Pelaksana Pendidikan/Staf
yang kemudian dirubah dengan Keputusan Khusus dan Pelayanan;
Kapolri No. Pol. :Kep/30AT/2003 tanggal 30 d. Unsur Pelaksana Utama.
Juni 2003 tentang Perubahan Atas e. Unsur Pembantu Pimpinan dan
Keputusan Kapolri No. Pol. :Kep/53/X/ Pelaksanaan Staf Kewilayahan Polri
2002, tanggal 17 Oktober 2002 tentang Wilayah yang disingkat Polwil.
Organisasi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Tugas pokok kepolisian negara
Organisasi Pada Tingkat Markas Besar republik Indonesia adalah:
Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan a. memelihara keamanan dan ketertiban
Keluarnya Keputusan Kapolri No. masyarakat;
Pol.:Kep/97/XII/2003 tanggal31 b. menegakkan hukum; dan
Desember2003 tentang Perubahan Atas c. memberikan perlindungan,
KeputusanKapolriNo. Pol: Kep/53/X/2002 pengayoman dan pelayanan
tanggal 17 Oktober 2002 tentang kepadamasyarakat.
Organisasi dan Tata Kerja Itwasum Polri, Salah satu fungsi pemerintahan
Divpropam Polri serta Baintelkam Polri. sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
Di dalam Keputusan Kapolri No. dikaitkan dengan rumusan pasal 13
Pol.:Kep/53/X/2002 tersebut mengatur Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tersebut
tentang satuan-satuan organisasi pada mengandung makna yang sama dengan
tingkatMabes Polri, namun demikian belum tugas pokok kepolisian, sehingga fungsi
memuat Organisasi dan tata kerja Itwasum kepolisian juga sebagai tugas pokok
Polri, Divpropam dan Baintelkan Polri kepolisian. Dengan demikian, tugas pokok
dengan segala perubahannya, maka Kepolisian dapatdimaknai sebagai fungsi
kemudian dikeluarkan Keputusan Kapolri utama kepolisian yang merupakan salah
No. Pol: Kep/97/XII/2003 tanggal 31 satu fungsi pemerintahan. Istilah
Desember 2003 sebagai pemerintah disini mengandung arti sebagai
penyempurnaannya. Organisasi dan Tata organ/badan/alat perlengkapan negara
Kerja Satuan-satuan Organisasi Pada yang diserahi pemerintahan, yang salah
Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara satu tugas dan wewenangnya adalah
Republik Indonesia berdasarkan Keputusan memelihara keamanan dan ketertiban
KapolriNo.Pol.: Kep/53A/2002 tanggal 17 masyarakat serta menyelenggarakan
Oktober 2002 kepentingan umum (public servent),
Selain jenjang di tingkat Mabes Polri sehingga fungsi pemerintahan adalah fungsi
untuk jenjang di tingkat kewilayahan di atur dari lembaga pemerintah yang dijalankan
dalam pasal 26 Keppres No. 70 Tahun 2002 untuk mendukung tujuan negara, karena
yang substansinya mengatur tentang pemerintah dalam arti sempit merupakan
Struktur Organisasi dan Unsur-unsur di salah satu unsur dari sistem
tingkat Polda, dan Keputusan Kapolri No. ketatanegaraan.
Pol: Kep/54/X/ 2002 tanggal 17 Oktober Disisi lain tugas pokok kepolisian yang
2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja dimaknai sebagai fungsi utama kepolisian

46
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

sebagaimana telah dijelaskan di muka, Kedudukan kepolisian tidak diatur secara


dijalankan tertuju pada terwujudnya jelas dan tegas dalam UUD 1945, lain
keamanan dan ketertiban masyarakat yang halnya dengan Angkatan Darat, Angkatan
merupakan salah satu fungsi pemerintahan. Laut dan Angkatan Udara yang diatur
Berpijak pada teori pembagian kekuasaan secara tegas dalam pasal 10 UUD 1945,
dan sistem pemerintahan presidensiil, yakni “Presiden memegang kekuasaan yang
fungsi pemerintahan diselenggarakan oleh tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
lembaga eksekutif yang dipimpin oleh Laut, dan Angkatan Udara”. Akan tetapi
Presiden, sehingga Presiden ketentuan dalam pasal 30 ayat (5) UUD
bertanggungjawab atas penyelenggaraan 1945 mensyaratkan adanya tindak lanjut
pemerintahan. Oleh karena itu mengkaji pembentukan undang-undang yang
tentang kedudukan kepolisian yang mengatur tentang susunan dan kedudukan,
didasarkan pada fungsi utamanya, tidak hubungan kewenangan Polri dalam
dapat dipisahkan dengan fungsi utama menjalankan tugasnya.
pemerintah yang dipimpin oleh Presiden. Sehinggakonsekuensi logis dari ketentuan
Dikaji dari cara memperoleh wewenang, pasal 30 ayat (5) UUD 1945 tersebut
kewenangankepolisian diperoleh dibentuk Undang-undang No. 2 Tahun 2002
secaraatributif, artinya wewenang tersebut tentang Polri, dimana di dalam Undang-
bersumber pada undang-undang, yakni undang dimaksud lembaga
UUD 1945, Undang-undang No. 2 Tahun kepolisiandiposisikan di bawah Presiden
2002 dan Peraturan Perundang-undangan dan bertanggungjawab kepada Presiden.
lainnya.Philipus M.Hadjon mengatakan, Disamping itu adanya beberapa instrumen
bahwa wewenang atributifartinya hukum yang sebelum lahirnya Undang-
wewenangyang bersumber kepada undang- undang No. 2 Tahun 2002 telah mengatur
undang dalam arti materiil.8 Hal tersebut tentang kedudukan lembaga Polri di bawah
sebagai konsekuensi logis dari negara Presiden, seperti Peraturan Presiden No. 89
hukum, supremasi hukum dan Tahun 2000 dan Ketetapan MPR RI No.
pemerintahan yang menganut sistem VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Polri.
presidensiil yang harus menempatkan Dilihat dari sejarah perkembangan
semua lembaga kenegaraan berada di pemikiran dan upaya untuk memposisikan
bawah UUD 1945, seperti dikemukakan kepolisian, melalui suatu proses perjuangan
oleh SoewotoMulyosudarmo, bahwa dan pertentangan yang serius antar
konsekuensi dari sistem presidensil, yaitu beberapa lembaga yang menginginkan
sebagai sistem yang menempatkan semua kepolisian berada di bawah lembaganya,
lembaga kenegaraan berada di bawah UUD seperti Kementerian Dalam Negeri,
1945.9 Selain itu dalam sistem Kementerian Kehakiman dan Jaksa Agung.
pemerintahanpresidensiil, Presiden Bahwa sesudah pengakuan kedaulatan
bertanggungjawab atas penyelenggaraan timbul dua persoalan yang saling berkait
keamanan, ketenteraman dan ketertiban tentang posisi kepolisian nasional.
umum. Pertama, adalah tentang Kementerian
manakah yang seharusnya
berwenang atas angkatan
8
Philipus M. Hadjon dalam papernya berjudul kepolisian. Dalam hal ini Ke-
“Tentang Wewenang”,tanpa tahun. menterian Kehakiman dan
9
Soewoto Mutyosudarmo,Pembaharuan Kementerian Dalam Negeri
Ketatanegaraan Melalui Perubahan masing-masing ingin
Konstitusi,Assosiasi Pengajar HTN dan HAN Jawa
Timur dan In-Trans, Malang,2004, hal. 7

47
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

memasukkan kepolisian di bawah dan ketertiban. Sebagaimana dikatakan


wewenangnya. oleh BagirManan, bahwa Presiden adalah
Kedua, pihak-pihak lain yang pimpinan tertinggi penyelenggaraan
mengusulkan agar kepolisian administrasi negara. Penyelenggaraan
tetap di bawah kekuasaan administrasi negara meliputi lingkup tugas
Perdana Menteri atau dibentuk dan wewenang yang sangat luas, yaitu
kementerian baru, yakni setiap bentuk perbuatan atau kegiatan
Kementerian Keamanan yang administrasi yang dikelompokkan ke dalam:
dipimpin oleh Jaksa Agung. Tarik a. Tugas dan wewenang administrasi di
menarik terjadi karena adanya bidang keamanan dan ketertiban
suatu anggapan, bahwa umum;
membawahi kepolisian akan b. Tugas dan wewenang
memperkuat kekuasaan dan menyelenggarakan tata usaha peme-
prestiseKementerian rintahan mulai dari surat menyurat
bersangkutan yang berhasil sampai kepada dokumentasi dan lain-
memenangkannya, sehingga lain;
persaingan untuk itu semakin c. Tugas dan wewenang administrasi
menjadi sengit. negara di bidang pelayanan;
Pergulatan memposisikan lembaga d. Tugas dan wewenang administrasi
kepolisian tetap berlanjut, dan yang negara di bidang penyelenggaraan
terakhir terjadi di era reformasi dengan kesejahteraan umum.
dikeluarkannyaTap. MPR RI No. Di dalam beberapa peraturan
VI/MPR/2000, Tap, MPR No. VII/MPR/2000 perundang-undangan, yakni pasal 30 ayat
dan dibentuknya Undang-undang No. 2 (4) UUD 1945, pasal 6 ayat (1) Ketetapan
Tahun 2002, sehingga Polri diposisikan MPR RI No.VII/MPR/2000, dan pasal 5 ayat
kedudukannya di bawah Presiden, namun (1) UU No. 2 Tahun 2002, bahwa Kepolisian
demikian perdebatan inipun juga belum Negara Republik Indonesia sebagai alat
berakhir. negara yang menjalankan salah satu fungsi
Di dalam teori ketatanegaraan, bagi pemerintahan terutama dibidang
negara yang menganut sistem pemeliharaan keamanan dan ketertiban
pemerintahan presidensiil negara dipimpin masyarakat melalui pemberian
oleh seorang Presiden dalam jabatannya perlindungan, pengayoman dan pelayanan
selaku kepala negara dan kepala pemerin- kepada masyarakat serta penegakan
tahan. Dikaitkan dengan makna kepolisian hukum. Konsekuensi dari menjalankan
sebagai “alat negara” sebagaimana salah satu fungsi pemerintahan tersebut,
disebutkan dalam pasal 30 ayat (4) UUD maka kedudukan kepolisian berada di
1945, berarti kepolisian dalam menjalankan bawah Presiden yang secara
wewenangnya berada di bawah Presiden ketatanegaraan tugas pemerintahan
selaku Kepala Negara. Disisi lain fungsi tersebut adalah merupakan tugas lembaga
kepolisian yang mengemban salah satu eksekutif yang dikepalai oleh Presiden.
“fungsi pemerintahan” mengandung Namun demikian perdebatan kedudukan
makna, bahwa pemerintahan yang kepolisian di bawah Presiden masih terus
diselenggarakan oleh Presiden selaku berlanjut, untuk memposisikan posisi
pemegang kekuasaan pemerintahan lembaga kepolisian yang ideal sesuai
(eksekutif) mendelegasikan sebagian dengan sistem ketatanegaraan di
kekuasaannya kepada kepolisian terutama Indonesia. Sebagai wacana dan
tugas dan wewenang di bidang keamanan pertimbangan dalam menempatkan

48
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

kepolisian pada kedudukan yang ideal, a. Organisasi Polri disusun secara


dikemukakan beberapa pertimbangan, berjenjang dari tingkat pusat sampai
sebagai berikut: kewilayahan;
a. Secara filosofis, bahwa eksistensi fungsi b. Organisasi Polri tingkat pusat disebut
kepolisian telah ada sebelum Markas Besar Kepolisian Negara
dibentuknya organ kepolisian, karena Republik Indonesia disingkat Mabes
fungsi kepolisian melekat pada Polri;
kehidupan manusia, yakni menciptakan c. Organisasi Polri ditingkat kewilayahan
rasa aman, tenteram dan tertib dalam disebut Kepolisian Negara Republik
kehidupan sehari-harinya. Indonesia Daerah disingkat Polda.
b. Secara teoritis, bahwa kepolisian Berorientasi pada tehnis operasional
sebagai alat negara yang menjalankan kepolisian dengan konsep mengedepankan
salah satu fungsi pemerintahan bidang fungsi pembinaan masyarakat melalui
keamanan dan ketertiban masyarakat. pembinaan dan kemitraan sertacommunity
Kata “alat negara” dapatdimaknai policing, setelah dilakukan validasi dan
sebagai sarana negara ini ada tiga, yakni pengurangan kewenangan operasional
sarana hukum, sarana orang dan sarana terhadap beberapa Kepolisian Wilayah
kebendaan yang digunakan sebagai (Polwil), maka perlu dibentuknya Pos-Pos
pendukung atau penunjang dalam Polisi di tingkat Kelurahan/Desa sebagai
penyelenggaraan suatu negara. Dengan pendamping dan pembina
demikian kepolisian sebagai alat negara pejabatKeamanan tingkat Kelurahan/Desa
mengandung arti, bahwa kepolisian yang kemudian menyentuh pada keamanan
merupakan sarana penyelenggaraan tingkat RW, RT atau Dusun.10
negara yang penekanannya pada Berdasarkan ketentuan pasal 7 ayat (1)
sumber daya manusia (orang) yang Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000 dan
dalam operasionalnya sangat pasal 5 ayat (2) Undang-undang No. 2
dipengaruhi dimana lembaga tersebut Tahun 2002, bahwa Kepolisian Negara
diposisikan. Republik Indonesia adalah Kepolisian
c. Secara yuridis, bahwa wewenang Nasional yang merupakan satu kesatuan
kepolisian diperoleh secara atributif, dalam melaksanakan tugas memelihara
karena tugas dan wewenang keamanan dan ketertiban masyarakat,
penyelenggaraan kepolisian telah diatur menegakkanhukum, serta memberikan
dan bersumber pada konstitusi, yakni di perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
atur dalam pasal 30 ayat (4) UUD 1945, kepada masyarakat dalam rangka
walaupun tindak lanjutnya perlu di atur terpeliharanya keamanan dalam negeri.
dalam undang-undang. Memaknai istilah kepolisian nasional
Susunan yang dimaksud dalam bahasan dengan meminjam konsep
ini adalah jenjang kesatuan yang ada dalam pemaknaanbahwa hukum nasional adalah
organisasi, bukan struktur organisasi dalam hukum yang berlaku secara nasional yang
tiap-tiap jenjang. Susunan kepolisian adalah dihadapkan dengan hukum yang berlaku
jenjang kesatuan kepolisian dalam secara lokal, yaitu hukum adat, hukum
menjalankan organisasi kepolisian dari nasional sebagai hukum yang dinyatakan
tingkat pusat sampai daerah. Landasan berlaku secara nasional oleh pembentuk
yuridis susunan kepolisian ini di atur dalam
pasal 3 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
10
Keputusan Presiden No. 70 Tahun 2002 Sadjijono,Fungsi Kepolisian Dalam Pelaksanaan
Good Governance, Laksbang, edisi-ke satu,
yang substansinya, sebagai berikut:
Yogyakarta, 2005, hal. 323-324.

49
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

undang-undang nasional.Disisi lain Solly Bali, adalah merupakan daerah hukum


Lubis dalam membahas tentang Kepolisian Daerah Jawa Timur (PoldaJatim).
pembangunan hukum nasional dan Dengan demikian luas wilayah dalam suatu
wawasan nasional mengatakan, bahwa daerah propinsi merupakan daerah hukum
pembangunan hukum nasional dan suatu Kepolisian Propinsi (Polda) dalam
wawasan nasional merupakan satu paket menjalankan tugas dan wewenang dan
yang berangkat dari titik tolak strategi yang tanggungjawabnya.
sama, yakni konsep dan cita-cita negara Daerah hukum berkaitan erat dengan
kesatuan, yang cenderung membela dan pembagian kewenangan satuan kepolisian
mempertahankan kelestarian dan keutuhan berdasarkan penjenjangan satuan, sehingga
negara bangsa (nation-state): Indonesia.11 semakin kecil kesatuan semakin sempit
Berpijak pada pemaknaan istilah “hukum daerah hukumnya dan semakin terbatas
nasional” di atas istilah “kepolisian wewenangnya. Pendelegasian tugas dan
nasional” dapat dimaknai sebagai satu wewenang sebagaimana disebutkan
kesatuan kepolisian yang dimiliki oleh dimuka dilakukan secara berjenjang, seperti
bangsa (nation) secara nasional tidak tugas dan wewenang kepolisian pusat
terpisah-pisahkan secara lokal atau (Mabes) delegasi wewenang kepada
kedaerahan dan tersentral pada kepolisian kepolisian propinsi (Polda), tugas dan
pusat. Jadi kepolisian nasional disini wewenang kepolisian propinsi sebagian
mengandung arti bukan merupakan didelegasikan kepada kepolisian wilayah
kepolisian lokal yang terpisahkan dan (Polwil) dan selanjutnya kepada kepolisian
berdiri sendiri pada tiap-tiap lokal atau kabupaten/kota (Polres/Polresta), Polres
daerah. kepada Kepolisian sektor (Polsek) demikian
Di dalam Undang-undangNo. 2 Tahun seterusnya. Pembagian kewenangan ini
2002 tentang Kepolisian Negara Republik dirumuskan dalam pasal 26 ayat (2)
Indonesia dikenal adanya pembagian Keputusan Presiden No. 70 Tahun 2002
wilayah hukum, sebagaimana dirumuskan yang substansinya “Pola bertugas
dalam pasal 6 ayat (2). Pembagian wilayah menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat
hukum adalah membagi wilayah atau kewilayahan dengan ketentuan peraturan
daerah dengan menentukan batas daerah perundang-undangan yang berlaku”.
yang menjadi area dalam menjalankan
tugas dan wewenang untuk melakukan B. Fungsi Kepolisian Dalam Sistem
tindakan hukum dan menjadi Pemerintahan Negara
tanggungjawabnya. Batas wilayah hukum Keberadaan lembaga kepolisian sangat
berkaitan erat dengan luas wilayah atau diperlukan oleh masyarakat. Tiada satupun
daerah dalam suatu kesatuan kepolisian, masyarakat yang tidak mempunyai institusi
sehingga dalam lingkup wilayah yang telah kepolisian. Polisi bertugas memelihara
ditentukan menjadi beban keamanan dan ketertiban masyarakat
tanggungjawabnya secara hukum, seperti (Kamtibmas). Di samping itu, polisi juga
contoh daerah propinsi Jawa Timur dengan berperan sebagai aparat penegak hukum.
batas-batas: selatan Samudera Indonesia, Polisi merupakan bagian dari criminal
sebelah barat Prinsip Jawa Tengah; sebelah justice system bersama aparat penegak
utara Laut Jawa; dan sebelah timur Selat hukum yang lain, yaitu kejaksaan dan
pengadilan.
11
Solly Lubis, dalam kumpulan karya ilmiah para Kehidupan dalam suatu negara tidak
pakar hukum editor I Made Widnyana,Bunga dapat berjalan normal tanpa keberadaan
Rampai Pembangunan Hukum Indonesia,Erasco, polisi. Negara dapat berjalan dengan baik
Bandung, 1997, hal. 7

50
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

tanpa tentara, tetapi tidak demikian jika Menempatkan Polri sebagai bagian dari
polisi tidak terdapat dalam negara ABRI merupakan satu-satunya model di
bersangkutan. Negara Jepang dan Kosta dunia. Di negara manapun di seluruh dunia
Rika (Amerika Latin) tidak mempunyai institusi kepolisian bersifat mandiri dan
tentara tetapi kehidupan masyarakatnya tidak menjadi sub ordinat institusi militer.
dapat berjalan aman, tenteram dan damai, Kenyataan demikian menjadikan kerjasama
karena di kedua negara tersebut terdapat antara Polri dengan kepolisian negara lain
institusi kepolisian yang bertugas tidak berjalan normal. Negara lain tidak
12
memelihara Kamtibmas. mau bekerjasama dengan Polri karena
Mengingat urgennya keberadaan polisi, merupakan bagian dari militer dengan sifat
maka sudah selayaknya jika polisi diberikan destruktifdefensif, dan ofensif. Sementara
kemandirian dalam menjalankan tugas sifat hakiki dari polisi adalah sebagai
selaku pemeliharaKamtibmas dan sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.
aparat penegak hukum. Tanpa Melihat kenyataan seringnya kinerja
kemandirian, polisi tidak akan dapat Polri diintervensi lembaga ekstra yudisiil,
menjalankan tugas dengan baik. Di kemudian muncul keinginan agar Polri
Indonesia, sejak bergulir angin reformasi, dipisahkan dari ABRI. Maka, sejak 1 April
institusi kepolisian terus dibenahi seiring 1999 Polri dipisahkan dari ABRI. Selanjutnya
dengan kebutuhan jaman dan melalui Kepres No. 89/2000, sejak 1 Juli
perkembangan masyarakat. 2000 Polri ditempatkan langsung di bawah
Semula, Kepolisian Republik Indonesia Presiden. Kepres tersebut kemudian
(Polri) merupakan bagian dari militer. Polisi dikukuhkan menjadi Tap MPR No. VII/2000
menjadi bagian dari ABRI bersama matra yang menempatkan Polri berada di bawah
yang lain, yaitu TNI AD, TNI AU dan TNI AL. Presiden. Terakhir dikukuhkan dengan UU
Dimasukkannya Polri dalam ABRI Polri No. 2/2002.
menjadikan pengembangan kelembagaan Kemandirian Polri sangat diperlukan
maupun personil Polri tidak mandiri. Polri terutama dalam pelaksanaan tugas sebagai
karena sering diintervensi dalam penegak hukum (Pidana). Peradilan pidana
menjalankan tugas, terutama dalam bertujuan memulihkan keseimbangan
pelaksanaan tugas sebagai aparat penegak masyarakat yang terganggu akibat tindak
hukum. kejahatan. Dalam rangka pelaksanaan tugas
Apabila suatu kasus melibatkan atau penyidikan terhadap pelaku tindak pidana,
mempunyai keterkaitan kepentingan polisi mutlak memiliki kemandirian agar
dengan matra ABRI (TNI) yang lain, maka bebas dari intervensi kekuasaan ekstra
kinerja Polri tidak dapat berjalan dengan yudisiil. Tanpa kemandirian mustahil polisi
baik. Fakta sejarah membuktikan betapa mampu menjalankan tugas dengan baik
Polri tidak berdaya menangani kasus yang sebagai aparat penegak hukum.13
di dalamnya terdapat kepentingan matra Aparat penegak hukum yang lain, yaitu
ABRI yang lain. Contohnya kasus Marsinah, kejaksaan dan pengadilan telah mandiri,
Kasus Penculikan Aktivis pro demokrasi sehingga mereka dapat dengan bebas
oleh Kopasus, Kasus pembunuhan Udin menjalankan tugas dalam peradilan pidana.
(wartawan Harian Bernas), Kasus Trisakti Perangkat hukum yang ada telah menjamin
dan Semanggi, dan lain-lain. kemandirian lembaga tersebut, yaitu UU
No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan; UU
No. 4 Tahun 2004 tentang Pokok Kekuasaan
12
M. KhoidinSadjijono, Mengenal Figur Polisi Kita,
13
LaksBang, Yogyakarta, 2007, hal. 139. Ibid, hal. 340.

51
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

Kehakiman; UU No. 2 Tahun 1986 tentang yang kemudian dikukuhkan melalui Tap
Peradilan Umumdan UU No. 5 Tahun 2004 MPR No. VII/2000 kemandirianPolri sudah
Tentang Mahkamah Agung, telah dijamin, lalu dikukuhkan melalui UU No.
memberikan jaminan kemerdekaan bagi 2/2002.
jaksa dan hakim dalam menjalankan tugas Kebijakan memandirikan Polri dengan
peradilan. menempatkan langsung di bawah
Sementara UU Polri baru diubah pada Presidenberarti menyamakan kedudukan
bulan Januari 2002 melalui UU No. 2 Tahun polisi dengan penegak hukum yang lain.
2002. Itupun dilakukan setelah mendapat Kejaksaan sejak lama sudah merupakan
tekanan dari berbagai pihak, yakni sejak lembaga tersendiri yang terlepas dari
institusi Polri dijadikan bulan-bulanan atau departemen (menteri) dan berada langsung
diobok-obok oleh Presiden Abdurahman di bawah presiden. Kejaksaan dalam
Wahid. Ketidaksinkronanregulasi bagi menjalankan tugasnya bertanggungjawab
institusi Polri dimanfaatkan oleh Penguasa langsung kepada Presiden. Lembaga
untuk melakukan intervensi ke tubuh Polri. peradilan malah lebih mandiri dan bebas
Di samping itu juga melemahkan kinerja karena berada di luar kekuasaan eksekutif.
dan keberadaan (posisi) Polri di samping Lembaga peradilan merupakan bagian dari
aparat penegak hukum yang lain. kekuasaan kehakiman yang kebebasan dan
Tidak jarang aparat polisi mengalami kemandiriannya dijamin oleh Pasal 24 UUD
kesulitan melaksanakan tugas manakala 1945.15
terbentur kekuasaan ekstrayudisiil di luar
dirinya yang melakukan kooptasi dalam 1. WewenangKepolisian MenurutTap.
pelaksanaan tugas polisi. Kendati polisi MPRRI No. VI/MPR/ 2000
mempunyai diskresi dalam menjalankan Keluarnya Ketetapan MPR RI No.
tugas, adanya belenggu struktural dan VI/MPR/2000 memberikan perubahan yang
kelembagaan tersebut tidak memungkinkan prinsip bagi eksistensi Kepolisian Negara
polisi untuk mengembangkan diskresinya Republik Indonesia dan sekaligus
dengan baik. Padahal, diskresi polisi menegaskan perbedaan peran kepolisian
tersebut dapat dilaksanakan dalam rangka dengan tentara, disamping itu memisahkan
pelaksanaan tugas sebagai order secara tegas eksistensi lembaga Tentara
maintenance maupun sebagai official law Nasional Indonesia (TNI) dengan Kepolisian
enforcement.14 Negara Republik Indonesia (Polri), sehingga
Secara historis sebenarnya keberadaan tidak ada lagi lembaga Angkatan Bersenjata
lembaga kepolisian pernah berdiri Republik Indonesia (ABRI) sebagai wadah
sendiri.BerdasarkanPPNo. 11 D Tahun untuk mengintegrasikan Tentara Nasional
1946tanggal 1 Juli 1946, kepolisian Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara
ditempatkan di bawah Perdana Menteri. Republik Indonesia (Polri).
Namun kemudian Polri ditempatkan di Di dalam Ketetapan MPR RI No.
bawah kendali militer berdasarkan VI/MPR/2000 menetapkan, bahwa “Tentara
Penetapan Dewan Pertahanan Negara No. Nasional Indonesia adalah alat negara yang
112 tanggal 1 Agustus 1947. Kondisi berperan dalam pertahanan negara”,
tersebut terus dipertahankan dalam UU No. sedangkan “Kepolisian Negara Republik
20 Tahun 1982 tentang Hankam dan UU Indonesia adalah alat negara yang berperan
No. 28 Tahun 1997 tentang Polri. Namun dalam memelihara keamanan”. Di sini ada
berdasarkan Kepres No. 89 Tahun 2000 perbedaan peran yang sangat

14 15
Ibid, hal. 341. Ibid.

52
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

mendasarantara Tentara Nasional 2. Wewenang Kepolisian Menurut Tap.


Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara MPR RL No. VII/MPR/ 2000.
Republik Indonesia (Polri), Tentara Nasional Keluarnya Ketetapan MPR RI No.
Indonesia (TNI) memiliki peran dalam VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara
“pertahanan negara”, sedangkan Kepolisian Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Polri) Negara Republik Indonesia, sebagai tindak
“memelihara keamanan”. Yang dimaksud lanjut dari Ketetapan MPR RI No.
pertahanan negara adalah VI/MPR/2000 khususnya pasal 3 ayat (1)
sebagaiprotector, yakni menjaga dan yang menetapkan “Peran Tentara Nasional
memelihara kedaulatan negara dan Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
integritas bangsadengan menangkal segala Indonesia ditetapkan dengan ketetapan
kegiatan dan tindakan yang mengancam Majelis Permusyawaratan Rakyat”.
keutuhan dan keselamatan negara dan Sehingga Ketetapan MPR RI No.
bangsa, baik yang datangnya dari dalam VII/MPR/2000 ini mengatur lebih rinci dan
negeri maupun dari luar negeri. Sedangkan jelas peran Tentara Nasional Indonesia dan
“memelihara keamanan”, mengandung peran Kepolisian Negara Republik
makna menjaga terpeliharanya situasi dan Indonesia.
kondisibebas dari kerusakan atau Di dalam pasal 6 ayat (1) menyebutkan
kehancuran yang mengancam keseluruhan inti peran dari Kepolisian Negara Republik
atau perorangan, dan memberikan rasa Indonesia, yakni “Kepolisian Negara
bebas dari ketakutan atau kekhawatiran, Republik Indonesia merupakan alat negara
sehingga ada kepastian dan rasa kepastian yang berperan dalam memelihara
akan terjaminnya segala kepentingan, atau keamanan dan ketertiban masyarakat,
suatu keadaan yang bebas dari pelanggaran menegakkan hukum, memberikan
norma-norma hukum.16 pengayoman, dan pelayanan kepada
Pertahanan negara ini menjadi masyarakat”. Dan dalam menjalankan
tanggungjawab Tentara Nasional Indonesia perannya tersebut wajib memiliki keahlian
(TNI), sedangkan gangguan keamanan dan dan ketrampilan secara professional.
ketertiban dalam negeri menjadi Setelah keluarnya Ketetapan MPR RI No.
tanggungjawab Kepolisian Negara Republik VII/MPR/2000 pemisahan secara
Indonesia (Polri). Walaupun dalam hal kelembagaan antara Tentara Nasional
terdapat keterkaitan kegiatan pertahanan Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
dan kegiatan keamanan harus bekerjasama Indonesia, berikut perannya telah jelas-
dan saling membantu, sebagaimana jelas beda dan dipisahkan, serta
ditetapkan dalam pasal 2 ayat (3) dipertanggungjawabkan oleh masing-
Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000, akan masing lembaga.
tetapi peran tersebut menjadi Peran kepolisian di atas adalah sebagai
tanggungjawab masing-masing lembaga. peran pokok, selain itu masih ada peran-
Hal ini sebagai konsekuensi logis adanya peran yang lain yang bersifat khusus, yakni
pemisahan secara kelembagaan antara berkaitan dengan negara dalam keadaan
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian darurat, keikutsertaannya sebagai Interpol
Negara Republik Indonesia. dan perdamaian Perserikatan Bangsa-
Bangsa, sebagai mana dirumuskan dalam
pasal 9 ayat (1), (2) dan ayat (3) Ketetapan
16
SoebrotoBrotodiredjo,Asas-asas Wewenang MPR RI No. VII/MPR/2000 yang
Kepolisian, Sedikit Tentang Hukum Kepolisian Di subtansinya, sebagai berikut:
Indonesia, Menyongsong Undang-undang Kepolisian
Yang Baru, Bunga Rampai, PTIK Jakarta, 1984, hal. 7.

53
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

a. apabila negara dalam keadaan dan tertib. Aman dalam arti perasaan bebas
darurat memberikan bantuan dari gangguan baik fisik maupunpsychis,
kepada Tentara Nasional Indonesia; perasaan bebas dari kekhawatiran,
b. turut serta secara aktif dalam tugas- perasaan bebas dari resiko dan perasaan
tugas penanggulangan kejahatan damai lahiriah dan batiniah. Atau bebas
internasional sebagai dari bahaya, bebas dari gangguan,
anggotaInternational Criminal Police terlindung atau tersembunyi, dan tidak
Organization Interpol; mengandung resiko.18
c. membantu secara aktif tugas Di dalam mewujudkan situasi dan
pemeliharaan perdamaian dunia kondisi aman dan tertib tersebut
(peace keeping operation) di bawah diselenggarakan melalui pemberian
bendera Perserikatan Bangsa- perlindungan, pengayoman dan pelayanan
Bangsa.17 kepada masyarakat, dan penegakan hukum.
Tugasmemberikan perlindungan,
Berkaitan dengan keikutsertaannya pengayoman dan pelayanan kepada
dalam penyelenggaraan negara, Kepolisian masyarakat adalah merupakan tugas-tugas
Negara Republik Indonesia bersikap netral sosial, sedangkan penegakan hukum
dalam kehidupan politik dan tidak merupakan tugas yustisiil.
melibatkan diri pada kegiatan politik Tugas dan wewenang kepolisian
praktis, serta tidak menggunakan hak sebagaimana dirumuskan dalam UUD 1945
memilih dan dipilih. tersebut adalah merupakan amanat
Undang-Undang Dasar yang berdasarkan
3. Wewenang Kepolisian Menurut Ketetapan MPR RI No. III/MPR/ 2000
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan sumber hukum yang tertinggi.
Di dalam Amandemen Undang-Undang Sehingga secara teoritis, bahwa pengaturan
Dasar 1945 tugas dan wewenang kepolisian tentang fungsi dan eksistensi kepolisian
dirumuskan dalam pasal 30 ayat (4) UUD yang diatur dalam sumber hukum yang lain
1945 yang rumusannya “Kepolisian Negara tidak boleh bertentangan dengan UUD
Republik Indonesia sebagai alat negara 1945 sebagai hukum dasar yang tertulis
yang menjaga keamanan dan ketertiban (grondwet).
masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta 4. Wewenang Kepolisian Menurut UU No.
menegakkan hukum”. Rumusan fungsi 2 Tahun 2002 tentang Polri
kepolisian dalam UUD 1945 ini memiliki dua Undang-undang No. 2 Tahun 2002
makna, yakni fungsi yang melekat sebagai tentang Kepolisian Negara Republik
alat negara yang menjaga keamanan dan Indonesia ini adalah merupakan tindak
ketertiban masyarakat, dan tugas yang lanjut dan amanat Ketetapan MPR RI No.
dijalankan, yakni melindungi, mengayomi, VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara
melayani masyarakat serta menegakkan Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
hukum. Republik Indonesia, khususnya pasal 3 ayat
Dari rumusan ini dapat dimaknai, pada (2), yang menyebutkan “Hal-hal yang
tataran akhir pelaksanaan tugas dan menyangkut Tentara Nasional Indonesia
wewenang kepolisian dapat terwujudnya dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
situasi dan kondisi masyarakat yang aman secara lengkap dan terperinci diatur lebih

17 18
Pasal 9 ayat (1), (2), (3) Ket. MPR RI No. DepDik Bud,Kamus Besar Bahasa Indonesia,
VII/MPR/2000. edisikedua, BalaiPustaka, Jakarta, 1994, hal. 29.

54
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

lanjut dalam Undang-undang secara tujuan negarayang tersurat dalam


terpisah”. Oleh karena itu Undang-undang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
No. 2 Tahun 2002 merupakan undang- Sehingga tujuan akhir diselenggarakannya
undang yang khusus mengatur tentang tugas dan wewenang kepolisian, untuk
Kepolisian Negara Republik Indonesia menciptakan dan atau mewujudkan negara
secara kelembagaan diantaranya meliputi: yang aman, tertib, sejahtera, adil dan
eksistensi, fungsi, tugas dan wewenang makmur. Disinilah yang dimaksudkan fungsi
maupun bantuan, hubungan dan kerjasama kepolisian adalah salah satu tugas dan
kepolisian.Di dalam undang-undang wewenang pemerintahan negara, karena
dimaksud fungsi kepolisian diartikan tugas menciptakan kondisi dimaksud
sebagai tugas dan wewenang, sehingga adalah merupakan tugas dan wewenang
fungsi kepolisian yang dimaksud dalam serta tanggungjawab pemerintah atau
pasal 2 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 negara yang didelegasikan kepada
yang menyebutkan “Fungsi kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia.
adalah salah satu fungsi pemerintahan
negara di bidang pemeliharaan keamanan 5. Wewenang Kepolisian Menurut Keppres
dan ketertiban masyarakat, penegakan No. 89 Tahun 2000
hukum, perlindungan, pengayoman, dan Keputusan Presiden adalah merupakan
pelayanan kepada masyarakat”, adalah salah satu peraturan perundang-undangan,
merupakan tugas dan wewenang kepolisian sehingga fungsi kepolisian yang diatur di
yang menjadi tanggungjawabnya secara dalam Keputusan Presiden juga merupakan
kelembagaan. Sedangkan perannya untuk legalisasi tentang tugas dan wewenang
memelihara keamanan dan ketertiban kepolisian, namun Keputusan Presiden
masyarakat, menegakkan hukum, serta dimaksud memiliki urutan yang lebih
memberikan perlindungan, pengayoman, rendah dan tidak boleh bertentangan
dan pelayanan kepada masyarakat dalam dengan peraturan perundang-undangan
rangka terpeliharanya keamanan dalam yang ada diatasnya, sebagaimana
negeri, merupakan keikutsertaannya dalam ditetapkan dalam pasal 2 Ketetapan MPR RI
menjalankan fungsi pemerintahan, dimana No. III/MPR/2000 tentang Tata Urutan
tugas dan wewenang dimaksud merupakan Perundang-undangan yang dicabut dengan
salah satu tugas dan wewenang Tap MPR No. I/MPR/2003 dan
pemerintah, karena dibentuknya Kepolisian ditindaklanjuti dengan Undang-undang No.
Negara Republik Indonesia bertujuan untuk 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
mewujudkan keamanan dalam negeri yang Perundang-Undangan.
meliputi terpeliharanya keamanan dan Tugas dan wewenang kepolisian dalam
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya Keputusan Presiden No. 89 Tahun 2000
hukum, terselenggaranya perlindungan, dirumuskan dalam pasal 1, yang
pengayoman dan pelayanan kepada substansinya “Kepolisian Negara Republik
masyarakat, serta terbinanyaketenteraman Indonesia merupakan lembaga pemerintah
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak yangmempunyai tugas pokok menegakkan
asasi manusia yang merupakan tugas, hukum, ketertiban umum dan memelihara
wewenang dan tanggungjawab keamanan dalam negeri”. Keputusan
pemerintah. Presiden dimaksud semakin menguatkan
Dari konsep tugas dan wewenang Polri kedudukan Kepolisian Negara Republik
di atas, bermuara pada terbentuknya suatu Indonesia sebagai lembaga pemerintahan,
negara yang sejahtera adil dan makmur yang dapat dimaknai sebagai lembaga
sebagaimana yang menjadi cita-cita dan eksekutif atau pelaksana undang-undang.

55
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

Tugas pokok kepolisian yang diatur Republik Indonesia, pasal 30 ayat (4) UUD
dalam Keputusan Presiden No. 89 Tahun 1945, Pasal 2 dan pasal 13 Undang-undang
2000 sangat berbeda dengan rumusan No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
dalam Undang- undangNo. 2 Tahun 2002. Negara Republik Indonesia, secara khusus
Dalam undang-undang No. 2 tahun 2002, dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981
tugas pokok kepolisian dirumuskan, sebagai tentang Kitab Undang-undang Hukum
berikut: Acara Pidana dan Keputusan Presiden No.
a) memelihara keamanan dan ketertiban 89 Tahun 2000 tentang Kedudukan
masyarakat; Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b) menegakkan hukum; dan Apabila dicermati dan dikaji secara
c) memberikan perlindungan, dalam rumusan dalam Ketetapan MPR RI
pengayoman, dan pelayanan kepada No. VI/MPR/2000, Ketetapan MPR RI No.
masyarakat. VII/ MPR/2002, dan pasal 30 ayat (4) UUD
Sedangkan tugas pokok kepolisian yang 1945 yang merumuskan, bahwa Kepolisian
dirumuskan dalam Keputusan Presiden No. Negara Republik Indonesia adalah “alat
89 Tahun 2000 meliputi: menegakkan negara yang berperan memelihara
hukum; ketertiban umum dan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat”,
keamanan dalam negeri. mengandung suatu penafsiran bahwa
Perbedaan tugas pokok kepolisian yang kepolisian adalah sebagai alat “penguasa
ada dalam kedua peraturan perundang- Negara” khususnya dalam bidang
undangan tersebut, secara praktis tidak pemeliharaan keamanan dan ketertiban
timbul permasalahan, akan tetapi secara masyarakat.
konseptual akan dapat mengkaburkan Menurut Black’s Law Dictionary, Negara
makna tugas dan wewenang, fungsi dan diartikan, sebagai “The political system of a
tugas pokok. Oleh karena itu rumusan yang body of people who are politically
ada dalam Keputusan Presiden No. 89 organized” dan Negara adalah suatu
Tahun 2000 harus direvisi disesuaikan organisasi kekuasaan,19 Negara adalah
dengan rumusan tugas pokok kepolisian organisasi yang dapat memaksa
20
yang ada dalam Undang-undang No. 2 kehendaknya. Mengingat Negara
Tahun 2002, mengingat di dalam urutan dipegang oleh seorang Kepala Negara yang
perundang-undangan, Undang-undang diangkat ataupun dipilih untuk dan sebagai
hierarkhinya lebih tinggi dari Keputusan pemegang jabatan “politik”, maka
Presiden dan ketentuan yang lebih rendah kepolisian sewaktu-waktu dapat digunakan
tidak boleh bertentangan dengan sebagai alat oleh pemegang jabatan politik
ketentuan yang lebih tinggi. Dengan yang sedang berkuasa, baik untuk
demikian peraturan perundang-undangan kepentingan politik maupun kepentingan
yang satu dengan yang lain tidak terdapat bangsa.
klausul yang saling bertentangan yang Berbeda dengan rumusan yang terdapat
menimbulkan konflik norma. dalam pasal 2 Undang-undang No. 2 Tahun
Konsep tugas dan wewenang Kepolisian 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
di Indonesia dirumuskan dalam pasal 2 Indonesia, yang menyebutkan, bahwa
Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/200 tentang “Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi
Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan pemerintahan negara dibidang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, pasal
19
6 ayat (1) Ketetapan MPR RI No. VII/ Suhino,Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 1986, hal.
MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional 149
20
Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Abu Daud Busroh,Ilmu Negara, Bumi Aksara,
Jakarta, cetakan ke-3, 2001, hal. 2

56
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

pemeliharaan keamanan dan ketertiban mengemban fungsi untuk menjaga,


masyarakat, penegakan hukum, memulihkan keamanan dan ketertiban
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan umum. Walaupun demikian
kepada masyarakat”. Rumusan di dalam penyelenggaraan administrasi negara tetap
pasal 2 ini penekanannya pada fungsi memegang utama dan menjalankan tugas
pemerintahan, dimana kepolisian dan wewenang, baik preventif maupun
mengemban salah satu fungsi represif, sedangkanjudiciary hanyalah tugas
pemerintahan yang ada. Fungsi kepolisian dan wewenang represif saja.
tersebut mengandung makna yang sama MenurutPhilipusM.Hadjon,21 fungsi
dengan tugas dan wewenang kepolisian, pemerintahan tersebut secara keseluruhan
baik tugas dan wewenang preventif terdiri dari berbagai macam tindakan-
maupun represif. tindakan pemerintahan, antara lain:
Luasnya lingkup tugas dan wewenang keputusan-keputusan, ketetapan-ketetapan
menyelenggarakan pemerintahan ini yangbersifat umum, tindakan-tindakan
sejalan dengan semakin luasnya tugas- hukum perdata dan tindakan- tindakan
tugas dan wewenang negara, yang dapat nyata. Hanya perundang-undangan dari
dikelompokkan, antara lain: penguasa politik dan peradilan oleh para
a. Penyelenggaraan administrasi di bidang hakim tidak termasuk di dalamnya. Salah
keamanan dan ketertiban umum; satu fungsi pemerintahan yang diemban
b. Menyelenggarakan tata-usaha oleh kepolisian adalah pemeliharaan
pemerintahan mulai dari surat keamanan dan ketertiban masyarakat, yang
menyurat sampai kepada dokumentasi tehnisnya melalui perizinan, pengesahan,
dan lain-lain; persetujuan, pengawasan atau control,
c. Menyelenggarakan administrasi negara penyelidikan dan menuntut pelanggaran
di bidang pelayanan umum; dan lain-lain.
d. Menyelenggarakan administrasi Negara
di bidang kesejahteraan umum; PENUTUP
e. Dan lain-lain. A. Kesimpulan
Berdasarkan pasal 2 Undang-undang No. 1) Mencermati hukum positif di Indonesia
2 Tahun 2002 dimaksud, salah satu fungsi minimal ada empat instrumen hukum
yang diemban oleh kepolisian masuk pada yang mengatur tentang kedudukan
penyelenggaraan administrasi negara di Polri, yakni Ketetapan MPR RI No.
bidang keamanan dan ketertiban umum, VII/MPR/ 2000, Keputusan Presiden No.
dimana tugas dan wewenang memelihara, 89 Tahun 2000, Undang-undang No. 2
menjaga, dan menegakkan keamanan dan Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
ketertiban umum merupakan tugas dan Republik Indonesia, dan Keputusan
wewenang paling awal dan tradisional Presiden No. 70 Tahun 2002 tentang
setiap pemerintahan. Akan tetapi Organisasi Tata Kerja Kepolisian Negara
penyelenggaraan keamanan dan ketertiban Republik Indonesia.
umum bukan semata-mata fungsi sebagai 2) Lembaga Kepolisian sangat diperlukan
penyelenggaraan administrasi negara, oleh masyarakat. Polisi berfungsi
karena pemegang kekuasaan kehakiman memelihara keamanan dan ketertiban
(judiciary) yang bertugas masyarakat (Kamtibmas), di samping itu
memutusperkarapun juga memelihara,
menjaga dan menyelenggarakan keamanan
21
dan ketertiban umum, termasuk peradilan Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia (Introduction to the
pidana, karena peradilan pidana juga
Indonesian Administrative Law), op-cit., h. 6-8.

57
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

Polisi juga berperan sebagai aparat keluar dari koridor hukum dan
penegak hukum. Kemandirian polisi menimbulkan bentrokan dengan
sangat diperlukan terutama dalam aparat. Sesuai UU No. 9/1998,
pelaksanaan tugas sebagai penegak demonstrasi tidak boleh dilakukan
hukum. sembarangan, namun harus mematuhi
Dalam UUD 1945 Pasal 30 ayat (4) aturan dan mekanisme yang telah
menyatakan “Kepolisian Negara ditentukan. Tetapi aturan main tersebut
Republik Indonesia sebagai alat negara sering dilanggar sehingga merepotkan
yang menjaga keamanan dan ketertiban Polri untuk menertibkan.
masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, DAFTAR PUSTAKA
serta menegakkan hukum”. Sedangkan
dalam Undang-Undang No. 2 Tahun Azhari,Negara Hukum Indonesia Analisis
2002 tentang Kepolisian Negara Yuridis Normatif Terhadap Unsur-
Republik Indonesia, bahwa “Fungsi unsurnya, UIPress, Jakarta, 1995.
Kepolisian adalah salah satu fungsi BrotodiredjoSoebroto,Asas-asas
pemerintahan negara di bidang Wewenang Kepolisian, Sedikit Tentang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban Hukum Kepolisian Di Indonesia,
masyarakat, penegakan hukum, Menyongsong Undang-undang
perlindungan, pengayoman dan Kepolisian Yang Baru, Bunga Rampai,
pelayanan kepada masyarakat”. Di sini PTIK Jakarta, 1984.
ditekankan pada fungsi pemerintahan, Busroh Abu Daud,Ilmu Negara, Bumi
di mana Kepolisian mengemban salah Aksara, Jakarta, cetakan ke-3, 2001.
satu fungsi pemerintahan yang ada. Effendi Lutfi,Pokok-pokok Hukum
Fungsi Kepolisian tersebut mengandung Administrasi,BayuMedia, Malang,
makna yang sama dengan tugas dan 2004.
wewenang Kepolisian, baik tugas dan HadjonPhilipus M. dalam papernya berjudul
wewenang prefentif maupun represif. “Tentang Wewenang”, tanpa tahun.
Hazairin dalam Wasito Hadi Utomo,Hukum
B. Saran Kepolisian di Indonesia,LPIP,
1) Dampak pemisahan Polri dari TNI, di Yogyakarta, 2002.
samping akan semakin memandirikan Henry Campbell Black,Black’s Law
lembaga tersebut juga membawa Dictionary with Pronunciations, Fifth
beban berat. Polri harus Edition, West Publishing & Co. USA,
bertanggungjawab penuh atas situasi 1979.
Kamtibmas dalam negeri. Sementara KantaprawiraRusadi, makalah dalam
TNI tidak boleh ikut campur, kecuali jika Lokakarya Profesionalisme dan
situasi sangat kacau dan atas Kemandirian Polri, Bandung, tanggal 3-
permintaan Polri TNI dapat memberikan 4 Agustus 1998.
bantuan. KoesparmonoIrsan, dalam Eko Prasetyo,
2) Maraknya aksi unjuk rasa akibat dkk., Polisi Masyarakat dan Negara,
euphoria demokrasimenjadikan Polri Bigraf Publishing, Yogyakarta, 1995.
harus mencurahkan perhatian agar Litvack&Seddon dalam
tidak terjadi bentrok fisik antar SaduWasistiono,Kapita Selekta
kelompok massa. Masih maraknya aksi Managemen Pemerintahan
demonstrasi yang dilakukan para Daerah,Fokusmedia, Cet. Ke-empat,
mahasiswa dan aktivis yang kadangkala Bandung, 2003.

58
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

Lubis Solly, dalam kumpulan karya ilmiah


para pakar hukum editor I Made Undang-Undang No. 28 Tahun 1999
Widnyana,Bunga Rampai tentang Penyelenggaraan Negara yang
Pembangunan Hukum Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,
Indonesia,Erasco, Bandung, 1997 dan Nepotisme.
Momo Kelana, Hukum Kepolisian Suatu Undang-Undang No. 1 Tahun 1988 tentang
Studi Historis Komperatif, PTIK, Jakarta, Ketentuan Pokok Hamkam.
1972. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Mutyosudarmo Soewoto,Pembaharuan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Ketatanegaraan Melalui Perubahan
Konstitusi,Assosiasi Pengajar HTN dan
HAN Jawa Timur dan In-Trans, Malang,
2004.
Nieuwenhuis dalam SudiknoMertokusumo,
Penemuan Hukum Sebuah Pengantar,
Liberty, Yogyakarta, Edisi Kedua, 2001.
Philipus M. Hadjon, Analisis Terhadap RUU
Administrasi Pemerintahan, disamaikan
dalam Forum Sosialisasi RUU
Administrasi Pemerintahan tanggal 15
Juni 2005 di Surabaya.
Purwodarminto W.J.S., Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1986.
Sadjijono M. Khoidin, Mengenal Figur Polisi
Kita, LaksBang, Yogyakarta, 2007.
__________,Fungsi Kepolisian Dalam
Pelaksanaan Good Governance,
Laksbang, edisi-ke satu, Yogyakarta,
2005.
__________, Seri Hukum Kepolisian Polri
dan Good Governance,
LaksBangMediatama, Surabaya, 2008.
Seno Adji Indriyanto, artikel dengan
judul“Polisi Profesional”, “Violence
Culture” dimuat dalam harian Kompas
tanggal 4 Mei 2004.
Suhino,Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta,
1986.
Vollenhoven van dalam
KuntjoroPurbopranoto, Beberapa
Catatan Hukum Tata Pemerintahan
dan Peradilan Administrasi Negara,
Alumni, Bandung, 1981.

Sumber Lain :
Undang-Undang Dasar 1945

59

Anda mungkin juga menyukai