4/Okt-Des/2012
41
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
42
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
43
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
44
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
tanggungjawab penyelenggaraan kepolisian Ini semua sebagai mata rantai yang tidak
ditingkat daerah, distribusi sarana dan terputus, sehingga segala
prasaranaserta anggaran, sedangkan pertanggungjawaban penyelenggaraan
desentralisasi tercermin dari adanya kepolisian oleh organisasi tingkat bawah
pembagian daerah hukum, dilakukan berjenjang sampai tingkat atas
pengoperasionalan anggaran dan (Mabes Polri), seperti Polsek
pendelegasian wewenang terbatas. bertanggungjawab kepada Polres, Polres
Pendelegasian wewenang Mabes kepada bertanggungjawab kepada Polwil, Polwil
Polda ini adalah merupakan salah satu bertanggungjawab kepada Polda dan Polda
bentuk desentralisasi administrasi, bertanggungjawab kepada organisasi
sebagaimana pembagian tipe ditingkat Mabes, baik secara struktural
desentralisasi. maupun fungsional. Selain itu hubungan
Desentralisasi administrasi yang yang bersifat horizontal atau menyamping
dimaksud adalah transfer kegiatan atau dengan organisasi kepolisian tingkat daerah
aktivitas pemerintahan pusat kepada bersifat koordinatif atau bantuan, misalnya
pejabat-pejabat ditingkat daerah dengan Polda dengan Polda, Polwil dengan Polwil
tujuan agar penyelenggaraan pemerintahan hingga tingkat Polres dan Polsekdalam satu
dapat lebih efektif dan efisien. Demikian daerah maupun di luar daerah.
halnya penjenjangan organisasi kepolisian Di dalam Keputusan Presiden No. 70
tingkat Mabes Polri kepada Polda adalah Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata
merupakan transfer aktivitas atau Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia
kewenangan yang telah dipilih dan dipilah disebutkan, bahwa organisasi kepolisian
oleh pusat (Mabes) untuk dilaksanakan disusun secara berjenjang dari tingkat pusat
oleh jenjang organisasi dibawahnya, yakni sampai ke kewilayahan [vide: pasal 3 ayat
Polda dan berjenjang ketingkat Polwil (1), (2) dan (3)]. Jenjang di tingkat pusat
sampai Polres. disebut Markas Besar Kepolisian Negara
Penjenjangan struktur organisasi dari Republik Indonesia disingkat Mabes Polri
tingkat Mabes sampai tingkat kewilayahan dan ditingkat kewilayahan disebut
pada dasarnya ditekankan pada pembagian Kepolisian Negara Republik Indonesia
daerah hukum dan tanggungjawab dalam Daerah disingkat Polda. Di tingkat
rangka mencapai tujuan organisasi, dimana Kepolisian Negara Republik Indonesia
masing-masing jenjang memiliki struktur Daerah (Polda) memiliki jenjang ke
organisasi sendiri yang memiliki garis kesatuan wilayah yang disebut dan
hubungan vertikal dari atas ke bawah disingkat Polwil/Polwiltabes,
(topdown) dan dengan sistem Polres/Polresta dan Polsek/Polsekta yang
pertanggungjawaban dari bawah ke atas setiap jenjang atau tingkatan memiliki
(bottom up). Jenjang organisasi tersebut unsur-unsur.
terdiri dari Markas Besar Kepolisian Negara Berdasarkan Keppres No. 70 Tahun 2002
Republik Indonesia disingkat Mabes Polri tersebut struktur organisasi di tingkat
berada ditingkat pusat, Kepolisian Negara Mabes Polri memiliki unsur-unsur yang
Republik Indonesia Daerah disingkat Polda terdiri dari:
berada di daerah dalam struktur di bawah, a. Unsur Pimpinan;
Kepolisian Wilayah (Polwil) berada di b. Unsur pembantu pimpinan dan
wilayah dan di bawah Polda, Kepolisian pelaksana staf;
Resort (Polres) berada di bawah Polwil, c. Unsur Pelaksana Pendidikan dan
bahkan sampai tingkat Kepolisian Sektor atau/Pelaksana Staf Khusus;
(Polsek). d. Unsur Pelaksana Utama Pusat;
45
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
46
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
47
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
48
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
49
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
50
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
tanpa tentara, tetapi tidak demikian jika Menempatkan Polri sebagai bagian dari
polisi tidak terdapat dalam negara ABRI merupakan satu-satunya model di
bersangkutan. Negara Jepang dan Kosta dunia. Di negara manapun di seluruh dunia
Rika (Amerika Latin) tidak mempunyai institusi kepolisian bersifat mandiri dan
tentara tetapi kehidupan masyarakatnya tidak menjadi sub ordinat institusi militer.
dapat berjalan aman, tenteram dan damai, Kenyataan demikian menjadikan kerjasama
karena di kedua negara tersebut terdapat antara Polri dengan kepolisian negara lain
institusi kepolisian yang bertugas tidak berjalan normal. Negara lain tidak
12
memelihara Kamtibmas. mau bekerjasama dengan Polri karena
Mengingat urgennya keberadaan polisi, merupakan bagian dari militer dengan sifat
maka sudah selayaknya jika polisi diberikan destruktifdefensif, dan ofensif. Sementara
kemandirian dalam menjalankan tugas sifat hakiki dari polisi adalah sebagai
selaku pemeliharaKamtibmas dan sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.
aparat penegak hukum. Tanpa Melihat kenyataan seringnya kinerja
kemandirian, polisi tidak akan dapat Polri diintervensi lembaga ekstra yudisiil,
menjalankan tugas dengan baik. Di kemudian muncul keinginan agar Polri
Indonesia, sejak bergulir angin reformasi, dipisahkan dari ABRI. Maka, sejak 1 April
institusi kepolisian terus dibenahi seiring 1999 Polri dipisahkan dari ABRI. Selanjutnya
dengan kebutuhan jaman dan melalui Kepres No. 89/2000, sejak 1 Juli
perkembangan masyarakat. 2000 Polri ditempatkan langsung di bawah
Semula, Kepolisian Republik Indonesia Presiden. Kepres tersebut kemudian
(Polri) merupakan bagian dari militer. Polisi dikukuhkan menjadi Tap MPR No. VII/2000
menjadi bagian dari ABRI bersama matra yang menempatkan Polri berada di bawah
yang lain, yaitu TNI AD, TNI AU dan TNI AL. Presiden. Terakhir dikukuhkan dengan UU
Dimasukkannya Polri dalam ABRI Polri No. 2/2002.
menjadikan pengembangan kelembagaan Kemandirian Polri sangat diperlukan
maupun personil Polri tidak mandiri. Polri terutama dalam pelaksanaan tugas sebagai
karena sering diintervensi dalam penegak hukum (Pidana). Peradilan pidana
menjalankan tugas, terutama dalam bertujuan memulihkan keseimbangan
pelaksanaan tugas sebagai aparat penegak masyarakat yang terganggu akibat tindak
hukum. kejahatan. Dalam rangka pelaksanaan tugas
Apabila suatu kasus melibatkan atau penyidikan terhadap pelaku tindak pidana,
mempunyai keterkaitan kepentingan polisi mutlak memiliki kemandirian agar
dengan matra ABRI (TNI) yang lain, maka bebas dari intervensi kekuasaan ekstra
kinerja Polri tidak dapat berjalan dengan yudisiil. Tanpa kemandirian mustahil polisi
baik. Fakta sejarah membuktikan betapa mampu menjalankan tugas dengan baik
Polri tidak berdaya menangani kasus yang sebagai aparat penegak hukum.13
di dalamnya terdapat kepentingan matra Aparat penegak hukum yang lain, yaitu
ABRI yang lain. Contohnya kasus Marsinah, kejaksaan dan pengadilan telah mandiri,
Kasus Penculikan Aktivis pro demokrasi sehingga mereka dapat dengan bebas
oleh Kopasus, Kasus pembunuhan Udin menjalankan tugas dalam peradilan pidana.
(wartawan Harian Bernas), Kasus Trisakti Perangkat hukum yang ada telah menjamin
dan Semanggi, dan lain-lain. kemandirian lembaga tersebut, yaitu UU
No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan; UU
No. 4 Tahun 2004 tentang Pokok Kekuasaan
12
M. KhoidinSadjijono, Mengenal Figur Polisi Kita,
13
LaksBang, Yogyakarta, 2007, hal. 139. Ibid, hal. 340.
51
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
Kehakiman; UU No. 2 Tahun 1986 tentang yang kemudian dikukuhkan melalui Tap
Peradilan Umumdan UU No. 5 Tahun 2004 MPR No. VII/2000 kemandirianPolri sudah
Tentang Mahkamah Agung, telah dijamin, lalu dikukuhkan melalui UU No.
memberikan jaminan kemerdekaan bagi 2/2002.
jaksa dan hakim dalam menjalankan tugas Kebijakan memandirikan Polri dengan
peradilan. menempatkan langsung di bawah
Sementara UU Polri baru diubah pada Presidenberarti menyamakan kedudukan
bulan Januari 2002 melalui UU No. 2 Tahun polisi dengan penegak hukum yang lain.
2002. Itupun dilakukan setelah mendapat Kejaksaan sejak lama sudah merupakan
tekanan dari berbagai pihak, yakni sejak lembaga tersendiri yang terlepas dari
institusi Polri dijadikan bulan-bulanan atau departemen (menteri) dan berada langsung
diobok-obok oleh Presiden Abdurahman di bawah presiden. Kejaksaan dalam
Wahid. Ketidaksinkronanregulasi bagi menjalankan tugasnya bertanggungjawab
institusi Polri dimanfaatkan oleh Penguasa langsung kepada Presiden. Lembaga
untuk melakukan intervensi ke tubuh Polri. peradilan malah lebih mandiri dan bebas
Di samping itu juga melemahkan kinerja karena berada di luar kekuasaan eksekutif.
dan keberadaan (posisi) Polri di samping Lembaga peradilan merupakan bagian dari
aparat penegak hukum yang lain. kekuasaan kehakiman yang kebebasan dan
Tidak jarang aparat polisi mengalami kemandiriannya dijamin oleh Pasal 24 UUD
kesulitan melaksanakan tugas manakala 1945.15
terbentur kekuasaan ekstrayudisiil di luar
dirinya yang melakukan kooptasi dalam 1. WewenangKepolisian MenurutTap.
pelaksanaan tugas polisi. Kendati polisi MPRRI No. VI/MPR/ 2000
mempunyai diskresi dalam menjalankan Keluarnya Ketetapan MPR RI No.
tugas, adanya belenggu struktural dan VI/MPR/2000 memberikan perubahan yang
kelembagaan tersebut tidak memungkinkan prinsip bagi eksistensi Kepolisian Negara
polisi untuk mengembangkan diskresinya Republik Indonesia dan sekaligus
dengan baik. Padahal, diskresi polisi menegaskan perbedaan peran kepolisian
tersebut dapat dilaksanakan dalam rangka dengan tentara, disamping itu memisahkan
pelaksanaan tugas sebagai order secara tegas eksistensi lembaga Tentara
maintenance maupun sebagai official law Nasional Indonesia (TNI) dengan Kepolisian
enforcement.14 Negara Republik Indonesia (Polri), sehingga
Secara historis sebenarnya keberadaan tidak ada lagi lembaga Angkatan Bersenjata
lembaga kepolisian pernah berdiri Republik Indonesia (ABRI) sebagai wadah
sendiri.BerdasarkanPPNo. 11 D Tahun untuk mengintegrasikan Tentara Nasional
1946tanggal 1 Juli 1946, kepolisian Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara
ditempatkan di bawah Perdana Menteri. Republik Indonesia (Polri).
Namun kemudian Polri ditempatkan di Di dalam Ketetapan MPR RI No.
bawah kendali militer berdasarkan VI/MPR/2000 menetapkan, bahwa “Tentara
Penetapan Dewan Pertahanan Negara No. Nasional Indonesia adalah alat negara yang
112 tanggal 1 Agustus 1947. Kondisi berperan dalam pertahanan negara”,
tersebut terus dipertahankan dalam UU No. sedangkan “Kepolisian Negara Republik
20 Tahun 1982 tentang Hankam dan UU Indonesia adalah alat negara yang berperan
No. 28 Tahun 1997 tentang Polri. Namun dalam memelihara keamanan”. Di sini ada
berdasarkan Kepres No. 89 Tahun 2000 perbedaan peran yang sangat
14 15
Ibid, hal. 341. Ibid.
52
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
53
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
a. apabila negara dalam keadaan dan tertib. Aman dalam arti perasaan bebas
darurat memberikan bantuan dari gangguan baik fisik maupunpsychis,
kepada Tentara Nasional Indonesia; perasaan bebas dari kekhawatiran,
b. turut serta secara aktif dalam tugas- perasaan bebas dari resiko dan perasaan
tugas penanggulangan kejahatan damai lahiriah dan batiniah. Atau bebas
internasional sebagai dari bahaya, bebas dari gangguan,
anggotaInternational Criminal Police terlindung atau tersembunyi, dan tidak
Organization Interpol; mengandung resiko.18
c. membantu secara aktif tugas Di dalam mewujudkan situasi dan
pemeliharaan perdamaian dunia kondisi aman dan tertib tersebut
(peace keeping operation) di bawah diselenggarakan melalui pemberian
bendera Perserikatan Bangsa- perlindungan, pengayoman dan pelayanan
Bangsa.17 kepada masyarakat, dan penegakan hukum.
Tugasmemberikan perlindungan,
Berkaitan dengan keikutsertaannya pengayoman dan pelayanan kepada
dalam penyelenggaraan negara, Kepolisian masyarakat adalah merupakan tugas-tugas
Negara Republik Indonesia bersikap netral sosial, sedangkan penegakan hukum
dalam kehidupan politik dan tidak merupakan tugas yustisiil.
melibatkan diri pada kegiatan politik Tugas dan wewenang kepolisian
praktis, serta tidak menggunakan hak sebagaimana dirumuskan dalam UUD 1945
memilih dan dipilih. tersebut adalah merupakan amanat
Undang-Undang Dasar yang berdasarkan
3. Wewenang Kepolisian Menurut Ketetapan MPR RI No. III/MPR/ 2000
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan sumber hukum yang tertinggi.
Di dalam Amandemen Undang-Undang Sehingga secara teoritis, bahwa pengaturan
Dasar 1945 tugas dan wewenang kepolisian tentang fungsi dan eksistensi kepolisian
dirumuskan dalam pasal 30 ayat (4) UUD yang diatur dalam sumber hukum yang lain
1945 yang rumusannya “Kepolisian Negara tidak boleh bertentangan dengan UUD
Republik Indonesia sebagai alat negara 1945 sebagai hukum dasar yang tertulis
yang menjaga keamanan dan ketertiban (grondwet).
masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta 4. Wewenang Kepolisian Menurut UU No.
menegakkan hukum”. Rumusan fungsi 2 Tahun 2002 tentang Polri
kepolisian dalam UUD 1945 ini memiliki dua Undang-undang No. 2 Tahun 2002
makna, yakni fungsi yang melekat sebagai tentang Kepolisian Negara Republik
alat negara yang menjaga keamanan dan Indonesia ini adalah merupakan tindak
ketertiban masyarakat, dan tugas yang lanjut dan amanat Ketetapan MPR RI No.
dijalankan, yakni melindungi, mengayomi, VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara
melayani masyarakat serta menegakkan Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
hukum. Republik Indonesia, khususnya pasal 3 ayat
Dari rumusan ini dapat dimaknai, pada (2), yang menyebutkan “Hal-hal yang
tataran akhir pelaksanaan tugas dan menyangkut Tentara Nasional Indonesia
wewenang kepolisian dapat terwujudnya dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
situasi dan kondisi masyarakat yang aman secara lengkap dan terperinci diatur lebih
17 18
Pasal 9 ayat (1), (2), (3) Ket. MPR RI No. DepDik Bud,Kamus Besar Bahasa Indonesia,
VII/MPR/2000. edisikedua, BalaiPustaka, Jakarta, 1994, hal. 29.
54
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
55
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
Tugas pokok kepolisian yang diatur Republik Indonesia, pasal 30 ayat (4) UUD
dalam Keputusan Presiden No. 89 Tahun 1945, Pasal 2 dan pasal 13 Undang-undang
2000 sangat berbeda dengan rumusan No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
dalam Undang- undangNo. 2 Tahun 2002. Negara Republik Indonesia, secara khusus
Dalam undang-undang No. 2 tahun 2002, dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981
tugas pokok kepolisian dirumuskan, sebagai tentang Kitab Undang-undang Hukum
berikut: Acara Pidana dan Keputusan Presiden No.
a) memelihara keamanan dan ketertiban 89 Tahun 2000 tentang Kedudukan
masyarakat; Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b) menegakkan hukum; dan Apabila dicermati dan dikaji secara
c) memberikan perlindungan, dalam rumusan dalam Ketetapan MPR RI
pengayoman, dan pelayanan kepada No. VI/MPR/2000, Ketetapan MPR RI No.
masyarakat. VII/ MPR/2002, dan pasal 30 ayat (4) UUD
Sedangkan tugas pokok kepolisian yang 1945 yang merumuskan, bahwa Kepolisian
dirumuskan dalam Keputusan Presiden No. Negara Republik Indonesia adalah “alat
89 Tahun 2000 meliputi: menegakkan negara yang berperan memelihara
hukum; ketertiban umum dan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat”,
keamanan dalam negeri. mengandung suatu penafsiran bahwa
Perbedaan tugas pokok kepolisian yang kepolisian adalah sebagai alat “penguasa
ada dalam kedua peraturan perundang- Negara” khususnya dalam bidang
undangan tersebut, secara praktis tidak pemeliharaan keamanan dan ketertiban
timbul permasalahan, akan tetapi secara masyarakat.
konseptual akan dapat mengkaburkan Menurut Black’s Law Dictionary, Negara
makna tugas dan wewenang, fungsi dan diartikan, sebagai “The political system of a
tugas pokok. Oleh karena itu rumusan yang body of people who are politically
ada dalam Keputusan Presiden No. 89 organized” dan Negara adalah suatu
Tahun 2000 harus direvisi disesuaikan organisasi kekuasaan,19 Negara adalah
dengan rumusan tugas pokok kepolisian organisasi yang dapat memaksa
20
yang ada dalam Undang-undang No. 2 kehendaknya. Mengingat Negara
Tahun 2002, mengingat di dalam urutan dipegang oleh seorang Kepala Negara yang
perundang-undangan, Undang-undang diangkat ataupun dipilih untuk dan sebagai
hierarkhinya lebih tinggi dari Keputusan pemegang jabatan “politik”, maka
Presiden dan ketentuan yang lebih rendah kepolisian sewaktu-waktu dapat digunakan
tidak boleh bertentangan dengan sebagai alat oleh pemegang jabatan politik
ketentuan yang lebih tinggi. Dengan yang sedang berkuasa, baik untuk
demikian peraturan perundang-undangan kepentingan politik maupun kepentingan
yang satu dengan yang lain tidak terdapat bangsa.
klausul yang saling bertentangan yang Berbeda dengan rumusan yang terdapat
menimbulkan konflik norma. dalam pasal 2 Undang-undang No. 2 Tahun
Konsep tugas dan wewenang Kepolisian 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
di Indonesia dirumuskan dalam pasal 2 Indonesia, yang menyebutkan, bahwa
Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/200 tentang “Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi
Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan pemerintahan negara dibidang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, pasal
19
6 ayat (1) Ketetapan MPR RI No. VII/ Suhino,Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 1986, hal.
MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional 149
20
Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Abu Daud Busroh,Ilmu Negara, Bumi Aksara,
Jakarta, cetakan ke-3, 2001, hal. 2
56
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
57
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
Polisi juga berperan sebagai aparat keluar dari koridor hukum dan
penegak hukum. Kemandirian polisi menimbulkan bentrokan dengan
sangat diperlukan terutama dalam aparat. Sesuai UU No. 9/1998,
pelaksanaan tugas sebagai penegak demonstrasi tidak boleh dilakukan
hukum. sembarangan, namun harus mematuhi
Dalam UUD 1945 Pasal 30 ayat (4) aturan dan mekanisme yang telah
menyatakan “Kepolisian Negara ditentukan. Tetapi aturan main tersebut
Republik Indonesia sebagai alat negara sering dilanggar sehingga merepotkan
yang menjaga keamanan dan ketertiban Polri untuk menertibkan.
masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, DAFTAR PUSTAKA
serta menegakkan hukum”. Sedangkan
dalam Undang-Undang No. 2 Tahun Azhari,Negara Hukum Indonesia Analisis
2002 tentang Kepolisian Negara Yuridis Normatif Terhadap Unsur-
Republik Indonesia, bahwa “Fungsi unsurnya, UIPress, Jakarta, 1995.
Kepolisian adalah salah satu fungsi BrotodiredjoSoebroto,Asas-asas
pemerintahan negara di bidang Wewenang Kepolisian, Sedikit Tentang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban Hukum Kepolisian Di Indonesia,
masyarakat, penegakan hukum, Menyongsong Undang-undang
perlindungan, pengayoman dan Kepolisian Yang Baru, Bunga Rampai,
pelayanan kepada masyarakat”. Di sini PTIK Jakarta, 1984.
ditekankan pada fungsi pemerintahan, Busroh Abu Daud,Ilmu Negara, Bumi
di mana Kepolisian mengemban salah Aksara, Jakarta, cetakan ke-3, 2001.
satu fungsi pemerintahan yang ada. Effendi Lutfi,Pokok-pokok Hukum
Fungsi Kepolisian tersebut mengandung Administrasi,BayuMedia, Malang,
makna yang sama dengan tugas dan 2004.
wewenang Kepolisian, baik tugas dan HadjonPhilipus M. dalam papernya berjudul
wewenang prefentif maupun represif. “Tentang Wewenang”, tanpa tahun.
Hazairin dalam Wasito Hadi Utomo,Hukum
B. Saran Kepolisian di Indonesia,LPIP,
1) Dampak pemisahan Polri dari TNI, di Yogyakarta, 2002.
samping akan semakin memandirikan Henry Campbell Black,Black’s Law
lembaga tersebut juga membawa Dictionary with Pronunciations, Fifth
beban berat. Polri harus Edition, West Publishing & Co. USA,
bertanggungjawab penuh atas situasi 1979.
Kamtibmas dalam negeri. Sementara KantaprawiraRusadi, makalah dalam
TNI tidak boleh ikut campur, kecuali jika Lokakarya Profesionalisme dan
situasi sangat kacau dan atas Kemandirian Polri, Bandung, tanggal 3-
permintaan Polri TNI dapat memberikan 4 Agustus 1998.
bantuan. KoesparmonoIrsan, dalam Eko Prasetyo,
2) Maraknya aksi unjuk rasa akibat dkk., Polisi Masyarakat dan Negara,
euphoria demokrasimenjadikan Polri Bigraf Publishing, Yogyakarta, 1995.
harus mencurahkan perhatian agar Litvack&Seddon dalam
tidak terjadi bentrok fisik antar SaduWasistiono,Kapita Selekta
kelompok massa. Masih maraknya aksi Managemen Pemerintahan
demonstrasi yang dilakukan para Daerah,Fokusmedia, Cet. Ke-empat,
mahasiswa dan aktivis yang kadangkala Bandung, 2003.
58
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
Sumber Lain :
Undang-Undang Dasar 1945
59