Anda di halaman 1dari 24

LK-9 SISTEMATIKA LAPORAN BEST PRACTICE

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
BIODATA PENULIS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran tematik di SMP/Seni Budaya sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013 merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
beberapa muatan pelajaran dalam satu pembelajaran. Beberapa muatan,
misalnya Seni Rupa,Seni Musik,Seni Tari dan Seni Teater, disatukan dalam
mata pelajaran seni budaya yang disajikan dalam satu pembelajaran.
Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama
ini, penulis menggunakan buku siswa dan buku guru. Penulis meyakini bahwa
buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis
mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan
latar belakang siswa. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan
pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan
demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami
(C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran
yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking
skills/ HOTS). Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran.
Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak tampak tidak
ceria.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh informasi
bahwa (a) siswa malas mengikuti pembelajaran yang banyak dilakukan guru
dengan cara ceramah’ (b) selain ceramah, metode yang selalu dilakukan guru
adalah penugasan. Sebagian siswa mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang
hanya bersifat teoritis. Tinggal menyalin dari buku teks.
Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali
keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu
model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam
implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning/PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang
mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari
dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam PBL siswa dituntut untuk
mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari
(kontekstual). Dengan kata lain, PBL membelajarkan siswa untuk berpikir
secara kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber
pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Setelah melaksanakan pembelajaran tematik dengan model PBL, penulis
menemukan bahwa proses dan hasil belajar siswa meningkat. Lebih bagus
dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika model PBL ini diterapkan pada
kelas VII yang lain ternyata proses dan hasil belalajar siswa sama baiknya.
Praktik pembelajaran PBL yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai
sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan
model PBL.

B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan praktik baik ini adalah kegiatan
pembelajaran tematik di kelas VII dalam materi pelajaran seni budaya, salah
satunya pada kompetensi dasar bernyanyi secara unisono.

C. Manfaat Kegiatan

Manfaat penulisan pratik baik ini adalah meningkatkan kompetensi siswa


dalam pembelajaran tematik integratif yang berorientasi HOTS.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan dan Sasaran


Tujuan penulisan praktik baik ini adalah untuk mendeskripsikan praktik
baik penulis dalam meerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking
skills (HOTS).
Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas VII semester 1
di SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan sebanyak 32 orang.

B. Bahan/Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah materi
kelas VII untuk tema globalisasi yag merupakan pembelajaran tematik .

C. Cara Melaksanakan Kegiatan


Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah
menerapkan pembelajaran tematik terpadu dengan model pembelajaran
problem based learning (PBL).
Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah
dilakukan penulis.
1. Analisis Target Kompetensi
Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut.

2. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi

3. Pemilihan Model Pembelajaran


Model pembelajaran yang dipilih adalah problem based learning (PBL) .
4. Merencanakan kegiatan Pembelajaran sesuai dengan Model
Pembelajaran
Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak PBL.
Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan model PBL.
Sintak Model Guru Siswa
Pembelajaran
Orientasi 1) Guru menyampaikan 1) Menyimak penjelasan
Masalah ilustrasi bahwa diban- guru dan menjawab
dingkan kehidupan- pertanyaan guru.
nya pada masa kecil,
saat ini dunia sudah
berkembang menjadi
modern.
2) Guru mengajukan
pertanyaan, “Apa
yang kalian ketahui
tentang modern dan
modernisasi?
3) Guru meminta siswa
membaca teks eks-
planasi tentang
pengertian
modernisasi.
4) Bertanya jawab untuk
menyimpulkan
pengertian
modernisasi termasuk
membuka kBBI.
5) Guru menyampaikan
tujuan materi pem-
belajaran hari itu
adalah membuat ring-
kasan teks ekspla-
nasi; Menganalisis
perubahan budaya
dalam rangka modern
isasi bangsa Indonesia.
6) Guru menyampaikan
bahwa kegiatan beri
kutnya siswa ditu-
gaskan untuk menyimak
tayangan video tentang
perubahan budaya.
7) Guru menyampaikan
tugas siswa yaitu (a)
menentukan pokok-
pokok informasi terkait
yang terdapat dalam
video (teks audio
visual), (b) mengidenti-
fikasi kalimat tidak
efektif yang digunakan
dalam video’ (c)
membenahi kalimat
tidak efektif menjadi
kalimat efektif, (d)
mengidentifikasi kosa
kata baru dalam video,
(e) menemukan makna
kosa kata baru dengan
menggunakan Kamus
Besar Bahasa Indo-
nesia, (f) membuat
ringkasan isi video
dengan menggunakan
kalimat efektif, (g)
menjawab pertanyaan
yang disediakan dalam
LKS, (g) mengiden-
tifikasi contoh peru-
bahan sosial budaya
dalam rangka modern-
isasi yang terdapat
dalam video.
Mengorganisasi 1) Guru membagi siswa
dalam beberapa
kelompok. Setiap
kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari
45 orang.
2) Setiap kelompok
mengerjakan tugas
yang telah dijelaskan
oleh guru.
Membimbing 1) Guru membimbing
penyelidikan siswa menyelesaikan
tugasnya.
2) Guru memberi ban-
tuan dan atau menja-
wab pertanyaan dari
siswa bila dibutuhkan.
Mengembangkan Mendampingi siswa 1) Menyusun laporan
dan menyajikan dalam mengembangkan hasil kerja kelompok.
2) Mempresentasikan
laporan hasil dan menyajikan laporan
hasil kerjanya dalam
karya hasil kerja.
diskusi kelas.
3) Kelompok lain
memberikan tang-
gapan, mengajukan
pertanyaan, atau usul
terhadap hasil kerja
kelompok lain.
Menganalisis dan 1) Menganalisis dan 1) Menyimak
mengevaluasi mengevaluasi hasil penjelasan guru.
2) Mengajukan
proses kerja siswa.
2) Memberi penguatan pertanyaan dan atau
pemecahan
hasil belajar siswa. tanggapan bila belum
masalah.
paham.
Pembelajaran setelah istirahat
Orientasi 1) Guru menyampai 1) Menyimak
Masalah kan bahwa agar dapat penjelasan guru.
2) Menjawab
hidup sesuai dengan
pertanyaan guru.
perubahan zaman
yang terjadi (moder
nisasi), seseorang
harus mampu bera-
daptasi. Bila tidak,
orang tersebut akan
tergilas zaman. Begitu
pun dengan tumbuhan
dan binatang. Mereka
juga harus mampu
beradaptasi.
2) Guru mengajukan
pertanyaan, “Dapatkah
kalian memberi contoh
cara kita beradaptasi
dengan lingkungan?
Guru menyampaikan
tugas siswa berikutnya
adalah menganalisis
cara mahluk hidup
beradaptasi dengan
lingkungannya.
Mengorganisasi Guru meminta siswa 1) Duduk dalam
kembali duduk bersama kelompoknya.
2) Membagi tugas.
kelompoknya untuk
mengerjakan tugas
kelompok.
Membimbing 1) Menyajikan video 1) Menyimak tayangan
penyelidikan tentang cara mahluk video.
2) Membuat catatan
hidup beradaptasi
penting sesuai
dengan
dengan tugas yang
lingkungannya.
2) Mendampingi siswa harus dikerjakan.
mengerjakan tugas
kelompoknya.
Mengembangkan Mendampingi siswa 1) Mendiskusikan hasil
dan menyajikan menyelesaikan kerja simakan.
2) Mengerjakan tugas
laporan hasil kelompoknya.
yang disajikan dalam
karya
LKS.
3) Mempresentasikan
hasil kerja kelompok.
4) Menanggapi
presentasi kelompok
lain.
Menganalisis dan 1) Menganalisis dan 1) Menyimak penjelasan
mengevaluasi mengevaluasi hasil guru.
2) Mengajukan
proses kerja kelompok.
2) Memberi penguatan pertanyaan bila belum
pemecahan
hasil belajar siswa. paham.
masalah.
3) Membimbing siswa
membuat simpulan
hasil belajar hari itu
mulai dari teks
eksplanasi,
perubahan sosial
budaya dalam
rangka modernisasi,
dan cara mahluk
hidup beradaptasi
dengan
lingkungannya.

5. Penyusunan Perangkat Pembelajaran


Berdasarkan hasil kerja 1 higga 5 di atas kemudian disusun perangkat
pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, LKS, dan instrumen penilaian.
RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan
pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21.

D. Media dan Instrumen


Media pembelajaran yang digunakan dalam praktik terbaik ini adalah (a)
contoh teks ekplanasi berjudul “Pengaruh Globalisasi terhadap Masyarakat
Indonesia”, (b) video “Perubahan Sosial Budaya pada masa Modern”diambil
dari https://www.youtube.com/ watch?v=cx0DRUawd-, dan (c) lembar kerja
siswa (LKS) tematik.
Instrumen yang digunakan dalam praktik baik ini ada 2 macam yaitu (a)
instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi
dan (b) instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan
(a) tes tulis pilihan ganda dan uraian singkat.

E. Waktu dan Tempat Kegiatan


Praktik baik ini dilaksanakan pada tanggal ... sampai ... tahun 2019
bertempat di kelas VII SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Hasil
Hasil yang dapat diilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran tematik yang dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran PBL berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon
pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru
maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak
PBL megharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran.
2. Pembelajaran tematik yang dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan
transfer knowledge.
Setelah membaca, meringkas, dan mendiskusikan teks eksplanasi tentang
modernisasi, siswa tidak hanya memahami konsep teks eksplanasi
(pengetahuan konseptual) dan bagaimana membuat ringkasan yang
benar (pengetahuan prosedural), tetapi juga memahami konsep
modernisasi. Pemahaman ini menjadi dasar siswa dalam mempelajari
materi IPS tentang perubahan sosial budaya dalam rangka modernisasi.
Pemahaman tentang konsep moderisasi membantu siswa dalam
menganalisis prubahan sosial budaya sebagai akibat moderisasi.
Pemahaman siswa tetang perubahan sosial budaya dalam rangka
moderisasi pada dasarnya merupakan bentuk adaptasi masyarakat
terhadap modernisasi. Pemahaman ini dapat menjadi pengantar bagi
siswa untuk memahami cara mahluk hidup beradaptasi dengan
lingkungan.
3. Penerapan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan siswa
untuk berpikir kritis.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk bertanya dan
menanggapi topik yang dibahas dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa
berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Siswa
cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas
yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana siswa dapat
menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir
siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan
dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang
dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasa), membuat siswa cenderung
menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh siswa adalah apa yang
diajarkan oleh guru.
Berbeda kondisinya dengan praktik baik pembelajaran tematik berorientasi
HOTS dengan menerapkan PBL ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman
siswa tentang konsep teks eksplanasi, perubahan sosial budaya, dan cara
mahluk hidup menyesuaikan diri benar-benar dibangun oleh siswa melalui
pengamatan dan diskusi yang meuntut kemampuan siswa untuk berpikir
kritis.
4. Penerapan model pembelajaran PBL juga meningkatkan kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). PBL yang
diterapkan dengan menyajikan teks tulis dan video berisi permasalahan
kontekstual mampu mendorong siswa merumuskan pemecahan masalah.
Sebelum menerapkan PBL, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang
disajikan dalam buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan
sehari-hari siswa, tetap saja penulis gunakan. Jenis teks yang digunakan
juga hanya pada teks tulis dari buku teks.
Dengan menerapkan PBL, siswa tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi
juga dari video serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data,
materi dari sumber lainnya.
B. Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi terutama adalah siswa belum terbiasa siswa
belajar dengan model PBL. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan
yang baik guru selalu mengguakan metode ceramah, siswa pun merasa
lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat
penjelasan guru melalui ceramah.
Masalah lainnya adalah guru tidak mempunyai kompetensi yang memadai
untuk membuat video pembelajaran. Padahal selain sebagai media
pembelajaran,. Video juga merupakan bentuk teks audiovisual yang juga
harus disajikan sesuai dengan rumusan KD.

C. Cara Mengatasi Masalah


Agar siswa yakin bahwa pembelajaran tematik dengan PBL dapat
membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi
penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat
belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS
ajkan membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain
itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep
akan membuat siswa mau belajar dengan HOTS.
Kekurangmampuan guru membuat video pembelajaran dapat diatasi
dengan mengunduh video sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik
dari youtube maupun dari Rumah Belajar. Dengan demikian, selain
menerapkan kegiatan literasi baca = tulis, siswa juga dapat meningkatkan
literasi digitalnya.
Bab IV
Simpulan dan Rekomendasi
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran tematik dengan model pembelajaran PBL layak dijadikan
praktik baik pembeljaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan
kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir
kritis, dan pemecahan masalah.
2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara
sistematis dan cermat, pembelajaran tematik dengan model
pembelajaran PBL yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS,
tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran tematik dengan model
pembelajaran problem based learning (PBL), berikut disampaikan rekomendasi
yang relevan.
1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku
siswa dan buku guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan,
tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran tematik yang kontekstual
sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya.
Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna.
2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar
dengan cara ini akan membantu siswa menguasai materi secara lebih
mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa).
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut
melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif
sekolah, seperti penyediaan sarana da prasarana yang memadai dan
kesempatan bagi penulis utuk mendesiminasikan praktik baik ini aka
menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA
Banu, Pono. 1994. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Jones, George Thaddeus. 1974. Music Theory. New York: Harper & Row
Publisher.

Karl-Edmund Prier SJ. 2001. Ilmu Harmoni: Yogyakarta: PML.

Katwharso, “Karawitan Dasar” Modul Pembelajaran Diklat Guru Seni Budaya.

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta. 2006

Kodijat Latifah-Marzoeki.1995. Istilah-istilah musik: Djambatan.

Panofka, E. Vocalises, Paris: Editions Jobert.

PML(Pusat Musik Liturgi) .Menjadi Dirigen II: membentuk suara. Yogyakarta:


PML. 2009

Randegger, Alberto. Metode of Singing, New York: G. Shirmer.

Siagian, M. Pardosi. 1975. Indonesia Yang Kucinta. Yogyakarta: PML.

Sito Mardowo, “Teknik Vokal” Modul Pembelajaran Diklat Guru Seni Budaya.

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta. 2016

Soeharto, M.1992. Kamus Musik. Jakarta: Grasindo

Tim Pusat Musik Liturgi.1992. Menjadi Dirigen II: Yogyakarta:PML


LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto-foto kegiatan


Lampiran 2 : RPP
Lampiran 3 : Bahan Ajar
Lampiran 4 : LKS
Lampiran 5 : Kisi-kisi soal piliha ganda dan uraia
Lampiran 6 : Soal, kunci, dan pedoman penyekoran
Lampiran 7 : Lembar observasi proses pembelajaran
Lampiran 8 : Kuesioner motivasi belajar siswa
Lampiran 1:

Conntoh Teks eksplanasi tentang globalisasi

Pengaruh Globalisasi terhadap Masyarakat Indonesia


// Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan
tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses
dari pikiran yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa
lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi
patokan bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
Sebagai suatu proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam
interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dilihat dari
dimensi ruang akan semakin dipersempit dan dari dimensi waktu semakin
dipersingkat dalam berinteraksi dan berkomunikasi pada skala dunia.
Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan. Teknologi informasi dan
komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini,
perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan
berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh
karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya. Kehadiran
globalisasi tentunya membawa pengaruh besar bagi kehidupan suatu negara
termasuk negara kita Indonesia. Pengaruh tersebut dibagi menjadi dua yaitu
pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh positif globalisasi terhadap masyarakat Indonesia.
1. Dilihat dari aspek globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara
terbuka dan demokratis, karena pemerintahan adalah bagian dari suatu
negara. Jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis
tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif
tersebut berupa jati diri terhadap negara menjadi meningkat dan
kepercayaan masyarakat akan mendukung yang dilakukan oleh
pemerintahan.
1. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional,
meningkatkan kesempatan kerja yang banyak dan meningkatkan devisa
suatu negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan
ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional dan akan
mengurangi kehidupan miskin.
1. Dari aspek globalisasi sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir
yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara
lain yang sudah maju untuk meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada
akhirnya memajukan bangsa serta akan mempertebal jati diri kita terhadap
bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya
suatu bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi terhadap masyarakat Indonesia.
1. Aspek politik, Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia
bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga
tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke
ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri bangsa akan
luntur dan tidak mungkin lagi bangsa kita akan terpecah belah.
1. Aspek Globalisasi ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri karena banyaknya produk luar negeri (mainan, minuman, makanan,
pakaian, dll) membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya jati diri bangsa kita.
Maka hal ini akan menghilangkan beberapa perusahaan kecil yang
memang khusus memproduksi produk dalam negeri.
1. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas
diri sebagai bangsa Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka
yang mulai berani kepada orang tua, hidup metal, hidup bebas, dll. Justru
anak muda sekarang sangat mengagungkan gaya barat yang sudah masuk
ke bangsa kita dan semakin banyak yang cenderung meniru budaya barat
yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
1. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya
dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.
Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan yang dapat mengganggu
kehidupan nasional bangsa. Serta menambah angka pengangguran dan
tingkat kemiskinan suatu bangsa.
1. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian
sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan
peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal jati diri bangsa kita dahulu
mengutamakan Gotong Royong, tapi kita sering lihat sekarang contohnya
saja di perumahan / komplek elit, mereka belum tentu mengenal
sesamanya. Dari hal tersebut saja sudah tercermin tidak adanya
kepedulian, karena jika tidak kenal maka tidak sayang.
Dampak di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi kehidupan bangsa
Indonesia, Akan tetapi secara keseluruhan aspek dapat menimbulkan rasa
nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau luntur. Sebab
globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat Indonesia secara global.
Apa yang ada di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada
masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Bila dilaksanakan belum tentu
sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan dianggap tidak aspiratif dan
dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan
nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Pengaruh Globalisasi Terhadap jati diri di Kalangan Generasi Muda.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di
kalangan muda. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak
muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari
anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang
berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara
berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak
ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Tidak banyak remaja
yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang
sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa
batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda, internet
sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara
semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang berguna. Dan sekarang ini,
banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal
untuk membuka situs-situs porno, bahkan sampai terkena penipuan. Bukan
hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu hand phone, apalagi
sekarang ini mulai muncul hand phone yang berteknologi tinggi. Mereka justru
berlomba-lomba untuk memilikinya, tapi kita lihat alat musik kebudayaan kita
belum tentu mereka mengetahuinya. Hal ini jika kita lihat dari segi sosial, maka
kepedulian terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih
memilih kesibukan dengan menggunakan handphone tersebut.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak tahu sopan
santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi
menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati
mereka. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi
muda bangsa? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkhis
antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai jati diri akan berkurang
karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli
terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan
bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki jati diri?
Marilah kita Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia, terima globalisasi
dengan rasa kritis dan banyak melakukan hal positif dalam menggunakan
globalisasi yang ada sekarang ini. Sebagai masyarakat Indonesia mulai dari
sekarang kita utamakan produk dalam negeri dan kenali kebudayaan kita.
(Dikutip dari https://agungaw.wordpress.com/2010/03/01/pkn-minggu3/)

R-9 Rubrik Laporan Best Practise


Rubrik ini digunakan fasilitator untuk menilai hasil refleksi dari peserta.

A. Langkah-langkah penilaian hasil kajian:

1. Cermati tugas yang diberikan kepada peserta pembekalan pada LK-9!


2. Berikan nilai pada hasil kajian berdasarkan penilaian anda terhadap hasil kerja peserta
sesuai rubrik berikut!

B. Kegiatan Praktik

1. Memuat Lembar Judul


2. Memuat Halaman Pengesahan yang ditanda tangani Kepala Sekolah
3. Memuat Biodata Penulis dengan lengkap
4. Memuat Kata Pengantar, Daftar Isi dan Daftar Lampiran
5. Menguraikan Latar Belakang Masalah dari kesenjangan harapan dengan kenyataan
yang ada dengan jelas
6. Menguraikan jenis dan manfaat kegiatan dengan jelas
7. Memuat tujuan dan sasaran, Bahan/Materi Kegiatan, Metode/Cara Melaksanakan
Kegiatan, Alat/Instrumen, Waktu dan Tenpat Kegiatan dengan jelas
8. Menguraikan hasil kegiatan dengan penjelasan hasil yang diperoleh, masalah yang
dihadapi dan cara mengatasi masalah tersebut dengan jelas
9. Memuat simpulan dan rekomendasi yang relevan
10. Memuat daftar pustaka sesuai materi yang dituangkan
11. Memuat lampiran yang dilengkapi dokumentasi, instrumen dan hasil pembelajaran
Rubrik Penilaian:
Nilai Rubrik

90  nilai  100 Sebelas aspek sesuai dengan kriteria

80  nilai  90 Sembilan aspek sesuai dengan kriteria, dua aspek kurang sesuai

70  nilai  80 Tujuh sesuai dengan kriteria, empat aspek kurang sesuai

60  nilai  70 Lima sesuai dengan kriteria, enam aspek kurang sesuai

<60 Empat aspek sesuai dengan kriteria, tujuh aspek kurang sesuai

Anda mungkin juga menyukai