Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kepribadian manusia ditentukan oleh faktor pembawaan maupun
lingkungannya. Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen.
Pada tiap individu ada sifat-sifat yang umum dan sifat yang khusus, terdapat pada
seseorang yang merupakan sifat yang unik. Menurut Gibson & Mitchell (2011:45)
teori awal yang muncul bagi konseling dan pengembangan karir disebut faktor-
sifat/watak (trait-factor). Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor
adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan
pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya.
Adapun ciri khas dari pandangan ini adalah asumsi bahwa orang memliki
pola kemampuan dan minat yang dapat diketahui melalui testing; dapat juga
diselidiki kualitas apa yang dituntut dalam berbagai bidang pekerjaan. Seseorang
dapat menemukan jabatan yang cocok baginya dengan cara mengkorelasikan
kemampuan, potensi, dan wujud minat yang dimilikinya dengan kualitas-kualitas
yang secara objektif dituntut bila akan memegang jabatan tertentu.
Lebih lanjut Winkel (1997:574) pandangan tentang Trait and Factor ini
mempunyai relevansi bagi bimbingan dan konseling karir di institusi pendidikan.
Data tentang diri peserta didik sendiri merupakan bahan pertimbangan penting
dalam merencanakan karir, asal data itu tidak hanya dibatasi pada data hasil
testing psikologi. Demikian pula data tentang kualifikasi yang dibutuhkan dalam
memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data tentang lingkungan hidup
(data sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.
Disamping itu, pemikiran tentang pencocokan antara data psikologis dan
data sosial dalam membuat pilihan jabatan dapat membantu klien dan konselor,
asal mencocokkan itu tidak diartikan sebagai usaha untuk menemukan satu-
satunya jabatan yang pasti cocok, melainkan sebagai usaha untuk menemukan
berbagai alternatif pilihan yang kemudian dipertimbangkan pro dan kontranya.

1
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini tidak lari dari sub pembahasan ada baiknya
pemakalah rumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,
antara lain :

1. Pengertian Konseling Trait and Factor?


2. Konsep Dasar Konseling Trait and Factor?
3. Asumsi dasar Konseling Trait and Factor?
4. Tujuan konseling Trait and Factor?
5. Proses Konseling?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mampu mengerti tentang Trait and Factor
2. Agar mahasiswa mengetahui konsep dasar Trait and Factor
3. Agar mahasiswa mengetahui asumsi dasar Trait and Factor
4. Agar mahasiswa mengetahui tujuan dari Trait and Factor
5. Agar mahasiswa mengetahui proses dari konseling

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling Trait and Factor


Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa
kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri,
sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing
dimensi kepribadian tertentu.
Konseling Trait and Factor berpegang pada pandangan yang sama dan
menggunakan tes-tes psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang
mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai
relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan
mengikuti suatu program studi.
Winkel (2010:407) Istilah konseling Trait and Factor dapat dideskripsikan
sebagai corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing
psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka
problem/masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program
studi/bidang pekerjaan.

B. Konsep Dasar Konseling Trait and Factor


Menurut Gibson & Mitchell (2011:454) Pendekatan faktor-sifat/watak
bagi pengambilan keputusan karir adalah yang tertua, dan mungkin yang paling
bertahan lama dari sekian pendekatan teoritis yang tersedia bagi konseling karir.
Teori Trait and Factor tergolong pada pandangan kognitif atau pendekatan
rasional.
Lebih lanjut dalam Winkel (2010:408) memaparkan mengenai tiga
langkah besar untuk pengembangan pengambilan keputusan karir individu: jadi
langkah yang pertama menggunakan analisis diri; langkah yang kedua
memanfaatkan informasi jabatan (vocational information); langkah yang ketiga

3
menerapkan kemampuan untuk berpikir rasional guna menemukan kecocokan
antara ciri-ciri kepribadian, yang mempunyai relevansi terhadap kesuksessan atau
kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan, dengan tuntutan kualifikasi dan
kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
Dengan demikian, dalam keputusan karir klien bukan hanya mencari
pekerjaan demi asal punya pekerjaan (the hunt of a job), melainkan memilih
secara sadar suatu pekerjaan (the choice of a vacation).
Slamet Riyadi (2010:103) manusia merupakan sistem sifat atau faktor
yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat,
sikap, dan temperamen. Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri
dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar pengembangan potensinya.
Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk
Dengan demikian, manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan
temperamen. Konsep dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor
kepribadian seseorang. Oleh karenanya, sifat dan faktor kepribadian yang tampak
dari individu (klien) sangatlah dominan dalam pelaksanaan konseling Trait and
Factor.

C. Asumsi Dasar Trait and Factor


Williamson merumuskan asumsi yang mendasari Trait and Factor yang
dimuat dalam Theories of Counseling (Stefflre:1965) (dalam Winkel, 2010:410):
1. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf
intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreatifitas, wujud minat serta keterampilan,
yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu.
2. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan
hubungan yang berlain-lainan dengan kemampuan dan keterampilan yang dituntut
pada seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan.
3. Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang
berbeda. Dengan kata lain, individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif
apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.

4
4. Setiap individu mampu, berkeinginan, dan berkecenderungan untuk mengenal diri
sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik.
Sesuai dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa asumsi
yang mendasari teori trait and factor adalah setiap individu mempunyai keunikan,
pola kemampuan dan potensi yang tampak pada individu disesuaikan dengan
pemilihan pekerjaan, kurikulum sekolah yang akan menuntut kapasitas dan minat
yang berbeda pada diri individu, dan kecenderungan mengenal diri sendiri serta
pemanfaatan diri sendiri untuk memahami diri dengan berpikir baik-baik.

D. Tujuan Konseling Trait and Factor


Menurut Sayekti (2002:51) Tujuan konseling Trait and Factor adalah
sebagai berikut:
1. Membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri
dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan
mengontrol perkembangannya secara rasional.
2. Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat
sehingga dapat bereaksi secara wajar dan stabil.
3. Mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri)
dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.
Lebih lanjut Slamet Riyadi (2010 :106) memaparkan tujuan konseling
menggunakan pendekatan Trait and Factor adalah:
1. Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek
kehidupan manusia.
2. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri
dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan
dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
3. Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan
keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
4. Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan
mengggunakan metode ilmiah.

5
Konseling juga bertujuan untuk mengajak klien berfikir mengenai dirinya
dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar
dari masalah tersebut. Untuk itu secara umum konseling Trait and Factor
dimaksudkan untuk membantu klien mengalami:
1. Klarifikasi diri (self clarification)
2. Pemahaman diri (self understanding)
3. Pengarahan diri (self acceptance)
4. Pengarahan diri (self direction)
5. Aktualisasi diri (self actualization)
Dengan demikian, tujuan dari konseling Trait and Factor adalah
membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya
sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah
dan mengontrol perkembangannya secara rasional, memperkuat keseimbangan
antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi secara
wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian
diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.

E. Proses Konseling
Sayekti (1998:48) teori Trait and Factor di dalam pendekatannya baik
terhadap proses konseling maupun pemecahan kesulitan klien, secara rasional,
logis, dan intelektual, tetapi dasar filsafatnya bukan Rationalisme. Teori ini lebih
dekat kepada Empirisme, yang mempunyai pandangan optimistis, bahwa
walaupun manusia telah dibekali pembawaan, tetapi itu tidak menentukan.
Masih dalam Sayekti, pelopor teori Trait and Factor E.G. Williamson
dalam Theories of Counseling and Psychotherapy menyebutkan filsafatnya
Personalisme, atau mempunyai perhatian besar terhadap keseluruhan individu,
bahwa manusia merupakan seorang individu yang unik yang sebagian dapat
mempengaruhi dan menguasainya baik pembawaan dan lingkungannya. Dalam
proses pelaksanaannya teori Trait and Factor, terdapat teknik-teknik yang dapat
digunakan oleh Konselor untuk melakukan proses konseling.

6
Sayekti (1998:52) menjelaskan ada dua teknik konseling yang
diaplikasikan dalam teori Trait and Factor:
1. Teknik tes, untuk mengungkapkan kepribadian, bakat, minat, dan data yang lain
yang hanya dapat diungkap dengan tes.
2. Teknik non tes, meliputi wawancara, angket, observasi, otobiografi, dokumentasi,
dan yang lain.
Demikian terdapat dua teknik konseling yang digunakan dalam teori Trait
and Factor, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Dalam teori ini peran teknik non
tes juga dibutuhkan dalam pengumpulan data sebagai informasi yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam memutuskan pilihan karir.

Lutfi Fauzan (2004:92) Konseling Trait and Factor memiliki enam tahap
dalam prosesnya, yaitu: analisis, sistesis, diagnosis, prognosis, konseling
(treatment) dan tindak lanjut ( follow-up ).
1. Analisis
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi yang diperoleh
tentang diri klien beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup
segala aspek kepribadian yang dimiliki klien, seperti kemampuan, minat, motif,
kesehatan fisik, dan karakteristik lain yang dapat mempermudah atau mempersulit
penyesuaian diri klien pada umumnya.

2. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan
menghubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun
sedemikian sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri
klien. Dari hasil analisis dapat menunjukkan bakat klien, kelemahan serta
kekuatan, penyesuaian diri maupun ketaksanggupan menyesuaikan diri. Rumusan
diri klien dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat.

7
3. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari
sudut) problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses
pengambilan atau penarikan simpulan yang logis.
Sesuai dengan Sayekti (2002:53) dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan
yang dilakukan, yaitu :
a) Identifikasi masalah, yang bersifat deskriptif berdasar pada data yang diperoleh,
dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
b) Menentukan sebab-sebab, mencangkup pencaharian hubungan antara masa lalu,
masa kini atau masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor
menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh uji coba dari program kerja
berdasarkan diagnosis sementara.
c) Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Konselor
bertanggung jawab dan membantu siswa untuk mencapai tingkat pengambilan
tanggung jawab untuk dirinya sendiri, berarti ia mampu dan mengerti secara logis,
tetapi juga secara emosional mau. Sebab mungkin saja secara logis mengerti,
tetapi emosional belum mau menerima.

4. Prognosis
Winkel (2010:412) prognosis atau perkiraan tentang perkembangan klien
serta berbagai implikasi dari hasil diagnosis. Menurut Williamson prognosis ini
bersangkutan dengan upaya memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi berdasarkan data yang ada sekarang. Misalnya: bila seorang klien
(siswa di sekolah) berdasarkan data sekarang dia malas, maka kemungkinan
nilainya akan rendah, kemungkinan nanti tidak dapat diterima dalam seleksi
penerimaan mahasiswa baru.

5. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-
sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna
membantu klien dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa.

8
Konseling merupakan usaha dari konselor untuk membantu klien sehingga
lebih siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan situasi
penyesuaiannya, sebelum klien begitu jauh terlibat dalam konflik diri dan
penilaiannya hingga membutuhkan terapi.

6. Tindak Lanjut (Follow Up)


Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah
mereka memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-
masalah baru atau munculnya masalah yang lampau. Tindak lanjut ini juga
mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah dilaksanakan, sehingga
menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang digunakan konselor harus
disesuaikan dengan individualitas klien, mengingat bahwa tiap individu memiliki
keunikan sifatnya, sehingga tak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa
kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri,
sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing
dimensi kepribadian tertentu. Asumsi yang mendasari teori trait and factor adalah
setiap individu mempunyai keunikan, pola kemampuan dan potensi yang tampak
pada individu disesuaikan dengan pemilihan pekerjaan, kurikulum sekolah yang
akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda pada diri individu, dan
kecenderungan mengenal diri sendiri serta pemanfaatan diri sendiri untuk
memahami diri dengan berpikir baik-baik.
Tujuan dari konseling Trait and Factor adalah membantu individu merasa
lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu
berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol
perkembangannya secara rasional, memperkuat keseimbangan antara pengaktifan
dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi secara wajar dan stabil. Trait
and Factor memiliki enam tahap dalam prosesnya, yaitu: analisis, sistesis,
diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan tindak lanjut ( follow-up ).

B. Saran

Hendaknya pengetahuan tentang Trait and Factor siswa perlu dikaji


secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses
pembelajaran dan bimbingan kepada siswa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, Lutfi. 2004. Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang : Elang Mas


Fauzan, Lutfi dan Suliono. 1992. Konseling Individu Trait and Factor.
Malang:DEPDIKBUD
http://gudangilmukita212.blogspot.com/2017/01/teori-trait-and-factor-makalah.html
Gibson & Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Perry & Vanzandt. 2005. Exploring Future Options A Career Development Curriculum
for Middle School Student. New York: IDEBATE Press Books
Sayekti P. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas
Offset
Slamet Riyadi. 2010. Model-model Konseling. Semarang: Universitas Negeri Semarang
_______. 2002. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Surakarta: Universitas Slamet
Riyadi Surakarta
Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Winkel & Sri Hastuti. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abad

11

Anda mungkin juga menyukai