Anda di halaman 1dari 7

PEDOMAN PENGELOLAAN PERALATAN MEDIS

A. Pendahuluan
Peralatan medis merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di puskesmas. Guna mencapai kondisi maupun fungsi peralatan medis
yang baik serta dapat mendukung pelayanan kesehatan maka perlu adanya pengelolaan
peralatan medis.
Permenkes 75 tahun 2014 tentang Puskesmas menyatakan bahwa peralatan medis
yang meliputi peralatan medis dan non medis harus memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan layak pakai. Untuk pemenuhan tersebut maka
peralatan medis haruslah dipilih sesuaidengan kebutuhan dan teknologi yang sesuai,
digunakan dan dipelihara dengan baik dan sesuai dengan usia pakai yang direkomendasikan
oleh pabrikan atau pedoman lain.
Kebijakan atau pedoman ini diharapkan dapat memberikan panduan kerja dalam
pengelolaan peralatan medis di Puskesmas sehingga peralatan medis yang digunakan aman
dan bermutu.

B. Tujuan
a. Memperkecil atau menghindari risiko penggunaan peralatan medis
b. Meningkatkan mutu pelayanan medis
c. Mempertahankan usia pakai peralatan medis

C. Peraturan dan Pedoman terkait


a. Permenkes 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan
Kalibrasi Alat Kesehatan
c. Pedoman Pengelolaan Peralatan Medis di Fasyankes, 2014
d. Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharan peralatan medis, 2000.
D. Perencanaan dan Pengadaan Peralatan Medis

D.1 Perencanaan kebutuhan

Perencanaan kebutuhan peralatan medis haruslah disesuaikan dengan kebutuhan yang


ada di masing-masing pelayanan/bagian/ruangan di Puskesmas. Penilaian kebutuhan harus
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor kesesuaian dengan standar pelayanan/regulasi,
perkembangan teknologi, biaya pemeliharaan, ketersediaan suku cadang dan perkembangan
teknologi kedokteran.

Pengusulan kebutuhan peralatan medis harus juga disiapkan spesifikasi yang


dibutuhkan untuk setiap peralatan, IPRS atau Unit Pengelolaan Peralatan Medis dapat
memberikan masukan spesifikasi teknis agar sesuai dengan kebutuhan pelayan setiap
ruangan.Penyusunan spesifikasi harus memperhatikan faktor ketersediaan suku cadang, biaya
operasional, kebutuhan ruangan, kebutuhan prasarana/prainstalasi.

D.2 Penerimaan Peralatan Medis

Kegiatan penerimaan peralatan medis harus dilakukan uji fungsi, uji coba dan
pelatihan bagi pengguna/petugas medis dan pelatihan kegiatan pemelihaaan (pemeliharaan
preventif) bagi petugas elektromedis.IPRS atau Unit Pengelolaan Peralatan Medis
memberikan rekomendasi terhadap peralatan untuk dapat digunakan di pelayanan setelah alat
tersebut sudah dilakukan uji fungsi, uji coba, pelatihan serta aman untuk digunakan
dipelayanan. Setiap peralatan yang sudah siap digunakan di pelayanan harus diberikan label
seperti pada Gambar 1.

Panitia penerima peralatan medis minimal harus ada dari bagian pelayaan medis
(user), manajemen, dan petugas pemeliharaan (elektromedis).Jika pejabat penerima (1 orang)
maka sebaiknya pada saat penerimaan harus berkonsultasi dengan bagian pelayanan (user)
dan petugas pemeliharaan (elektromedis).

DINYATAKAN AMAN UNTUK DIGUNAKAN


LOGO DD/MM/YYYY
Gambar 1. Contoh label tanda bahwa alat dapat digunakan di pelayanan

E. Inventori
IPRS/Unit Pengelolaan Peralatan Medis harus menyiapkan daftar inventaris peralatan
medis untuk setiap ruanga pelayanan.Semua peralatan medis baik yang dimiliki oleh
Puskesmas, maupun yang dimiliki oleh petugas medis tetapi digunakan dipelayanan rumah
sakit harus dimasukkan ke dalam daftar inventaris.
Daftar inventaris minimal memuat nama peralatan medis, merk/tipe, nomor seri, tahun
pengadaan, usia paai/life time, kategori risiko, catatan, Daftar inventaris harus setiap saat
harus di update jika terjadi perubahan baik penambahan maupun penghapusan.

F. Program Pemeliharaan
Peralatan medis adalah aset yang secara langsung mempengaruhi pelayanan kepada
pasien. Peralatan medis adalah merupakan investasi yang besar di puskesmas dan dalam
banyak hal memiliki biaya pemeliharaan yang tinggi, karena itu program pemeliharaan harus
dilakukan secara terencana dan dikelola dengan benar, mampu menjaga peralatan medis di
pelayanan kesehata agar handal, aman dan siaap untuk digunakan ketika diperlukan untuk
prosedur diagnostik, terapi, perawatan dan pemantauan pasien.
Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilakukaan di rumah sakit adalah inspeksi dan
pemeliharaan preventif, pemeliharaan korektif dan kalibrasi.

F.1. Pemeliharaan preventif

Merupakan suatu tindakan/pemeliharaan terhadap peralatan medis yang terjadwal, bukan


berdasarkan pada permintaan dari pengguna. Prosedur pemeliharaan bisa berupa satu atau
lebih gabungan berikut ini:
 Inspeksi, meliputi kegiatan uji keselamatan, uji kinerja. Uji keselamatan dilakukan
untuk memverifikasi kesesuaian dengan satu atau lebih persyaratan keselamatan yang
diperlukan. Seperti pengecekan secara berulang terhadap keselamatan listrik. Uji
kinerja dan kalibrasi untuk memverifikasi kinerja dan mengkalibrasi peralatan.
Kalibrasi merupakan kegiatan pengukuran untuk membandingkan antara besaran di
peralatan terhadap besaran standar.
 Pemeliharaan preventif (PP), merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
kerusakan atau kegagalan fungsi sebelum kegiatan inspeksi selanjutnya. Contoh
prosedur PP adalah membersihkan, pelumasan, pengecekan dan penggantian
komponen yang mempunyai umur tertentu.

Kegiatan inspeksi dan pemeliharaan preventif dilakukan minimal setahun sekali atau
disesuaikan petunjuk penggunaan pada masing-masing peralatan medis.

IPRS harus membuat prosedur IPP untuk setiap peralatan medis serta jadwal
kegiatan IPP untuk masing-masing peralatan medis.Setiap peralatan medis yang telah
dilakukan IPP dan dinyatakan layak pakai harus diberi label sebagaimanan pada Gambar 2,
jika tidak layak pakai maka diberikan tanda tanda sesuai Gambar 3.

Jika terdapat kebijakan prioritas pemeliharaan, jelaskan dan sebutkan kriteria pemilihan
prioritas tersebut, misalnya prioritas berdasarkan risiko

IPRS/UNIT PENGELOLA ALKES

LOGO INSPEKSI DAN PEMELIHARAAN PREVENTIF PARAF


TANGGAL DD/MM/YYYY

Gambar 2. Contoh label peralatan medis yang telah lulus dilakukan IPP

F.2. Pemeliharaan Korektif

Kegiatan perbaikan terhadap peralatan dengan tujuan mengembalikan fungsi peralatan


sesuai dengan kondisi awalnya.Perbaikan peralatan dilakukan terhadap peralatan medis yang
masih layak dilakukan perbaikan.Peralatan medis yang memerlukan biaya tinggi untuk perbaikan
perlu dilakukan kajian/telah oleh IPRS /Unit Pengelola Peralatan Medis.

Setiap peralatan medis yang dinyatakan rusak atau masih dalam proses perbaikan harus
diberi tanda sebagaimana pada Gambar 3.

TIDAK
DIGUNAKAN
Lihat bagian belakang unit
fasilitas medik

Gambar 3. Tag/tanda peralatan medis yang tidak dapat digunakan/rusak

Setelah peralatan selesai dilakukan perbaikan dan aman untuk digunakan dipelayanan maka
peralatan tersebut harus diberi label seperti gambar 1 sebelum dikirim ke ruag pelayanan.

F.3. Penguji dan Kalibrasi

Dilakukan terhadap peralatan medis yang perlu dilakukan pengujian dan kalibrasi sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi
Alat Kesehatan.IPRS/Unit Pengelola Peralatan Medis harus mendata peralatan medis yang
dilakukan pengujian dan kalibrasi ke BPFK/Institusi Penguji Swasta.

IPRS/ Unit Pengelola Peralatan Medis harus mendampingi setiap kegiatan pengujian dan
kalibrasi.

F.4. Kegiatan pemeliharaan oleh pihak ketiga

Setiap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak ketiga harus didampingi oleh
IPRS/Unit Pengelola Peralatan Medis.IPRS/Unit Pengelola Peralatan Medis membuat laporan
hasil pekerjaan pihak ketiga berikut evaluasi hasil pekerjaannya.Peralatan KSO harus dipastikan
dilakukan pmeliharaan secara terjadwal oleh pihak penyedia, IPRS harus memastikannya dan
mengkoordinir kegiatan pemeliharaaan tersebut.

Kegiatan pemeliharaan oleh pihak ketiga dilakukan jika peralatan dengan teknologi dan
risiko tinggi, masih masa garansi.

G. Manajemen Risiko
Penggunaan peralatan medis di rumah sakit memiliki risiko terhadap pasien, staf dan
lingkungan.Risiko dapat diminimalisasi terkait keselamatan yang diterima pasien, staf dan
lingkungan.Aspek keselamatan yang perlu dipertimbangkan ketika menerapkan program
pemeliharaan yang sukses dan efektif, seperti keselamatan tenaga teknik saat melakukan
pemeliharaan, keselamatan, keselamtan pengguna termasuk pemeliharaan dan pengendalian
infeksi umum.
IPRS/Unit Pengelola Peralatan Medis dan petugas K3RS harus melakukan identifikasi
risiko terhadap semua peralatan medis yang digunakan di Rumah sakit, melakukan risk
registerdan upaya pengendalian risiko.
Identifikasi resiko, risk registerdan pengendalian dilakukan secara periodik (misalnya
3 bulan sekali) dilakukan dengan kegiatan internal seperti hospital tour, komplain pasien atau
operator, hasil IPP yang tidak lain pakai serta dengan menggali sari sumber eksternal
misalnya dari informasi rumah sakt lain, kementrian Kesehatan maupun sumber internasional
seperti ECRI (www.ecri.org )atau FDA (www.fda.gov ).

H. Recall
Recall adalah suatu tindakan yang dilakukaan oleh pabrikan atau vendor peralatan
medis jika ditemukan adanya permasalahan/cacat produksi pada peralatan medis yang dapat
mengganggu kinerja alat atau dapat meningkatkan risiko keselamatan pada pasien atau
operator. Suatu produk yang ditarik dari peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen sehingga
dapat ditentukan apakah produk tersebut akan diperbaiki atau dimusnahkan. Recall peralatan
medis tidak selalu berarti bahwa peralatan medis perlu diperiksa, disesuaikan, atau diperbaiki.
IPRS/Unit Pengelola Peralatan Medis dan petugas k3rs harus memiliki akses terhadap
informasi recall melalui FDA atau kementrian Kesehatan atau setiap vendor peralatan medis.
Prosedur kalo ada recall???

Jika terdapat peralatan terkena recall petugas pelayanan (user) harus menghentikan
sementara penggunaan alat tersebut. Bersama-sama dengan IPRS/Unit Pengelola Peralatan
Medis menghubungi distributor terkait dan melakukan kajian apakah alat tersebut dapat
digunakan kembali atau tidak. Jika dapat digunakan kembali perhatikan hal-hal yang menjadi
penyebab alat tersebut di recall sehingga tetap aman digunakan. Jika peralatan tersebut tidak
dapat digunakan dipelayanan.

I. Dokumentasi
Setiap kegiatan pengelolaan harus terdokumentasi.Dokumentasi harus disimpan baik
secara hardcopy dan/atau softcopy.Dokumentasi perencanaan/pengadaan mencakup daftar
usulan kebutuhan, daftarspesifikasi, hasil kegiatan penerimaan (uji fungsi, uji coba dan
training). Dokumentasi pemeliharaan mencakup daftar inventars peralatan medis, SOP IPP,
jadwal IPP dan petugas, lembar kerja IPP dan PK, jadwal kalibrasi berikut lembar kerja dan
sertifikat kalibrasi.
J. Pelaporan dan Evaluasi
IPRS/Unit Pengelola Peralatan Medis harus membuat pelaporan minimal setahun
sekali terhadap pencapaian kinerja pengelolaan peralatan medis kepada Kepala Puskesmas atau
pimpinan lain. Laporan juga harus memuat evaluasi hasil kegiatan untuk masukan kegiatan
perencanaan pemeliharaan peralatan medis tahun berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai