Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI LANSIA DENGAN

INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI DESA SOBOKERTO


KECAMATAN NGEMPLAK
BOYOLALI

Andreany Kusumowardani, Aniek Puspitosari


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Okupasi Terapi

Abstract: Depression, Social Interaction, Elderly. The purpose of this study


was to determine the relationship between levels of depression and social
interactions of the elderly in the village of Subdistrict Sobokerto Ngemplak
Boyolali. This research is a quantitative non-experimental correlation type that
uses a cross sectional study design. The experiment was conducted in the village
Sobokerto, District Ngemplak, Boyolali with a sample of 60 elderly. Sampling
technique using probability sampling techniques to the type of cluster sampling.
The inclusion criteria were: being able to read and write, able to communicate
with verbal and non-verbal and willing to be a respondent. Plan for the
implementation of activities that will be done is 1) licensing, 2) sampling, 3) data
collection, 4) processing and data analysis, and 5) conclusion.

Keywords: Depression, Social Interaction, Elderly

Abstract: Depresi, Interaksi Sosial, Lansia. Tujuan penelitian adalah untuk


mengetahui hubungan antara level depresi dengan interaksi sosial pada lansia di
Desa Sobokerto Kecamatan Ngemplak Boyolali. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif non-eksperimental jenis korelasional yang menggunakan
desain penelitian Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan di Desa Sobokerto,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali dengan sampel 60 lansia. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan jenis
cluster sampling. Kriteria inklusinya: mampu baca dan tulis, mampu
berkomunikasi dengan verbal maupun non verbal dan bersedia menjadi
responden. Rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan adalah 1)
perijinan, 2) penarikan sampel, 3) pengumpulan data, 4) pengolahan dan analisis
data, dan 5) penarikan kesimpulan.

Kata kunci: Depresi, Interaksi Sosial, Lansia

Perkembangan penduduk lanjut usia maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta
(lansia) di Indonesia menarik diamati. orang (8,90%) dan UHH juga
Dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat (66,2 tahun). Pada tahun
cenderung meningkat. Kantor 2010 penduduk lansia mencapai 23,9
Kementerian Koordinator juta atau 9,77% dan UHH sekitar 67,4
Kesejahteraan Rakyat (KESRA) tahun. Sepuluh tahun kemudian atau
melaporkan, jika tahun 1980 usia pada 2020 perkiraan penduduk lansia
harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan di Indonesia mencapai 28,8 juta atau
jumlah lansia 7.998.543 orang (5,54%) 11,34% dengan UHH sekitar 71,1

184
Andreany Kusumowardani, Hubungan Antara Tingkat Depresi 185

tahun. Meningkatnya jumlah lansia lansia, hal ini terjadi akibat dari
membutuhkan penanganan yang serius interaksi faktor biologi, fisik,
karena secara alamiah lansia psikologis, dan sosial. Nevid (2003)
mengalami penurunan baik dari segi menyebutkan depresi adalah salah satu
fisik, biologi maupun mentalnya dan gangguan mood, dimana terjadi
hal ini tidak terlepas dari masalah perubahan kondisi emosional,
ekonomi, sosial dan budaya, sehingga motivasi, fungsi dan perilaku motorik,
perlu adanya peran serta keluarga dan serta kognitif pada diri seseorang.
adanya peran sosial dalam Seseorang yang mengalami depresi
penanganannya. Menurunnya fungsi akan mengalami perubahan dalam
berbagai organ lansia menjadi rentan bentuk pemikiran, sensasi somatik,
terhadap penyakit yang bersifat akut aktivitas, serta kurang produktif dalam
atau kronis. Ada kecenderungan terjadi pengembangan pikiran, berbicara, dan
penyakit degeneratif, penyakit sosialisasi (Kaplan & Saddock, 1998).
metabolik, gangguan psikososial dan Berkurangnya interaksi sosial
meningkatnya penyakit infeksi dapat menyebabkan perasaan terisolir,
(Nugroho, 2000). sehingga lansia menyendiri atau
Salah satu gangguan kesehatan mengalami isolasi sosial. Kaplan &
yang dapat muncul pada lansia adalah Saddock (1997) menyatakan seseorang
gangguan mental. Gangguan mental yang menginjak usia lanjut akan rentan
yang sering muncul pada masa ini terhadap depresi apabila pada lansia
adalah depresi, gangguan kognitif, tersebut perasaan isolasinya meningkat.
fobia, dan gangguan pemakaian Dari observasi singkat yang
alkohol. Sejumlah faktor resiko dilakukan peneliti di Desa Sobokerto,
psikososial juga melibatkan lansia Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
kepada gangguan mental. Faktor resiko Boyolali diperoleh informasi bahwa
tersebut adalah hilangnya peranan terdapat jumlah lansia yang cukup
sosial, hilangnya ekonomi, kematian banyak di daerah tersebut dan setiap
teman atau sanak saudaranya, tahunnya terjadi peningkatan. Sejauh
penurunan kesehatan, peningkatan ini belum pernah dilakukan penelitian
isolasi karena hilangnya interaksi untuk mengetahui level depresi dan
sosial, keterbatasan finansial, dan level interaksi sosial lansia di daerah
penuruann fungsi kognitif. tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin
Pada lansia depresi lebih sering melakukan penelitian lebih lanjut
terjadi dibandingkan pada populasi mengenai level depresi dan level
umum. Berbagai hasil penelitian yang interaksi sosial lansia di Desa
dilakukan oleh Livingstone dkk, Sobokerto, Kecamatan Ngemplak,
menunjukkan adanya tendensi Kabupaten Boyolali.
peningkatan prevalensi gangguan
depresi pada lansia. Hal ini terjadi METODE PENELITIAN
karena merupakan hasil interaksi dari Pengelompokan jenis penelitian
berbagai faktor biologis, psikologis, bermacam-macam sesuai aspek
dan sosial (Agus, 2002). penelitian yang ditinjau. Penelitian ini
Soejono (2009) mengungkapkan adalah penelitian kuantitatif non-
bahwa depresi merupakan gangguan eksperimental jenis korelasional.
psikiatri yang paling sering terjadi pada Penelitian dengan metode korelasional
186 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No 2, November 2014, hlm 106-214

adalah penelitian yang mengkaji instrumen kuesioner interaksi sosial


hubungan antara variabel untuk yang berisikan 26 pertanyaan dengan
mencari, menjelaskan suatu hubungan, kategori : interaksi sosial baik (79-
memperkirakan, dan menguji 104), interaksi sosial sedang (58-78),
berdasarkan teori yang ada (Nursalam, dan interaksi sosial buruk (≤ 57).
2003). Tujuan penelitian ini adalah Tingkat interaksi sosial responden
untuk mengetahui hubungan antara dapat dilihat pada tabel berikut:
tingkat depresi dengan interaksi sosial
No Tingkat Jumlah Persentase
pada lansia di Desa Sobokerto,
Interaksi (orang) (%)
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sosial
Boyolali. 1 Buruk 6 10
Pendekatan yang digunakan adalah 2 Sedang 45 75
dengan studi cross sectional. Penelitian 3 Baik 9 15
cross sectional adalah jenis penelitian Jumlah 60 100
yang menekankan pada waktu Pada tabel diatas, tingkat interaksi
pengukuran atau observasi data sosial responden menunjukkan bahwa
variabel independen dan dependen sebagian besar memiliki interaksi sosial
secara simultan atau hanya satu kali sedang.
(Nursalam, 2003). Pada penelitian ini
waktu pengukuran data baik variabel PEMBAHASAN
dependen maupun dependen dilakukan Hasil korelasi Spearman Rank
satu kali dalam waktu yang sama. menggunakan SPSS16.00 for windows
didapat korelasi antara tingkat depresi
HASIL PENELITIAN lansia dan interaksi sosial lansia di
Data tingkat depresi responden Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali
diukur dengan instrumen Geriatric yaitu (r) sebesar -0,472dan ρ = 0,001
Depression Scale (GDS) yang (<0,05). Hal ini menunjukkan ada
berisikan 15 item pertanyaan dengan hubungan signifikan dengan tingkat
kategori: tidak depresi (0-4), depresi korelasi sedang antara tingkat depresi
ringan (5-8), depresi sedang (9-12), dan lansia dengan interaksi sosial di Desa
depresi berat (13-15). Tingkat depresi Sobokerto. Sedangkan arah
responden dapat dilihat pada tabel hubungannya adalah negatif karena (r)
berikut: negatif, berarti semakin tinggi tingkat
depresinya maka semakin rendah
No Tingkat Depresi Jumlah (%) tingkat interaksi sosialnya, dan
(orang) sebaliknya jika semakin rendah tingkat
1 Tidak Depresi 22 36,7 depresinya maka semakin tinggi
2 Ringan 13 21,7
3 Sedang 22 36,7
interaksi sosialnya. Hal ini
4 Berat 3 5 membuktikan bahwa hipotesis yang
Jumlah 60 100 menyatakan adanya hubungan antara
Pada tabel diatas menunjukkan tingkat depresi lansia dengan interaksi
bahwa tingkat depresi responden sosial lansia di Desa Sobokerto
terbanyak adalah tidak depresi dan terbukti.
depresi sedang.
Data tingkat interaksi sosial Hasil penelitian ini didukung oleh
diperoleh dengan menggunakan hasil penelitian terdahulu, yaitu
Andreany Kusumowardani, Hubungan Antara Tingkat Depresi 187

penelitian Relawati (2010), mengenai laki dengan jumlah 35 responden


hubungan antara tingkat depresi dengan (58,3%). Karakteristik berdasarkan
interaksi sosial lansia yang tinggal di umur menunjukkan kategori usia 60-74
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta tahun dan 75-90 tahun memiliki
dengan metode penelitian korelasi non prosentase terbanyak yaitu 33,3 %
eksperimental serta rancangan cross dengan jumlah responden 20.
sectional. Subyek penelitian adalah Sedangkan karakteristik responden
seluruh lanjut usia yang tinggal diPanti menurut status perkawinan sebanyak
Wredha Dharma Bhakti Surakarta. 47 responden (78,3%) berstatus kawin.
Hasil yang didapatkan adalah Tingkat depresi lansia di Desa
terdapatnya hubungan antara tingkat Sobokerto, Ngemplak, Boyolali
depresi dengan interaksi sosial dengan menunjukkan sebagian responden tidak
nilai signifikansi 5% dan nilai ρ = depresi dengan jumlah 22 responden
0,001. (36,7%), sedangkan depresi sedang
Penelitian ini juga didukung oleh menunjukkan prosentase yang sama
hasil penelitian yang dilakukan Moa yaitu 36,7 % dengan jumlah responden
(2009), mengenai hubungan tingkat 22. Sebanyak 13 responden (21,7%)
depresi dengan kemampuan dalam berada pada tingkat depresi ringan,
aktivitas sehari-hari pada lanjut usia sedangkan depresi berat berjumlah 3
yang tinggal di PTSW Yogyakarta Unit responden (5%). Interaksi sosial lansia
Abiyoso. Hasil yang didapat adalah di Desa Sobokerto, Ngemplak,
terdapatnya hubungan antara tingkat Boyolali menunjukkan sebagian besar
depresi dengan kemampuan dalam responden memiliki tingkat interaksi
aktivitas sehari-hari. sosial sedang yaitu sejumlah 45
Dari hasil penelitian-penelitian responden (75%), sedangkan responden
tersebut dapat disimpulkan bahwa yang interaksi sosialnya baik ada 9
depresi pada lansia dapat menimbulkan (15%) dan interaksi sosial buruk 6
berbagai macam akibat, seperti responden (10%). Berdasarkan uji
penurunan kondisi fisik dan statistik Spearman Rank Correlation
kemampuan bersosialisasi. Hal tersebut yang menghubungkan antara tingkat
sesuai dengan pendapat Kaplan & depresi lansia dengan interaksi sosial
Saddock (1998) dimana seseorang yang lansia, diketahui bahwa terdapat
mengalami depresi akan mengalami hubungan yang signifikan antara
perubahan dalam bentuk pemikiran, tingkat depresi lansia dengan interaksi
sensasi somatik, aktivitas, serta kurang sosial dengan nilai signifikansi 0,001.
produktif dalam pengembangan Sedangkan nilai koefisien korelasi -
pikiran, berbicara dan sosialisasi. 0,472, yang berarti memiliki tingkat
hubungan sedang. Hubungan antara
KESIMPULAN DAN SARAN tingkat depresi dengan interaksi sosial
Berdasarkan analisis data, sesuai bernilai negatif artinya semakin rendah
dengan tujuan penelitian, maka dalam tingkat depresinya maka semakin baik
penelitian ini dapat ditarik kesimpulan. tingkat interaksi sosialnya.
Karakteristik lansia di Desa Sobokerto, Berdasarkan hasil pembahasan dan
Ngemplak, Boyolali dari sejumlah 60 kesimpulan, maka peneliti dapat
responden menunjukkan responden memberikan saran untuk penelitian
perempuan lebih banyak daripada laki- selanjutnya yaitu selain menggunakan
188 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No 2, November 2014, hlm 106-214

instrumen kuesioner interaksi sosial Setiadi. (2007). Konsep Penulisan Riset


saat mengukur tingkat interaksi Keperawatan. Yogyakarta:
sosial,juga dilakukan metode lain Graham Ilmu.
seperti wawancara maupun observasi Soejono, C. H. (2009). Pedoman
supaya hasilnya lebih akurat. Pengelolaan Kesehatan Pasien
Geriatrik Untuk Dokter &
DAFTAR RUJUKAN Perawat. Jakarta: FK UI.
Agus, D. (2002). Gangguan Depresi Soejono, C. H., Probosuseno, Sari, N.
pada Lansia. Majalah Kedokteran K. (2006). Depresi pada Pasien
Atmaja, Vol. I, No. 2.Bagian Usia Lanjut, In Sudoyo A. W.,
Kedokteran Jiwa : FK/RS Atmaja. Setiyohadi , B., Alwi, I.,
Kaplan, H.I. & Sadock, B.J. (1997). Simadibrata, M., &Setiati, S. (Ed
Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta: 4). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Binarupa Aksara. Dalam. Jakarta: Pusat penerbitan
Kaplan, H.I. & Sadock, B.J. (1998). Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat Kedokteran Fakultas Kedokteran
(pocket handbook of emergency Universitas Indonesia.
psychiatric medicine). Jakarta:
Widya Medika.
Moa. (2009). Hubungan Tingkat
Depresi dengan Kemampuan
dalam Aktifitas Sehari-hari pada
Lanjut Usia yang Tinggal di PSTW
Yogyakarta Unit Abiyoso. Skripsi.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada Yogyakarta.
Nevid, S., Ratus, S., Greene, B. (2003).
Psikologi abnormal jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Nugroho, H. Wahyudi.
(2000).Keperawatan gerontik edisi
2. Jakarta: EGC.
Nugroho, H. Wahyudi. (2008).
Keperawatan Gerontik &
Geriatric Edisi 3. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2003). Konsep dan
penerapan metodologi penelitian
ilmu keperawatan. Surabaya:
Salemba Medika.
Relawati, A. (2010). Hubungan antara
Tingkat Depresi dengan Interaksi
Sosial pada Lansia di Panti
Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
October, 3, 2012.
http://etd.eprints.ums.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai