PENDAHULUAN
1
Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami
pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan,
atau belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan
sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur
ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas,
tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut
fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada
batang femur 1/3 tengah.
2
6. Bagaimana patofisiologi fraktur ?
7. Bagaimana pathway fraktur ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada fraktur ?
9. Bagaimana penatalaksanan fraktur ?
10. Bagaimana pencegahan primer, sekunder dan tersier pada fraktur ?
11. Apa komplikasi dari fraktur ?
3
3.1 Skenario Kasus
3.2 Seven jump
3.3 Jurnal
3.4 Analisis jurnal
3.5 ASKEP
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
a. Kekerasan langsung: Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
b. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.
6
2.5 Anatomi fisiologi muskuloskeletal
7
dewasa tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang
mempunyai vaskularisasi yang baik. Tulang kanselus menerima asupan darah
melalui pembuluh metafis dan epifis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke
tulang kompak melalui kanal volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient yang
menembus periosteum dan memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-
lubang kecil). Arteri nutrient memasok darah ke sumsum tulang, System vena ada
yang keluar sendiri dan ada yang mengikuti arteri. Tulang tersusun dari 3 jenis sel
yaitu :
a. Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan
matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi
dasar (glukosaminoglikan/ asam polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang
merupakan kerangka dimana garam garam mineral ditimbun terutama
calsium, fluor, magnesium dan phosphor.
b. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit matrik tulang).
Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang dewasa yang di tengahnya
terdapat kapiler dan disekeliling kapiler tedapat matrik tulang yang disebut
lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat
prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak kurang lebih 0,1 mm).
c. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak
seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang
(resorpsi dan pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti
18% pertahun.
8
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa
sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-
jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru
imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
2.7 Pathway
9
2.8 Pemeriksaan penunjang
2.8.1 Radiologi
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.
2.8.2 Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.
10
dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan
kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat
utama pada teknik ini.
2.9.1.4 Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.
2.9.2 Penatalaksanaan pembedahan
2.9.2.1 Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire
(kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
2.9.2.2 Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal
Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada
derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan
protesa pada tulang yang patah.
11
dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi
medis diupayakan untuk mengembalikan. fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan
mobilisasi seperti biasanya.
Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif,
memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari
tulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi
dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak,
memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan
otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara
bertahap.
12
2.11.10 Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik
abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan
tropik dan vasomotor instability.
13
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
14
4. kesulitan menggerakan kaki
5. terlihat pendarahan
6. tampak lemah
7. kesadaran composmentis
8. Hasil TTV : TD: 100/60 mmHg, HR: 112x /mnt, suhu: 37OC, RR: 20x / mnt.
9. CRT <2 detik
10. Palpasi daerah fraktur terdapat bagian tulang yang menonjol
11. ada kretitus di femur sinistra
12. tulang keluar dari permukaan kulit dan ada perdarahan.
13. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkah Hb: 11 gr/dl , Ht: 40% , Leukosit:
12.000 , GDS: 125 normal
14. Hasil rontgen sinistra yaitu fraktur kominutip
15. Tindakan sementara klien terpasang spalk
3.2.3 Step 3 ( Pertanyaan )
1. Apa yang dimaksud kretitus di femur sinistra ?
2. Dimana letak fraktur pada kasus diatas ?
3. Mengapa pada pasien kasus diatas mengalami peningkatan nadi ?
4. Bagaimana tindakan pertama yang dilakukan pada kasus diatas ?
5. Apa pengertian fraktur femur ?
6. Apa saja penyebab fraktur femur ?
7. Apa saja penatalaksanaan medis pada kasus fraktur femur?
8. Sebutkan 2 diagnosa keperawatan dan bagaimana intervensi yang muncul pada
pasien fraktur femur sinistra?
9. Pemeriksaan fisik apa saja yang dilakukan untuk mengetahui adanya dislokasi?
10. Pengobatan apa saja yang diberikan pada pasien fraktur femur?
11. Evaluasi apa saja yang diharapkan pada pasien fraktur femur sinistra?
12. Komplikasi dari fraktur femur sinistra ?
3.2.4 Step 4 ( Jawaban )
1. Peradangan pada tulang paha bagian kiri.
2. Dibagian femur sinistra
3. Karena klien mengalami nyeri hebat dan syok, sehingga terjadi peningkatan nadi.
4. Klien sementara di pasang spalk
15
5. Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat
truma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini
dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh
dalam syok (FKUI dalam Jitowiyono, 2010 : 15).
6. Penyebab paling umum dari fraktur femur adalah:
a) Trauma kecepatan tinggi, seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda
motor, jatuh dari tempat tinggi, atau cedera selama olahraga ekstrim atau
olahraga kontak.
b) Penyakit tulang yang sudah ada sebelumnya yang melemahkan tulang, seperti
tumor, kista tulang, atau osteoporosis.
7. Pemeriksaan penunjang
a) Sinar X, Melihat gambaran terakhir atau mendekati struktur fraktur.
b) Venogram, Menggambarkan arus vaskularisasi.
c) Konduksi saraf dan elektromiogram, Mendeteksi cidera saraf.
d) Angiografi, Berhubungan dengan pembuluh darah.
e) Antrotropi, Mendeteksi keterlibatan sendi.
f) Radiografi, Menentukan integritas tulang.
g) CT-Scan, Memperlihatkan fraktur atau mendeteksi struktur fraktur.
h) Pemeriksaan laboratorium
LED meningkat bila kerusakan jaringan lemak luas, leukosit sebagai respon
stress normal setelah trauma, Hb dan HCT rendah akibat perdarahan.
8. Diagnosa keperawatan dan intervensinnya :
1) Dx : Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan
Lakukan Health Education pada pasien dan keluarga
Observasi tanda-tanda vital
Ajarakan tehnik distraksi dan relaksasi
Kolaborasikan dengan tim medis lain untuk pemberian anti nyeri
2) Dx : Hambatan mobilitas fisik b/d keterbatasan pergerakan
Lakukan health education tentang mobilisasi
Ajarkan pasien dalam penggunaan alat bantu mobilisasi
Ajarkan dan dukung pasien dalam ROM
Kolaborasikan dengan ahli terapi fisik
9. Adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi.
16
Perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi.
Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
Tampaknya adanya lebam pada dislokasi sendi.
10. Operasi, dipasang pen, kuntscher nail, AO nail,dan interlocking nail.
11. Evaluasi yang diharapkan :
a) Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Misalnya : Fungsi neurovaskuler baik, kebutuhan oksigenasi terpenuhi, klien
dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi.
b) Kerusakan kulit tidak terjadi dan ketidaknyamanan menghilang.
Misalnya : Penyembuhan luka sesuai waktu, klien menunjukkan pengetahuan
bertambah.
12. Komplikasi
a) Komplikasi awal :
1) Syok, dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema.
2) Emboli lemak, dapat terjadi 24-72 jam.
3) Sindrom kompartemen, perfusi jaringan dalam otot kurang dari kebutuhan.
4) Infeksi dan tromboemboli.
5) Koagulopati intravaskular diseminata
b) Komplikasi lanjutan
1) Mal-union/ non union
2) Nekrosis avaskular tulang
3) Reaksi terhadap alat fiksasi interna
3.2.5 step 5 ( Learning objektif )
1. Mahasiswa mengetahui penyebab fraktur.
2. Mahasiswa mengetahui apa itu fraktur femur sinistra.
3. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan fisik apa saja yang dilakukan untuk mengetahui
adanya dislokasi.
4. Mahasiswa mengetahui terjadinya peningkatan nadi pada kasus fraktur.
5. Mahasiswa mengetahui pengobatan pada fraktur femur.
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pencegahan.
17
3.2.6 step 6 ( Mind mapping )
Anatomi fisiologi
Definisi
Pentalaksanaan moskuloskeletal
Komplikasi Patofisiologi
Pemeriksaan
penunjang
18
6. Temuan utama & penelitian :
Hasil
1. Analisa Univariat
Tabel 1 distribusi frekuensi berdasarkan umur responden
L 13 81,3 8 50,0
P 3 18,8 8 50,0
Total 16 100,0 16 100,0
Tabel Analisis pengaruh terapi musik terhadap skala nyeri pada pasien fraktur di Sumber:
Data Primer 2015 Irina A RSUP Prof. Dr. R.D.Kandou Manado
19
3.3 Jurnal
Rivaldy Djamal
Sefty Rompas
Jeavery Bawotong
Abstract
Fractures that occur can cause common symptoms are pain, Pain is an uncomfortable feeling and the
subjective nature where only people who can feel. It is necessary to seek the most effective approach in
can effort to control the pain.One the biggest fears of fracture patients is pain. For that nurses to provide
information to patients and their families about non-pharmacological therapy can help patient
ellemination or reduce pain among music therapy. Purpose of this study wa to determine the effect of
music therapy on fracture patients decrease pain scale. The design studyis a quasi experimentaldesign
pretestposttest with control group. TheSample ware taken that the total sample there was 50 patients.
Data collected by using a questionnaire. The Research Resultson test T-test there is the effeck of music
therapy on pain scale reduction in fracture patients at Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado (P
value = 0,000; ɑ = 0,05). The conclusionfrom the study indicate that there is an influence of music
therapy on pain scale decline in fracture patients. Suggestions for further research are expented to
further investigate the distraks other techniques associated with decreased pain scale.
Keywords: Music therapy, Pain, fracture patiens.
Abstrak
Fraktur yang terjadi dapat menimbulkan gejala yang umum yaitu nyeri atau rasa sakit, Nyeri merupakan
perasaan yang tidak nyaman dan bersifat subjektif dimana hanya penderita yang dapat
merasakannya. Perawat harus mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya mengontrol
nyeri.Salah satu ketakutan terbesar pasien fraktur adalah nyeri, untuk itu perawat perlu memberikan
20
informasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang terapi non farmakologi yang bisa membantu
pasien dalam menghilangkan atau mengurangi nyeri antaranya terapi musik. Tujuan Penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh terapi musik terhadap penurunan skala nyeri pasien fraktur. Desain penelitian
yang digunakan quasi experiment dengan pendekatan desain pretest-posttest with control grup.Sampel
yang diambil yaitu seluruh total sampel yang ada berjumlah 50 pasien. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner. Hasil Penelitian berdasarkan uji T terdapat pengaruh terapi musik
terhadap skala nyeri pasien fraktur di Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado (P value = 0,000; ɑ
= 0,05). Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi musik terhadap skala
nyeri pada pasien fraktur di Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Saranuntuk peneliti
selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai teknik-teknik distraksi lain yang
berhubungan dengan skala nyeri.
Kata kunci : Terapi musik, nyeri, pasien fraktur.
21
pembengkakan dan kelainan bentuk tubuh. mengurangi nyeri pasca operasi pasien (Potter,
Nyeri merupakan perasaan yang tidak nyaman 2006).
dan bersifat subjektif dimana hanya penderita Penelitian yang dilakukan McCaffrey
yang dapat merasakannya. Untuk itu perlu menemukan bahwa intensitas nyeri menurun
mencari pendekatan yang paling efektif dalam sebanyak 33% setelah terapi musik dengan
upaya mengontrol nyeri menggunakan musik klasik Mozart terhadap
(Potter,2005). pasien osteoarthritis selama 20 menit dengan
Salah satu ketakutan terbesar pasien musik Mozart (Chiang, 2012).
fraktur adalah nyeri, untuk itu perawat perlu Berdasarkan data awal yang diperoleh dari
memberikan informasi kepada pasien dan Irina A RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
keluarga pasien tentang terapi non farmakologi jumlah pasien yang mengalami fraktur pada tiga
yang bisa membantu pasien dalam bulan terakhir sebanyak 50 kasus dengan
menghilangkan atau mengurangi nyeri gambaran skala nyeri pada 2 pasien yang
antaranya terapi musik. Musik bisa menyentuh diwawancarai dan di ukur skala nyeri
individu baik secara fisik, psikososial, dan menggunakan NRS ditemui skala nyeri 5 – 6
spiritual (Campbell,2006). (nyeri sedang).Berdasarkan uraian di atas, maka
Musik terbukti menunjukkan efek yaitu peneliti sudah melakukan penelitian pada pasien
menurunkan tekanan darah, dan mengubah fraktur di Irina A RSUP. Prof. Dr. R.
persepsi waktu.Perawat dapat menggunakan D. Kandou Manado tentang Pengaruh Terapi
musik dengan kreatif diberbagai Musik Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien fraktur
situasi klinik, pasien umumnya lebih menyukai di Irina A RSUP. Prof. Dr. R. D.
melakukan suatu kegiatan memainkan alat Kandou Manado.
musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan
musik.Musik yang sejak awal sesuai dengan METODE PENELITIAN
suasana hati individu, merupakan pilihan yang Penelitian ini menggunakan desain quasi
paling baik (Potter, 2006). experiment dengan pendekatan pretest-posttest
Musik menghasilkan perubahan with control grop design. Penelitian ini dilakukan
status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang, di Irina A RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
dan waktu.Musik harus didengarkan minimal 15 Manado.Waktu penelitian dilaksanakan pada
menit agar dapat memberikan efek teraupeutik. bulanJuli 2015. Populasi dalam penelitian ini
Pada keadaan perawatan akut, adalah seluruh pasien fraktur yang dirawat di
mendengarkan musik dapat memberikan rungan Irina A RSUP Prof. Dr. R.D. Kandau
hasil yang sangat efektif dalam upaya Manado.
22
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini Pengolahan data dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan cara non probability menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut
sampling jenis consecutive sampling, yaitu yaitu editing, coding, data entry cleaning dan
pemilihan sampel dengan menetapkan subyek tabulating.
yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun Analisa data dalam penelitian ini yaitu
waktu tertentu sehingga jumlah pasien yang analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan
diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismael, atau mendeskripsikan karakteristik setiap
2002). Selama waktu penelitian jika terdapat dua variabel penelitian. Analisa bivariat dilakukan
orang pasien yang memenuhi kriteria inklusi, untuk melihat ada tidaknya hubungan
maka peneliti akan akan menetapkan satu orang antaravariabel independen yaitu standar
sebagai kelempok intervensi dan satu orang pelayanan antenatal care dan kebijakan program
lainya sebagai kelompok kontrol. Begitu pelayanan antenatal caredengan variabel
seterusnya dilakukan berturut-turut sampai dependen yaitu pengetahuan antenatal care
terpenuhnya jumlah sampel yang dibutuhkan. terintegrasi.uji T dependen dengan derajat
Penelitian ini menggunakan instrumen kemaknaan 0,05. Sedangkan uji statistik yang
penelitian berupa kuesioner. digunakan untuk melihat perbedaan mean
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini tingkat nyeri antara kelompok intervensi dan
dilakukan dengan cara: setelah mendapat izin kontrol menggunakan uji T sampel independen
dari Program Studi Ilmu Keperawatan UNSRAT, (Sabri & Hastono 2002).
peneliti mengajukan izin penelitian ke tempat Dalam melakukan penelitian, peneliti
penelitian. Pengumpulan data dilakukan secara memperhatikan masalah-masalah etika
langsung kepada responden, mulai dari bulan Juli penelitian yang meliputi informed consent
2015. Pada saat melaksanakan penelitian, (persetujuan menjadi responden), anonymity
peneliti memperkenalkan diri, menyampaikan (kerahasiaan), dan confidentiality.
maksud dan tujuan dari penelitian yang akan HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan. Setelah menyampaikan maksud dan A. Hasil
tujuan, peneliti menyerahkan lembar persetujuan 2. Analisa Univariat
menjadi responden untuk ditanda tangani oleh Tabel 1 distribusi frekuensi berdasarkan
responden sebagai bukti bahwa responden umur responden
bersedia menjadi sampel dalam penelitian yang
akan dilakukan. Selanjutnya peneliti memberikan Jenis kelamin Kelompok Kontrol Kelompok
kuesioner untuk diisi oleh responden. intervensi
23
n % n %
L 13 81,3 8 50,0
P 3 18,8 8 50,0
Total 16 100,0 16 100,0
Tabel Analisis pengaruh terapi musik terhadap skala nyeri pada pasien
fraktur di Sumber: Data Primer 2015 Irina A RSUP Prof. Dr. R.D.Kandou Manado
24
Mean SD SE P value Sebelum 1,188
0,655 0,164
0,000
Sesudah 0,975 0,655 0,164
Sumber: Data Primer 2015 Sumber: Data Primer 2015
25
lebih besar dari pada hanya diberikan analgestik KESIMPULAN
pada pasien fraktur di Irina A RSUP. Prof. DR. Teranalisi pengaruh positif terapi musik
R.D. Kandou Manado. Sehingga terapi musik terhadap skala nyeri pada pasien fraktur di Irina
bisa digunakan sebagai terapi komplementer A RSUP. Prof. DR. R.D.
pada pasien fraktur.Penurunan nyeri ini dapat Kandou Manado.
membantu penyembuhan kondisi umum.Efek
samping dari penggunaan analgestik juga dapat DAFTAR PUSTAKA
dikurangi karena terdapat pengaruh antara
pemberian terapi musik pada pasien fraktur da Aru W. Sudoyo, Bambang, S. Idrus, A.
pasien direkomendasikan untuk penurunan dosis Marchellus, S. Siti, S. (2009). Ilmu
komsumsi analgestik.Hal ini dapat meningkatkan Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: EGC
kepuasan pasien dalam pelayanan keperawatan. Ahles, T. A., Blanchard, E.
B., & Ruckdeschel, J.
C. (2009).The
multidimensional nature of
cancerrelated pain, Pain, 17, 272288.
Campbell, D. (2006). Music : Physician For Times Indonesia 2008.Jakarta : Depertemen
to Come. 3 Edition. Wheaton: quest Kesehatan Repoblik Indnesia
books. (www.depkes.go.id, diakses pada
Chiang, L (2012). The effect of music and nature tanggal 17 November 2014).
sounds on cancer pain and anxiety in Dian, N (2012). Pengaruh terapi musik terhadap
hospice cancer patients. Frances payne nyeri post operasi Open Reduction And
Bolton scool of nursing case western Internal Fixation
reserve university. (unpublished (ORIF) di RSUD DR. H.ABDUL
dissertation paper) MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
Davis, M. P. (2003). Cancer pain.The Mardiono, (2010). Teknik Distraksi. Posted by
Cleveland Clinic Qittun on Wedneday, October 29 2008,
Foundation.Retrieved December (www.qittun.com, diakses pada tanggal
2005,(http://www.clevelandclinicme 20 November 2014).
ded.com, diakses pada tanggal 19 Mansjoer, A. Suprohaita, Wahyu, I.W. Wiwiek. S.
November 2014). (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid
Departemen Kesehatan Repoblik II. Jakarta: Media Aesculapius
Indonesia.(2010). Profil Kesehatan
26
Nilson, U. (2009). Caring Musik: Musik _2436.aspx, diakses pada tanggal 20
Intervention For Improved November 2014
Healt,(www.orebrollcom/se/uso/page
Nilsson, U. (2008). The anxiety and pain
(pp. 18- 34). New York: The reducing
effects of music Guilford
Press. interventions A systematic
review.
27
EGC.
28
3.4 ASKEP
3.4.1 Pengkajian
A. Biodata
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : laki – laki
Umur : 25 tahun
Agama : Tidak ada data
Perkerjaan : Tidak ada data
Pendidikan : Tidak ada data
Suku/bangsa : Tidak ada data Gol.Darah :-
Alamat : Tidak ada data
Tgl.Masuk RS : Tidak ada data
Tgl.Pengkajian : Tidak ada data
Diagnosa medis : fraktur femur sinistra dengan luka terbuka
No.Medrek : tidak ada data
B. Keluhan Utama/Alasan Kunjungan
Nyeri
29
4. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala dan Leher
Kepala
Tidak ada data
Mata
Tidak ada data
Hidung
Tidak ada data
Telinga
Tidak ada data
Leher
Tidak ada data
2) Dada
Tidak ada data
3) Abdomen
Tidak ada data
4) Ekstremitas bawah
Pada saat dipalpasi terdapat bagian tulang yang menonjol pada
bagian femur sinistra dan pada saat di inspeksi terdapat fraktur
terbuka dan pendarahan.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
No. Jenis Nilai Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
1. Hb 11 gr/dl 14 – 18 gr/dl
2. Ht 40% 38,8 – 50% Normal
3. Leukosit 12.000 4.000 – 10.000
4. GDS 125 <200 Normal
2. Radiologi
Rontgen sinistra hasilnya yaitu fraktur kominutif
3. Lain-lain
1) Therapi cairan RL 28 tpm
30
2) Antibiotik cefizox 1gr IV
3) Ceterolak 30mg/8 jam IV
4) Ranitidin 50mg/12 jam
5) Terpasang spalk
I. Data Fokus
Data Subjektif Data Obejektif
Klien mengeluh nyeri Klien tampak lemah
hebat Terdapat bagian tulang yang
Klien mengeluh kesulitan menonjol
menggerakan kaki Tulang keluar dari
Klien mengeluh sakit permukaan kulit
kepala Adanya perdarahan
Adanya ruam dikulit
Leukosit 12.000
Hb: 11 gr/dl, Ht: 40%,
Adanya kretitus di femur
sinistra
luka terbuka
terpasang spalk
Kesadaran CM
TTV
TD = 100/60 mmHg
HR = 112 x/menit
Suhu = 37 C
RR = 20x/menit
GDS = 125
CRT = <2 detik
Rontgen sinistra terdapat
fraktur kominutip
Klien tiba – tiba syok
31
3.4.2 Analisa Data
Laserasi kulit
32
mmHg
HR = 112 x/menit
Suhu = 37 C
RR = 20x/menit
Ds :
Klien mengeluh
kesulitan
menggerakan kaki
4. Risiko infeksi Fraktur Do :
Leukosit 12.000
Diskontinuitas tulang Adanya
perdarahan
Perubahan jaringan sekitar Adanya kretitus di
femur sinistra
Laserasi kulit Luka terbuka
Adanya ruam
Resiko infeksi dikulit
TTV
TD = 100/60
mmHg
HR = 112 x/menit
Suhu = 37 C
RR = 20x/menit
33
Kehilangan volumi cairan
34
Mampu frekuensi, kualitas karakteristik,
mengontrol dan faktor presipitasi durasi,
nyeri Observasi reaksi frekuensi,
Melaporkan nonverbal dari kualitas dan
bahwa nyeri ketidaknyamanan. faktor
berkurang Gunakan teknik presipitasi
dengan komunikasi Untuk
menggunakan terapeutik untuk mengetahui
manajemen mengetahui adanya reaksi
nyeri pengalaman nyeri nonverbal dari
Mampu pasien. keyidaknyaman
mengenali Kaji kultur yang an
nyeri mempengaruhi Untuk
Menyatakan respon nyeri. mengetahui
rasa nyaman Gunakan tekhnik pengalaman
setelah nyeri relaksasi dengan nyeri pasien
berkurang tarik nafas dalam Untuk
Evaluasi pengalaman mengetahui
nyeri masa lampau kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
Untuk
mengurangi
rasa nyeri
Untuk
mengevaluasi
pengalaman
nyeri masa lalu
2. Kerusakan Tissue Jaga kebersihan kulit Untuk menjaga
integritas kulit Integrity: Skin agar tetap bersih dan kebersihan kulit
and mucous kering agar tetap
Membranes Monitor kulit akan bersih dan
Hemodyalis adanya kemerahan kering
akses Bersihkan, memantau Untuk
Kriteria Hasil: dan meningkatkan mengetahui
35
Integritas kulit proses penyembuhan adanya
yang baik bisa pada luka yang kemerahan
dipertahankan ditutup dengan pada kulit
tidak ada luka/ jahitan, klip atau Untuk
lesi pada kulit straples meningkatkan
Perfusi Monitor proses proses
jaringan baik kesembuhan area penyembuhan
Menunjukkan insisi luka
pemahaman Monitor tanda dan Untuk
dalam proses gejala infeksi mengetahui
perbaikan kulit kesembuhan
dan mencegah area insisi
terjadinya Untuk
cedera mengetahui
berulang adanya tanda
Mampu dan gejala
melindungi infeksi
kulit dan
mempertahank
an
kelembaban
kulit dan
perawatan
alami
3. Hambatan Joint Monitoring vital sign Untuk
mobilitas fisik movement : sebelum/sesudah mrengetahui
active latihan dan lihat vital sign
Mobility level respon pasien saat sebelum/sesuda
Self care : latihan h latihan dan
ADLs Konsultasikan lihat respon
Transfer dengan terapi fisik pasien saat
performance tentang rencana latihan
Kriteria hasil : ambulasi sesuai Untuk
Klien dengan kebutuhan merencanakan
meningkat Ajarkan pasien atau terapi fisik
36
dalam aktifitas tenaga kesehatan tentang
fisik lain tentang teknik ambulasi sesuai
Mengerti ambulasi dengan
tujuan dari Kaji kemampuan kebutuhan
peningkatan pasien dalam Untuk
mobilitas mobilisasi mengajarkan
Memverbalisa Damping dan bantu tekhnik
sikan pasien saat ambulasi
perasaan mobilisasi dan bantu Untuk
dalam penuhi kebutuhan mengetahui
meningkatkan ADLs ps. kemampuan
kekuatan dan Ajarkan pasien pasien dalam
kemampuan bagaimana merubah mobilisasi
berpindah posisi dan berikan mendampingi
Memperagaka bantuan jika pasien saat
n penggunaan diperlukan mobilisasi dan
alat membantu
Bantu untuk memenuhi
mobilisasi kebutuhan
(walker) ADLs
untuk
mengajarkan
bagaimana
merubah posisi
dan
memberikan
bantuan jika
diperlukan
4. Resiko infeksi Immune status Bersihkan lingkungan Untuk menjaga
Knowledge: setelah dipakai kebersiahan
Infecion pasien lain lingkungan
control Intruksikan pada pasien
Risk control pengunjung untuk Agar tidak
Kriteria Hasil: mencuci tangan saat terjadi infeksi
Kriteria bebas berkunjung dan silang
37
dari tanda dan setelah berkunjung Agar perawatan
gejala infeksi meninggalkan pasien luka tidak
Menunjukkan Lakukan perawatan terinfeksi
kemampuan luka pada luka Untuk
untuk terbuka mengetahui
mencegah Monitor leukosit jumlah leukosit
timbulnya dalam batas
infeksi normal
Jumlah
leukosit dalam
batas normal
Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
5. Rsiko syok Syok Monitor status Untuk
(hipovolemik ) prevention sirkulasi BP, warna mengetahui
Syok kulit, suhu kulit, sirkulasi BP,
management denyut jantung, HR, warna kulit,
Kriteria hasil: dan ritme, nadi suhu kulit,
Nadi dalam prefer, dan kapiler denyut jantung,
batas yang refil HR, dan ritme,
diharapkan Monitor tanda awal nadi prefer, dan
Irama jantung syok kapiler refil
dalam batas Pantau nilai labor: Untuk
yang HB, HT, AGD, dan mengetahui
diharapkan elektrolit tanda awal syok
Frequensi Berikan cairan IV Unruk
nafas dalam Ajarkan keluarga dan mengetahui
bats yang pasien tentang tanda hasil
diharapkan dan gejala datangnya laboratorium
Irama syok Untuk
pernafasan memenuhi
dalam batas kebutuhan
yang tubuh
diharapkan Untuk
38
Hidrasi mengajarkan
Indicator : keluarga dan
Demam tidak pasien tentang
ditemukan tanda dan
TD dbn gejala
Hematocrit datangnya syok
dbn
39
meningkatkan proses penyembuhan
pada luka yang ditutup dengan
jahitan, klip atau straples
Memonitor proses kesembuhan area
insisi
Memonitor tanda dan gejala infeksi
3. Hambatan mobilitas Memonitoring vital sign
fisik b.d kerusakan sebelum/sesudah latihan dan lihat
rangka respon pasien saat latihan
neuromuscular, nyeri Mengkonsultasikan dengan terapi
fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
Mengajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
Mengkaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
Mendamping dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
Mengajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan bantuan
jika diperlukan
4. Resiko infeksi b.d Membersihkan lingkungan setelah
trauma, imunitas dipakai pasien lain
tubuh primer Mengintruksikan pada pengunjung
menurun untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
Melakukan perawatan luka pada luka
terbuka
Memonitor leukosit
5. Resiko syok b.d Memonitor status sirkulasi BP, warna
kehilangan volume kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR,
darah akibat trauma dan ritme, nadi prefer, dan kapiler
40
(fraktur) refil
Memonitor tanda awal syok
memantau nilai labor:
HB, HT, AGD, dan elektrolit
memberikan cairan IV
mengajarkan keluarga dan pasien
tentang tanda dan gejala datangnya
syok
41
Resiko syok S=
b.d kehilangan O = klien sudah tampak membaik, tidak
volume darah terlihat syok
akibat trauma A = Masalah teratasi
(fraktur) P = Hentikan intervensi
42
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Penyebabnya
yaitu :
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
4.2 Saran
1. Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.
2. Sebaiknya pasien mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan
luka
43
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J.2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Nanda Nic Noc. Jogjakarta: Penerbit Mediaction
Piblishing Jogjakarta
Syamsuhidayat. 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses –
proses Penyakit, ed.6, volume 1&2. EGC. Jakarta, hal :1117-1119
44