Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan oleh
rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur
terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih
baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan.
Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun
kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-
struktur ini.
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas
hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang
lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan orang
meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus kecelakaan
lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia,
setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003,
jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai 9.865 orang,
6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-rata
setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia.
Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada tahun
2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.672
orang. Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari sampai
September, jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan
tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika
fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui
dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan.

1
Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami
pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan,
atau belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan
sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur
ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas,
tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut
fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada
batang femur 1/3 tengah.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Supaya mahasiswa dapat memahami konsep keperawatan medikal bedah tentang
konsep fraktur dan cara pemberian asuhan keperawatan fraktur.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi fraktur.
2. Untuk mengetahui klasifikasi fraktur.
3. Untuk mengetahui etiologi fraktur.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis fraktur.
5. Untuk mengetahui anfis muskuloskeletal
6. Untuk memahami patofisiologi fraktur.
7. Untuk mengetahui pathway fraktur.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang fraktur.
9. Untuk mengetahui penatalaksanan fraktur.
10. Untuk mengetahui pencegahan primer, sekunder dan tersier pada fraktur.
11. Untuk mengetahui komplikasi fraktur.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa definisi fraktur ?
2. Apa klasifikasi fraktur ?
3. Apa etiologi fraktur ?
4. Bagaimana manifestasi klinis fraktur ?
5. Bagaimana anfis muskuloskeletal ?

2
6. Bagaimana patofisiologi fraktur ?
7. Bagaimana pathway fraktur ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada fraktur ?
9. Bagaimana penatalaksanan fraktur ?
10. Bagaimana pencegahan primer, sekunder dan tersier pada fraktur ?
11. Apa komplikasi dari fraktur ?

1.4 Metode Penulisan


1. Tulisan menggunakan font Arial Narrow
2. Tulisan menggunakan size 11 dengan spasi 1,5

1.5 Sistematika Penulisan


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan penulisan
1.3 Rumusan masalah
1.4 Metode penulisan
1.5 Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 pengertian fraktur
2.2 klasifikasi fraktur
2.3 Etiologi fraktur
2.4 Manifestasi klinik fraktur
2.5 Anfis muskuloskeletal
2.6 Patofisiologi fraktur
2.7 Pathway fraktur
2.8 Pemeriksaan penunjang fraktur
2.9 Penatalaksanaan fraktur
2.10 Pencegahan primer, sekunder dan tersier pada fraktur
2.11 Komplikasi fraktur
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN

3
3.1 Skenario Kasus
3.2 Seven jump
3.3 Jurnal
3.4 Analisis jurnal
3.5 ASKEP
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi fraktur


Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004: 840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Brunner & Suddarth. 2001 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. ( price & wilson 2006 ).
Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 : 144).

2.2 Kasifikasi fraktur


2.2.1 Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya
tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak
mempunyai hubungan dengan dunia luar.
2.2.2 Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk
from within (dari dalam), atau from without (dari luar).
2.2.3 Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi adalah
fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union, delayed union, non-union,
dan infeksi tulang

2.3 Etiologi fraktur


Penyebab fraktur bisa karena Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak, kontraksi otot ekstrim. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi
energi seperti berjalan kaki terlalu jauh. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau
osteoporosis pada fraktur patologis.
Adapun Penyebab Fraktur adalah :

5
a. Kekerasan langsung: Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
b. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.

2.4 Manifestasi klinik


2.4.1 Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2.4.2 Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di
ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya obat.
2.4.3 Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm.
2.4.4 Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
2.4.5 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.

6
2.5 Anatomi fisiologi muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan.


Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun
kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-
struktur ini. (Price,S.A,1995 :175).

2.5.1 komponen sistem muskuloskeletal


2.5.1.1 Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang
terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan
mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%. Fungsi dari
tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan jaringan lunak).
3. Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
4. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hematopoesis).
5. Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium dan fluor).
1.5.1.2 Struktur tulang
Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut
periosteum. Periosteum memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan
tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum
mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang terdekat
mengandung osteoblast . Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu membran
vascular tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga dalam
tulang kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna howship
(cekungan pada permukan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga sumsum
(batang) tulang panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama
terletak di sternum, ilium, vetebra dan rusuk pada orang dewasa,
bertanggungjawab dalam produksi sel darah merah dan putih. Pada orang

7
dewasa tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang
mempunyai vaskularisasi yang baik. Tulang kanselus menerima asupan darah
melalui pembuluh metafis dan epifis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke
tulang kompak melalui kanal volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient yang
menembus periosteum dan memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-
lubang kecil). Arteri nutrient memasok darah ke sumsum tulang, System vena ada
yang keluar sendiri dan ada yang mengikuti arteri. Tulang tersusun dari 3 jenis sel
yaitu :
a. Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan
matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi
dasar (glukosaminoglikan/ asam polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang
merupakan kerangka dimana garam garam mineral ditimbun terutama
calsium, fluor, magnesium dan phosphor.
b. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit matrik tulang).
Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang dewasa yang di tengahnya
terdapat kapiler dan disekeliling kapiler tedapat matrik tulang yang disebut
lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat
prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak kurang lebih 0,1 mm).
c. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak
seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang
(resorpsi dan pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti
18% pertahun.

2.6 Patofisiologi fraktur


Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma Baik itu karena
trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung misalnya:
seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan
otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak
berkontraksi.
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.

8
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa
sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-
jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru
imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)

2.7 Pathway

9
2.8 Pemeriksaan penunjang
2.8.1 Radiologi
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.
2.8.2 Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.

2.9 Penatalaksanaan fraktur


2.9.1 Penatalaksanaan konservatif
Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi pada patah tulang
dapat terpenuhi.
2.9.1.1 Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk
mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada
anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
2.9.1.2 Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan
plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau
metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya
dalam proses penyembuhan.
2.9.1.3 Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang
menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan

10
dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan
kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat
utama pada teknik ini.
2.9.1.4 Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.
2.9.2 Penatalaksanaan pembedahan
2.9.2.1 Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire
(kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
2.9.2.2 Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal
Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada
derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan
protesa pada tulang yang patah.

2.10 Pencegahan primer, sekunder, dan tersier fraktur


2.10.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma
benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau
mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati-hati, memperhatikan pedoman
keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.
2.10.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akiba-akibat yang lebih serius
dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil
pada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang benar agar tidak
memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan
pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang
yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui
bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat
berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal.
2.10.3 Pencegahan tersier
Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat
untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan

11
dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi
medis diupayakan untuk mengembalikan. fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan
mobilisasi seperti biasanya.
Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif,
memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari
tulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi
dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak,
memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan
otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara
bertahap.

2.11 Komplikasi fraktur


2.11.1 Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring.
2.11.2 Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
2.11.3 Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
2.11.4 Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di
dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
2.11.5 Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2.11.6 Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70
sam pai 80 fraktur tahun.
2.11.7 Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya
komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila
terjadi pada bedah ortopedil.
2.11.8 Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
2.11.9 Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.

12
2.11.10 Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik
abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan
tropik dan vasomotor instability.

13
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Sekenario kasus


Klien Tn. A (25 th) datang ke IGD dengan keadaan fraktur femur sinistra dengan luka terbuka.
Klien terjatuh ke jurang pada saat latihan. Klien mengeluh nyeri hebat, dan kesulitan menggerakan
kaki, terlihat perdarahan. Klien tampak lemah. Klien tidak pernah memiliki riwayat trauma dan baru
kali ini dibawa ke RS. Hasil anamnesa perawat, kesadaran klien composmentis. Hasil TTV, TD:
100/60 mmHg, HR: 112x /mnt, suhu: 37OC, RR: 20x / mnt, CRT <2 detik Palpasi daerah fraktur
terdapat bagian tulang yang menonjol, ada kretitus di femur sinistra, tulang keluar dari permukaan
kulit, dan ada perdarahan.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkah Hb: 11 gr/dl, Ht: 40%, Leukosit: 12.000, GDS:
125. Hasil rontgen sinistra yaitu fraktur kominutip. Tindakan sementara klien terpasang spalk, infus
RL 28 tpm, klien kemudian mendapatkan antibiotik Cefizox 1 gr/IV, ketorolac 30 mg/ 8 jam IV jika
nyeri, dan ranitidin 50 mg/ 12 jam, diduga fraktur terbuka cominutip sinistra.
Setelah beberapa saat klien dipindahkan ke ruang perawatan kemudian klien tiba-tiba syok,
terjadi reaksi hipersensitivitas, timbul ruam-ruam dikulit dan klien mengeluh sakit kepala. Diduga
perawat tidak melakukan skin test terlebih dahulu terhadap antibiotik yang diberikan.

3.2 Seven jump


3.2.1 Step 1 ( kata yang tidak dimengerti )
1. Femur sinistra : tulang paha sebelah kiri
2. Fraktur kominutip : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa bagian.
3. Sinistra : bagaian kiri
4. Cominutip sinistra : tulang pecah menjadi beberapa bagian pada bagian kiri.
5. Hipersensitivitas : reaksi berlebihan, tidak diinginkan karena terlalu sensitiv nya
respon imun (merusak, menghasilkan ketidak nyamanan, dan terkadang berakibat
fatal) yang dihasilkan oleh sistem imun.
6. Kretitus : Peradangan
3.2.2 Step 2 ( Kata kunci )
1. fraktur femur sinistra dengan luka terbuka
2. terjatuh kejurang
3. nyeri hebat

14
4. kesulitan menggerakan kaki
5. terlihat pendarahan
6. tampak lemah
7. kesadaran composmentis
8. Hasil TTV : TD: 100/60 mmHg, HR: 112x /mnt, suhu: 37OC, RR: 20x / mnt.
9. CRT <2 detik
10. Palpasi daerah fraktur terdapat bagian tulang yang menonjol
11. ada kretitus di femur sinistra
12. tulang keluar dari permukaan kulit dan ada perdarahan.
13. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkah Hb: 11 gr/dl , Ht: 40% , Leukosit:
12.000 , GDS: 125 normal
14. Hasil rontgen sinistra yaitu fraktur kominutip
15. Tindakan sementara klien terpasang spalk
3.2.3 Step 3 ( Pertanyaan )
1. Apa yang dimaksud kretitus di femur sinistra ?
2. Dimana letak fraktur pada kasus diatas ?
3. Mengapa pada pasien kasus diatas mengalami peningkatan nadi ?
4. Bagaimana tindakan pertama yang dilakukan pada kasus diatas ?
5. Apa pengertian fraktur femur ?
6. Apa saja penyebab fraktur femur ?
7. Apa saja penatalaksanaan medis pada kasus fraktur femur?
8. Sebutkan 2 diagnosa keperawatan dan bagaimana intervensi yang muncul pada
pasien fraktur femur sinistra?
9. Pemeriksaan fisik apa saja yang dilakukan untuk mengetahui adanya dislokasi?
10. Pengobatan apa saja yang diberikan pada pasien fraktur femur?
11. Evaluasi apa saja yang diharapkan pada pasien fraktur femur sinistra?
12. Komplikasi dari fraktur femur sinistra ?
3.2.4 Step 4 ( Jawaban )
1. Peradangan pada tulang paha bagian kiri.
2. Dibagian femur sinistra
3. Karena klien mengalami nyeri hebat dan syok, sehingga terjadi peningkatan nadi.
4. Klien sementara di pasang spalk

15
5. Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat
truma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini
dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh
dalam syok (FKUI dalam Jitowiyono, 2010 : 15).
6. Penyebab paling umum dari fraktur femur adalah:
a) Trauma kecepatan tinggi, seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda
motor, jatuh dari tempat tinggi, atau cedera selama olahraga ekstrim atau
olahraga kontak.
b) Penyakit tulang yang sudah ada sebelumnya yang melemahkan tulang, seperti
tumor, kista tulang, atau osteoporosis.
7. Pemeriksaan penunjang
a) Sinar X, Melihat gambaran terakhir atau mendekati struktur fraktur.
b) Venogram, Menggambarkan arus vaskularisasi.
c) Konduksi saraf dan elektromiogram, Mendeteksi cidera saraf.
d) Angiografi, Berhubungan dengan pembuluh darah.
e) Antrotropi, Mendeteksi keterlibatan sendi.
f) Radiografi, Menentukan integritas tulang.
g) CT-Scan, Memperlihatkan fraktur atau mendeteksi struktur fraktur.
h) Pemeriksaan laboratorium
LED meningkat bila kerusakan jaringan lemak luas, leukosit sebagai respon
stress normal setelah trauma, Hb dan HCT rendah akibat perdarahan.
8. Diagnosa keperawatan dan intervensinnya :
1) Dx : Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan
 Lakukan Health Education pada pasien dan keluarga
 Observasi tanda-tanda vital
 Ajarakan tehnik distraksi dan relaksasi
 Kolaborasikan dengan tim medis lain untuk pemberian anti nyeri
2) Dx : Hambatan mobilitas fisik b/d keterbatasan pergerakan
 Lakukan health education tentang mobilisasi
 Ajarkan pasien dalam penggunaan alat bantu mobilisasi
 Ajarkan dan dukung pasien dalam ROM
 Kolaborasikan dengan ahli terapi fisik
9. Adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi.

16
 Perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi.
 Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
 Tampaknya adanya lebam pada dislokasi sendi.
10. Operasi, dipasang pen, kuntscher nail, AO nail,dan interlocking nail.
11. Evaluasi yang diharapkan :
a) Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Misalnya : Fungsi neurovaskuler baik, kebutuhan oksigenasi terpenuhi, klien
dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi.
b) Kerusakan kulit tidak terjadi dan ketidaknyamanan menghilang.
Misalnya : Penyembuhan luka sesuai waktu, klien menunjukkan pengetahuan
bertambah.
12. Komplikasi
a) Komplikasi awal :
1) Syok, dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema.
2) Emboli lemak, dapat terjadi 24-72 jam.
3) Sindrom kompartemen, perfusi jaringan dalam otot kurang dari kebutuhan.
4) Infeksi dan tromboemboli.
5) Koagulopati intravaskular diseminata
b) Komplikasi lanjutan
1) Mal-union/ non union
2) Nekrosis avaskular tulang
3) Reaksi terhadap alat fiksasi interna
3.2.5 step 5 ( Learning objektif )
1. Mahasiswa mengetahui penyebab fraktur.
2. Mahasiswa mengetahui apa itu fraktur femur sinistra.
3. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan fisik apa saja yang dilakukan untuk mengetahui
adanya dislokasi.
4. Mahasiswa mengetahui terjadinya peningkatan nadi pada kasus fraktur.
5. Mahasiswa mengetahui pengobatan pada fraktur femur.
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pencegahan.

17
3.2.6 step 6 ( Mind mapping )

Manifestasi klinik Etiologi

Anatomi fisiologi
Definisi
Pentalaksanaan moskuloskeletal

Klasifikasi FRAKTUR pencegahan

Komplikasi Patofisiologi
Pemeriksaan
penunjang

3.2.7 step 7 ( Analisis jurnal )


1. Judul : pengaruh terapi musik terhadap skala nyeri pada pasien fraktur di Irina A
RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado.
2. Mengapa : fraktur yang terjadi dapat menyembuhkan gjala yang umum yaitu nyeri
atau rasa sakit, nyeri merupakan rasa yang tidak nyaman dan bersifat subjektif
dimana hanya penderita yang bisa merasakannya.
3. Ukuran da prosedur : penelitian ini menggunakan desain quaisi experiment dengan
pendekatan pretest – postest with control group design.
4. Menjelaskan pariabel penelitian : sampel yang experiment dengan pendekatan desain
pretest – postest with control group.
5. Hipotesis : pengaruh terapi musik terhadap skala nyeri pada pasien fraktur.

18
6. Temuan utama & penelitian :
Hasil
1. Analisa Univariat
Tabel 1 distribusi frekuensi berdasarkan umur responden

Jenis kelamin Kelompok Kontrol Kelompok


intervensi
n % n %

L 13 81,3 8 50,0

P 3 18,8 8 50,0
Total 16 100,0 16 100,0

Sumber: Data Primer 2015

>35 Tahun 2 12,5 6 37,5


1. Analisa Bivariat
16 16
Total 100,0 100,0

Tabel Analisis pengaruh terapi musik terhadap skala nyeri pada pasien fraktur di Sumber:
Data Primer 2015 Irina A RSUP Prof. Dr. R.D.Kandou Manado

7. Menjelaskan temuan itu dengan sejalan kesimpulan penulis : teranalisi pengaruh


positif terapi musik terhadap skala nyeri pada pasien fraktur di Irina A RSUP Prof.
D.R. R. D. Kandou Manado

19
3.3 Jurnal

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP SKALA NYERI PADA PASIEN


FRAKTUR DI IRINA A RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

Rivaldy Djamal
Sefty Rompas
Jeavery Bawotong

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: rivaldydjamal@gmail.com

Abstract
Fractures that occur can cause common symptoms are pain, Pain is an uncomfortable feeling and the
subjective nature where only people who can feel. It is necessary to seek the most effective approach in
can effort to control the pain.One the biggest fears of fracture patients is pain. For that nurses to provide
information to patients and their families about non-pharmacological therapy can help patient
ellemination or reduce pain among music therapy. Purpose of this study wa to determine the effect of
music therapy on fracture patients decrease pain scale. The design studyis a quasi experimentaldesign
pretestposttest with control group. TheSample ware taken that the total sample there was 50 patients.
Data collected by using a questionnaire. The Research Resultson test T-test there is the effeck of music
therapy on pain scale reduction in fracture patients at Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado (P
value = 0,000; ɑ = 0,05). The conclusionfrom the study indicate that there is an influence of music
therapy on pain scale decline in fracture patients. Suggestions for further research are expented to
further investigate the distraks other techniques associated with decreased pain scale.
Keywords: Music therapy, Pain, fracture patiens.

Abstrak
Fraktur yang terjadi dapat menimbulkan gejala yang umum yaitu nyeri atau rasa sakit, Nyeri merupakan
perasaan yang tidak nyaman dan bersifat subjektif dimana hanya penderita yang dapat
merasakannya. Perawat harus mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya mengontrol
nyeri.Salah satu ketakutan terbesar pasien fraktur adalah nyeri, untuk itu perawat perlu memberikan

20
informasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang terapi non farmakologi yang bisa membantu
pasien dalam menghilangkan atau mengurangi nyeri antaranya terapi musik. Tujuan Penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh terapi musik terhadap penurunan skala nyeri pasien fraktur. Desain penelitian
yang digunakan quasi experiment dengan pendekatan desain pretest-posttest with control grup.Sampel
yang diambil yaitu seluruh total sampel yang ada berjumlah 50 pasien. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner. Hasil Penelitian berdasarkan uji T terdapat pengaruh terapi musik
terhadap skala nyeri pasien fraktur di Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado (P value = 0,000; ɑ
= 0,05). Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi musik terhadap skala
nyeri pada pasien fraktur di Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Saranuntuk peneliti
selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai teknik-teknik distraksi lain yang
berhubungan dengan skala nyeri.
Kata kunci : Terapi musik, nyeri, pasien fraktur.

PENDAHULUAN jatuh, kecelakaan lalulintas dan trauma benda


Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan yang mengalami fraktur sebanyak 1.775
luasnya(Smeltzer & Bare, 2006).Menurut World orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan
Health Organization (WHO), kasus fraktur terjadi lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak
di dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 1.770 orang (8,5%) dari 14.127 trauma benda
2008, dengan angka prevalensi sebesar 2,7%. tajam/tumpul, yang mengalami fraktur
Sementara pada tahun 2009 terdapat sebanyak 236 orang (1,7%) (Riskesdas
kuranglebih 18 juta orang dengan angka Depkes RI, 2007). Survey kesehatan
prevalensi sebesar 4,2%. Tahun 2010 meningkat Nasional mencatat bahwa kasus fraktur pada
menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi tahun 2008 menunjukan bahwa prevalensi
3,5%. Terjadinya fraktur tersebut termasuk fraktur secara nasional sekitar 27,7%.
didalamnya insiden kecelakaan,, cedera olah Prevalensi ini khususnya pada laki-laki
raga, bencana kebakaran, bencana alam dan mengalami kenaikan dibanding tahun 2009
lain sebagainya (Mardiono,2010). dari 51,2% menjadi 54,5%. Sedangkan pada
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan perempuan sedikit menurun yaitu sebanyak
Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian 2% di tahun 2009, pada tahun 2010 menjadi
dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di 1,2% (Depkes RI,2010)
Indonesia terjadi kasus fraktur yang Fraktur yang terjadi dapat menimbulkan
disebabkan oleh cedera antara lain karena gejala yang umum yaitu nyeri atau rasa sakit,

21
pembengkakan dan kelainan bentuk tubuh. mengurangi nyeri pasca operasi pasien (Potter,
Nyeri merupakan perasaan yang tidak nyaman 2006).
dan bersifat subjektif dimana hanya penderita Penelitian yang dilakukan McCaffrey
yang dapat merasakannya. Untuk itu perlu menemukan bahwa intensitas nyeri menurun
mencari pendekatan yang paling efektif dalam sebanyak 33% setelah terapi musik dengan
upaya mengontrol nyeri menggunakan musik klasik Mozart terhadap
(Potter,2005). pasien osteoarthritis selama 20 menit dengan
Salah satu ketakutan terbesar pasien musik Mozart (Chiang, 2012).
fraktur adalah nyeri, untuk itu perawat perlu Berdasarkan data awal yang diperoleh dari
memberikan informasi kepada pasien dan Irina A RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
keluarga pasien tentang terapi non farmakologi jumlah pasien yang mengalami fraktur pada tiga
yang bisa membantu pasien dalam bulan terakhir sebanyak 50 kasus dengan
menghilangkan atau mengurangi nyeri gambaran skala nyeri pada 2 pasien yang
antaranya terapi musik. Musik bisa menyentuh diwawancarai dan di ukur skala nyeri
individu baik secara fisik, psikososial, dan menggunakan NRS ditemui skala nyeri 5 – 6
spiritual (Campbell,2006). (nyeri sedang).Berdasarkan uraian di atas, maka
Musik terbukti menunjukkan efek yaitu peneliti sudah melakukan penelitian pada pasien
menurunkan tekanan darah, dan mengubah fraktur di Irina A RSUP. Prof. Dr. R.
persepsi waktu.Perawat dapat menggunakan D. Kandou Manado tentang Pengaruh Terapi
musik dengan kreatif diberbagai Musik Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien fraktur
situasi klinik, pasien umumnya lebih menyukai di Irina A RSUP. Prof. Dr. R. D.
melakukan suatu kegiatan memainkan alat Kandou Manado.
musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan
musik.Musik yang sejak awal sesuai dengan METODE PENELITIAN
suasana hati individu, merupakan pilihan yang Penelitian ini menggunakan desain quasi
paling baik (Potter, 2006). experiment dengan pendekatan pretest-posttest
Musik menghasilkan perubahan with control grop design. Penelitian ini dilakukan
status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang, di Irina A RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
dan waktu.Musik harus didengarkan minimal 15 Manado.Waktu penelitian dilaksanakan pada
menit agar dapat memberikan efek teraupeutik. bulanJuli 2015. Populasi dalam penelitian ini
Pada keadaan perawatan akut, adalah seluruh pasien fraktur yang dirawat di
mendengarkan musik dapat memberikan rungan Irina A RSUP Prof. Dr. R.D. Kandau
hasil yang sangat efektif dalam upaya Manado.

22
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini Pengolahan data dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan cara non probability menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut
sampling jenis consecutive sampling, yaitu yaitu editing, coding, data entry cleaning dan
pemilihan sampel dengan menetapkan subyek tabulating.
yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun Analisa data dalam penelitian ini yaitu
waktu tertentu sehingga jumlah pasien yang analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan
diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismael, atau mendeskripsikan karakteristik setiap
2002). Selama waktu penelitian jika terdapat dua variabel penelitian. Analisa bivariat dilakukan
orang pasien yang memenuhi kriteria inklusi, untuk melihat ada tidaknya hubungan
maka peneliti akan akan menetapkan satu orang antaravariabel independen yaitu standar
sebagai kelempok intervensi dan satu orang pelayanan antenatal care dan kebijakan program
lainya sebagai kelompok kontrol. Begitu pelayanan antenatal caredengan variabel
seterusnya dilakukan berturut-turut sampai dependen yaitu pengetahuan antenatal care
terpenuhnya jumlah sampel yang dibutuhkan. terintegrasi.uji T dependen dengan derajat
Penelitian ini menggunakan instrumen kemaknaan 0,05. Sedangkan uji statistik yang
penelitian berupa kuesioner. digunakan untuk melihat perbedaan mean
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini tingkat nyeri antara kelompok intervensi dan
dilakukan dengan cara: setelah mendapat izin kontrol menggunakan uji T sampel independen
dari Program Studi Ilmu Keperawatan UNSRAT, (Sabri & Hastono 2002).
peneliti mengajukan izin penelitian ke tempat Dalam melakukan penelitian, peneliti
penelitian. Pengumpulan data dilakukan secara memperhatikan masalah-masalah etika
langsung kepada responden, mulai dari bulan Juli penelitian yang meliputi informed consent
2015. Pada saat melaksanakan penelitian, (persetujuan menjadi responden), anonymity
peneliti memperkenalkan diri, menyampaikan (kerahasiaan), dan confidentiality.
maksud dan tujuan dari penelitian yang akan HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan. Setelah menyampaikan maksud dan A. Hasil
tujuan, peneliti menyerahkan lembar persetujuan 2. Analisa Univariat
menjadi responden untuk ditanda tangani oleh Tabel 1 distribusi frekuensi berdasarkan
responden sebagai bukti bahwa responden umur responden
bersedia menjadi sampel dalam penelitian yang
akan dilakukan. Selanjutnya peneliti memberikan Jenis kelamin Kelompok Kontrol Kelompok
kuesioner untuk diisi oleh responden. intervensi

23
n % n %

L 13 81,3 8 50,0

P 3 18,8 8 50,0
Total 16 100,0 16 100,0

Sumber: Data Primer 2015

>35 Tahun 2 12,5 6 37,5


3. Analisa Bivariat
16 16
Total 100,0 100,0

Tabel Analisis pengaruh terapi musik terhadap skala nyeri pada pasien
fraktur di Sumber: Data Primer 2015 Irina A RSUP Prof. Dr. R.D.Kandou Manado

pada kelompok intervensi.


Tabel 3Distribusi responden kelompok

intervensi dan kontrol berdasarkan riwayat Mean SD SE P value

fraktur Sebelum 1,250 0,000 Sesudah 0,875 0,577 0,155


0,619 0,144
Kelompok Kelompok Sumber: Data Primer 2015
Riwayat Kontrol intervensi Tabel 7Analisis
Fraktur n % n %
pengaruh terapi musik dengan skala nyeri pada
Tidak Pernah 13 81,3 11 68,8
pasien fraktur di Irina A RSUP Prof. Dr.
R.D.Kandou Manado pada kelompok kontrol
Pernah 3 18,8 5 31,3
yang tidak diberikan terapi musik.
Total 16 100,0 16 100,0

24
Mean SD SE P value Sebelum 1,188
0,655 0,164
0,000
Sesudah 0,975 0,655 0,164
Sumber: Data Primer 2015 Sumber: Data Primer 2015

Tabel 4 Distribusi responden kelompok B. PEMBAHASAN


intervensi dan kontrol berdasarkan tingkat 1. Pengaruh Terapi Musik Terhadap nyeri
sebelum intervensi Skala Nyeri Pada Pasien
Fraktur
Hasil analisis statistik Pengaruh Terapi Musik
Kelompok Kelompok
Tingkat Kontrol Pada Pasien Fraktur di Irina A RSUP. Prof.
intervensi Dr. R.D. Kandou Manado menunjukan nilai P
Nyeri n % n % Value <0,05 (0,000) yang berarti terdapat

Nyeri Ringan 3 18,8 3 18,8


pengaruh yang signifikan anatara terapi
musik terhadap skala nyeri. Hasil ini sejalan
Nyeri Sedang 13 81,2 13 81,2 dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian
Total 16 100,0 16 100,0 Novita (2012), dimana dia mengemukakkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
terapi musik terhadap skala
Sumber: Data Primer 2015 nyeri pada pasien kelompok intervensi dan kontrol
post operasi ORIF. Hasil Tabel 5Distribusi pengaruh terapi musik terhadap tingkat
responden berdasarkan penelitian ini juga persepsi nyeri pada pasien IInfark Miokard
terkait dengan yang tingkat nyeri dengan hasil penelitian diperoleh penurunan
sesudah intervensi pada tingkat nyeri yang lebih
dilakukkan oleh Anggerini (2008), tentang besar terjadi pada
kelompok intervensi.Hal ini berarti bahwa Pemberian Analgestik merupakan
intervensi terapi music dapat berpengaruh prosedur standart pasien fraktur. Good,et.al 2005,
terhadap tingkat nyeri. Penelitian yang dilakukan Nilssons 2008, mengemukakkan
McCaffery menemukan bahwa intensitas nyeri penggunaan analgestik untuk mengatasi nyeri
menurun sebanyak 33% setelah terapi musik merupakan protokol yang seharusnya(Dian
dengan menggunakan music klasik Mozart Novita,2012).
terhadap pasien osteoarthritis selama 20 menit Menurut peneliti, pemberian analgestik dan
dengan music Mozart(Dian Novita, 2012). terapi musik terbukti dapat mempengaruhi nyeri

25
lebih besar dari pada hanya diberikan analgestik KESIMPULAN
pada pasien fraktur di Irina A RSUP. Prof. DR. Teranalisi pengaruh positif terapi musik
R.D. Kandou Manado. Sehingga terapi musik terhadap skala nyeri pada pasien fraktur di Irina
bisa digunakan sebagai terapi komplementer A RSUP. Prof. DR. R.D.
pada pasien fraktur.Penurunan nyeri ini dapat Kandou Manado.
membantu penyembuhan kondisi umum.Efek
samping dari penggunaan analgestik juga dapat DAFTAR PUSTAKA
dikurangi karena terdapat pengaruh antara
pemberian terapi musik pada pasien fraktur da Aru W. Sudoyo, Bambang, S. Idrus, A.
pasien direkomendasikan untuk penurunan dosis Marchellus, S. Siti, S. (2009). Ilmu
komsumsi analgestik.Hal ini dapat meningkatkan Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: EGC
kepuasan pasien dalam pelayanan keperawatan. Ahles, T. A., Blanchard, E.
B., & Ruckdeschel, J.
C. (2009).The
multidimensional nature of
cancerrelated pain, Pain, 17, 272288.
Campbell, D. (2006). Music : Physician For Times Indonesia 2008.Jakarta : Depertemen
to Come. 3 Edition. Wheaton: quest Kesehatan Repoblik Indnesia
books. (www.depkes.go.id, diakses pada
Chiang, L (2012). The effect of music and nature tanggal 17 November 2014).
sounds on cancer pain and anxiety in Dian, N (2012). Pengaruh terapi musik terhadap
hospice cancer patients. Frances payne nyeri post operasi Open Reduction And
Bolton scool of nursing case western Internal Fixation
reserve university. (unpublished (ORIF) di RSUD DR. H.ABDUL
dissertation paper) MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
Davis, M. P. (2003). Cancer pain.The Mardiono, (2010). Teknik Distraksi. Posted by
Cleveland Clinic Qittun on Wedneday, October 29 2008,
Foundation.Retrieved December (www.qittun.com, diakses pada tanggal
2005,(http://www.clevelandclinicme 20 November 2014).
ded.com, diakses pada tanggal 19 Mansjoer, A. Suprohaita, Wahyu, I.W. Wiwiek. S.
November 2014). (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid
Departemen Kesehatan Repoblik II. Jakarta: Media Aesculapius
Indonesia.(2010). Profil Kesehatan

26
Nilson, U. (2009). Caring Musik: Musik _2436.aspx, diakses pada tanggal 20
Intervention For Improved November 2014
Healt,(www.orebrollcom/se/uso/page
Nilsson, U. (2008). The anxiety and pain
(pp. 18- 34). New York: The reducing
effects of music Guilford
Press. interventions A systematic
review.

AORN Journal, 87,780-807


Wigram, A., L. (2002). The effects of
Notoatmodjo (2010).Metediologi Penelitian vibroacoustic therapy on clinical and
Kesehatan.Rineka Cipta. Jakarta non-clinical population. St. georges
Hospital Medical School London
Potter, P. A. (2006). Fundamental of
University. (unpublished Nursing :
Concepts, Process and Dissertation
Paper)
Practice.Edisi 4. Renata. Jakarta:

27
EGC.

PSIK FK UNSRAT. (2013).Panduan


Penulisan Tugas Akhir Proposal dan Skripisi.

RISKESDAS (2013).Hasil Riskesdas.


(Online),
(www.drive.google.com)diakses
tanggal 9 Oktober 2014, Jam 06.09
WITA.

Sjamsuhidayat, R., & Jong, W. (2005).Buku


Ajar Ilmu Bedah.Edisi 2, Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G.
(2006).Texbook of Medical-Surgical
Nursing.Philadelphia : Lippincott Willams &
Wilkins.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S.


(2010).Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis.Edisi ke 3.Jakarta :
Sagung Seto.

Sabri, L, & Hastono, S.P. (2007). Modul


Biostatistik Kesehatan. Jakarta :
FKM-UI.

Turk, D. C. & Flor, H. (2010). Chronic pain: A


biobehavioral perspective. In R. J.
Gatchel & D. C. Turk
(Ed.).Psychosocial factors in pain

28
3.4 ASKEP
3.4.1 Pengkajian
A. Biodata
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : laki – laki
Umur : 25 tahun
Agama : Tidak ada data
Perkerjaan : Tidak ada data
Pendidikan : Tidak ada data
Suku/bangsa : Tidak ada data Gol.Darah :-
Alamat : Tidak ada data
Tgl.Masuk RS : Tidak ada data
Tgl.Pengkajian : Tidak ada data
Diagnosa medis : fraktur femur sinistra dengan luka terbuka
No.Medrek : tidak ada data
B. Keluhan Utama/Alasan Kunjungan

Nyeri

C. Riwayat Kesehatan Saat ini


Klien datang ke IGD dengan mengeluh nyeri hebat, kesulitan menggerakan
kaki, dan terlihat pendarahan.
D. Riwayat Keshatan Dahulu
Klien tidak ada riwayat trauma
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada data
F. Riwayat Kesehatan Lain
Tidak ada data
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis (sadar penuh)
3. Tanda-tanda Vital
a) Suhu : 37OC
b) Tekanan Darah : 100/60 mmHg
c) Nadi : 112 x/menit
d) Respirasi Rate : 20 x/menit

29
4. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala dan Leher
 Kepala
Tidak ada data
 Mata
Tidak ada data
 Hidung
Tidak ada data
 Telinga
Tidak ada data
 Leher
Tidak ada data
2) Dada
Tidak ada data
3) Abdomen
Tidak ada data
4) Ekstremitas bawah
Pada saat dipalpasi terdapat bagian tulang yang menonjol pada
bagian femur sinistra dan pada saat di inspeksi terdapat fraktur
terbuka dan pendarahan.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
No. Jenis Nilai Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
1. Hb 11 gr/dl 14 – 18 gr/dl
2. Ht 40% 38,8 – 50% Normal
3. Leukosit 12.000 4.000 – 10.000
4. GDS 125 <200 Normal

2. Radiologi
Rontgen sinistra hasilnya yaitu fraktur kominutif
3. Lain-lain
1) Therapi cairan RL 28 tpm

30
2) Antibiotik cefizox 1gr IV
3) Ceterolak 30mg/8 jam IV
4) Ranitidin 50mg/12 jam
5) Terpasang spalk
I. Data Fokus
Data Subjektif Data Obejektif
 Klien mengeluh nyeri  Klien tampak lemah
hebat  Terdapat bagian tulang yang
 Klien mengeluh kesulitan menonjol
menggerakan kaki  Tulang keluar dari
 Klien mengeluh sakit permukaan kulit
kepala  Adanya perdarahan
 Adanya ruam dikulit
 Leukosit 12.000
 Hb: 11 gr/dl, Ht: 40%,
 Adanya kretitus di femur
sinistra
 luka terbuka
 terpasang spalk
 Kesadaran CM
 TTV
TD = 100/60 mmHg
HR = 112 x/menit
Suhu = 37 C
RR = 20x/menit
 GDS = 125
 CRT = <2 detik
 Rontgen sinistra terdapat
fraktur kominutip
 Klien tiba – tiba syok

31
3.4.2 Analisa Data

No Masalah Etiologi Data


1. Nyeri akut Fraktur Do :
 Terdapat bagian
Pergeseran frakmen tulang tulang yang
menonjol
Nyeri akut  Tulang keluar dari
permukaan kulit
 HR = 112 x/menit
Ds :
 Klien mengeluh
nyeri hebat
 Klien mengeluh
sakit kepala
2. Kerusakan integritas Fraktur Do :
kulit  Tulang keluar dari
Diskontinuitas tulang permukaan kulit
 Luka terbuka
Perubahan jaringan sekitar

Laserasi kulit

Kerusakan integritas kulit

3. Hambatan mobilitas fisik Fraktur Do :


 Klien tampak
Diskontinuitas tulang lemah
 Terpasang spalk
Perubahan jaringan sekitar  Terdapat bagian
tulang yang
Deformitas menonjol
 Tulang keluar dari
Gangguan fungsi ekstremitas permukaan kulit
 TTV
Hambatan mobilitas fisik TD = 100/60

32
mmHg
HR = 112 x/menit
Suhu = 37 C
RR = 20x/menit
Ds :
 Klien mengeluh
kesulitan
menggerakan kaki
4. Risiko infeksi Fraktur Do :
 Leukosit 12.000
Diskontinuitas tulang  Adanya
perdarahan
Perubahan jaringan sekitar  Adanya kretitus di
femur sinistra
Laserasi kulit  Luka terbuka
 Adanya ruam
Resiko infeksi dikulit
 TTV
TD = 100/60
mmHg
HR = 112 x/menit
Suhu = 37 C
RR = 20x/menit

5. Risiko syok Fraktur Do :


 Adanya
Diskontinuitas tulang perdarahan
 Luka terbuka
Perubahan jaringan sekitar  Klien tiba – tiba
syok
Laserasi kulit  HR = 112 x/menit
 Hb: 11 gr/dl, Ht:
Putus vena/ arteri 40%,
 CRT = <2 detik
Perdarahan

33
Kehilangan volumi cairan

Resiko syok (hipovolemik)

3.4.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, edema, cidera jaringan
lunak ditandai dengan klien mengeluh nyeri hebat, klien mengeluh sakit kepala,
terdapat bagian tulang yang menonjol, tulang keluar dari permukaan kulit dan HR
= 112 x/menit.
2. Kerusakan interitas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka ditandai dengan
tulang keluar dari permukaan kulit dan luka terbuka.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular,
nyeri ditandai dengan klien mengeluh kesulitan menggerakan kaki, klien tampak
lemah, terpasang spalk, terdapat bagian tulang yang menonjol, dan tulang keluar
dari permukaan kulit.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun
ditandai dengan Leukosit 12.000, adanya perdarahan, adanya kretitus di femur
sinistra, luka terbuka dan adanya ruam dikulit.
5. Resiko syok berhubungan dengan kehilangan volume darah akibat trauma
(fraktur) ditandai dengan klien tiba – tiba syok, adanya perdarahan, luka terbuka,
HR = 112 x/menit dan Hb: 11 gr/dl, Ht: 40%,

3.4.4 Rencana Asuhan Keperawatan


Nama : Tn. A
Umur : 25 Tahun
Dx. Medis : Fraktur femur sinistra dengan luka terbuka

No Dx. Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Nyeri akut NOC  Lakukan pengkajian  Untuk
 Pain level nyeri secara mengetahui
 Pain control komprohensif secara
 Comfort level termasuk lokasi, komprehensip
Kriteria Hasil: karakteristik, durasi, termasuk lokasi,

34
 Mampu frekuensi, kualitas karakteristik,
mengontrol dan faktor presipitasi durasi,
nyeri  Observasi reaksi frekuensi,
 Melaporkan nonverbal dari kualitas dan
bahwa nyeri ketidaknyamanan. faktor
berkurang  Gunakan teknik presipitasi
dengan komunikasi  Untuk
menggunakan terapeutik untuk mengetahui
manajemen mengetahui adanya reaksi
nyeri pengalaman nyeri nonverbal dari
 Mampu pasien. keyidaknyaman
mengenali  Kaji kultur yang an
nyeri mempengaruhi  Untuk
 Menyatakan respon nyeri. mengetahui
rasa nyaman  Gunakan tekhnik pengalaman
setelah nyeri relaksasi dengan nyeri pasien
berkurang tarik nafas dalam  Untuk
 Evaluasi pengalaman mengetahui
nyeri masa lampau kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
 Untuk
mengurangi
rasa nyeri
 Untuk
mengevaluasi
pengalaman
nyeri masa lalu
2. Kerusakan  Tissue  Jaga kebersihan kulit  Untuk menjaga
integritas kulit Integrity: Skin agar tetap bersih dan kebersihan kulit
and mucous kering agar tetap
 Membranes  Monitor kulit akan bersih dan
 Hemodyalis adanya kemerahan kering
akses  Bersihkan, memantau  Untuk
Kriteria Hasil: dan meningkatkan mengetahui

35
 Integritas kulit proses penyembuhan adanya
yang baik bisa pada luka yang kemerahan
dipertahankan ditutup dengan pada kulit
tidak ada luka/ jahitan, klip atau  Untuk
lesi pada kulit straples meningkatkan
 Perfusi  Monitor proses proses
jaringan baik kesembuhan area penyembuhan
 Menunjukkan insisi luka
pemahaman  Monitor tanda dan  Untuk
dalam proses gejala infeksi mengetahui
perbaikan kulit kesembuhan
dan mencegah area insisi
terjadinya  Untuk
cedera mengetahui
berulang adanya tanda
 Mampu dan gejala
melindungi infeksi
kulit dan
mempertahank
an
kelembaban
kulit dan
perawatan
alami
3. Hambatan  Joint  Monitoring vital sign  Untuk
mobilitas fisik movement : sebelum/sesudah mrengetahui
active latihan dan lihat vital sign
 Mobility level respon pasien saat sebelum/sesuda
 Self care : latihan h latihan dan
ADLs  Konsultasikan lihat respon
 Transfer dengan terapi fisik pasien saat
performance tentang rencana latihan
Kriteria hasil : ambulasi sesuai  Untuk
 Klien dengan kebutuhan merencanakan
meningkat  Ajarkan pasien atau terapi fisik

36
dalam aktifitas tenaga kesehatan tentang
fisik lain tentang teknik ambulasi sesuai
 Mengerti ambulasi dengan
tujuan dari  Kaji kemampuan kebutuhan
peningkatan pasien dalam  Untuk
mobilitas mobilisasi mengajarkan
 Memverbalisa  Damping dan bantu tekhnik
sikan pasien saat ambulasi
perasaan mobilisasi dan bantu  Untuk
dalam penuhi kebutuhan mengetahui
meningkatkan ADLs ps. kemampuan
kekuatan dan  Ajarkan pasien pasien dalam
kemampuan bagaimana merubah mobilisasi
berpindah posisi dan berikan  mendampingi
 Memperagaka bantuan jika pasien saat
n penggunaan diperlukan mobilisasi dan
alat membantu
 Bantu untuk memenuhi
mobilisasi kebutuhan
(walker) ADLs
 untuk
mengajarkan
bagaimana
merubah posisi
dan
memberikan
bantuan jika
diperlukan
4. Resiko infeksi  Immune status  Bersihkan lingkungan  Untuk menjaga
 Knowledge: setelah dipakai kebersiahan
Infecion pasien lain lingkungan
control  Intruksikan pada pasien
 Risk control pengunjung untuk  Agar tidak
Kriteria Hasil: mencuci tangan saat terjadi infeksi
 Kriteria bebas berkunjung dan silang

37
dari tanda dan setelah berkunjung  Agar perawatan
gejala infeksi meninggalkan pasien luka tidak
 Menunjukkan  Lakukan perawatan terinfeksi
kemampuan luka pada luka  Untuk
untuk terbuka mengetahui
mencegah  Monitor leukosit jumlah leukosit
timbulnya dalam batas
infeksi normal
 Jumlah
leukosit dalam
batas normal
 Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
5. Rsiko syok  Syok  Monitor status  Untuk
(hipovolemik ) prevention sirkulasi BP, warna mengetahui
 Syok kulit, suhu kulit, sirkulasi BP,
management denyut jantung, HR, warna kulit,
Kriteria hasil: dan ritme, nadi suhu kulit,
 Nadi dalam prefer, dan kapiler denyut jantung,
batas yang refil HR, dan ritme,
diharapkan  Monitor tanda awal nadi prefer, dan
 Irama jantung syok kapiler refil
dalam batas  Pantau nilai labor:  Untuk
yang HB, HT, AGD, dan mengetahui
diharapkan elektrolit tanda awal syok
 Frequensi  Berikan cairan IV  Unruk
nafas dalam  Ajarkan keluarga dan mengetahui
bats yang pasien tentang tanda hasil
diharapkan dan gejala datangnya laboratorium
 Irama syok  Untuk
pernafasan memenuhi
dalam batas kebutuhan
yang tubuh
diharapkan  Untuk

38
Hidrasi mengajarkan
Indicator : keluarga dan
 Demam tidak pasien tentang
ditemukan tanda dan
 TD dbn gejala
 Hematocrit datangnya syok
dbn

3.4.5 Implementasi Keperawatan


Nama : Tn.A
Umur : 25 Tahun
Dx Medis : Fraktur femur sinistra

No Tanggal Dx Keperawatan Implementasi/Tindakan Nama/Paraf


1. Nyeri akut b.d  Melakukan pengkajian nyeri secara
gerakan fragmen komprohensif termasuk lokasi,
tulang, edema, karakteristik, durasi, frekuensi,
cidera jaringan lunak kualitas dan faktor presipitasi
 mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
 menggunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
 menkaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
 menggunakan tekhnik relaksasi
dengan tarik nafas dalam
 mengevaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
2. Kerusakan interitas  menjaga kebersihan kulit agar tetap
kulit b.d fraktur bersih dan kering
terbuka  Memonitor kulit akan adanya
kemerahan
 Membersihkan, memantau dan

39
meningkatkan proses penyembuhan
pada luka yang ditutup dengan
jahitan, klip atau straples
 Memonitor proses kesembuhan area
insisi
 Memonitor tanda dan gejala infeksi
3. Hambatan mobilitas  Memonitoring vital sign
fisik b.d kerusakan sebelum/sesudah latihan dan lihat
rangka respon pasien saat latihan
neuromuscular, nyeri  Mengkonsultasikan dengan terapi
fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
 Mengajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
 Mengkaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
 Mendamping dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
 Mengajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan bantuan
jika diperlukan
4. Resiko infeksi b.d  Membersihkan lingkungan setelah
trauma, imunitas dipakai pasien lain
tubuh primer  Mengintruksikan pada pengunjung
menurun untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
 Melakukan perawatan luka pada luka
terbuka
 Memonitor leukosit
5. Resiko syok b.d  Memonitor status sirkulasi BP, warna
kehilangan volume kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR,
darah akibat trauma dan ritme, nadi prefer, dan kapiler

40
(fraktur) refil
 Memonitor tanda awal syok
 memantau nilai labor:
HB, HT, AGD, dan elektrolit
 memberikan cairan IV
 mengajarkan keluarga dan pasien
tentang tanda dan gejala datangnya
syok

3.4.6 Evaluasi Keperawatan

Dx. Tanggal/ Evaluasi (SOAP) Paraf


Keperawatan Waktu
Nyeri akut b.d S = klien mengatakan sudah tidak nyeri
gerakan O = klien tampak membaik
fragmen tulang, A = Masalah teratasi
edema, cidera P = Hentikan intervensi
jaringan lunak
Kerusakan S = klien mengatakan kulitnya tidak
interitas kulit terasa sakit
b.d fraktur O = kulit pasien tampak membaik
terbuka A = Masalah teratasi
P = Hentikan intervensi
Hambatan S = klien mengatakan sudah bisa
mobilitas fisik menggerakan kakinya
b.d kerusakan O = klien tampak membaik, bisa
rangka menggerakan kakinya
neuromuscular, A = Masalah teratasi
nyeri P = Hentikan intervensi
Resiko infeksi S=
b.d trauma, O = klien tampak membaik, leukosit
imunitas tubuh normal
primer A = Masalah teratasi
menurun P = Hentikan intervensi

41
Resiko syok S=
b.d kehilangan O = klien sudah tampak membaik, tidak
volume darah terlihat syok
akibat trauma A = Masalah teratasi
(fraktur) P = Hentikan intervensi

42
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Penyebabnya
yaitu :
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.

4.2 Saran
1. Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.
2. Sebaiknya pasien mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan
luka

43
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J.2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Nanda Nic Noc. Jogjakarta: Penerbit Mediaction
Piblishing Jogjakarta
Syamsuhidayat. 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses –
proses Penyakit, ed.6, volume 1&2. EGC. Jakarta, hal :1117-1119

44

Anda mungkin juga menyukai