Anda di halaman 1dari 7

A.

Sistem Hukum

) siste

berkena

manaf

dan, (2

berting

tinggi

norma

norma

Dalam kenyataan setiap hukum termasu ke dalam suatu

sistem hukum. "Sistem" berarti suatu kesatuan dari bagian-

bagian yang membentuk sistem tersebut. Peraturan-peraturan

hukum dari suatu negara membentuk sistem hukum negara

bersangkutan Dengan kata lain, sistem hukum adalah kesatuan

dari keseluruhan peraturan hukum dalam lingkup tertentu.

Sistem hukum ada yang mempunyai lingkup terbatas dan ada

yang mempunyai lingkup luas. Sistem hukum suatu negara adalah

kesatuan dari keseluruhan peraturan-peraturan hukum dalam

negara yang bersangkutan. Contohnya sistem hukum Indonesia

adalah kesatuan dari keseluruhan peraturan-peraturan hukum di

Indonesia. Lebih sempit dari ini, misalnya sistem hukum perdata

negara tertentu, sedangkan lebih luas dari suatu negara adalah

sistem hukum internasional.

Dalam kaitannya dengan sistem hukum, penting dikemukakan

pandangan Hans Kelsen yang juga dinamakan teori sistem. Dalam

pandangan Hans Kelsen, suatu sistem hukum adalah suatu

hierarki dari norma-norma, di mana norma-norma bertingkat

lebih tinggi mengatur penciptaan atas norma-norma bertingkat

bih rendah. Dua hal yang dikemukakan dalam kalimat ini, yaitu:
(1) sistem hukum adalah suatu hierarki dari norma-norma. Ini

berkenaan dengan tata urutan peraturan perundang-undangan di

mana peraturan-peraturan tersebut dibagi

atas

beberapa tingkat;

dan, (2) norma bertingkat lebih tinggi mengatur penciptaan norma

bertingkat lebih rendah. Dalam hal ini, norma bertingkat lebih

tinggi memiliki fungsi pemberian kekuasaan untuk menciptakan

norma-norma bertingkat lebih rendah. Sebagai contoh, norma

norma dalam undang-undang memiliki fungsi pemberian

kekuasaan untuk penciptaan norma-norma dalam Peraturan

Pemerintah.

Kata "sistem" adakalanya digunakan dalam arti yang lebih

sempit lagi dari suatu bidang hukum. Dalam peristilahan hukum

perdata, dikenal adanya istilah "sistem terbuka" dan "sistem

tertutup":. Sistem terbuka adalah sistem yang terbuka untuk

tambahan-tambahan yang dilakukan oleh para pihak. Sistem

tertutup adalah sistem yang bersifat membatasi limitatif), yaitu

tidak menerima tambahan yang hendak dimasukkan oleh para

pihak.

Sistem terbuka terutama dianut oleh Hukum Perjanjian.

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menentukan bahwa, "Semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya". Dari kata "semua" berarti orang

dapat membuat perjanjian dalam bentuk apa saja, dan sifatnya

terbuka; asalkan dibuat secara sah dengan memenuhi syarat-syarat

sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu;


4. Suatu sebab yang halal.

R.Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Jakarta: Pradnya Paramita, cet ke-27, 1995), hlm. 285 Commented [1]:

Sistem tertutup dianut oleh bagian-bagian hukum yang

merupakan hukum publik. Contohnya, hak-hak atas tanah telah

ditentukan dan dibatasi macamnya oleh Undang-undang Pokok

Agraria. Hak-hak atas tanah menurut Pasal 16 ayat (1) UUPA

yaitu:

hak milik:

hak guna usaha;

3. hak guna bangunan;

4. hak pakai;

5. hak sewa;

hak membuka tanah;

7. hak memungut hasil hutan;

8. hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di

atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak

hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam

Pasal 53.

Penyebutan hak-hak tersebut bersifat membatasi limitatif)

dalam arti tidak ada hak lain atas tanah selain yang telah

disebutkan dalam Pasal 16 UU No. 5 Tahun 1960 tersebut.

B. Sistem Hukum Indonesia

Sistem hukum Indonesia adalah kesatuan dari keseluruhan

peraturan-peraturan hukum di Indonesia. Dari sudut materi


hukum, sistem hukum Indonesia merupakan suatu sistem hukum

yang terbentuk dari:

1. Bagian-bagian tertentu dari hukum Adat. Apa

dinamakan hukum Adat itu sendiri amat beraneka ragam

Definisi Hukum Adat menurut . van Vollenhoven Oriental

anah

C. van Vollenhoven membaginya atas 19 (sembilan belas)

lingkaran hukum (rechtskring). dimana masing-masing

lingkaran hukum ini masih terbagi lagi atas kukuban-kukuban

hukum (Bld.: rechtsgouw).

2. Bagian-bagian tertentu dari hukum Islam. Menurut Pasal 49

Undang-Undang tentang Peradilan Agama (Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 juncto (dihubungkan dengan) Undang

Undang Nomor 3 Tahun 2006, pengadilan agama bertugas

dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama

Islam di bidang: a) perkawinan; b) waris; c) wasiat; d) hibah;

tersebo

serta

-kan dah

(limita

ang ta

ebut

seluruh
ut m

himpunan peraturan tentang perilaku yang berlaku bagi orang-orang

Pribumi dan Timur Asing pada satu pihak mempunyai sanksi (karenanya

bersifat "hukum") dan pada pihak lain berada dalam keadaan yang tidak

dikodifikasikan (karenanya "adat").

$19 lingkaran hukum adat, yaitu: 1) Aceh (residensi Aceh di luar tanah

Gayo dan Alas): 2) Tanah Gayo, Alas dan Batak; 3) Daerah Minangkabau;

4) Sumatera Selatan; 5) Daerah Melayu (residensi Sumatera Timur di

Apa

luar bagian-bagiannya yang penghuninya suku bangsa Batak, kepulauan

Riau-Lingga dengan termasuk di dalamnya semenanjung Malaya): 6)

Bangka dan Belitung: 7) Kalimantan di luar wilayah Inggris; 8) Minahasa; 9)

Daerah Gorontalo; 10) Sulawesi Selatan (termasuk juga pesisir barat yang

bersifat Bugis): 11) Daerah Toraja; 12) Kepulauan Ternate: 13) Ambon dan

sekitarnya (Seram, Buru dan sebagainya); 14) Irian Barat; 15) Timor, di luar

daerah Portugis, dan sekitarnya; 16) Bali, Lombok; 17) Pertengahan Jawa,

Jawa Timur dan Madura; 18) Daerah Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta

dahulu; 19) Jawa Barat (Sudiman Kartohadiprodjo, 1979. Pengantar Tata

Hukum di Indonesia. Jilid 1, Jakarta: PT Pembangunan-Ghalia Indonesia,

cet.ke 19), hlm. 161.

Cornelis van Vollenhoven (1874-1933), ahli hukum Belanda, yang

pernah dua kali berkunjung ke Hindia Belanda yaitu di tahun 1907 dan

1923. Tahun 1901 (di usia 27 ahun) diangkat sebagai guru besar Hukum

Adat Hindia Belanda di Universitas Leiden. Banyak berkarya dalam

bidang Hukum Adat, antara lain Het Adatrecht van Nederlandsch Indie yang

terdiri atas beberapa jilid dan menjadi karya standar dalam Hukum Adat,

sehingga di Indonesia ia diakui sebagai Bapak Hukum Adat.


5-Sistem dan Klasifikasi Hukum

e) wakaf ) zakat &) infaq: h) shadaqah; dan )ekonomi

Bagian-bagian tertentu dari hukum Barat Yan

dengan hukum Barat di sini adalah hukum yang di masa

Hindia Belanda dibawa oleh Belanda ke Indonesia dan

terutama diberlakukan untuk golongan Eropa. Jadi,

pengertian hukum Barat sehubungan dengan sistem

hukum Indonesia, bukan hukum yang berlaku di negara

negara seperti Amerika Serikat, dan sebagainya, melainkan

mempunyai pengertian yang khusus, yaitu sebagai hukum

yang dahulu dibawa dan diberlakukan di Indonesia oleh

bangsa Belanda. Ini antara lain Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Di masa Hindia Belanda.

KUHPerdata ini telah diperluas berlakunya untuk golongan

penduduk atau bagian golongan penduduk di luar golongan

penduduk Eropa. Sesudah Indonesia merdeka juga ada

diterbitkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3/1963

perihal: gagasan menganggap Burgerlijk Wetboek tidak sebagai

undang-undang. Konsekuensinya rumusan-rumusan dari

pasal-pasal KUHPerdata dapat digunakan oleh semua

penduduk di Indonesia dengan sejumlah pengecualian

4. Peraturan perundang-undangan nasional. Peraturan

perundang-undangan nasional adalah peraturan perundang

undangan yang dibuat oleh pembentuk undang-undang

Indonesia sendiri.

Ind

Inc
Masing-masing dari hukum Adat, hukum Islam dan hukum

Barat itu sebenarnya merupakan sistem hukum tersendiri.

Contohnya, hukum Islam merupakan suatu sistem hukum yang

telah mengatur secara menyeluruh berbagai bidang hukum, yang

mencakup ketatanegaraan, perdata, pidana, dan sebagainya.

Tetapi, hanya bagian-bagian tertentu dari hukum Islam yang

merupakan bagian dari sistem hukum Indonesia. Hukum pidana

72

Pengantar ilmu Hukum

Islam misalnya, tidak merupakan bagian dari sistem hukum

Indonesia.

Dari sudut bidang (lapangan) hukum, sistem hukum

Indonesia mencakup sejumlah bidang (lapangan) hukum, antara

Jain hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum

perdata, hukum dagang, hukum pidana, hukum acara perdata,

hukum acara pidana, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai