Anda di halaman 1dari 4

NAMA : AGUS ARIARTA

NIM :1904551036

MATA KULIAH : HUKUM DAN KEBUDAYAAN

KELAS :A

1. NILAI BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN HUKUM

Pembentukan suatu hukum dalam masyarakat sangat ditentukan oleh kebudayaan yang
hidup dalam suatu masyarakat tersebut. Hal itu terjadi karena masyarakat memiliki kebudayaan
yang sudah dipegang sejak lama, jadi jika ada suatu hal yang melanggar nilai-nilai
kebudayaannya hal tersebut akan dianggap melanggar hukum. Jadi masyarakat sebenarnya
membentuk hukum untuk melindungi kebudayaan-kebudayaan positif yang dimilikinya.
Menurut FK Von Savigny, yang menjelaskan, bahwa hukum merupakan perwujudan dari
kesadaran hukum masyarakat. Selanjutnya dikemukakan bahwa semua hukum berasal dari adat
istiadat dan kepercayaan, bukan dari pembentuk undang-undang. Melalui pandangan tersebut
Savigny Ingin menunjukan pentingnya hukum dihubungkan dengan struktur masyarakat
pendukungnya serta sistem nilai budaya yang terdapat dalam masyarakat. Dengan demikian
dapat dikemukakan mengapa dalam pembentukan hukum harus mengandung wawasan budaya,
karena:

a. Hukum akan efektif karena telah sesuai dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam
masyarakat, sehingga hukum dapat memenuhi rasa keadilan, kebenaran, dan
kepatutan dalam masyarakat
b. Hukum akan dapat diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan harkat dan
martabat manusia memupuk kepribadian dan moral bangsa, karena telah sejalan
dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
2. NILAI BUDAYA DALAM PENEGAKAN HUKUM

Penegakan hukum dalam masyarakat sangat bergantung pada budaya yang melekat dalam
masyarakat itu sendiri. Suatu hukum tidak akan bisa ditegakan dengan baik apabila masih ada
budaya yang berlawanan dengan hukum itu sendiri. Begitupula jika suatu hukum sangat sesuai
dengan kebudayaan masyarakat maka hukum tersebut tidak akan sulit untuk ditegakan karena
sudah sesuai dengan nilai-nilai yang sudah hidup dalam masyarakat. Namun, kebudayaan yang
bertentangan dengan hukum belum tentu akan bertahan selamanya. kebudayaan yang
menghambat penegakan hukum bisa diubah oleh pihak ketiga seperti pemerintah secara perlahan
dimulai dari hal-hal kecil dalam masyarakat, maka cepat atau lambat budaya yang menghambat
penegakan hukum akan hilang dengan sendirinya karena kebudayaan dalam masyarakat itu
sendiri sudah berubah.

3. KEPUTUSAN PENGUASA BERLAKU BAGI PERISTIWA YANG SAMA DI


MASA YANG AKAN DATANG

Apa yang dimaksud dengan keputusan penguasa berlaku bagi peristiwa yang sama di
masa yang akan datang adalah jika terjadi suatu peristiwa yang mengharuskan pemerintah
mengeluarkan kebijakan khusus untuk mengatasi peristiwa tersebut yang di mana kebijakan itu
memiliki jangka waktu berlaku yang panjang. Jika di masa yang akan datang terjadi peristiwa
serupa pemerintah tidak lagi mengeluarkan kebijakan baru tapi akan menggunakan kebijakannya
terdahulu. Contohnya adalah Yurisprudensi dalam pengadilan. Yurisprudensi adalah keputusan-
keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi suatu perkara yang tidak diatur di dalam UU
dan dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaian suatu perkara
yang sama.

4. KESADARAN HUKUM MASYARAKAT MENGARAH PADA TINDAKAN


YANG BAIK

Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan, atau perintah dari
luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Kesadaran hukum juga dapat dikatakan sebagai
kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai, peran dan fungsi hukum itu sendiri. Kesadaran
hukum mendorong masyarakat menaati hukum tidak semata-mata karena takut akan sanksi yang
diberikan oleh hukum itu. Namun, masyarakat menaati hukum karena percaya bahwa tujuan
hukum adalah menjaga keamanan, kenyamanan, dan ketertiban dalam masyarakat yang dimana
akan menguntungkan masyrakat itu sendiri jika tujuan hukum bisa ditegakan. Ketaatan akan
hukum akan menyebabkan masyarakat melakukan tindakan yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku dan menghindari larangan-larangannya maka dari sini akan timbul perilaku masyarakat
yang mengarah pada tindakan-tindakan baik dalam artiannya patuh terhadapa hukum. Jadi benar
adanya bahwa kesadaran hukum mendorong terjadinya ketaatan hukum dan mengarahkan
masyarakat kepada tindakan yang baik.

5. UPAYA PENINGKATAN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT

Kesadaran hukum harus didasari dengan pengetahuan apa itu hukum. Jika seseorang tak
tahu apa itu hukum ia tentu saja tak bisa menjalankan hukum sebagai mana mestinya. Ia mesti
tahu bahwa hukum adalah hal penting untuk masyarakat karena hal itu melindungi masyarakat
dari keadaan tak berhukum. Selanjutnya adalah kesadaran tentang kewajiban hukum kita
terhadap orang lain. Hal itu juga penting karena itu akan bisa membuat hukum berjalan sebagai
mana mestinya. Ketika seseorang tahu apa yang boleh dan tak boleh ia lakukan pada orang lain,
dan sadar bahwa akan ada ganjaran dari setiap hal yang ia lakukan, baik atau pun tidak baik,
mereka akan secara otomatis memiliki kesadaran hukum. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya taat hukum, antara lain:

1) Tindakan
Hal ini menjadi salah satu cara utama dan pertama untuk menanamkan kesadaran hukum pada
masyarakat. Tindakan bisa dalam bentuk hukuman jika melanggar hukum, dan penghargaan
bagi yang menaati hukum. Jadi hukum harus ditegakkan sebagaimana mestinya jika ingin
terwujud kesadaran hukum masyarakat.
2) Pendidikan
Segala hal tentang pengetahuan, pemahaman, kesadaran hukum orang lain, dan menerima
hukum, harus disampaikan dengan cara yang tepat. Pendidikan adalah salah satu cara yang
tepat untuk menyampaikannya. Hal ini tentunya bisa dimulai dari lingkaran keluarga, lalu ke
sekolah dan baru kemudian ke masyarakat secara luas.
3) Kampanye
Kampanye juga merupakan salah satu bentuk pengenalan terhadap hukum. Ketika seseorang
mengenal tentang hukum, ganjarannya ketika mereka melanggar dan penghargaan yang mereka
dapatkan ketika mereka mentaati, maka mereka akan bisa memiliki kesadaran atas hukum itu
sendiri.
4) Keteladanan
Keteladanan menjadi unsur penting untuk menumbuhkan kesadaran hukum dimasyarakat.
Seringkali kesadaran hukum masyarakat sulit tumbuh karena tiadanya keteladanan dari para
pemimpin atau aparatur penegak hukumnya sendiri.

Sebagai contoh ketika ada larangan untuk merokok di ruang ber AC, maka jajaran
pimpinan dan pihak kompeten harus memberikan keteladanan agar masyarakat bisa
mengikutinya. Karena dalam banyak hal perilaku masyarakat itu mencontoh apa yang dilakukan
oleh tokoh / orang yang menjadi panutan.

Anda mungkin juga menyukai