Riska Effendi,1 Dra. Hj. Wawat Suryati, M.Pd.,2 Putut Wisnu Kurniawan, M.Pd.3
STKIP PGRI Bandar Lampung
1Riskaeffendi64@gmail.com, 2Wawatsuryati@gmail.com, 3Pututbukan@gmail.com
3
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.
masa Hindia Belanda, terdapat cucu dari Sri Paku Alam III, sedangkan
beberapa jenjang sekolah yang ayahnya bernama, K.P.H. Suryaningrat
didirikan yaitu sekolah rendah, sekolah dan ibunda Suwardi bernama Raden
menengah, sekolah tinggi, sekolah Ayu Sandiyah yang merupkan buyut
kejuruan, dan sekolah guru. Pendidikan dari Nyai Ageng Serang Seorang
pada masa penjajahan Belanda pada keturunan dari Sunan Kalijaga.
awalnya hanya didigunakan untuk (Suparto Rahardjo,2015:9)
memenuhi kebutuhan bangsa Belanda
di Indonesia. METODE
Metode Penelitian
Pendidikan pada Masa Penjajahan Dalam Pelaksanaan penelitian terutama
Jepang penelitian ilmiah adalah salah satu
Pendidikan pada masa kedudukan faktor penting dalam menentukan
Jepang hampir setiap hari hanya diisi berhasil tidaknya penelitian yang
dengan kegiatan latihan perang atau dilaksanakan tersebut. Penelitian
bekerja, jika ada kegiatan sekolah hal sejarah merupakan penelitian yang
tersebut tidak jauh dengan konteks tergolong “metode historis”, yaitu
Jepang sedang berperang. Kegiatan metode penelitian yang khusus
yang dikatakan berhubungan dengan digunakan dalam penelitian sejarah
sekolah tersebut antara lain melalui tahapan tertentu. Penerapan
mengumpukan batu dan pasir untuk metode hitoris menempuh tahapan-
kepentingan perang, membersihkan tahapan kerja, yakni heuristik, kritik,
bengkel-bengkel dan asrama militer, interprestasi, dan penyajian yang di
menanam umbi-umbian dan sayur- kemukakan oleh Noto Susanto
sayuran di pekarangan sekolah untuk (1971:17). Metode sejarah mempunyai
persedian dan bahan makanan, serta empat langkah yaitu: 1. heuristik 2.
menanam pohon jarak untuk bahan kritik 3. interprestasi 4. historiografi
pelumas.Sebenarnya tujuan pendidikan
Jepang tidaklah banyak yang dapat Heuristik
diuraikan sebab murud disibukkan Menurut Noto Susanto (1971;18)
dengan peprangan sehingga perhatian heuristik berasal dari bahasa Yunani
terhadap pendidikan sangat sedikit. heuriskein, artinya sama dengan to find
(Muhammad Rifa’i, 2011:83). yang berati tidaknya menemukan
tetapi mencari dahulu. Pada tahap ini,
Biografi Ki Hajar Dewantara kegiatan diarahkan pada penjajakan,
Kihajar Dewantara lahir di Yogyakarta, pencarian dan pengumpulan sumber-
2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas sumber yang akan di teliti , baik yang
Suwardi Suryanngrat. Ia berasal dari terdapat di lokasi penelitian, temuan
lingkungan keluarga keraton, tepatnya benda maupun sumber lisan.
Pura Pakualam, Yogyakarta. Raden Mas
Suwardi Suryaningrat adalah gelar Kritik
kebangsawanan Jawa yang otomatis Kritik dilakukan oleh sejarawan jika
melekat pada seorang laki-laki sumber-sumber sejarah telah
keturunan ningrat dari keturunan dikumpulkan. Tahapan kritik tentu
kedua hingga ketujuh dari raja atau memiliki tujuan tertentu dalam
pemimpin yang terdekat secara silsilah pelaksanaannya. Salah satunya adalah
yang pernah memerintah, gelar ini otentitas (authenticity). Menurut Lucey
dipakai oleh semua kerajaan di Jawa (1984:47) dalam Sjamsuddin (catatan
pewaris Mataram. Suwardi merupakan harian, surat buku) autentik atau asli
4
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.
6
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.
organisasi atau partai Politik yang kebangsaan kepada peserta didik agar
menentang Pemerintah Kolonial. mereka mencintai bangsa dan tanah air
Semua generasi Indonesia yang belajar dan berjuang untuk memperoleh
di HIS dibentuk sedemikian rupa agar kemerdekaan. Kondisi ini tentu
sedapat mungkin tidak menjadi menjadi ancaman bagi Pemerintah
pemimpin bagi bangsanya, tapi menjadi Kolonial. Semakin banyak orang yang
pegawai, kuli, dan buruh Pemerintah belajar dan tamat dari Perguruan
Kolonial. Itu berarti upaya sistematik Taman Siswa, semakin banyak generasi
untuk menjinakkan semangat juang Indonesia yang berani menentang dan
generasi Indonesia,baik dalam bidang melawan kebijakan politik Pemerintah
politik maupun jurnalistik. Kolonial. Artinya, semakin banyak
generasi yang siap menjadi pemimpin,
Ki Hajar Dewantara memahami betul paling kurang untuk dirinya sendiri,
ke mana arah pendidikan pemerintah kelompok-kelompok sosial seperti
Kolonial itu. Maka ia bercita-cita “Paguyuban Selasa Kliwon.
meningkatkan kesadaran generasi
muda untuk menegaskan derajat dan Asas Taman Siswa
martabat bangsanya. Ia yakin, jika Ki Hajar Dewantara menyebutkan tujuh
generasi Indonesia pada masa itu asas Taman Siswa yaitu:
cerdas maka mereka akan menjadi 1. Mengatur Diri Sendiri Hak
pembangun kesadaran bangsa untuk mengatur diri sendiri bersama
bangkit berjuang melawan segala dengan tertib dan damai (orde
bentuk penindasan dan merebut envrede) dan bertumbuh menurut
kemerdekaan. kodrat (natuurlijke grui). Ketiga hal
ini merupakan dasar alat
Terdorong oleh cita-cita itu, Ki Hajar pendidikan bagi anak-anak yang
Dewantara yang telah mengenal dunia disebut metode among.
pengajaran dan pendidikan selama satu 2. Kemerdekaaan Batin, Pikiran, dan
tahun di sekolah Adi Dharma, tenaga bagi anak-anak
memutuskan untuk mendirikan sebuah Pengajaran berarti mendidik anak
perguruan yang cocok untuk mendidik untuk mencari sendiri ilmu
generasi Indonesia Maka pada tanggal pengetahuan yang perlu dan baik
3 Juli 1922 didirikanlah sebuah untuk lahir, batin, dan umum. Oleh
perguruan di Yogyakarta dan dikenal karen itu, guru tidak dibenarkan
sebagai Perguruan Taman Siswa. untuk selalu memberi ilmu
Perguruan ini kemudian segera pengetahuan, tetapi juga harus di
berkembang luas ke banyak tempat di usahakan bahwa guru mampu
pulau Jawa dan luar Jawa: Sumatera, mendidik anak- anak untuk
Bali, Sulawesi, Kalimantan dan Ambon. mandiri dan merdeka.
3. Kebudayaan Sendiri
Kelahiran Perguruan Taman Siswa jelas Kebudyaan sendiri dimaksudkan
menjadi tandingan bagi sekolah- sebagai penunjuk jalan untuk
sekolah milik Pemerintah Kolonial. mencari penghidupan baru yang
Perguruan Taman Siswa ini sangat selaras dengan kodrat bangsa yang
menekankan pendidikan rasa akan dapat memberi kedamaian
7
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.
dalam hidup bangsa. Asas ini juga kemanusiaan, (4) dasar kebudayaan,
mengandung makna pendidikan dan (5) dasar kodrat alam.
yang tidak boleh memisahkan
orang-orang terpelajar dari Eksistensi Taman Siswa Pada Masa
rakyatnya. Kolonial
4. Pendidikan yang Merakyat Eksistensi Perguruan Taman Siswa
Pendidikan dan pengajaran harus dirasakan Pemerintah Kolonial mulai
mengena rakyat secara luas. Hanya menjadi ancaman bagi mereka. Oleh
dengan cara itulah ketertinggalan karena itu, mereka mulai mencari-cari
masyarakat pribumi dapat alasan untuk menutup perguruan ini.
dihilangkan. Tidak sedikit rintangan yang dihadapi
dalam membina Taman Siswa.
5. Percaya Kepada Kekuatan Sendiri Pemerintah kolonial Belanda berupaya
Ini adalah asa yang penting bagi merintanginya dengan mengeluarkan
semua oarang yang ingin mengejar Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober
ketertinggalannya dan meraih 1932.
kemerdekan hidup dan itu dapat
terwujud melalui kerja yang Salah satu pasal dalam undang-undang
berasal dari kekuatan sendiri. tersebut dipandang Ki Hajar Dewantara
6. Membelanjai Diri Sendiri mengancam eksistensi sekolah-sekolah
(zelfbedruipingssysteem) swasta sebab berbunyi bahwa
Pada asas ini segala usaha untuk Pemerintah Kolonial mempunyai
perubahan harus meggunakan kekuasaan penuh untuk mengurus ujud
biaya sendiri. dan isi sekolah swasta. Itu berarti
7. Keihlasan dari Para Pendidik dan seluruh aktivitas sekolah swasta dan
Pengajar dalam Mendidik Anak- instrumen-instrumennya diatur oleh
anak Pemerintah Belanda. Ki Hajar
Hanya dengan kesucian hati dan Dewantara tentu merasa keberatan
keterikstsn lahir dan batiniah terhadap kebijakan ini sebab
usaha pendidikan dan pengajaran membatasi secara sepihak setiap
dapat berhasil. aktivitas sekolah swasta. Kebijakan
Tujuh asas Taman Siswa sesungguhnya tersebut bahkan dapat secara sepihak
merupakan pengalaman dan pula menghentikan seluruh aktivitas
pengetahuan beliau tentang pendidikan sekolah swasta atau memutuskan
Barat yang mengusahakan kebahagian kelangsungannya. Artinya, sekolah
diri, bangsa, dan kemanusiaan. Adapun swasta selain menderita karena tidak
dasar Taman Siswa yang dinayatakan mendapatkan subsidi dari Pemerintah
pada tahun 1947 yang merupakan Kolonial, juga dapat gulung tikar.
susunan dasar yang memuat perincian Menanggapi keresahan keluarga besar
dasar-dasar yang terpakai dalam Taman Siswa terhadap Undang Undang
Taman siswa. Dasar Taman Siswa Sekolah Liar tersebut.
terkenal dengan nama “Panca Dharma”
yang memuat (1) dasar kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara pada intinya
(2) dasar kebangsaan, (3) dasar menandaskan perlunya perlawanan
dengan kekuatan tenaga secara aktif
8
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.
dan pasif. Gagasan Ki Hajar ini dan pers) ordonansi itu kemudian
didukung oleh tokoh-tokoh lain seperti dicabut.
dr. Soekiman, Drs. Moh. Hatta yang Perjuangan KI Hajar Dewantara
pada waktu itu menjabat sebagai Pasca Kemerdekaan
Pemimpin Pendidikan Nasional Perjuangan Ki Hajar Dewantara setelah
Indonesia, dan para pengurus besar kemerdekaan, beliau dalam kabinet
organisasi pada masa itu Budi Utomo, pertama Republik Indonesia diangkat
Muhamadyah, Istri Sedar, Partai menjadi Menteri Pengajaran Indonesia
Indonesia, PSII, PPKIT dan seluruh dalam posnya disebut Menteri
rakyat Indonesia. Kecuali itu, Ki Hajar Pendidikan Pengajaran dan
Dewantara juga mendapat dukungan Kebudayaan yang pertama. Pada tahun
dari insan Pers, yang memberitakan isi 1957 beliau mendapat gelar doktor
pikiran Ki Hajar tentang inti kehormatan (Doctor Honoris Cusa, Dr.
perlawanannya. H. C.) dari Universitas tertua Indonesia,
Universitas Gajah Mada.
Sebagai buah awal perjuangannya itu,
pada tanggal 19-21 Oktober 1932 Atas Jasa-jasa beliau dalam merintis
Kuasa Pemerintah untuk Urusan Umum pendidikan umum, Beliau dinyatakan
di dalam Dewan Rakyat, Mr. Kiewiet de sebagai Bapak Pendidikan Nasional
Jong datang berunding di pondok Indonesia dan hari kelahirannya di
Dewantara. Pertemuan keduanya tidak jadikan Hari Pendidikan Nasional
mengatasnamakan pihak lain, tapi (surat keputusan Presiden Republik
mengatasnamakan diri sendiri untuk Indonesia No. 305 tahun 1959, tanggal
menemukan solusi terbaik bagi kedua 28 November 1959). Pada masa awal-
belah pihak. Pembicaraan keduanya awal kemerdekaan Indonesia, situasi
diceritakan berlangsung tenang dan politik belum stabil hingga
saling menghargai hak dan kepentingan menyebabkan terjadinya perubahan
masing-masing pihak. Hasil pada kelembagaan pendidikan
pembicaraan keduanya dapat Indonesia. Pada awal kemerdekaan
diringkaskan bahwa Undang-Undang pemerintah Republik Indonesia telah
Sekolah Liar dipandang belum dapat membentuk kementerian yang
diterapkan dan karena itu harus mengurus dunia pendidikan disebut
ditunda. sebagai “Kementerian Pengajaran.”
Ketika terjadi agresi Belanda,
Sebagai penggantinya adalah Kementerian Pengajaran ditempatkan
menghidupkan lagi ordonansi lama dari di Surakarta, pemindahan tersebut
tahun 1923-1925. Ketetapan terjadi pada Januari 1946. Pada waktu
penundaan Undang-Undang Sekolah itu juga nama kementerian diubah
Liar 1932 itu telah disahkan Staatsblad menjadi Kementerian Pengajaran
21 Februari 1933, no. 66. Berkat Pendidikan dan Kebudayaan.
kegigihan Ki Hajar dalam
memperjuangkan hak-haknya dan Ki Hajar Dewantara mendapat
dengan dukungan segenap pihak kehormatan sebagai Menteri
(masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan Republik Indonesia, yakni
9
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.
10
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.
pemaksaan atas kehidupan batin anak- Kedua, manusia di Indonesia yang maju
anak. pikirannya adalah yang cerdas kognisi
tahu banyak dan banyak tahu dan
Akibatnya, anak-anak rusak budi kecerdasannya itu membebaskan
pekertinya karena selalu hidup di dirinya dari kebodohan dan
bawah paksaan dan tekanan. Menurut pembodohan dalam berbagai jenis dan
Ki Hajar, cara mendidik semacam itu bentuknya misalnya, karena rekayasa
tidak akan bisa membentuk seseorang penjajah berupa indoktrinasi. Istilah
hingga memiliki kepribadian. Menurut maju dalam pikiran ini menunjukkan
Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah meningkatnya kecerdasan dan
daya-upaya untuk memajukan kepintaran. Manusia yang maju
bertumbuhnya budi pekerti kekuatan pikirannya adalah manusia yang berani
batin, karakter, pikiran iintelek dan berpikir tentang realitas yang
tubuh anak, dalam rangka membelenggu kebebasannya, dan
kesempurnaan hidup dan keselarasan berani beroposisi berhadapan segala
dengan dunianya. Pendidikan itu bentuk pembodohan.
membentuk manusia yang berbudi
pekerti, pintar, cerdas dan bertubuh Ketiga, manusia di Indonesia yang
sehat. konsepsi pendidikan menurut Ki mengalami kemajuan pada tataran fisik
Hajar Dewantara. atau tubuh adalah yang tidak semata
sehat secara jasmani, tapi lebih-lebih
Pertama, manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan yang benar
berbudi pekerti adalah yang memiliki tentang fungsi-fungsi tubuhnya dan
kekuatan batin dan berkarakter. memahami fungsi-fungsi itu untuk
Artinya, pendidikan diarahkan untuk memerdekakan dirinya dari segala
meningkatkan citra manusia di dorongan ke arah tindakan kejahatan.
Indonesia menjadi berpendirian teguh Manusia yang maju dalam aspek tubuh
untuk berpihak pada nilai-nilai adalah yang mampu mengendalikan
kebenaran. Dalam tataan kehidupan, dorongan-doroangan tuntutan tubuh.
manusia di Indonesia menyadari Dengan dan melalui tubuh yang maju
tanggung jawabnya untuk melakukan itu pula pikiran yang maju dan budi
apa yang diketahuinya sebagai pekerti yang maju memperoleh
kebenaran. Ekspresi kebenaran itu dukungan untuk mendeklarasi
terpancarkan secara indah dalam dan kemerdekaan diri dari segala bentuk
melalui tutur kata, sikap, dan penindasan ego diri yang serakah di
perbuatannya terhadap lingkungan satu sisi dan memiliki kemampuan
alam, dirinya sendiri dan sesamanya untuk menegaskan eksistensi diri
manusia. Jadi, budi pekerti adalah secara beradab sebagai manusia yang
istilah yang memayungi perkataan, merdeka secara jasmani dan rohani di
sikap dan tindakan yang selaras dengan sisi lain. Dalam praksis kehidupan,
kebenaran ajaran agama, adat-istiadat, kemajuan dalam tubuh bisa dipahami
hukum positif, dan tidak bertentangan sebagai memiliki kekuatan untuk
dengan nilai-nilai kemanusiaan memperjuangkan kemerdekaan dan
universal. keterampilan untuk mengisi
kemerdekaan itu dengan segala
11
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.
12
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.
DAFTAR PUSTAKA
Soeratman, Darsiti. (1983). Ki Hajar
Dewantara. Jakarta: Departemen
pendidikan dan Kebudayaan
Raharjo, Suparto. (2014). Ki Hajar
Dewantara. Jogjakarta : Garasi
Rifa’i, Muhammad. (2011). Sejarah
Pendidikan Nasional. Jogjakarta :
Arr-ruzz Media
13