Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah

STKIP PGRI Bandar Lampung


http://eskrispi.stkippgribl.ac.id/

TINJAUAN HISTORIS PERAN PERJUANGAN KI HAJAR DEWANTARA DALAM


PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN 1920-1959

Riska Effendi,1 Dra. Hj. Wawat Suryati, M.Pd.,2 Putut Wisnu Kurniawan, M.Pd.3
STKIP PGRI Bandar Lampung
1Riskaeffendi64@gmail.com, 2Wawatsuryati@gmail.com, 3Pututbukan@gmail.com

Abstrak: Pada dasarnya perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan


indonesia disebabkan beberapa faktor, faktor ekonomi yaitu adanya sistem tanam
paksa yang menjadikan rakyat menderita, faktor sosial yaitu adanya jurang pemisah
antar pihak yang berkuasa dan yang dikuasai sehingga dalam mengenyam
pendidikan hanya dinikmati oleh kaum elit dan priyayi. Metode penelitian
merupakan prosedur yang ditempuh oleh peneliti untuk memaparkan dan
menjelaskan sebuah permasalahan berdasarkan pada metode penelitian ilmiah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian historis yang
mencakup: (1) Heuristik, (2) Kritik, (3) Interpretasi dan (4) Historiografi. Untuk
mendapatkan keterangan tersebut maka dapat dikumpulkan beberapa data melalui
teknik kepustakaan, teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan Ki
Hajar Dewantara dalam pendidikan Indonesia yaitu dengan mendirikan perguruan
Taman Siswa yang pendidikannya di dasarkan pada kepribadian bangsa Indonesia.
Beliau juga mengajarkan pentingnya sistem Tri Pusat Pendidikan yang satu sama
lain harus saling berkaitan yaitu pendidikan dalam lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Pamong wajib wajib mendorong anak didiknya
dengan metode Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri
Handayani. Atas jasa-jasanya merintis pendidikan Beliau dinyatakan sebagai Bapak
Pendidikan Nasional dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional.

Abstract: Basically, Ki Hajar Dewantara's struggle in Indonesian education is caused


by several factors, economic factors, namely the existence of a forced planting
system that makes people suffer, social factors, namely the existence of gaps
between the ruling and controlled parties so that education is only enjoyed by the
elite and prijaji. The research method is a procedure taken by the researcher to
explain and explain a problem based on scientific research methods. The research
method used is a historical research method which includes: (1) Heuristics, (2)
Criticism, (3) Interpretation and (4) Historiography. To obtain this information,
some data can be collected through library techniques, observation techniques,
interview techniques and documentation techniques. In this study it can be
concluded that the efforts made by Ki Hajar Dewantara in Indonesian education are
by establishing Taman Siswa colleges whose education is based on the personality
of the Indonesian nation. He also taught the importance of the Tri Center of
1
Education system which must be interrelated with each other, namely education in
the family environment, school environment and community environment. Pamong
is obliged to encourage his students with the Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya
Mangun Karsa, and Tut Wuri Handayani methods. For his services pioneering
education he was declared the Father of National Education and the day of his birth
was made National Education Day.

PENDAHULUAN muncul seorang tokoh muda Raden


Berbicara tentang pendidikan Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang
khususnya di Indonesia tidak dapat dikenal dengan nama Ki Hajar
ditingalkan pembicaraan terhadap Dewantara. Ia bersama rekan-rekannya
tokoh dan pejuang pendidikan mencurahkan perhatian di bidang
Indonesia. Pendidikan berasal dari kata pendidikan sebagai bagian dari alat
‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan perjuangan meraih kemerdekaan.
akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai
arti proses atau cara atau perbuatan Setelah itu beliau pun mendirikan
mendidik. Secara bahasa definisi sebuah perguruan yang bercorak
pendidikan adalah proses pengubahan nasional, Nationaal Onderwijs Instituut
sikap dan tata laku seseorang atau Tamansiswa (Perguruan Nasional
kelompok orang dalam usaha Tamansiswa) pada 3 Juli 1922.
mendewasakan manusia melalui upaya Perguruan ini sangat menekankan
pengajaran dan pelatihan. pendidikan rasa kebangsaan kepada
peserta didik agar mereka mencintai
Sejak zaman perjuangan kemerdekaan bangsa dan tanah air dan berjuang
dahulu, para pejuang serta perintis untuk memperoleh kemerdekaan.
kemerdekaan telah menyadari bahwa Tidak sedikit rintangan yang dihadapi
pendidikan merupakan faktor yang dalam membina Taman Siswa.
sangat vital dalam usaha untuk Pemerintah kolonial Belanda berupaya
mencerdaskan kehidupan bangsa serta merintanginya dengan mengeluarkan
membebaskannya dari belenggu Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober
penjajahan. Oleh karena itu, mereka 1932.
berpendapat bahwa disamping melalui
organisasi politik, perjuangan ke arah Tetapi dengan kegigihan
kemerdekaan perlu dilakukan melalui memperjuangkan haknya, sehingga
jalur pendidikan. ordonansi itu kemudian dicabut. Di
tengah keseriusannya mencurahkan
Mengingat bahwa sistem pendidikan perhatian dalam dunia pendidikan di
pemerintah kolonial pada masa itu Tamansiswa, ia juga tetap rajin
tidak demokratis karena bersifat elit, menulis. Namun tema tulisannya
diskriminatif dan diorientasikan pada beralih dari nuansa politik ke
kepentingan pemerintah penjajahan, pendidikan dan kebudayaan
maka sistem pendidikan rakyat yang berwawasan kebangsaan. Tulisannya
sudah ada perlu dibina dan berjumlah ratusan buah. Melalui
dikembangkan untuk menjangkau tulisan-tulisan itulah dia berhasil
kepentingan rakyat secara lebih luas. meletakkan dasar-dasar pendidikan
Disamping mengembangkan lembaga- nasional bagi bangsa Indonesia.
lembaga pendidikan rakyat tradisional
yang pada umumnya berorientasi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
keagamaan, maka pada masa itu (IPS), khususnya sejarah, mempunyai
2
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.

peranan penting untuk membangun pendidikan keagamaan, dan setrategi


rasa patriotisme peserta didik bahwa perang. (Muhammad Rifai,2011:15)
peran para pahlawan mempunyai jasa
yang sangat besar dalam kemerdekaan Pendidikan pada Masa Penyebaran
bangsa ini. Saat ini banyak peserta Islam
didik tidak mengetahui bagaimana Sejarah kemunculan agama islam
peran Ki Hajar Dewantara Dalam dimulai sekitar abad 15-16. Proses
Pendidikan Indonesia, Karena penyebaran agama islam dilakukan
kurangnya pembahasan di buku mata dengan berbagai jalan, mulai dari
pelajaran di sekolah. perdagangan, pernikahan, pengobatan,
budaya maupun pendidikan. Jenis
KAJIAN TEORI pendidikan islam di Indonesia saat itu
Kajian Teori dibedakan menjadi tiga macam yaitu
Pengertian Historis Pendidikan Langgar, (Pelajaran Agama
Historis atau yang sering disebut dasar), Pendidikan Pesantren
sejarah adalah pengetahuan yang tepat (pelajaran utama dogma keagamaan
terhadap apa yang telah terjadi. ushuluddin yaitu dasar keyakinan islam
Penelitian historis adalah penelaahan dan foqih), Pendidikan Madrasah yaitu
sumber-sumber lain yang berisi pendidikan yang semula bersifat murni
informasi mengenai masa lampau dan teologi (ilmu ketuhanan) dan
dilaksanakan secara sistematis. Atau menambahkan ilmu-ilmu yang bersifat
dapat dengan kata lain yaitu penelitian keduniawian seperti astronomi, dan
yang bertugas mendiskripsikan gejala, ilmu obat-obatan. Didalam
tetapi bukan yang terjadi pada waktu perkembangannya, Madrasah ini ada
penelitian dilakukan. yang berjenjang sejajar denagn
Penelitian historis juga merupakan cara pendidikan dasar dan menengah.
menetapakan fakta dan mencapai (Haidar Putra Daulay, 2004:31)
simpulan mengenai hal-hal yang telah
lalu, yang dilalukan secara sistematis Pendidikan pada Masa Penjajahan
dan objektif oleh ahli sejarah dalam Portugis
mencari, mengevaluasi dan Pada permulaan abad ke-16, bangsa
menafsirkan bukti-bukti untuk Portugis adalah bangsa Eropa yang
mempelajari masalah tersebut. pertama datang ke Indonesia.
Kemudian, tidak begitu lama disusul
Sejarah Pendidikan Indonesia oleh bangsa Spayol. Tujuan utama
Pendidikan pada Masa Kerajaan mendatangi Indonesia adalah mencari
Hindu-Budha (berdagang) rempah-rempah yang
Dari catatan sejarah, proses pendidikan banya dihasilkan di maluku. Disamping
pada masa itu dibarengi dengan berdagang, mereka bertujuan
masuknya agama-agama dari luar menyebarkan agama Katolik.
masuk ke wilayah kita. Kebanyakan,
sumber tentang pendidikan di zaman Pendidikan pada Masa Penjajahan
kerajaan tentang Hindu-Budha berasal Belanda
dari china. Pendidikan tersebut dimulai Penjajahan Belanda dalam perjalanan
dengan proses masuknya pradaban dan sejarahnya menunjukkan bagaimana
agama Hindu dan Budha yang bisa kita Belanda menerapkan kebijakan
lihat pada abad ke-5 Masehi melalui pendidikan yang diskriminatif dan
wilayah Kutai, Kalimantan. Pendidikan menghalangi pertumbuhan pendidikan
pada itu yang di utamakan adalah lokal masyarakat yang sudah ada. Pada

3
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.

masa Hindia Belanda, terdapat cucu dari Sri Paku Alam III, sedangkan
beberapa jenjang sekolah yang ayahnya bernama, K.P.H. Suryaningrat
didirikan yaitu sekolah rendah, sekolah dan ibunda Suwardi bernama Raden
menengah, sekolah tinggi, sekolah Ayu Sandiyah yang merupkan buyut
kejuruan, dan sekolah guru. Pendidikan dari Nyai Ageng Serang Seorang
pada masa penjajahan Belanda pada keturunan dari Sunan Kalijaga.
awalnya hanya didigunakan untuk (Suparto Rahardjo,2015:9)
memenuhi kebutuhan bangsa Belanda
di Indonesia. METODE
Metode Penelitian
Pendidikan pada Masa Penjajahan Dalam Pelaksanaan penelitian terutama
Jepang penelitian ilmiah adalah salah satu
Pendidikan pada masa kedudukan faktor penting dalam menentukan
Jepang hampir setiap hari hanya diisi berhasil tidaknya penelitian yang
dengan kegiatan latihan perang atau dilaksanakan tersebut. Penelitian
bekerja, jika ada kegiatan sekolah hal sejarah merupakan penelitian yang
tersebut tidak jauh dengan konteks tergolong “metode historis”, yaitu
Jepang sedang berperang. Kegiatan metode penelitian yang khusus
yang dikatakan berhubungan dengan digunakan dalam penelitian sejarah
sekolah tersebut antara lain melalui tahapan tertentu. Penerapan
mengumpukan batu dan pasir untuk metode hitoris menempuh tahapan-
kepentingan perang, membersihkan tahapan kerja, yakni heuristik, kritik,
bengkel-bengkel dan asrama militer, interprestasi, dan penyajian yang di
menanam umbi-umbian dan sayur- kemukakan oleh Noto Susanto
sayuran di pekarangan sekolah untuk (1971:17). Metode sejarah mempunyai
persedian dan bahan makanan, serta empat langkah yaitu: 1. heuristik 2.
menanam pohon jarak untuk bahan kritik 3. interprestasi 4. historiografi
pelumas.Sebenarnya tujuan pendidikan
Jepang tidaklah banyak yang dapat Heuristik
diuraikan sebab murud disibukkan Menurut Noto Susanto (1971;18)
dengan peprangan sehingga perhatian heuristik berasal dari bahasa Yunani
terhadap pendidikan sangat sedikit. heuriskein, artinya sama dengan to find
(Muhammad Rifa’i, 2011:83). yang berati tidaknya menemukan
tetapi mencari dahulu. Pada tahap ini,
Biografi Ki Hajar Dewantara kegiatan diarahkan pada penjajakan,
Kihajar Dewantara lahir di Yogyakarta, pencarian dan pengumpulan sumber-
2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas sumber yang akan di teliti , baik yang
Suwardi Suryanngrat. Ia berasal dari terdapat di lokasi penelitian, temuan
lingkungan keluarga keraton, tepatnya benda maupun sumber lisan.
Pura Pakualam, Yogyakarta. Raden Mas
Suwardi Suryaningrat adalah gelar Kritik
kebangsawanan Jawa yang otomatis Kritik dilakukan oleh sejarawan jika
melekat pada seorang laki-laki sumber-sumber sejarah telah
keturunan ningrat dari keturunan dikumpulkan. Tahapan kritik tentu
kedua hingga ketujuh dari raja atau memiliki tujuan tertentu dalam
pemimpin yang terdekat secara silsilah pelaksanaannya. Salah satunya adalah
yang pernah memerintah, gelar ini otentitas (authenticity). Menurut Lucey
dipakai oleh semua kerajaan di Jawa (1984:47) dalam Sjamsuddin (catatan
pewaris Mataram. Suwardi merupakan harian, surat buku) autentik atau asli

4
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.

jika benar-benar merupakan produk lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di


dari orang yang dianggap sebagai Yogyakarta. Ia berasal dari lingkungan
pemiliknya (atau dari periode yang di keluarga kraton Yogyakarta. Ayahnya
percayainya sebagai masanya jika tidak bernama Kanjeng Pangeran Harjo
mungkin menandai pengarangnya) Surjaningrat, putra Kanjeng Gusti
atau jika yang dimaksud oleh Pangeran Hadipati Hardjo
pengarangnya “.
Surjosasraningrat yang bergelar Sri
Paku Alam III Beliau adalah aktivis
Interprestasi (Penafsiran Sejarah) pergerakan kemerdekaan Indonesia,
Kemampuan Interprestasi adalah politisi, dan pelopor pendidikan bagi
menguraikan fakta-fakta sejarah kaum pribumi indonesia dari zaman
dengan kepentingan topik sejarah, penjajahan Belanda.
serta menjelaskan masalah kekinian.
Tidak ada masa lalu dalam konteks Beliau adalah pendiri Perguruan
sejarah yang aktual karena yang ada Taman Siswa, suatu lembaga
hanya interprestasi historis. pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi jelata
Penafsiran atau interpretasi sejarah untuk bisa memperoleh hak pendidikan
bertujuan melakuakan sintesis atas seperti halnya para priyayi maupun
sejumlah fakta yang diperoleh dari
orang-orang Belanda. Beliau pernah di
sumber sejarah dan bersamaan dengan
teori disusunlah fakta itu dalam buang ke negeri Belanda oleh
interprestasi yang menyeluruh dan pemerintah Belanda dari tanggal 6
karena itu pula, interprestasi atas data September 1913 sampai dengan 5
yang sama sekalipun memungkinkan September 1919, karena kritik
hasil yang beragam. Disinilah pedasnya pada pemerintah Hindia
interprestasi sering disebut sebagai Belanda pada saat itu.
penyebab timbulnya subjektivitas
(Abdurrahman, 1999:64). Ki Hajar Dewantara memulai karier
perjuangan di bidang jurnalistik yang
dipergunakan sebagai alat memberikan
Historiografi pendidikan politik kepada rakyat
Historiografi adalah Peroses
melalui tulisan-tulisannya yang berisi
penyusunan fakta sejarah dan berbagai
cita-cita perjuangnya, di harian Sedyo
sumber yang telah diseleksi dalam
bentuk penulisan sejarah. Setelah Utomo di Jakarta sebagai pembantu,
melakukan penafsiran terhadap data- harian bahasa Belanda “Middenjava” di
data yang ada, sejarawan harus Semarang. Kemudian pindah ke
mempertimbangkan struktur dan gaya Bandung menjadi Koresponden “De
bahasa penulisnya. Expres” pimpinan Dowesdekker.
Harian De Expres dan majalah Het
HASIL DAN PEMBAHASAN Tijdschrif di Bandung pimpinan
Pembahasan Dowesdekker menjadi pelopor lahirnya
Peran Ki Hajar Dewantara dalam partai politik “Indschepartji” yang
Pendidikan Indonesia Sebelum merupakan partai politik pertama yang
Kemerdekaan (1920-1945) tujuannya adalah Indonesia merdeka
Suwardi Suryaningrat atau yang lebih yang berdaulat, demokrasi serta
dikenal dengan Ki Hajar Dewantara
5
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.

kewarganegaraannya yang tidak redaktur majalah “Hindia Putera”, Yaitu


membedakan asal kebangsaannya, dan majalah resmi “Indische Vereeniging”.
mengakui Indonesia sebagai tanah air Dan majalah De Indier dari Indische
dan kebangsaannya. Partij. Serta terus membantu surat
kabar di Indonesia.
Pada tahun 1913 partai ini dilarang Selama di Negeri Belanda, Ki Hajar
oleh pemerintah Hindia Belanda karena Dewantara memperdalam Ilmu
memberikan kritikan tajam terhadap pendidikan melalui kursus-kursus
kebijaksanaan pemerintah Kolonial tertulis dan kursus-kursus malam,
Belanda pada peristiwa “Peringatan sehingga mendapat akte guru dalam
100 Tahun Kemerdekaan Negeri bidang jurnalistik, ia memperdalam
Belanda dari Penjajahan Perancis pengetahuannya dari S. de Roode,
Napoleon” pada tanggal 13 November pemimpin surat kabar “De Nieuwe
1913 dengan mewajibkan semua Groene” dalam seni drama belajar dari
rakyat Indonesia turut merayakannya ahli seni Herman Kloppers. Sesudah
dan membiayainya dengan sokongan empat tahun kurang satu hari, pada
dari rakyat. Hal itu dirasa tidak sangat tanggal 17 Agustus 1917, putusan
pantas. hukuman pembuangan Ki Hajar
Dewantara dicabut, dan boleh kembali
Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara ke tanah air.
bersama dokter Cipto Mangunkusumo
pada permulaan Juli 1913, membentuk Terbentuknya Perguruan Taman
“Commite tot herdenking van Siswa
Nederland Honderjarige Vrijheid” Kondisi sekolah yang ada di tanah air,
(panitia peringatan 100 tahun MULO dan HIS, yang menguntungkan
kemerdekaan Nederland yang disingkat Pemerintah Kolonial juga menjadi
“Komisi Bumiputera”), yang bermaksud alasan bagi Ki Hajar Dewantara untuk
menyatakan isi hati memprotes adanya mendirikan Perguruan Taman Siswa.
perayaan kemerdekaan tersebut. Pada masa itu, putra-putri Indonesia
Brosur protes yang dikeluarkan oleh Ki yang sekolah di HIS dididik dengan
Hajar Dewantara berjudul “als ik eens sistem pendidikan Pemerintah
Nederlander was” atau seandainya aku Kolonial, yang jelas sesuai dengan
seorang Belanda, yang pada intinya harapan dan kepentingan mereka.
memprotes terhadap turut sertanya Konten pelajaran-pelajaraan yang
rakyat bumiputera yang dijajah diberikan, misalnya bacaan, baik secara
merayakan kemerdekaan Negeri implisit maupun eksplisit merupakan
Belanda yang menjajahnya. Karena upaya secara sistematis agar generasi
sangat tidak pantas. Indonesia melupakan dan
Akibat perbuatannya tersebut, Ki Hajar merendahkan diri dan martabat
Dewantara dengan keluarga hidup di bangsanya sendiri.
pengasingan, hidupnya disana
sangatlah susah karena tidak mendapat Pemerintah Kolonial berupaya untuk
bantuan dari pemerintah Belanda mengalihkan perhatian generasi
dengan alasan tidak menuruti putusan Indonesia agar tidak mengadakan
pembuangan ke Bangka. Beliau menjadi pemberontakan dan mendirikan

6
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.

organisasi atau partai Politik yang kebangsaan kepada peserta didik agar
menentang Pemerintah Kolonial. mereka mencintai bangsa dan tanah air
Semua generasi Indonesia yang belajar dan berjuang untuk memperoleh
di HIS dibentuk sedemikian rupa agar kemerdekaan. Kondisi ini tentu
sedapat mungkin tidak menjadi menjadi ancaman bagi Pemerintah
pemimpin bagi bangsanya, tapi menjadi Kolonial. Semakin banyak orang yang
pegawai, kuli, dan buruh Pemerintah belajar dan tamat dari Perguruan
Kolonial. Itu berarti upaya sistematik Taman Siswa, semakin banyak generasi
untuk menjinakkan semangat juang Indonesia yang berani menentang dan
generasi Indonesia,baik dalam bidang melawan kebijakan politik Pemerintah
politik maupun jurnalistik. Kolonial. Artinya, semakin banyak
generasi yang siap menjadi pemimpin,
Ki Hajar Dewantara memahami betul paling kurang untuk dirinya sendiri,
ke mana arah pendidikan pemerintah kelompok-kelompok sosial seperti
Kolonial itu. Maka ia bercita-cita “Paguyuban Selasa Kliwon.
meningkatkan kesadaran generasi
muda untuk menegaskan derajat dan Asas Taman Siswa
martabat bangsanya. Ia yakin, jika Ki Hajar Dewantara menyebutkan tujuh
generasi Indonesia pada masa itu asas Taman Siswa yaitu:
cerdas maka mereka akan menjadi 1. Mengatur Diri Sendiri Hak
pembangun kesadaran bangsa untuk mengatur diri sendiri bersama
bangkit berjuang melawan segala dengan tertib dan damai (orde
bentuk penindasan dan merebut envrede) dan bertumbuh menurut
kemerdekaan. kodrat (natuurlijke grui). Ketiga hal
ini merupakan dasar alat
Terdorong oleh cita-cita itu, Ki Hajar pendidikan bagi anak-anak yang
Dewantara yang telah mengenal dunia disebut metode among.
pengajaran dan pendidikan selama satu 2. Kemerdekaaan Batin, Pikiran, dan
tahun di sekolah Adi Dharma, tenaga bagi anak-anak
memutuskan untuk mendirikan sebuah Pengajaran berarti mendidik anak
perguruan yang cocok untuk mendidik untuk mencari sendiri ilmu
generasi Indonesia Maka pada tanggal pengetahuan yang perlu dan baik
3 Juli 1922 didirikanlah sebuah untuk lahir, batin, dan umum. Oleh
perguruan di Yogyakarta dan dikenal karen itu, guru tidak dibenarkan
sebagai Perguruan Taman Siswa. untuk selalu memberi ilmu
Perguruan ini kemudian segera pengetahuan, tetapi juga harus di
berkembang luas ke banyak tempat di usahakan bahwa guru mampu
pulau Jawa dan luar Jawa: Sumatera, mendidik anak- anak untuk
Bali, Sulawesi, Kalimantan dan Ambon. mandiri dan merdeka.
3. Kebudayaan Sendiri
Kelahiran Perguruan Taman Siswa jelas Kebudyaan sendiri dimaksudkan
menjadi tandingan bagi sekolah- sebagai penunjuk jalan untuk
sekolah milik Pemerintah Kolonial. mencari penghidupan baru yang
Perguruan Taman Siswa ini sangat selaras dengan kodrat bangsa yang
menekankan pendidikan rasa akan dapat memberi kedamaian

7
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.

dalam hidup bangsa. Asas ini juga kemanusiaan, (4) dasar kebudayaan,
mengandung makna pendidikan dan (5) dasar kodrat alam.
yang tidak boleh memisahkan
orang-orang terpelajar dari Eksistensi Taman Siswa Pada Masa
rakyatnya. Kolonial
4. Pendidikan yang Merakyat Eksistensi Perguruan Taman Siswa
Pendidikan dan pengajaran harus dirasakan Pemerintah Kolonial mulai
mengena rakyat secara luas. Hanya menjadi ancaman bagi mereka. Oleh
dengan cara itulah ketertinggalan karena itu, mereka mulai mencari-cari
masyarakat pribumi dapat alasan untuk menutup perguruan ini.
dihilangkan. Tidak sedikit rintangan yang dihadapi
dalam membina Taman Siswa.
5. Percaya Kepada Kekuatan Sendiri Pemerintah kolonial Belanda berupaya
Ini adalah asa yang penting bagi merintanginya dengan mengeluarkan
semua oarang yang ingin mengejar Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober
ketertinggalannya dan meraih 1932.
kemerdekan hidup dan itu dapat
terwujud melalui kerja yang Salah satu pasal dalam undang-undang
berasal dari kekuatan sendiri. tersebut dipandang Ki Hajar Dewantara
6. Membelanjai Diri Sendiri mengancam eksistensi sekolah-sekolah
(zelfbedruipingssysteem) swasta sebab berbunyi bahwa
Pada asas ini segala usaha untuk Pemerintah Kolonial mempunyai
perubahan harus meggunakan kekuasaan penuh untuk mengurus ujud
biaya sendiri. dan isi sekolah swasta. Itu berarti
7. Keihlasan dari Para Pendidik dan seluruh aktivitas sekolah swasta dan
Pengajar dalam Mendidik Anak- instrumen-instrumennya diatur oleh
anak Pemerintah Belanda. Ki Hajar
Hanya dengan kesucian hati dan Dewantara tentu merasa keberatan
keterikstsn lahir dan batiniah terhadap kebijakan ini sebab
usaha pendidikan dan pengajaran membatasi secara sepihak setiap
dapat berhasil. aktivitas sekolah swasta. Kebijakan
Tujuh asas Taman Siswa sesungguhnya tersebut bahkan dapat secara sepihak
merupakan pengalaman dan pula menghentikan seluruh aktivitas
pengetahuan beliau tentang pendidikan sekolah swasta atau memutuskan
Barat yang mengusahakan kebahagian kelangsungannya. Artinya, sekolah
diri, bangsa, dan kemanusiaan. Adapun swasta selain menderita karena tidak
dasar Taman Siswa yang dinayatakan mendapatkan subsidi dari Pemerintah
pada tahun 1947 yang merupakan Kolonial, juga dapat gulung tikar.
susunan dasar yang memuat perincian Menanggapi keresahan keluarga besar
dasar-dasar yang terpakai dalam Taman Siswa terhadap Undang Undang
Taman siswa. Dasar Taman Siswa Sekolah Liar tersebut.
terkenal dengan nama “Panca Dharma”
yang memuat (1) dasar kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara pada intinya
(2) dasar kebangsaan, (3) dasar menandaskan perlunya perlawanan
dengan kekuatan tenaga secara aktif

8
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.

dan pasif. Gagasan Ki Hajar ini dan pers) ordonansi itu kemudian
didukung oleh tokoh-tokoh lain seperti dicabut.
dr. Soekiman, Drs. Moh. Hatta yang Perjuangan KI Hajar Dewantara
pada waktu itu menjabat sebagai Pasca Kemerdekaan
Pemimpin Pendidikan Nasional Perjuangan Ki Hajar Dewantara setelah
Indonesia, dan para pengurus besar kemerdekaan, beliau dalam kabinet
organisasi pada masa itu Budi Utomo, pertama Republik Indonesia diangkat
Muhamadyah, Istri Sedar, Partai menjadi Menteri Pengajaran Indonesia
Indonesia, PSII, PPKIT dan seluruh dalam posnya disebut Menteri
rakyat Indonesia. Kecuali itu, Ki Hajar Pendidikan Pengajaran dan
Dewantara juga mendapat dukungan Kebudayaan yang pertama. Pada tahun
dari insan Pers, yang memberitakan isi 1957 beliau mendapat gelar doktor
pikiran Ki Hajar tentang inti kehormatan (Doctor Honoris Cusa, Dr.
perlawanannya. H. C.) dari Universitas tertua Indonesia,
Universitas Gajah Mada.
Sebagai buah awal perjuangannya itu,
pada tanggal 19-21 Oktober 1932 Atas Jasa-jasa beliau dalam merintis
Kuasa Pemerintah untuk Urusan Umum pendidikan umum, Beliau dinyatakan
di dalam Dewan Rakyat, Mr. Kiewiet de sebagai Bapak Pendidikan Nasional
Jong datang berunding di pondok Indonesia dan hari kelahirannya di
Dewantara. Pertemuan keduanya tidak jadikan Hari Pendidikan Nasional
mengatasnamakan pihak lain, tapi (surat keputusan Presiden Republik
mengatasnamakan diri sendiri untuk Indonesia No. 305 tahun 1959, tanggal
menemukan solusi terbaik bagi kedua 28 November 1959). Pada masa awal-
belah pihak. Pembicaraan keduanya awal kemerdekaan Indonesia, situasi
diceritakan berlangsung tenang dan politik belum stabil hingga
saling menghargai hak dan kepentingan menyebabkan terjadinya perubahan
masing-masing pihak. Hasil pada kelembagaan pendidikan
pembicaraan keduanya dapat Indonesia. Pada awal kemerdekaan
diringkaskan bahwa Undang-Undang pemerintah Republik Indonesia telah
Sekolah Liar dipandang belum dapat membentuk kementerian yang
diterapkan dan karena itu harus mengurus dunia pendidikan disebut
ditunda. sebagai “Kementerian Pengajaran.”
Ketika terjadi agresi Belanda,
Sebagai penggantinya adalah Kementerian Pengajaran ditempatkan
menghidupkan lagi ordonansi lama dari di Surakarta, pemindahan tersebut
tahun 1923-1925. Ketetapan terjadi pada Januari 1946. Pada waktu
penundaan Undang-Undang Sekolah itu juga nama kementerian diubah
Liar 1932 itu telah disahkan Staatsblad menjadi Kementerian Pengajaran
21 Februari 1933, no. 66. Berkat Pendidikan dan Kebudayaan.
kegigihan Ki Hajar dalam
memperjuangkan hak-haknya dan Ki Hajar Dewantara mendapat
dengan dukungan segenap pihak kehormatan sebagai Menteri
(masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan Republik Indonesia, yakni

9
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.

mulai 19 Agustus 1945 sampai 14


November 1945 (sekitar tiga bulan). Rencana tersebut memang tidak dapat
Pada tahun 1945 sampai 1950 adalah diselesaikan dalam waktu ketika beliau
masa revolusi fisik, di mana perjuangan menjabat sebagai menteri selama tiga
bangsa Indonesia melawan Belanda bulan, dan bahkan beberapa kabinet
yang ingin kembali menjajah Indonesia setelahnya juga tidak banyak bisa
dilakukan secara fisik. Praktis dalam menyelesaikan agenda tersebut. Antara
waktu yang sesingkat itu tidak banyak tahun 1945 sampai 1950 memang
program yang dapat dijalankan oleh Ki dikenal sebagai masa revolusi bangsa
Hajar ketika menjabat sebagai Menteri Indonesia yang tidak hanya
Pendidikan Pengajaran dan membutuhkan negosiasi politik saja,
Kebudayaan. Tidak banyak cerita yang namun bahkan perjuangan bersenjata.
dapat digali dari masa tiga bulan
tersebut. Berbagai agresi yang dilakukan
Belanda yang ingin kembali menjajah
Peran besarnya justru memang tidak Indonesia telah menjadikan
terlihat ketika menjadi pejabat resmi pemerintah Indonesia di bawah
negara, melainkan dalam lingkup yang kepemimpinan Dwi Tunggal Soekarno-
lebih luas ketika meletakkan dasar- Hatta tidak dapat menjalankan
dasar pendidikan nasional Indonesia. perannya secara penuh. Banyak
Walaupun begitu, secara resmi sebelum program kependidikan gagal karena
menjadi Menteri Pendidikan masih tidak amannya kondisi politik
Pengajaran dan Kebudayaan, Ki Hajar saat itu. Setelah November 1945 Ki
Dewantara lah yang menjelang detik- Hajar Dewantara kembali menekuni
detik proklamasi dalam Panitia Taman Siswa dengan tetap membantu
Pendidikan dan Pengajaran telah perjuangan revolusioner pemerintah
menyusun rencana pengajaran bagi Republik Indonesia.
Indonesia Merdeka. Rencana tersebut Konsep Pendidikan Menurut Ki
antara lain adalah berkaitan dengan: Hajar Dewantara
(1) Undang-undang kewajiban belajar; Bangsa ini perlu mewarisi buah
(2) Pendidikan dan pengajaran pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dalam
nasional bersendikan agama dan pandangannya, tujuan pendidikan
kebudayaan bangsa; (3) Perkembangan adalah memajukan bangsa secara
kebudayaan bangsa; (4) Pendirian keseluruhan tanpa membeda-bedakan
sekolah-sekolah swasta yang dibiayai agama, etnis, suku, budaya, adat,
oleh pemerintah; (5) Susunan pelajaran kebiasaan, status ekonomi, status sosial
pengetahuan dan kepandaian umum serta didasarkan kepada nilai-nilai
sesuai dengan rencana pelajaran; (6) kemerdekaan yang asasi. Dasar-dasar
Susunan/sistem persekolahan; (7) pendidikan Barat dirasakan beliau
Ketentuan pelajaran bahasa dan tidak tepat dan tidak cocok untuk
kebudayaan; (8) Ketentuan tentang mendidik generasi muda Indonesia
Pendidikan Rakyat; (9) Pendirian “Balai karena pendidikan barat bersifat
Bahasa Indonesia;” dan (10) perintah, hukuman dan ketertiban.
Pengiriman pelajar-pelajar ke seluruh Karakter pendidikan semacam ini
dunia. dalam prakteknya merupakan suatu

10
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.

pemaksaan atas kehidupan batin anak- Kedua, manusia di Indonesia yang maju
anak. pikirannya adalah yang cerdas kognisi
tahu banyak dan banyak tahu dan
Akibatnya, anak-anak rusak budi kecerdasannya itu membebaskan
pekertinya karena selalu hidup di dirinya dari kebodohan dan
bawah paksaan dan tekanan. Menurut pembodohan dalam berbagai jenis dan
Ki Hajar, cara mendidik semacam itu bentuknya misalnya, karena rekayasa
tidak akan bisa membentuk seseorang penjajah berupa indoktrinasi. Istilah
hingga memiliki kepribadian. Menurut maju dalam pikiran ini menunjukkan
Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah meningkatnya kecerdasan dan
daya-upaya untuk memajukan kepintaran. Manusia yang maju
bertumbuhnya budi pekerti kekuatan pikirannya adalah manusia yang berani
batin, karakter, pikiran iintelek dan berpikir tentang realitas yang
tubuh anak, dalam rangka membelenggu kebebasannya, dan
kesempurnaan hidup dan keselarasan berani beroposisi berhadapan segala
dengan dunianya. Pendidikan itu bentuk pembodohan.
membentuk manusia yang berbudi
pekerti, pintar, cerdas dan bertubuh Ketiga, manusia di Indonesia yang
sehat. konsepsi pendidikan menurut Ki mengalami kemajuan pada tataran fisik
Hajar Dewantara. atau tubuh adalah yang tidak semata
sehat secara jasmani, tapi lebih-lebih
Pertama, manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan yang benar
berbudi pekerti adalah yang memiliki tentang fungsi-fungsi tubuhnya dan
kekuatan batin dan berkarakter. memahami fungsi-fungsi itu untuk
Artinya, pendidikan diarahkan untuk memerdekakan dirinya dari segala
meningkatkan citra manusia di dorongan ke arah tindakan kejahatan.
Indonesia menjadi berpendirian teguh Manusia yang maju dalam aspek tubuh
untuk berpihak pada nilai-nilai adalah yang mampu mengendalikan
kebenaran. Dalam tataan kehidupan, dorongan-doroangan tuntutan tubuh.
manusia di Indonesia menyadari Dengan dan melalui tubuh yang maju
tanggung jawabnya untuk melakukan itu pula pikiran yang maju dan budi
apa yang diketahuinya sebagai pekerti yang maju memperoleh
kebenaran. Ekspresi kebenaran itu dukungan untuk mendeklarasi
terpancarkan secara indah dalam dan kemerdekaan diri dari segala bentuk
melalui tutur kata, sikap, dan penindasan ego diri yang serakah di
perbuatannya terhadap lingkungan satu sisi dan memiliki kemampuan
alam, dirinya sendiri dan sesamanya untuk menegaskan eksistensi diri
manusia. Jadi, budi pekerti adalah secara beradab sebagai manusia yang
istilah yang memayungi perkataan, merdeka secara jasmani dan rohani di
sikap dan tindakan yang selaras dengan sisi lain. Dalam praksis kehidupan,
kebenaran ajaran agama, adat-istiadat, kemajuan dalam tubuh bisa dipahami
hukum positif, dan tidak bertentangan sebagai memiliki kekuatan untuk
dengan nilai-nilai kemanusiaan memperjuangkan kemerdekaan dan
universal. keterampilan untuk mengisi
kemerdekaan itu dengan segala

11
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.

pembangunan yang humanis. Dalam penguasanan diri dan untuk


konteks penalaran atas konsep pembentukan watak).
pendidikan Ki Hajar Dewantara diatas,
pendidikan adalah upaya pemanusiaan Ketiga Hal ini akan sangat berpengaruh
manusia secara manusiawi secara utuh pada watak dan kepribadian anak.
dan penuh ke arah kemerdekaan Dalam mendidik akan diberikan
lahiriah dan batiniah. tuntunan dan dorongan agar tumbuh
dan berkembang atas kodratnya
Maka pendidikan harus bersentuhan sendiri. Pamong wajib mendorong anak
dengan upaya-upaya konkret berupa didiknya dengan metode Ing Ngarsa
pengajaran dan pendidikan. Tujuan Sung Tuladha (bila beda di depan harus
pendidikan Taman Siswa adalah memberi contoh), Ing Madya Mangun
membangun anak didik menjadi Karsa (bila berda ditengah-tengah
manusia yang beriman dan bertakwa diharapkan mampu menuangkan
kepada tuhan yang maha esa, merdeka gagasan atau ide-ide baru yang
lahir dan batin, luhur akal budanya, mendorong kemajuan), dan Tut Wuri
cerdas dan berketerampilan, serta Handayani (bila berada dibelakang
sehat jasmani dan rohaninya untuk diharapkan ikut memberi dukungan).
menjadi anggota masyarakat yang
mandiri dan bertanggung jawab atas Untuk mencapai tujuan pendidikannya,
kesejahtraan bangsa, tanah air, serta Taman Siswa menyelenggarakan kerja
manusia dan pada umumnya. Kalau di sama yang selaras antara tiga pusat
Barat ada Teori Domain yang pendidikan yaitu lingkungan keluarga,
diciptakan oleh Benjamin S. Bloom lingkungan pendidikan, dan lingkungan
yang terdiri dari kognitif, apektif, dan masyarakat. Tri Pusat Pendidikan yang
psikomotorik maka taman siswa ada satu dengan yang lain hendaknya saling
tiga konsep Tringa yang terdiri dari berkoordinasi dan saling mengisi
ngerti (mengetahui), ngrasa kekurangan yang ada. Penerapan sistim
(memahami), dan ngelakoni pendidikan ini yang dinamakan
(melakukan). Artinya, tujuan belajar itu Trisentra Pendidikan atau sistem Tri
pada dasarnya meningkatkan Pusat Pendidikan.
pengetahuan anak didik tentang apa SIMPULAN
yang dipelajari, mengasah rasa untuk Ki Hajar Dewantara adalah seorang
meningkatkan pemahaman tentang apa tokoh Pendidikan yang patut untuk di
yang diketahuinya serta meningkatkan diteladani, perjuangannya dalam
kemampuan untuk melaksanakan apa bidang politik, dan jurnalis,
yang di pelajarinya. Ki Hajar Dewantara mengakibatkan beliau harus menerima
hukum buang ke negeri Belanda pada
mengajarkan pentingnya sistem Tri
masa itu. Tetapi semua ini tidak
Pusat Pendidikan yang satu sama lain
membuat beliau putus harapan dan
saling berkaitan yaitu pendidikan lemah semangatnya.
keluaga (untuk mendidik budi pekerti
dan tata laku sosial), sekolah (untuk Sesudah menjadi perintis kemerdekaan
memeberikan ilmu penegetahuan di melalui bidang politik, akhirnya beliau
samping pendidikan intelek), dan berganti siasat. Beliau merintis
masyarakat (untuk membentuk pendidikan nasional agar bangsa

12
Riska Effendi, Wawat suryati, Putut WisnuKurniawan.

Indonesia yang akan datang memiliki Notosusanto, Nugroho. (2008). Sejarah


kepribadian nasional dan sanggup Nasional Indonesia VI .Jakarta :
membangun masyarakat baru yang Balai Pustaka
bermanfaat bagi kehidupan dan Nasution, S. (2008). Sejarah Pendidikan
penghidupan bangsa indonesia. Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara
Daulay Putra, Haidar. (2004).
Ki Hajar Dewantara memiliki semboyan Pendidikan Islam. Jakarta :
yang selalu ia terapkan dalam sistem Prenada Media
pendidikan. Dalam bahasa jawa itu Ricklefs, C.M. (2011). Sejarah Indonesia
berbunyi “ing ngarso sung tulodo ing Modern. Yogyakarta : Gajah Mada
madyo mangun karso tut wuri Universiti Press
handyani” yang berarti di depan Dewantara, S Bambang. (1983). Kihajar
seorang pendidik harus memberi Dewantara Bapak Pendidikan.
teladan atau contoh tindakan yang baik Jakatra : PT. Karya Unipress
di tengah atau diantara guru harus K. A. H. Harahap dan B. S. Dewantara,
menciptakan prakarsa atau ide dari (1980). Kihajar Dewantara dan
belakang seorang guru harus Kawan-Kawan. Jakarata : PT
memberikan dorongan dan arahan. Gunung Agung
Hingga kini semboyan penggemar Sulasman, (2014). Metode Penelitian
wayang ini terus digunakan dalam Sejarah. Bandung : CV Pustaka
dunia pendidikan Indonesia. Setia
Sugiono, (2013). Metode Penelitian
Bahkan semboyan tut wuri hadayani Pendidikan. Bandung : Alfabeta
dijadikan selogan oleh Kementerian
Pendidikan Naional dari 16 September
1977 hingga saat ini. Sejak saat itu
nama KI Hajar Dewantara tidak dapat
di pisahkan dari perguruan
Tamansiswa.

Beliau telah mempersembahkan jiwa


raganya untuk kepentingan nusa dan
bangsa Indonesia, atas segala jasanya
Beliau mendapat penghargaan sebagai
pahlawan nasional pada 28 november
1959 yaitu sebagai Bapak Pendidikan
Nasional. Hari kelahirannya kemudian
ditetapkan menjadi hari pendidikan
nasional.

DAFTAR PUSTAKA
Soeratman, Darsiti. (1983). Ki Hajar
Dewantara. Jakarta: Departemen
pendidikan dan Kebudayaan
Raharjo, Suparto. (2014). Ki Hajar
Dewantara. Jogjakarta : Garasi
Rifa’i, Muhammad. (2011). Sejarah
Pendidikan Nasional. Jogjakarta :
Arr-ruzz Media

13

Anda mungkin juga menyukai