Anda di halaman 1dari 143

PENAMBAHAN WORTEL PADA PEMBUATAN KULIT KEBAB

DENGAN ISIAN DAGING AYAM DAN JAMUR TIRAM

LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI

OLEH

WAHYUDI TRIDARMA
NBP. 1301331003

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
PAYAKUMBUH
2016
PENAMBAHAN WORTEL PADA PEMBUATAN KULIT KEBAB
DENGAN ISIAN DAGING AYAM DAN JAMUR TIRAM
Oleh: Wahyudi Tridarma
(Di bawah bimbingan Fidela Violalita, S.TP., MP)

RINGKASAN

Kebab adalah sebutan untuk berbagai hidangan daging panggang/bakar


yang ditusuk memakai tusukan atau batang besi. Hidangan ini umum dijumpai
dalam masakan Laut Tengah, masakan Kaukasus, masakan Asia Tengah, masakan
Asia Selatan, dan masakan beberapa negara Afrika. Adapun tujuan dari
pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini adalah untuk mendapatkan
formulasi yang tepat dalam pembuatan kebab, untuk mengetahui proses
pengolahan pada pembuatan kebab, menganalisa mutu kebab yang terdiri dari
perhitungan rendemen, pengujian proksimat, organoleptik, mikrobiologi, dan
Angka Kecukupan Gizi (AKG), dan untuk mengetahui kelayakan produk kebab
dengan menggunakan analisa finansial.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kebab terdiri dari bahan
baku kulit, bahan baku daging dan bahan baku pengolahan kebab. Untuk
diversifikasi pangan, maka pada bahan kulit kebab ditambahkan puree wortel
sebanyak 20 % dari berat tepung dan bahan isiannya diganti dengan menggunakan
daging ayam dan jamur tiram dengan perbandingan 3 :2.
Proyek Usaha Mandiri (PUM) dilaksanakan di laboratorium pengolahan,
laboratorium kimia, laboratorium mikrobiologi dan laboratorium penilaian
indrawi Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. PUM dilaksanakan pada bulan
September sampai bulan Desember 2015.
Dari hasil perhitungan rendemen kebab adalah 94,33 %, untuk hasil
pengujian proksimat adalah 63,35 % kadar air, 2,05 % kadar abu, 7,45 % protein,
4,80 % lemak dan 22,34 % karbohidrat. Jumlah total mikroba adalah 1,2 x 105
koloni/g dan total kapang khamir adalah 1,1 x 105 koloni/g. Uji organoleptik yang
digunakan untuk menguji kebab adalah metode hedonik yaitu berdasarkan suka
atau tidak suka yang diuji oleh 20 orang panelis. Dari hasil uji organoleptik rata-
rata kesukaan pada rasa warna 4,30 (agak suka), rasa 4,00 (agak suka), tekstur
3,75 (agak suka), aroma 4,20 (agak suka) dan kenampakan 4,40 (agak suka),
berdasarkan nilai rata-rata tersebut maka kebab yang dihasilkan agak disukai.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) kebab adalah 24,54 % protein, 29,89 % lemak dan
20,05 % karbohidrat untuk diet 2000 kkal per kemasan (245 g)
Dalam produksi kebab selama 8 kali periode didapatkan R/C Ratio 1,49
artinya usaha kebab layak untuk dijalankan. Untuk BEP harga adalah Rp. 5.381
per kemasan dan BEP produk adalah 194 kemasan. Sedangkan keuntungan yang
diperoleh selama delapan kali produksi adalah Rp. 754.292.
PENAMBAHAN WORTEL PADA PEMBUATAN KULIT KEBAB
DENGAN ISIAN DAGING AYAM DAN JAMUR TIRAM

LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI

Oleh

WAHYUDI TRIDARMA
NBP. 1301331003

Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk


menyelesaikan mata ajaran Proyek Usaha Mandiri pada
Program Studi Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pertanian
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
PAYAKUMBUH
2016
LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI

PENAMBAHAN WORTEL PADA PEMBUATAN KULIT KEBAB


DENGAN ISIAN DAGING AYAM DAN JAMUR TIRAM

Oleh :

WAHYUDI TRIDARMA
NBP. 1301331003

Menyetujui
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
Teknologi Pertanian

Ir. Elvin Hasman, MP Fidela Violalita, S.TP., MP


NIP. 196306291992031002 NIP. 198608062010122003

Mengetahui,
Direktur Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh

Ir. Gusmalini, M.Si


NIP. 195711101987032001
LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI

PENAMBAHAN WORTEL PADA PEMBUATAN KULIT KEBAB


DENGAN ISIAN DAGING AYAM DAN JAMUR TIRAM

Oleh :

WAHYUDI TRIDARMA
NBP. 1301331003

Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim


Penguji Laporan Proyek Usaha Mandiri Program
Studi Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pertanian
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

pada tanggal 03 Februari 2016

TIM PENGUJI

No. Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Ir. Rahzarni, MP Ketua

2. Ir. Evawati, MP Anggota

3. Ir. Ermiati, M.Si Anggota


ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan Proyek

Usaha Mandiri (PUM) yang berjudul “Penambahan Wortel pada Pembuatan

Kulit Kebab dengan Isian Daging Ayam dan Jamur Tiram”.

Dengan selesainya penyusunan laporan Proyek Usaha Mandiri ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua anggota keluarga yang telah

memberi semangat dan juga kepada Ibu Fidela Violalita, S.TP., MP selaku dosen

Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran serta nasehat kepada

penulis sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis

ucapkan kepada :

1. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si selaku Direktur Politekinik Pertanian Negeri

Payakumbuh

2. Bapak Ir. Elvin Hasman, MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian

3. Ibu Dr. Ir. Susi Desminarti, M,Si selaku Ketua Program Studi Teknologi

Pangan

4. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Teknologi Pangan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Proyek Usaha

Mandiri ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan Proyek

Usaha Mandiri ini dimasa yang akan datang.

Tanjung
Tanjung Pati,Januari
Pati, Juni 2015
2016

WT

WT
iii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vi

I. PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah ....................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5


2.1 Bahan Baku ............................................................................ 45
2.2 Proses Pengolahan .................................................................. 21
2.3 Pengawasan dan Pengujian Mutu ............................................ 27
2.4 Pemasaran .............................................................................. 33
2.5 Struktur Organisasi ................................................................. 33
2.6 Sanitasi dan Penanganan Limbah ............................................ 35
2.7 Analisa Finansial ................................................................... 38

III. PELAKSANAAN PROYEK USAHA MANDIRI ...................... 40


3.1 Tempat dan Waktu ................................................................. 40
3.2 Bahan dan Alat ....................................................................... 40
3.3 Proses Pengolahan .................................................................. 41
3.4 Pengamatan Produk ................................................................ 48
3.5 Pemasaran .............................................................................. 50
3.6 Struktur Organisasi ................................................................. 51
3.7 Sanitasi dan Penanganan Limbah ............................................ 52
3.8 Analisa Finansial Satu Kali Produksi ...................................... 54

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 64


4.1 Bahan Baku ............................................................................ 64
4.2 Proses Pengolahan .................................................................. 71
4.3 Pengamatan Mutu Produk ....................................................... 79
4.4 Pemasaran .............................................................................. 88
4.5 Sanitasi dan Penanganan Limbah ............................................ 88
4.6 Analisa Finansial .................................................................... 92
iv

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 95


5.1 Kesimpulan ............................................................................ 95
5.2 Saran ...................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 97

LAMPIRAN ........................................................................................... 102


v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Komposisi kimia tepung terigu........ ................................................... 6


2 Komposisi susu .................................................................................. 8
3 Komposisi gizi wortel per 100 gram bahan......................................... 9
4 Komposisi kimia daging sapi ............................................................. 10
5 Kandungan gizi bawang putih ............................................................ 10
6 Komposisi gizi 28 gram jahe .............................................................. 11
7 Komposisi gizi 5 gram ketumbar ........................................................ 12
8 Kandungan gizi 5 gram cabai merah................................................... 13
9 Kandungan gizi 7 gram lada ............................................................... 14
10 Kandungan gizi daging ayam ............................................................. 15
11 Kandungan gizi 80 gram bawang bombai ........................................... 17
12 Kandungan gizi daun selada ............................................................... 18
13 Kandungan gizi 52 gram mentimun .................................................... 20
14 Formulasi kulit kebab......................................................................... 22
15 Formulasi daging kebab ..................................................................... 24
16 Formulasi kebab................................................................................. 26
17 Formulasi kulit kebab yang dimodifikasi ............................................ 42
18 Formulasi daging kebab yang dimodifikasi ........................................ 45
19 Formulasi kebab yang dimodifikasi .................................................... 47
20 Biaya bahan baku kebab 1 kali produksi (2 formulasi)........................ 54
21 Biaya tenaga kerja pengolahan kulit kebab ......................................... 55
22 Biaya tenaga kerja pengolahan daging kebab ..................................... 55
23 Biaya tenaga kerja pengolahan kebab ................................................. 56
24 Biaya lain-lain .................................................................................... 57
25 Biaya penyusutan peralatan. ............................................................... 58
26 Biaya bunga modal............................................................................. 60
27 Biaya sewa. ........................................................................................ 61
28 Hasil analisa proksimat kebab ayam jamur tiram ................................ 80
29 Uji organoleptik ................................................................................. 83
30 Hasil pengujian mikrobiologi pada kebab ayam jamur tiram .............. 85
vi

31 Informasi nilai gizi kebab ayam jamur tiram per kemasan (245 g) ...... 86
32 Rekapitulasi finansial 8 x produksi kebab ayam jamur tiram ............. 93
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Bagan Alir Pengolahan. ...................................................................... 102


2 Prosedur Pengujian Mutu Produk ....................................................... 105
3 Struktur Organisasi PUM ................................................................... 111
4 Perhitungan Pengujian Produk ............................................................ 112
5 Rincian Analisa Finansial PUM.......................................................... 119
6 Foto Kegiatan Produksi ...................................................................... 121
7 Label Produk ...................................................................................... 132
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proyek Usaha Mandiri (PUM) merupakan salah satu kegiatan perkuliahan

pada semester V (lima). Kegiatan ini yang diperuntukkan seluruh mahasiswa

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh yang bertujuan untuk mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. Dalam mengaplikasikan kegiatan ini

banyak yang dapat dikembangkan dengan apa yang telah dipelajari diantaranya

untuk menciptakan produk baru, lapangan kerja, wirausahawan yang handal

dalam bidang apapun. Pelaksanaannya meliputi perencanaan, uji coba produk,

proses produksi, pengujian produk dan pemasaran dari produk. PUM ini pada

dasarnya pengembangan berbagai macam produk olahan pangan. PUM dapat

dilakukan dengan cara diversifikasi maupun modifikasi produk pangan yang

sudah ada. Salah satu produk pangan yang dikembangkan adalah kebab.

Kebab adalah makanan yang terbuat dari daging sapi, digiling kasar diolah

dengan bumbu-bumbu khusus. Kebab diproses melalui tiga tahapan, yakni

pencampuran bumbu, pencetakan, dan pemasakan. Sebelum disajikan, daging

kebab dengan ketebalan kurang lebih 1 cm dipotong memanjang ukuran

3 x 17 cm, lalu dipanggang pada wajan anti lengket. Kebab dengan Tortila (roti

khas Meksiko), dicampur dengan sayuran dan aneka saus pilihan, kemudian

digulung dan dipanggang kembali (Anonim, 2012a). Untuk mengembangkan

produk kebab dilakukan modifikasi pada kulit dan isian kebab.

Modifikasi pada kulit kebab dilakukan dengan penambahan wortel yang

berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi dan mencerahkan warna dari kulit kebab.

Menurut Ali, Rahayu, dan Sunarjono (2003), wortel merupakan jenis sayuran
2

yang mempunyai kandungan gizi cukup baik diperlukan oleh tubuh terutama

sebagai sumber vitamin A. Umbi wortel banyak mengandung vitamin A yang

disebabkan oleh tingginya kandungan karoten, yakni suatu senyawa kimia

pembentuk vitamin A. Senyawa ini pula yang membuat umbi wortel berwarna

kuning kemerahan.

Modifikasi pada isian kebab dilakukan dengan penggantian daging sapi

dengan daging ayam dan jamur tiram, karena daging sapi mempunyai harga yang

lebih mahal, sehingga dapat menghemat biaya produksi. Menurut Surisdiarto dan

Koentjoko (1990), kandungan protein dalam daging ayam sangat baik karena

mengandung semua asam amino essensial yang mudah dicerna dan diserap oleh

tubuh. Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981), didalam 100

gram daging ayam terkandung 18,2 gram protein, 25 gram lemak, dan 55,9 gram

air.

Untuk meningkatkan kandungan gizi isiannya dan supaya lebih berserat

juga dapat ditambahkan bahan pangan nabati seperti jamur tiram. Menurut

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981), didalam 100 gram jamur tiram

terkandung 10,5 gram protein, 1,7 gram lemak dan 56,6 gram karbohidrat.

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan penambahan wortel yang paling

baik adalah sebanyak 20 % dari berat tepung terigu, serta penggantian daging sapi

dengan daging ayam dan jamur tiram yang paling baik adalah dengan

perbandingan 3 : 2. Berdasarkan uraian diatas penulis mencoba mengembangkan

salah satu produk pangan dan mengaplikasikannya dalam PUM dengan judul

“Penambahan Wortel pada Pembuatan Kulit Kebab dengan Isian Daging Ayam

dan Jamur Tiram”


3

1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah

1.2.1 Perumusan Masalah

Dalam pembuatan kebab ini perlu diperhatikan masalah-masalah yang

akan ditemui nantinya. Untuk itu masalah tersebut perlu dirumuskan agar mudah

dalam penyelesaiannya, masalah tersebut diantaranya adalah :

1. Belum ada penambahan wortel dalam pembuatan kulit kebab.

2. Kebab dengan bahan baku daging sapi harganya mahal.

3. Belum ditemukannya formulasi yang tepat untuk menghasilkan kebab yang

bermutu baik.

1.2.2 Pemecahan Masalah

Adapun pemecahan masalah untuk masalah tersebut adalah :

1. Menambahkan wortel dalam pembuatan kulit kebab .

2. Mengganti daging sapi dengan daging ayam dan jamur tiram dalam

pembuatan daging kebab.

3. Uji coba dalam pembuatan kebab untuk mendapatkan formulasi yang

paling tepat.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan formulasi yang tepat dalam pembuatan kebab.

2. Untuk meningkatkan nilai gizi dan kenampakan dalam pembuatan kebab.

3. Untuk mengetahui proses pengolahan pada pembuatan kebab.


4

4. Menganalisa mutu kebab yang terdiri dari pengujian rendemen, proksimat,

organoleptik, mikrobiologi, dan Angka Kecukupan Gizi (AKG).

5. Untuk mengetahui kelayakan usaha produk kebab dengan menggunakan

analisa finansial.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kebab (kebap, kabab, kebob, kabob, kibob, kebhav, atau kephav) adalah

sebutan untuk berbagai hidangan daging panggang/bakar yang ditusuk memakai

tusukan atau batang besi. Hidangan ini umum dijumpai dalam masakan Laut

Tengah, masakan Kaukasus, masakan Asia Tengah, masakan Asia Selatan, dan

masakan beberapa negara Afrika (Anonim, 2015).

2.1 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kebab terdiri dari bahan

baku kulit, bahan baku daging dan bahan baku pengolahan kebab (Khairi, 2015).

2.1.1 Bahan baku kulit

Adapun bahan baku kulit pada pembuatan kebab ini adalah sebagai

berikut: tepung terigu, garam, baking powder, gula, minyak goreng, dan susu cair

(Khairi, 2015).

A. Tepung terigu

Jenis-jenis tepung terigu ada 3 yaitu terigu protein tinggi (12-13 %), terigu

protein sedang (10-11 %), dan terigu protein rendah (8-9 %). Adanya kandungan

glutenin dan gliadin dalam tepung terigu akan membentuk gluten karena adanya

penambahan air sehingga terbentuk adonan (Rahzarni, 2009).

Gluten adalah protein yang menggumpal, bersifat elastis serta akan

mengembang bila dicampur dengan air. Gluten akan menentukan hasil produk

karena gluten akan mempengaruhi jaringan atau kerangka yang akan

mempengaruhi baik tidaknya produk. Baik tidaknya produk akan ditentukan oleh

baik atau tidaknya jaringan, baik tidaknya jaringan akan ditentukan oleh kuat atau
6

tidaknya jaringan gluten, kuat atau tidaknya gluten akan dipengaruhi banyak

tidaknya kandungan protein yang akan ditentukan oleh jenis tepung yang

digunakan (Subagjo, 2007).

Protein yang terdapat di dalam tepung terigu terdiri dari gliadin, glutenin

dan mesonin yang tidak dapat larut di dalam air. Apabila ditambahkan air ke

dalam tepung glutenin akan mengembang. Selama proses pengembangan

berlangsung akan menyerap gliadin, mesonin dan sebagian protein yang dapat

larut, kemudian akan membentuk suatu bahan baru yang disebut gluten (US.

Wheat Associates, 1981). Tepung terigu merupakan bahan utama dalam

pembuatan kulit kebab. Komposisi kimia tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia tepung terigu


Komposisi gizi Satuan Jumlah
Kalori kal 365
Protein g 8,9
Lemak g 1,3
Karbohidrat g 77,3
Kalsium mg 16
Fosfor mg 106
Besi mg 1,2
Vitamin B1 mg 0,12
Air g 12,0
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981)

B. Garam

Menurut U.S Wheat Associates (1981) dan Rahzarni (2009), garam biasa

atau garam dapur digunakan untuk membangkitkan rasa lezat bahan-bahan lain

yang digunakan untuk membuat cake dan produk-produk lainnya. Garam yang

ditambahkan ke dalam adonan berfungsi untuk memberikan rasa gurih,

memperkuat jaringan gluten, tekstur yang dihasilkan akan lebih lunak dan halus.
7

C. Baking powder

Baking powder adalah bahan peragi hasil reaksi asam dengan natrium

bikarbonat. Baking powder terdiri dari 3 bagian yaitu soda kue (Sodium

bicarbonate), garam asam (acid salt), dan bahan pengisi (filler). Baking powder

dalam adonan akan melepaskan gas hingga jenuh dengan gas karbondioksida, lalu

dengan teratur membebaskan gas selama pemanggangan agar adonannya

mengembang sempurna (U.S Wheat Associates, 1981).

D. Minyak goreng

Minyak goreng dalam pembuatan kulit kebab berfungsi sebagai sumber

lemak. Menurut Ketaren (2008), minyak goreng merupakan salah satu bahan yang

termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari

lemak hewan. Penggunaan minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar

panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam

makanan. Minyak goreng tersusun dari beberapa senyawa seperti asam lemak

dan trigliserida.

E. Susu

Susu adalah bagian yang sangat kecil dalam kelarutan protein cair, gula,

dan mineral. Susu dapat membuat struktur adonan makin kokoh, kuat dan stabil

serta memberi warna, meningkatkan rasa, nilai gizi, adanya kandungan kalsium

dalam susu akan memperkuat gluten adonan (Rahzarni, 2009). Komposisi susu

dapat dilihat pada Tabel 2.


8

Tabel 2. Komposisi susu


Komposisi Jumlah (%)
Air 87,75
Zat-zat padat 12,25
a. Lemak 3,50
b. Protein 3,25
c. Mineral-mineral atau abu 0,75
d. Laktosa (gula susu) 4,75
Sumber: U.S Wheat Associates (1981)

F. Gula pasir

Menurut Trimedona (2004), gula pasir merupakan hasil dari batang tebu

yang digiling dan dipres airnya kemudian cairannya yang manis diolah menjadi

gula, gula pasir atau sukrosa. Gula tersebut tergolong disakarida yang tersusun

dari satu gugus glukosa dan satu gugus fruktosa.

Gula pasir sangat diperlukan untuk memberikan rasa manis dan

menampakkan warna kerak yang lebih bagus pada hasil akhir produk. Gula juga

akan membentuk warna yang kecoklatan, sebagai pembentuk flavor karamel, dan

gula juga dapat membuat susunan dan butiran adonan menjadi halus (Rahzarni,

2009).

Untuk modifikasi dalam pembuatan kulit kebab dilakukan dengan

penambahan bahan pangan nabati yaitu wortel.

G. Wortel

Menurut Suyanti (2008), wortel (Daucus carota) merupakan sayuran yang

banyak mengandung vitamin A dalam bentuk β-karoten. Hampir seluruh

kebutuhan mineral dan β-karoten yang dibutuhkan tubuh terkandung di dalamnya.

Selain sebagai sumber vitamin dan mineral, wortel bermanfaat untuk kesehatan

tubuh, diantaranya membantu menurunkan kadar kolestrol dalam darah,


9

membantu menurunkan kadar kolestrol dalam darah, membantu pertahanan tubuh

dan risiko kanker, terutama kanker paru-paru, membantu ketahanan terhadap

keracunan makanan, serta mengatasi hipertensi dan rabun senja. Komposisi gizi

wortel dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi gizi wortel per 100 gram bahan


Bahan penyusun Satuan Kandungan gizi
Karbohidrat g 9,30
Lemak g 0,30
Protein g 1,20
Kalsium mg 39,00
Fosfor mg 37,00
Besi mg 0,80
Vitami A SI 12.000,00
Vitamin B mg 0,06
Vitamin C mg 6,00
Air g 88,20
Sumber : Direktorat Gizi Depertemen Kesehatan RI (1981)

2.1.2 Bahan baku daging kebab

Adapun bahan baku daging pada pembuatan kebab ini adalah sebagai

berikut: daging sapi, bawang putih, jahe, ketumbar, youghurt, garam, cabai merah

dan lada (Khairi, 2015).

A. Daging sapi

Menurut Muchtadi, Sugiono, dan Ayustaningwarno (2010), daging adalah

salah satu komoditi pertanian yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan zat gizi protein, karena protein daging mengandung susunan asam amino

yang lengkap. Secara umum dapat dikatakan bahwa daging terdiri dari air dan

bahan-bahan padat. Bahan padat daging terdiri dari bahan-bahan yang

mengandung nitrogen, mineral, garam, dan abu. Lebih kurang 20 % dari semua
10

bahan padat dalam daging adalah protein. Komposisi kimia daging sapi dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi kimia daging sapi


Komposisi Satuan Kandungan gizi
Air g 66,0
Protein g 18,8
Lemak g 14,0
Ca mg/g 11,0
P mg/g 170,0
Besi mg/g 2,8
Vitamin A SI 30,0
Vitamin B mg/g 0,08
Sumber : Muchtadi et all., (2010)

B. Bawang putih

Kadar gizi umbi bawang putih (Allium sativum L.) terdiri dari zat organik

seperti protein, lemak dan karbohidrat. Disamping itu mengandung zat-zat hara

seperti kalsium, fosfor, besi, vitamin,dan belerang (Santoso, 1988). Kandungan

gizi bawang putih dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan gizi bawang putih


Komposisi Satuan Jumlah
Protein g 4,50
Lemak g 0,20
Karbohidrat g 23,10
Kalsium g 42
Fosfor mg 134
Besi mg 1
Vitamin B1 mg 0,22
Vitamin C mg 15
Air g 71
Sumber : Direktorat Gizi Depertemen Kesehatan RI (1981)

C. Jahe

Menurut Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010), jahe (Zingiber

officinale Rosc.) mengandung lemak, protein, zat pati, damar, asam organik,
11

oleoresin (gingerin), dan minyak atsiri. Komponen minyak asiri jahe adalah

zingeron, zingerol, zingiberin, borneol, sineol, dan feladran.

Rasa pedas jahe berasal dari kandungan senyawa gingerol (oleoresin).

Gingerol bersifat sebagai antioksidan sehingga jahe bermanfaat sebagai

komponen bioaktif anti-penuaan. Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi

melindungi lemak/membran dari oksidasi, menghambat oksidasi kolesterol, dan

meningkatkan kekebalan tubuh (Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita, 2010).

Komposisi gizi jahe dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi gizi 28 gram jahe


Komposisi Satuan Jumlah
Natrium mg 4
Karbohidrat g 5
Vitamin C mg 1,4
Vitamin E (alfa tokoferol) mg 0,1
Niasin mg 0,2
Folat µg 3,1
Kolin mg 8,1
Magnesium mg 12
Kalium mg 116
Tembaga mg 0,1
Mangan mg 0,1
Sumber : Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010)

D. Ketumbar

Menurut Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010), ketumbar

(Coriandrum sativum) mengeluarkan jeruk sitrun jika dihancurkan, berkat

kandungan terpena linalool dan pinena di dalamnya. Rasanya hangat, gurih,

pedas, manis-asam seperti jeruk. Ketumbar adalah sumber vitamin C, fosfor,

kalium, seng, tembaga, dan selenium yang baik. Ketumbar juga merupakan

sumber kalsium, zat besi, magnesium, dan mangan yang sangat baik. Komposisi

gizi ketumbar dapat dilihat pada Tabel 7.


12

Tabel 7. Komposisi gizi 5 gram ketumbar


Komposisi Satuan Jumlah
Natrium mg 2
Karbohidrat g 3
Vitamin C mg 1,1
Kalsium mg 35,4
Zat besi mg 0,8
Magnesium mg 16,5
Fosfor mg 20,5
Kalium mg 63,3
Seng mg 0,2
Mangan mg 0,1
Selenium µg 1,3
Sumber : Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010)

E. Yoghurt

Yoghurt merupakan produk susu fermentasi yang melibatkan bakteri

Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus lactis. Yoghurt berasal dari negara

Eropa Timur yang dikenal dengan sebutan Bulgaria. Yoghurt dapat dibuat dari

bahan baku susu sapi yang diolah dengan cara pengasaman atau fermentasi.

Proses fermentasi menghasilkan asam laktat menentukan rasa asam yang khas

pada yoghur (Rahzarni, 2003).

Rasa asam laktat ini dapat dihasilkan hanya apabila kedua bakteri starter

bekerja sama dalam kondisi yang cocok. Lactobacillus bulgarius dapat

menghasilkan asam laktat sampai dengan 4 %, sedangkan Streptococcus lactis

hanya 1 % dalam melakukan fermentasi. Kandungan gizi yoghurt diperkirakan

sebagai berikut: protein 4-4,9 %, lemak 1,5-2,5 %, karbohidrat 4 %, dan energi

52-99 %. Kandungan gizi yoghurt dapat bervariasi dengan berbagai cara

formulasi dan penambahan bahan lain (Rahzarni, 2003).


13

F. Cabai merah

Menurut Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010), cabai merah

(Capsicum annuum L.) adalah sumber riboflavin, niasin, zat besi, magnesium, dan

kalium yang baik. Cabai merah juga merupakan sumber vitamin A, vitamin C,

vitamin E, (alfa tokoferol), vitamin K, vitamin B6, dan mangan yang sangat baik.

Cabai mengandung kapsaisin yang memberi rasa pedas dan hangat saat digunakan

sebagai rempah. Kapsaisin menimbulkan rasa panas di mulut dan kerongkongan,

kemudian merangsang otak untuk merespon dengan memacu denyut jantung,

merangsang keringat (diaforetik), dan melepaskan endorfin. Kandungan gizi cabe

merah dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kandungan gizi 5 gram cabai merah


Komposisi Satuan Jumlah
Natrium mg 2
Karbohidrat g 3
Vitamin A IU 2.185
Vitamin C mg 4
Vitamin E mg 1,6
Vitamin K µg 4,2
Niasin mg 0,5
Vitamin B6 mg 0,1
Zat besi mg 0,4
Magnesium mg 8
Kalium mg 106
Mangan mg 0,1
Sumber : Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010)

G. Lada

Menurut Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010), lada (Piper nigrum

L.) atau merica adalah bumbu dapur yang banyak dipakai untuk memberi cita rasa

pedas dan aroma khas pada masakan. Lada mengandung minyak asiri, filandrena,

alkaloid piperina, dan kavisina. Kandungan zat lainnya dalam lada adalah
14

piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Serbuk lada yang mengandung

zat piperin sering kali menyebabkan orang bersin. Beberapa studi menunjukkan

bahwa piperin dapat membantu penyerapan selenium, vitamin B, betakaroten, dan

kurkumin, juga nutrisi lainnya. Lada juga mengandung sedikit safrol, senyawa

karsinogen ringan yang dapat mengiritasi dinding usus.

Rasa pedas pada lada sebagian besar berasal dari senyawa piperin yang

ditemukan pada buah dan bijinya. Rasa dan aroma lada mudah menguap sehingga

lebih baik disimpan dalam wadah kedap udara agar cita rasa aslinya bertahan

lebih lama. Lada juga bisa berkurang rasa pedasnya jika terpapar cahaya, yang

mengubah piperin menjadi isokavisin yang hampir tanpa rasa. Karena aromanya

mudah menguap, sebaiknya biji merica digiling sesaat sebelum digunakan.

Kandungan gizi lada dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kandungan gizi 7 gram lada


Komposisi Satuan Jumlah
Karbohidrat g 5
Vitamin C mg 1,5
Kalsium mg 18,6
Zat besi mg 1
Magnesium mg 6,3
Kalium mg 5,1
Tembaga mg 0,1
Mangan mg 0,3
Sumber : Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010)

Dalam pembuatan kebab, dilakukan modifikasi pada bahan isian kebab,

Untuk modifikasi dalam pembuatan isian kebab dilakukan dengan penggantian

daging sapi dengan daging ayam dan jamur tiram. Selain itu untuk meningkatkan

cita rasanya juga ditambahkan tepung maizena, gula dan susu bubuk.
15

H. Ayam

Menurut Surisdiarto dan Koentjoko (1990), daging ayam memiliki nilai

gizi yang lebih tinggi dibandingkan hewan lainnya. Kandungan protein dalam

daging ayam sangat baik kerena mengandung semua asam amino essensial yang

mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Kandungan gizi daging ayam dapat dilihat

pada Tabel 10.

Tabel 10. Kandungan gizi daging ayam


Komposisi Satuan Jumlah
Protein g 18,20
Lemak g 25,00
Kalsium mg 14,00
Fosfor mg 200,00
Besi mg 1,50
Vitamin B1 mg 0,08
Air g 55,90
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981)

I. Jamur tiram

Jamur tiram mempunyai kandungan gizi yang tinggi, diantaranya protein

sebesar 10-30 % dan mengandung asam amino esensial yang tidak bisa disintesis

dalam tubuh yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin,

histidin dan fenilalanin. Selain itu jamur tiram digunakan untuk mengatasi

berbagai macam penyakit seperti kandungan zat besi dan niasinnya dapat

meningkatkan sel darah merah (eritrosit), kandungan seratnya dapat menurunkan

kadar kolesterol tubuh, kandungan polisakarida letinan didalamnya mampu

menekan pertumbuhan sel-sel kanker, dan kandungan asam folatnya bermanfaat

bagi ibu hamil (Suriawira, 1986 ; Aditya dan Saraswati, 2012). Didalam 100

gram jamur tiram terkandung 367 kalori, 10,5-30,4 % protein, 56,6 % karbohidrat,
16

1,7-2,2 % lemak, 0,2 mg thianin, 4,7-4,9 mg riboflavin, 77,2 mg niasin, dan 314

mg kalsium (Asegab, 2011).

J. Tepung Maizena

Tepung maizena (corn flour) didalam produk akan berfungsi sebagai

bahan untuk memekatkan atau mengentalkan produk-produk yang sifatnya cair

sehingga menjadi sedikit kental dan keras (Subagjo, 2007).

H. Susu bubuk

Susu bubuk adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mengurangi

sebagian besar air melalui proses pengeringan susu segar atau susu rekombinasi

yang telah dipasteurisasi, dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral, dan

bahan tambahan pangan yang diizinkan. Umur simpan susu bubuk maksimal

adalah 2 tahun dengan penanganan yang baik dan benar. Susu bubuk rentan

terhadap perubahan gizi karena mudah beroksidasi dengan udara (Anonim,

2012b).

2.1.3 Bahan baku pengolahan kebab

Menurut Khairi (2015), bahan baku pada pengolahan kebab ini adalah

sebagai berikut: kulit kebab, daging kebab, margarin, bawang bombai, selada,

tomat, mentimun, saus sambal, dan mayonais.

A. Margarin

Margarin adalah lemak yang berasal dari lemak nabati yang melalui proses

hidrogenasi sehingga berbentuk padat yang sama konsistensinya dengan lemak

hewani. Aroma margarin tidak seharum mentega namun mempunyai daya


17

creaming dan emulsi yang baik. Margarin mengandung 80-90 % lemak, 16 % air,

dan titik cair 37-42 oC (Rahzarni, 2009).

B. Bawang bombai

Menurut Dalimartha dan Adrian (2011), bawang bombai (Allium cepa

var.cepa) mengandung bermacam-macam senyawa sulfur organik yang

bermanfaat bagi kesehatan. Seperti bawang putih, bawang bombai bila

dimemarkan juga akan mengeluarkan enzim allinase yang akan mengubah trans-

S-(1 propenyl) cysteine sulfoxide menjadi propanethial S-oxide sehingga

menimbulkan rasa pedas dan merangsang keluarnya air mata. Iritasi pada mata

akibat bawang bombai yang dimemarkan akan melepaskan senyawa lain yang

mengandung sulfur, allyl sulfate. Bawang bombai juga mengandung flavonoids

(terutama quercetin), phenolic acid, sterols, saponin, pektin, minyak yang dapat

menguap (volatile oil), biotin, kromium, asam folat, serat, dan vitamin (C, B6, B1,

K). Kandungan gizi bawang bombai dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kandungan gizi 80 gram bawang bombai


Komposisi Satuan Jumlah
Protein g 1
Karbohidrat g 7
Serat g 1
Kalsium mg 16
Fosfor mg 26
Kalium mg 125
Magnesium mg 8
Vitamin B6 mg 0,1
Vitamin C mg 5
Folat µg 15
Air g 90
Sumber : Dalimartha dan Adrian (2011)
18

C. Selada

Menurut Bangun (2003), daun selada menyimpan potensi karena

mengandung vitamin, mineral, dan antioksidan. Hampir tidak ada batasan jumlah

dalam mengonsumsi daun selada. Meskipun demikian, tetap perlu kewaspadaan

karena permukaan daun selada yang lebar lebih mudah terkena residu pestisida.

Agar terbebas dari residu pestisida disarankan mengonsumsi daun selada yang

ditanam secara organik.

Untuk memperoleh nilai nutrisi yang optimal, hendaknya dipilih daun

selada yang warna hijau yang warna hijau disisi luarnya lebih dominan. Daun

selada yang sudah dicuci dan disobek cepat kehilangan kandungan vitamin C dan

asam folat. Fungsi asam folat antara lain membantu pembentukan sel darah

merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang. Kandungan gizi daun selada

dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kandungan gizi daun selada


Komposisi Satuan Jumlah
Protein g 1,2
Lemak g 0,2
Karbohidrat g 2,9
Kalsium mg 22
Phosfor mg 25
Zat besi mg 1
Vitamin A SI 540
Vitamin B1 mg 0,04
Vitamin C mg 8
Air g 94,8
Sumber : Direktorat Gizi Depertemen Kesehatan RI (1981)

D. Tomat

Menurut Dalimartha dan Adrian (2011), tomat (Solanum lycopersicum)

merupakan buah yang mengandung alkaloid (tomatin, alpha-tomatin, solanin),


19

saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, asam pantothenat, asam salisilat,

asam coumaric, asam chlorogenik, bioflavonoid (termasuk rutin dan pigmen

merah bernama likopen), adenin, biotin, trigonelline, kholin, mineral (Ca, Mg, P,

K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (A, B1, B2, B6, C, E, K, niasin), histamin,

protein, lemak, gula (glukosa, fruktosa), dan serat. Setiap 100 g tomat yang

masak mengandung 32 kalori dengan 2 g serat. Jumlah likopen pada tomat sangat

bervariasi tergantung varietas dan seberapa matang tomat tersebut.

Menurut Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010), kandungan tomatin

pada tomat berperan sebagai anti inflamasi atau anti radang. Zat tomatin terbukti

efektif untuk menghambat pertumbuhan jamur pada tubuh manusia. Senyawa

likopena berkhasiat sebagai antioksidan. Secara kimia, struktur senyawa ini unik

karena lebih banyak daripada karotenoid. Dengan demikian tomat sanggup

melindungi tubuh dari efek perusakan dari radikal bebas dan berbagai penyakit

degeneratif.

E. Mentimun

Menurut Dalimartha dan Adrian (2011), buah mentimun (Cucumis sativus)

merupakan sumber vitamin C, A, dan asam folat. Kulitnya yang keras kaya akan

serat dan mineral penting seperti silika, kalium, magnesium, dan molibdenum.

Buah mentimun sering direkomendasikan sebagai sumber silika.

Mentimun mengandung sedikit saponin, rutin, isoquercitrin, cucurbitacin

A, B, C, D, asam folat, caffeic acid, enzim pencernaan, glutathione, protein,

lemak, karbohidrat, vitamin (C, A, dan B), beta karoten, dan mineral (silika,

kalium, magnesium, dan molibdenum). Kandungan gizi mentimun dapat dilihat

pada Tabel 13.


20

Tabel 13. Kandungan gizi 52 gram mentimun


Komposisi Satuan Jumlah
Karbohidrat g 1
Kalsium mg 7
Fosfor mg 10
Kalium mg 75
magnesium mg 6
Vitamin A IU 21
Vitamin C mg 3
Folat µg 7
Air g 96
Sumber : Dalimartha dan Adrian (2011)

F. Saus sambal

Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan

atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan digunakan sebagai penyedap

makanan (SNI, 1992).

Saus cabe atau saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama

cabe besar, cabe keriting, atau cabe rawit merah dengan atau tanpa dicampur

dengan bahan lainnya seperti bauh nanas, pepaya matang, mangga ubi merah atau

mangga. Bahan yang digunakan dalam pembuatan saus cabai antara lain cabai

merah besar, bawang putih, gula pasir, garam, minyak wijen, kecap inggris, air,

asam cuka, dan bahan pengawet (Suyanti, 2007).

I. Mayonais

Menurut definisi yang dibuat oleh F.D.A., mayonais merupakan emulsi

semi padat (semi solid) antara minyak nabati dengan cuka atau juice

lemon, dan kuning telur sebagai emulsifier. Disamping itu ditambahkan garam
21

dan gula secukupnya dan hasil akhir tidak kurang dari 60-75 % minyak nabati

(Evawati, 2005).

Mayonais berupa krim berwarna coklat pucat yang disebabkan oleh

kuning telur. Secara fisik mayonais terdiri dari fase internal berupa butiran

minyak yang terdispersi dalam fase eksternal yang terdiri dari cuka, kuning telur

dan bumbu lainnya yang menimbulkan flavor dari mayonais yang dihasilkan

(Evawati, 2015).

2.2 Proses Pengolahan

Proses pengolahan pada pembuatan kebab terdiri dari, proses pengolahan

kulit kebab, proses pengolahan daging kebab dan proses pengolahan kebab

(Khairi, 2015).

2.2.1 Proses pengolahan kulit kebab

Adapun proses pengolahan kulit kebab ini terdiri dari: persiapan bahan,

pencampuran, pengistirahatan adonan I, pemotongan dan pembagian adonan

(deviding), pengistirahatan adonan II, pembentukan lembaran, dan pemanggangan

(Khairi, 2015).

A. Persiapan bahan

Persiapan bahan makanan yaitu menyiapkan semua bahan makanan yang

diperlukan sebelum dilakukan pengolahan, proses persiapan bahan makanan yaitu

suatu kegiatan yang spesifik dalam rangka mempersiapkan bahan makanan dan

bumbu-bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan (Soumokil, 2015)

Penimbangan merupakan tahap pertama yang harus dilakukan, tujuannya

adalah menentukan jumlah masing-masing bahan yang akan digunakan sesuai


22

dengan formulasi yang ditentukan (Rahzarni, 2015). Bahan yang digunakan

dalam pengolahan kulit kebab dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Formulasi kulit kebab


Jenis Bahan Satuan Jumlah
Tepung terigu g 250
Garam g 10
Baking powder g 10
Gula g 5
Minyak goreng g 30
Susu cair ml 100
Sumber : Khairi ( 2015)

B. Pencampuran

Pencampuran adalah suatu unit operasi dimana satu campuran yang

seragam diperoleh dari dua atau lebih komponen dengan mendispersikan dalam

yang lainnya (Fellows, 2000). Tujuan dari pencampuran ialah membuat dan

mengembangkan daya rekat atau gluten. Tepung mengandung protein dan

sebagian besar protein akan mengambil suatu bentuk zat yang disebut dengan

gluten bila protein itu dibasahi (U.S Wheat Associates, 1981).

C. Pengistirahatan adonan I

Menurut Khairi (2015), pengistirahatan dilakukan dengan menutup adonan

dengan plastik/lap bersih selama 30 menit.

D. Pemotongan dan pembagian adonan (deviding)

Menurut Rahzarni (2009), pemotongan dan pembagian adonan ditujukan

untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Menurut Khairi (2015), pembagian

adonan dilakukan dengan membagi adonan menjadi 16 bulatan dengan ukuran

kurang lebih 50 gram.


23

E. Pengistirahatan adonan II

Menurut Khairi (2015), pengistirahatan dilakukan dengan menutup adonan

dengan plastik/lap bersih selama 30 menit.

F. Pembentukan lembaran

Tujuan pembentukan yaitu untuk memberikan adonan sesuai dengan jenis

produk yang dihasilkan (Rahzarni, 2015). Menurut Khairi (2015), pembentukan

dilakukan dengan cara memipihkan dan menggiling adonan dengan rolling pin

kayu sehingga menjadi bulat, lebar, dan tipis.

G. Pemanggangan

Pemanggangan adalah salah satu cara untuk membentuk adonan jadi

menyatu. Selama pemanggangan terjadi denaturasi protein dan proses pencoklatan

(reaksi maillard) dan karamelisasi (Rahzarni, 2009).

Pemanggangan ada dua yaitu pemanggangan dengan panas kering dan

pemanggangan dengan panas basah (Elida, 2004). Pada pembuatan kulit kebab

ini digunakan pemanggangan dengan panas kering yaitu pan broiling

Menurut Elida (2004), pan broiling adalah memanggang yang dilakukan

di atas frying pan, dimana penghantar panasnya secara konduksi. Minyak atau

lemak yang dioles pada pan hanya untuk mencegah makanan tersebut melengket

pada alat. Sebelum dipanggang, pan dipanaskan terlebih dahulu, crust yang

terbentuk akan menumpuk pada dasar pan sehingga akan meningkatkan flavor.

Menurut Khairi (2015), pemanggangan kulit kebab dilakukan di atas pan

dadar teflon dengan api kecil, sebelum dilakukan pemanggangan dipanaskan


24

terlebih dahulu pan dadar teflon, selanjutnya kulit kebab dipanggang hingga

matang dan terlihat ada efek-efek bercak coklat sedikit gosong.

2.2.2 Proses pengolahan daging kebab

Adapun proses pengolahan daging kebab ini terdiri dari: persiapan bahan,

pencampuran, pendiaman, dan pemanggangan (Khairi, 2015).

A. Persiapan bahan

Persiapan bahan makanan yaitu menyiapkan semua bahan makanan yang

diperlukan sebelum dilakukan pengolahan, proses persiapan bahan makanan yaitu

suatu kegiatan yang spesifik dalam rangka mempersiapkan bahan makanan dan

bumbu-bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan (Soumokil, 2015).

Penimbangan merupakan tahap pertama yang harus dilakukan, tujuannya

adalah menentukan jumlah masing-masing bahan yang akan digunakan sesuai

dengan formulasi yang ditentukan (Rahzarni, 2015). Bahan yang digunakan dalam

pengolahan daging kebab dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Formulasi daging kebab


Jenis Bahan Satuan Jumlah
Daging sapi g 500
Bawang putih g 10
Jahe g 10
Ketumbar g 5
Yoghurt cc 100
Garam g 10
Cabai merah g 20
Lada g 10
Sumber : Khairi (2015)
25

B. Pencampuran

Menurut Khairi (2015), pencampuran pada daging kebab dilakukan

dengan mencampurkan daging sapi dengan bumbu halus, hingga daging

berbumbu dengan merata.

C. Pendiaman

Menurut Khairi (2015), pendiaman dilakukan dengan membiarkan bumbu-

bumbu meresap pada daging kurang lebih 10 menit.

C. Pemanggangan

Menurut Khairi (2015), Pemanggangan daging kebab dilakukan setelah

bumbu-bumbu meresap pada daging, kemudian dipanggang di atas pan dadar

teflon dengan api kecil hingga daging matang, sebelum dilakukan pemanggangan

terlebih dahulu dipanaskan pan dadar teflon.

2.2.3 Proses pengolahan kebab

Adapun proses pengolahan kebab ini terdiri dari: persiapan bahan dan alat,

penimbangan, pemanggangan, dan penyajian (Khairi, 2015).

A. Persiapan bahan

Persiapan bahan makanan yaitu menyiapkan semua bahan makanan yang

diperlukan sebelum dilakukan pengolahan, proses persiapan bahan makanan yaitu

suatu kegiatan yang spesifik dalam rangka mempersiapkan bahan makanan dan

bumbu-bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan (Soumokil, 2015)

Penimbangan merupakan tahap pertama yang harus dilakukan, tujuannya

adalah menentukan jumlah masing-masing bahan yang akan digunakan sesuai


26

dengan formulasi yang ditentukan (Rahzarni, 2015). Bahan yang digunakan dalam

pengolahan kebab dapat dilihat pada Tabel 16.

Table 16. Formulasi kebab


Jenis Bahan Satuan Jumlah
Kulit kebab lembar 1
Margarin g 10
Bawang bombai g 25
Selada g 25
Tomat g 25
Mentimun g 25
Irisan daging kebab g 50
Saus sambal g 10
Mayonais g 10
Sumber : Khairi (2015)

B. Pemanggangan

Menurut Khairi (2015), Pemanggangan dilakukan di atas pan dadar teflon

dengan api kecil, sebelum dilakukan pemanggangan pan dadar teflon panaskan

terlebih dahulu. Kemudian kulit kebab dipanggang sebentar saja di atas pan atau

wajan yang sudah dioles margarin hingga muncul bercak kecoklatan.

C. Penyajian

Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari hygiene dan sanitasi

makanan. Penyajian makanan yang tidak baik dan etis, bukan saja dapat

mengurangi selera makan seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab

kontaminasi terhadap bakteri (Prabu, 2009).

Menurut Khairi (2015), penyajian pada pengolahan kebab dilakukan

dengan meletakkan kulit kebab di atas piring, kemudian ditata bawang bombai,

selada, mentimun, dan tomat di tengah kulit kebab dengan bentuk memanjang.

Setelah itu disemprotkan saus sambal secukupnya di atas sayuran. Kemudian


27

ditambahkan daging kebab di atasnya, ratakan bentuk memanjang. Selanjutnya

disemprotkan mayones secukupnya di atas daging, terakhir kulit kebab digulung

dan dipadatkan.

D. Pengemasan

Pengemasan sangat penting dalam suatu produk karena dengan

pengemasan yang baik akan memberikan nilai estetika yang baik pula bagi produk

sehingga dapat menarik minat konsumen. Selain memberikan nilai estetika

kemasan juga berfungsi untuk melindungi produk dari kontaminasi fisik dan

mikrobiologi.

Kemasan adalah suatu tempat atau wadah yang digunakan untuk

mengemas suatu produk yang telah dilengkapi dengan tulisan, label dan

keterangan-keterangan informasi yang menjelaskan isi, kegunaan lain seperti

Angka Kecukupan Gizi (AKG), kehalalan, komposisi, kode produksi, contact

person, dan expire date. Tujuan pengemasan pangan adalah agar bahan pangan

terbebas dari berbagai kontaminasi dari luar, sehingga dapat mempertahankan

mutu bahan pangan tersebut (Ermiati, 2004).

2.3 Pengawasan dan Pengujian Mutu

Pengawasan terhadap mutu bahan pangan sangat berkaitan dengan

keamanan dalam pengonsumsian bahan pangan. Pengawasan mutu dapat dilihat

secara lebih lihat dengan memperhatikan mutu produk/barang, kegiatan yang

terkait, kondisi apa yang ditampilkan dan apa yang disajikan. Baik buruknya mutu

dari suatu produk sangat dipengaruhi oleh cara penyajiannya. Dengan demikian

performance merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh besar dalam suatu
28

kegiatan usaha. Pengendalian konsep mutu secara terpadu dapat dibagi menjadi

tiga bagian yaitu perancangan, mutu pengolahan dan mutu pemasaran/pelayanan

(Thaib, 2002a).

Dalam industri pangan, mutu ditentukan oleh berbagai karakteristik yang

terus berkembang mengikuti kebutuhan konsumen yang semakin luas

spektrumnya. Beberapa abad yang lalu telah dikembangkan karakteristik

fungsional yang sampai saat ini terus berlanjut dalam penyempurnaan, termasuk

peningkatan kemampuan instrumen alat pengukur (Muhandri, Kadarisman dan

Tim Premysis Consulting, 2012).

Pengawasan produk sangat penting dilakukan dari segi kimia,

mikrobiologi, maupun nilai gizi yang ada pada produk yang akan dihasilkan.

Pengujian mutu pada pembuatan kebab meliputi perhitungan rendemen, analisa

proksimat (kimia), pengujian organoleptik, pengujian mikrobiologi dan angka

kecukupan gizi (AKG).

2.3.1 Rendemen

Menurut Wulandari (2012), rendemen digunakan untuk mengetahui nilai

ekonomis dan efektifitas suatu produk bahan pangan. Maka rendemen dapat

dijadikan sebagai parameter. Perhitungan rendemen dilakukan berdasarkan

persentase perbandingan antara bobot bagian bahan yang akan dicari nilai

rendemennya dengan berat total keseluruhan bahan dikalikan seratus persen. Nilai

rendemen ini berbanding lurus dengan nilai ekonomisnya, Semakin besar nilai

rendemen suatu bahan, maka dapat dikatakan nilai ekonomis bahan pangan

tersebut semakin tinggi. Sebaliknya, jika nilai rendemennya rendah maka nilai

ekonomisnya juga rendah.


29

2.3.2 Analisa Proksimat (Kimia)

Analisa kimia yang dilakukan pada kebab yang dihasilkan meliputi uji

kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat.

A. Uji Kadar Air

Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan karena air dapat

mempengaruhi kenampakan, tekstur dan cita rasa dari produk yang dihasilkan.

Kadar air dalam suatu bahan pangan dapat ditentukan dalam metode pengeringan

(Termogravimetri). Prinsip dari metode ini yaitu menguapkan air yang ada pada

bahan pangan dengan cara pemanasan dalam oven pada suhu 105-110 oC sampai

diperoleh berat yang konstan (Trimedona, 2014).

B. Kadar Abu

Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara

pengabuannya. Kadar abu berhubungan dengan kadar mineral suatu bahan.

Penentuan kadar abu dapat dibagi dengan dua cara yaitu pengabuan kering dan

pengabuan basah. Pengabuan kering menggunakan tanur dengan suhu yang tinggi

yaitu sekitar 500-600 oC. Bahan yang mempunyai kandungan zat yang mudah

menguap dan berlemak dilakukan dengan menggunakan suhu rendah dulu sampai

asam hilang, baru dinaikkan suhu sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan

pengabuan basah menggunakan zat-zat kimia dalam bahan sebelum dilakukan

proses pengabuan. Berbagai bahan kimia yang sering digunakan dalam pengabuan

ini adalah asam sulfat, campuran asam sulfat dan kalium sulfat atau campuran

asam sulfat dan asam nitrat (Trimedona dan Roza, 2014).


30

Menurut Andarwulan, Kusnandar dan Herawati (2011), analisa kadar abu

dapat dilakukan dengan metode pengabuan kering. Prinsipnya dengan cara

mendestruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi di dalam tanur

pengabuan (furnace), tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih

keabuan dan berat konstan tercapai. Residu yang didapatkan merupakan total abu

dari suatu sampel. Penentuan kadar abu yaitu abu dalam bahan ditetapkan dengan

menimbang residu hasil pembakaran komponen bahan organik pada suhu

sekitar 550 oC.

C. Kadar Protein

Pengujian kadar protein dilakukan untuk mengetahui jumlah nitrogen

total untuk mewakili jumlah protein yang ada pada suatu produk pangan sehingga

diharapkan produk tersebut memberikan sumbangan protein yang optimal untuk

kebutuhan tubuh (Trimedona, 2014). Kadar protein didalam bahan pangan atau

makanan dapat diuji menggunakan metode kjeldahl.

Menurut Andarwulan et all., (2011), pada penetapan protein metode

kjeldahl, sampel yang akan dianalisa harus dihancurkan (destruksi) dahulu secara

sempurna, sehingga seluruh karbon dan hidrogen teroksidasi dan nitrogen diubah

menjadi amonium sulfat. Proses penghancuran ini dilakukan dengan

menambahkan asam kuat pekat (asam sulfat) ke dalam contoh dan proses

pemanasan pada suhu tinggi, sehingga dihasilkan larutan berwarna jernih yang

mengandung amonium sulfat. Selanjutnya amonium sulfat dinetralkan dengan

menggunakan alkali pekat dan didistilasi. Distilat ditampung kedalam erlemenyer

yang berisi larutan asam borat. Ion borat ini kemudian dititrasi dengan

menggunakan asam standar.


31

D. Kadar Lemak

Dalam makanan, lemak juga dianggap sebagai sumber kalori, karena

setiap gram lemak yang dimakan menghasilkan 9 kalori, sedangkan protein dan

karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori per gramnya. Pengujian kadar lemak

dapat dilakukan dengan metoda solven extraction dan metoda folch. Ekstraksi

lemak dengan pelarut (solven extraction) adalah suatu cara ekstraksi yang

menggunakan pelarut kimia dengan proses destilasi/penyulingan. Prinsipnya yaitu

melarutkan lemak dalam pelarut yang bersifat non-polar, yaitu senyawa yang

dapat melarutkan minyak. Ekstraksi minyak dengan metoda folch yaitu selain

menggunakan pelarut minyak dalam proses ekstraksinya juga dilakukan proses

pengadukan yang biasanya dengan menggunakan stirrer agar minyak dapat

terpisah dari bahan yang diekstrak (Evawati, 2015).

E. Kadar Karbohidrat

Untuk mengetahui kandungan karbohidrat dalam makan dapat

diperhitungan dengan metode Carbohidrate by Difference. Perhitungan ini adalah

penentuan karbohidrat dalam bahan makanan secara kasar (proximate analisis)

dan hasilnya ini dicantumkan dalam daftar komposisi bahan makanan

(Winarno, 2004).

2.3.3 Pengujian Organoleptik

Menurut Thaib (2002a), pengujian organoleptik dilakukan untuk

mengetahui rasa, aroma, bau, kekerasan, dan penampakan bahan. Pengujian

organoleptik dilakukan oleh panelis yang pengujiannya bersifat subjektif.


32

Pengujian organoleptik merupakan pengamatan terhadap warna, rasa,

aroma, tekstur dan kenampakan terhadap 20 panelis. Salah satu metode yang

digunakan dalam pengujian organoleptik yaitu uji kesukaan (Hedonik). Uji

hedonik yaitu uji yang meminta tanggapan pribadi panelis tentang kesukaan atau

sebaliknya ketidaksukaan. Selain itu juga diminta tanggapan mengenai tingkat

kesukaan atau skala hedonik (Harni dan Desminarti, 2015).

2.3.4 Pengujian Mikrobiologi

Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain

dapat mendugadaya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai

indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan (Fardiaz, 1993).

Uji mikrobiologi yang akan dilakukan adalah adalah uji Total Plate Count

(TPC). Uji ini bertujuan mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada pada

produk yang akan diuji. Kelayakan produk makanan yang akan dikonsumsi yang

tumbuh pada produk tersebut (Elida, 2009).

2.3.5 Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Menurut Almatsier (2001), angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG)

atau Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi

esensial. Yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi

kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka kecukupan gizi berbeda dengan

angka kebutuhan gizi (dietary requiremen). Angka kebutuhan gizi adalah

banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk

mempertahankan status gizi adekuat.


33

AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat bahan untuk masing-

masing kelompok umur, gender, aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis tertentu

seperti kehamilan dan menyusui. Dalam penggunaannya, bila kelompok

penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan

patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan

kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdasarkan

berat badan idealnya. AKG yang dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan

(Almatsier, 2001).

2.4 Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu filsafah bisnis yang menyadari pentingnya

keterlibatan seluruh elemen organisasi dalam proses pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen sekaligus memenuhi tujuan-tujuan organisasi. Aktivitas-

aktivitas pemasaran seharusnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan

efesiensi, efektivitas, dan tanggung jawab sosial terhadap produk yang dibuat.

Ada lima strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan yaitu mengenali

pelanggan, melakukan promosi, memilih lokasi yang strategis, menggunakan

internet marketing, dan menjalin hubungan baik dengan konsumen (Tadda, 2013).

2.5 Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dengan baik dan

lancar maka perlunya komunikasi antar masing-masing antar mahasiswa.

Komunikasi ini dibentuk dalam suatu stuktur organisasi dimana tugas dan

tanggungjawabnya berbeda.
34

Menurut Burhanuddin (2011), stuktur organisasi dapat terbagi beberapa

jenis yaitu:

a. Formal structure, yaitu stuktur organisasi yang disebutkan secara resmi.

Stuktur organisasinya biasanya dalam bentuk diagram yang menggambarkan

hubungan pelaporan dan pengaturan formal posisi kerja dalam sebuah

organisasi dengan tanggungjawab masing-masing posisi kerja.

b. Informal structure, yaitu sebuah hubungan yang bersifat bayangan/tidak resmi

namun sering kritis dalam menanggapi suatu hal yang bersifat kolektif, dan

terdapat hubungan kerja antara anggota organisasi terseebut yang bisa

dilakukan secara langsung tanpa batas-batas formalitas.

c. Functional stukture, yaitu stuktur organisasi yang terdiri dari orang-orang

dengan keterampilan yang sama dan melakukan tugas-tugas serupa yang

kemudian dikelompokkan bersama menjadi beberapa unit kerja.

d. Divisional structure, yaitu stuktur yang dikelompokkan berdasarkan pada

produk yang sama, proses yang sama, dan berlokasi didaerah yang sama di

suatu wilayah geografis.

e. Matrix structure, yaitu struktur organisasi yang menggabungkan antara stuktur

fungsional dan stuktur divisional.

f. Horizontal structure, yaitu struktur organisasi yang biasanya focus sekitar

proses, dan bukan pada fungsi, menempatkan orang-orang yang

bertanggungjawab atas proses inti dan dalam penurunan hirarki digunakan

untuk meningkatkan penggunaan tim

g. Team structure, yaitu stuktur organisasi ini menggunakan tim permanen atau

sementara untuk memecahkan masalah.


35

h. Network structure yaitu struktur organisasi yang terdiri dari sebuah inti pusat

yang dihubungkan melalui jaringan hubungan dengan kontraktor luar dan

pemasok layanan penting lainnya.

2.6 Sanitasi dan Penanganan Limbah

2.6.1 Sanitasi

Sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau

mengatur faktor lingkungan yang berhubungan dengan rantai perpindahan

penyakit. Keamanan pangan adalah jaminan agar makanan tidak membahayakan

konsumen pada saat disiapkan atau dimakan menurut penggunaannya (Elida,

2015).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara kebersihan

lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk

keperluan mencuci, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar

sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

A. Sanitasi Bahan Baku

Bahan baku adalah segala macam bahan dari hasil pertanian ataupun yang

lainnya yang menjadi komponen dasar dalam pengolahan pangan atau produk

pangan. Sanitasi bahan pangan adalah suatu upaya untuk mencegah pangan dari

kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang dapat mengganggu,

merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Yunus, 2010).

B. Sanitasi Pekerja

Sanitasi pekerja dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan dengan

sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan. Memakai
36

sarung tangan, mengurangi berbicara pada saat pengolahan, tidak memakai

perhiasan pada saat bekerja dan kuku harus dipotong. Mikroorganisme yang

sering terdapat pada kulit adalah bakteri pembentuk spora dan stapilokoki

sedangkan pada rambut adalah kapang (Elida, 2015).

C. Sanitasi Alat

Sanitasi pada alat dapat dilakukan dengan cara mencuci peralatan sebelum

dan sesudah melakukan pekerjaan dengan menggunakan deterjen, dibilas dengan

air mengalir hingga bersih dan sebelum berkerja alat yang telah dicuci

dikeringkan terlebih dahulu (Elida, 2015).

D. Sanitasi Ruangan Produksi

Sanitasi ruangan produksi harus tetap dijaga agar tidak terjadinya

kontaminasi pada produk yang dapat dilakukan dengan cara menyapu dan

mengepel ruangan dengan desinfektan yang ada agar bakteri dan kuman yang ada

pada lantai mati. Selain itu pertukaran udara melalui ventilasi harus juga berjalan

dengan lancar (Elida, 2015).

2.6.2 Penanganan Limbah

Menurut Roza (2003), limbah adalah buangan yang kehadirannya pada

suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki oleh lingkungan karena tidak

mempunyai nilai ekonomi. Cara penanganan limbah padat yaitu:

a. Open dump yaitu menempatkan sampah diareal tanah yang terbuka tanpa

pengawasan kemudian dibakar.

b. Hog fedding yaitu sampah dijadikan untuk makanan babi.


37

c. Grinding yaitu pembuangan sampah ditangani dengan menghilangkan zat-zat

pembusuk secepatnya sehingga menghilangkan sumber-sumber bau atau

makanan bagi tikus. Sampah dicincang menjadi ukuran kecil sambil dicampur

dengan air dan disalurkan kesaluran buangan rumah.

d. Garbage reduction yaitu memasak sampah dibawah tekanan, lemak-lemak

mencair, keluar dan terpisah dari bahan sisa lainnya.

e. Composting yaitu merubah sampah menjadi kompos

f. Insinerasi yaitu membakar sampah dan menghasilkan CO2, H2O, dan

sejumlah energi.

g. Sanitary landfill yaitu mendapatkan sampah pada area tertentu dan

menutupnya dengan lapisan tanah.

Menurut Aswafi dan Yuantari (2014), sistem penanganan limbah cair ada

yang berbentuk kolam resapan (cesspool) dan bentuk bak pengurai (septic tank).

a. Kolam resapan (cesspool)

Cara kerja kolam limbah adalah kebalikan dari sumur. Air limbah yang

tidak diolah dimasukkan ke dalam suatu lubang di dalam tanah, sehingga air

meresap melalui dindingnya ke dalam tanah di sekitarnya. Dinding biasanya

dilapisi dengan pasangan batu bata atau batu tanpa diberi matriks perekat (adukan

semen dan pasir) untuk memudahkan peresapan.

b. Bak pengurai (septic tank)

Septic tank adalah pengolah air limbah sederhana dalam konstruksinya,

dan hanya memerlukan sedikit perhatian dalam pengoperasiannya.

Air buangannya masih mungkin mengandung bakteri patogen. Air limbah

dimasukkan ke dalam septic tank dan ditahan dan sedapat mungkin tidak bergerak
38

(mengalir) selama sekitar 24 jam pada septic tank rumah tangga. Selama periode

penahanan (retention period) tersebut 60-70 % padatan terlarut dicernak menjadi

lumpur (sludge) yang terakumulasi pada da-sar tanki, sedangkan air hasil

pengolahan diresapkan ke tanah sekitar yang jauh dari sumber air minum.

2.7 Analisa Finansial

Menurut Thaib (2002b), analisa finansial adalah suatu kegiatan usaha yang

akan dilaksanakan harus dikaji kelayakannya baik kelayakan secara teknis, sosial

budaya, hukum, lingkungan maupun kelayakan finansial. Dengan demikian dapat

diketahui apakah usaha/bisnis yang dilakukan menguntungkan secara ekonomis

atau tidak.

Menurut Novita dan Violalita (2014), biaya tidak tetap (biaya variabel)

adalah biaya yang berubah sebanding denga biaya produk. Biaya tidak tetap

terdiri dari biaya bahan baku, sedangkan biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya

tidak berubah dengan perubahan kegiatan bisnis, dalam periode waktu atau

volume waktu tertentu. Contoh biaya tetap adalah sewa, biaya penyusutan dan

bunga modal.

Penentuan kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari beberapa kriteria,

antara lain Break Even Point (BEP), R/C ratio, dan Benefit Cost Ratio (B/C).

Break Even Point (BEP) merupakan titik dimana jumlah pendapatan sama dengan

jumlah biaya untuk memproduksi/menjual produk. Penggunaan yang paling lazim

pada BEP adalah menentukan jumlah penjualan minimum untuk mencapai titik

impas tersebut, atau laba sama dengan nol. R/C ratio merupakan perbandingan

antara total penjualan produk dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam

proses pengolahan. Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan perbandingan present


39

value dari benefit dengan present value dari biaya. Kegiatan usaha dikatakan

layak apabila B/C ratio > 1,00. Bila B/C ratio< 1,00 maka kegiatan usaha

dikatakan mengalami kerugian (Thaib, 2002b).


III. PELAKSANAAN PROYEK USAHA MANDIRI

3.1 Tempat dan Waktu

Proyek Usaha Mandiri (PUM) dengan judul “Penambahan Wortel pada

Pembuatan Kulit Kebab dengan Isian Daging Ayam dan Jamur Tiram”

dilaksanakan di laboratorium pengolahan, kimia, indera dan mikrobiologi

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. PUM dilaksanakan bulan September

sampai Desember tahun 2015.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Terdapat dua bahan yang dibutuhkan yaitu bahan baku dan bahan

pengujian.

A. Bahan baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembutan kebab terdiri dari bahan

baku kulit, bahan baku daging dan bahan baku pengolahan kebab. Adapun

bahan baku kulit pada pembuatan kebab ini adalah tepung terigu, garam, baking

powder, gula, minyak goreng, susu cair, bubur wortel. Bahan baku daging pada

pembuatan kebab ini adalah daging ayam, jamur tiram, tepung maizena, susu

bubuk, gula pasir, bawang putih, jahe, ketumbar, garam, cabe merah, dan lada.

Dan bahan baku pada pengolahan kebab ini adalah sebagai berikut: kulit kebab,

daging kebab, margarin, bawang bombai, selada, tomat, mentimun, saus sambal,

dan mayonais.
41

B. Bahan Pengujian

Bahan yang diperlukan untuk analisa atau pengujian produk adalah asam

sulfat pekat (H2SO4), aquades, natrium hidroksida (NaOH) 50 %, asam borat 4 %

(H3BO3), indikator conway, asam klorida (HCl) 0,02 N, kertas saring, petrolium

benzin, selenium, larutan pengencer, media Plate Count Agar (PCA) dan Acidified

Potato Dextrose Agar (APDA).

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan yaitu alat pengolahan dan alat pengujian.

A. Alat pengolahan

Alat-alat yang digunakan adalah kompor gas, tabung gas, oven, baskom,

food processor, blender, loyang, timbangan, teflon, dough sheeter, pisau, nampan,

literan, talenan, gunting, sendok pengaduk, sendok goreng, sendok makan,

parutan, stapler dan meja kerja.

B. Alat pengujian

Alat-alat pengujian yang yang digunakan adalah timbangan analitik,

spatula, kurs porselin, cawan penguap, labu kjedahl, alat destilasi, elemeyer, gelas

ukur, buret, labu destilasi, gelas piala, pipet tetes, tabung reaksi, penjepit,

desikator, oven, alat sokletasi, tanur, autoklaf, cawan petri, jarum ose, pipet dan

lampu spritus.

3.3 Proses Pengolahan

Pada pembuatan kebab ini dilakukan pengolahan kulit, pengolahan daging,

dan pengolahan kebab.


42

3.3.1 Pengolahan kulit kebab

Pengolahan kulit kebab ini terdiri dari: persiapan bahan, pencampuran,

pengistirahatan adonan I, pemotongan dan pembagian adonan (deviding),

pengistirahatan adonan II, pembentukan lembaran, dan pemanggangan.

A. Persiapan bahan

Persiapan bahan dilakukan meliputi dari pembersihan dari kotoran seperti

pengayakan tepung terigu, dan pemilihan bahan yang kualitas bagus dan tidak

rusak, serta pemanasan susu cair sampai suhu 60 oC hingga menjadi suam-suam

kuku . Pada bahan modifikasi kulit kebab wortel yang dipilih yang masih segar

dan warnanya kuning kemerah-merahan yang kemudian dilakukan sortasi,

pembersihan (cleaning), pengupasan, pemotongan (cutting), dan peghalusan

sehingga didapatkan bubur wortel. Penimbangan dilakukan sesuai formulasi kulit

kebab dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Formulasi kulit kebab yang dimodifikasi


Jenis Bahan Satuan Jumlah
Tepung terigu g 500
Bubur wortel g 100
Garam g 15
Baking powder g 10
Gula g 10
Minyak goreng g 40
Susu cair ml 150
Sumber: Khairi (2015) yang dimodifikasi

B. Pencampuran

Proses selanjutnya yaitu pencampuran, pencampuran bertujuan agar semua

bahan tercampur secara merata. Pencampuran pada pengolahan kulit kebab

dilakukan dengan memasukkan bahan kering terlebih dahulu yaitu tepung terigu,
43

garam, baking powder, gula pasir dalam wadah/mangkok, setelah itu dimasukkan

bubur wortel dan minyak goreng kemudian diaduk hingga berbutir-butir.

Selanjutnya ditambahkan susu cair panas sedikit demi sedikit sambil diuleni

hingga adonan halus, licin dan kalis.

C. Pengistirahatan adonan I

Proses berikutnya pengistirahatan, pengistirahatan ini bertujuan untuk

membuat adonan menjadi rileks sehingga menghasilkan kulit kebab yang bagus.

Pengistirahatan dilakukan dengan menutup adonan dengan plastik/lap bersih

selama 30 menit.

D. Pemotongan dan pembagian adonan (deviding)

Selanjutnya proses pemotongan dan pembagian yang ditujukan untuk

mendapatkan ukuran yang seragam dan jumlah kulit kebab yang dihasilkan. Saat

membagi adonan jangan ditarik dengan tangan, tetapi adonan harus dipotong

menggunakan pisau. Pembagian adonan dilakukan dengan membagi adonan

menjadi 16 bulatan dengan ukuran kurang lebih 50 gram.

E. Pengistirahatan adonan II

Setelah proses pemotongan dan pembagian adonan, diistirahatkan kembali

adonan, pengistirahatan dilakukan dengan menutup adonan dengan plastik/lap

bersih selama 30 menit.

F. Pembentukan lembaran

Proses selanjutnya yaitu pembentukan lembaran, pembentukan lembaran

bertujuan untuk memberikan adonan sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan.

Pembentukan lembaran dilakukan dengan cara memipihkan dan menggiling


44

adonan dengan menggunakan alat dogh sheeter sehingga menjadi bulat, lebar, dan

tipis dengan diameter 20 cm.

G. Pemanggangan

Proses terakhir pada pembuatan kulit kebab ini pemanggangan,

pemanggangan dilakukan dengan panas kering yaitu pan broiling, sebelum

dilakukan pemanggangan panaskan terlebih dahulu pan dadar teflon, selanjutnya

kulit kebab dipanggang hingga matang dan terlihat ada efek-efek bercak coklat

sedikit gosong.

3.3.2 Pengolahan daging kebab

Pada proses pengolahan daging kebab dilakukan modifikasi dalam proses

pembuatannya yaitu dengan melakukan pemanggangan adonan daging ayam dan

jamur tiram dengan menggunakan loyang cake dan dipanggang dalam oven. Hal

ini bertujuan untuk mempermudah dalam proses pengolahan dan untuk

mendapatkan hasil yang bagus dalam pembuatan daging kebab. Pengolahan

daging kebab ini terdiri dari: persiapan bahan, penggilingan, peloyangan,

pemanggangan, pendinginan, dan pemotongan.

A. Persiapan bahan

Persiapan bahan dilakukan meliputi dari pembersihan dari kotoran seperti

pemilihan bahan yang kualitas bagus dan tidak rusak dan penghalusan bumbu-

bumbu bawang putih, jahe, ketumbar, cabe merah, dan lada. Pada bahan

modifikasi daging ayam yang dipilih harus dalam keadaan masih segar siap

pemotongan yang kemudian dilakukan pembersihan (cleaning), pemisahan daging

dengan tulang, dan pemotongan (cutting). Dan pada jamur tiram yang dipilih yang
45

berwarna putih bersih dan masih baru dipanen yang kemudian dilakukan

pembersihan (cleaning) dan dibuang bagian tangkainya. Penimbangan dilakukan

sesuai formulasi daging kebab dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Formulasi daging kebab yang dimodifikasi


Jenis Bahan Satuan Jumlah
Daging ayam g 300
Jamur tiram g 200
Bawang putih g 20
Jahe g 2
Ketumbar g 4
Garam g 8
Cabai merah g 20
Lada g 2
Tepung maizena g 130
Susu bubuk g 20
Gula g 10
Sumber: Khairi (2015) yang dimodifikasi

B. Penggilingan

Pada proses penggilingan, daging ayam dan jamur tiram dicampurkan

dengan menggunakan food processor sampai tercampur merata. Kemudian

ditambahkan bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan, setelah itu ditambahkan susu

bubuk, gula pasir, garam, dan terakhir tepung maizena hingga adonan tercampur

merata.

C. Peloyangan

Setelah proses penggilingan dilakukan proses peloyangan. Peloyangan

dilakukan dengan loyang cake. Adonan dimasukkan kedalam loyang yang yang

berukuran 24 cm x 7 cm x 4 cm, sebelum adonan dimasukkan ke dalam loyang,

terlebih dahulu loyang diolesi dengan margarin supaya ketika masak adonan tidak

lengket pada loyang.


46

D. Pemanggangan

Selanjutnya dilakukan proses pemanggangan. Pemanggangan daging

kebab dilakukan di dalam oven dengan suhu 180 oC dalam waktu 45-60 menit.

Pemanggangan dilakukan sampai adonan masak dengan kriteria adonan sudah

lebih kompak dan padat, serta bila ditusuk menggunakan lidi maka tidak lengket

lagi di permukaan lidi tersebut. Setelah itu daging kebab dikeluarkan dari loyang

selagi masih panas untuk mempermudah proses pendinginan.

E. Pendinginan

Pendinginan dilakukan pada suhu ruang sampai adonan dingin, tujuan

pendinginan setelah pemanggangan yaitu agar pada saat pemotongan daging

kebab tidak lengket pada pisau pemotong, selain itu supaya adonan lebih mudah

untuk dipotong dan tidak hancur.

F. Pemotongan

Tahap terakhir adalah pemotongan dengan menggunakan pisau.

Pemotongan ini bertujuan untuk memperkecil ukuran dan ketebalan bahan.

Ukuran dari daging kebab yang telah dipotong yaitu 6 x 3 cm dan dengan

ketebalan yang setipis mungkin yaitu kurang lebih 0,5 cm

3.3.3 Proses pengolahan kebab

Proses pengolahan kebab ini terdiri dari: persiapan bahan, dan

pemanggangan, penyajian, dan pengemasan.


47

A. Persiapan bahan

Persiapan bahan dilakukan meliputi pemilihan bahan yang kualitas bagus

dan tidak rusak, seperti mempersiapkan kulit kebab. Kulit kebab diperoleh

sebanyak 16 buah, dan daging kebab dihasilkan sebanyak 32 potong. Pada bahan

isian seperti bawang bombai dilakukan pemotongan/pengirisan terlebih dahulu

kemudian penumisan dan pada selada dilakukan sortasi, pembersihan, dan

pemotongan. Mentimun dilakukan sortasi, pembersihan, pengupasan dan

pemarutan. Dan pada tomat dilakukan sortasi, pembersihan dan pengirisan dengan

bentuk memanjang. Penimbangan dilakukan sesuai formulasi kebab dapat dilihat

dilihat pada Tabel 19.

Table 19. Formulasi kebab yang dimodifikasi


Jenis Bahan Satuan Jumlah
Kulit kebab lembar 16
Daging kebab g 500
Margarin g 50
Bawang bombai g 480
Selada g 480
Tomat g 480
Mentimun g 480
Saus sambal g 320
Mayonnaise g 320
Sumber: Khairi (2015) yang dimodifikasi

B. Pemanggangan

Proses selanjutnya yaitu pemangangan, pemanggangan pada pengolahan

kebab dilakukan di atas pan dadar teflon dengan api kecil, sebelum dilakukan

pemanggangan dipanaskan terlebih dahulu pan dadar teflon. Pemanggangan yang

dilakukan yaitu pada daging kebab yang telah dipotong sebanyak 32 potong,
48

Daging kebab dipanggang sebentar saja di atas pan atau wajan yang sudah dioles

margarin hingga muncul bercak kecoklatan.

C. Penyajian

Setelah proses pemanggangan dilakukan penyajian. Penyajian pada

pengolahan kebab dilakukan dengan meletakkan kulit kebab di atas nampan,

kemudian ditata bawang bombai, selada, mentimun, dan tomat di tengah kulit

kebab dengan bentuk memanjang. Setelah itu disemprotkan saus sambal di atas

sayuran. Kemudian ditambahkan daging kebab di atasnya, dan diratakan bentuk

memanjang. Terakhir disemprotkan mayonais di atas daging, lalu kulit kebab

digulung dan dipadatkan.

D. Pengemasan

Proses terakhir yaitu pengemasan, pengemasan dilakukan setelah kebab

disajikan di atas nampan, kebab dikemas dengan menggunakan selopan. Setelah

dilakukan pengemasan maka dilakukan pelabelan yang dilengkapi dengan

nama produk, nama produsen, Angka Kecukupan Gizi (AKG), komposisi dan

contact person. Didalam satu kemasan terdapat satu buah kebab yang telah

dimodifikasi.

3.4 Pengamatan Produk

Untuk mengetahui mutu dan kualitas produk maka dilakukan pengamatan

terhadap produk. Pengamatan produk yang dihasilkan sangatlah penting untuk

dilakukan, tujuannya yaitu untuk mengetahui nilai gizi dan kualitas produk yang

dihasilkan. Pengamatan mutu produk ini meliputi rendemen, pengujian kimia

(pengujian kadar air, kadar protein, kadar abu, kadar lemak, dan karbohidrat) dan
49

pengujian organoleptik, pengujian mikrobiologi dan Angka Kecukupan Gizi

(AKG). Prosedur pengujian mutu produk dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.4.1 Rendemen

Perhitungan rendemen berfungsi untuk menentukan berapa banyak produk

yang dihasilkan dari formulasi yang dibuat dan besar keuntungan yang dapat

diperoleh. Besar rendemen dihitung berdasarkan persentase berat produk yang

dihasilkan per berat bahan baku.

3.4.2 Analisa kimia (Proksimat)

Analisa kimia yang dilakukan pada kebab yang dihasilkan meliputi uji

kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat.

A. Uji kadar air

Pengujian kadar air menggunakan metode pengeringan (Termogravimetri).

Prinsipnya adalah menguapkan air yang ada pada bahan pangan melalui

pemanasan dalam oven sampai diperoleh berat yang konstan.

B. Kadar abu

Pengujian kadar abu dilakukan dengan metode pengabuan kering.

Prinsipnya dengan mengoksidasikan semua bahan organik pada suhu tinggi, yaitu

sekitar 500-600 oC dan kemudian dilakukan penimbangan pada zat yang tertinggal

setelah proses pembakaran tersebut.

C. Kadar protein

Pengujian kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl. Penentuannya

melalui tiga tahap yaitu destruksi, distilasi, dan titrasi.


50

G. Kadar lemak

Pengujian kadar lemak dilakukan dengan metode Sokletasi. Prinsip

kerjanya adalah ekstraksi lemak atau minyak oleh pelarut lemak atau minyak.

E. Kadar karbohidrat

Untuk mengetahui kandungan karbohidrat dalam makan dapat

diperhitungan dengan metode Carbohidrate by Difference.

3.4.3 Uji organoleptik

Pada pengujian organoleptik dilakukan uji kesukaan (hedonik) dengan

menggunakan 5 skala yaitu suka, agak suka, netral, agak tidak suka dan tidak

suka.

3.4.4 Uji mikrobiologi

Uji mikrobiologi yang akan dilakukan adalah uji Total Plate Count (TPC).

Uji TPC yang dilakukan adalah dengan menggunakan media PCA untuk total

mikroba dan APDA untuk total kapang khamir,

3.4.5 Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Nilai angka kecukupan gizi (AKG) yang dihitung adalah jumlah kalori,

karbohidrat, protein dan lemak berdasarkan daftar komposisi bahan makanan per

seratus gramnya.

3.5 Pemasaran

Pemasaran produk hasil Proyek Usaha Mandiri ini langsung dipasarkan

kepada konsumen baik di tempat pengolahan, di sekitar lingkungan Politeknik

Pertanian Negeri Payakumbuh maupun di luar lingkungan Politeknik Pertanian


51

Negeri Payakumbuh. Dalam hal pemasaran yang harus diperhatikan yaitu desain

produk, penentuan harga dan promosi. Desain produk sangat penting karena dapat

menarik perhatian konsumen dalam membeli produk yang dibuat.

3.6 Stuktur Organisasi

Stuktur organisasi yang dipakai dalam PUM yaitu Formal structure yaitu

stuktur organisasinya biasanya dalam bentuk diagram yang menggambarkan

hubungan pelaporan dan pengaturan formal posisi kerja dalam sebuah organisasi

dengan tanggungjawab masing-masing posisi kerja.

Untuk melaksanakan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dengan baik dan

lancar maka perlunya komunikasi antar masing-masing antar mahasiswa.

Komunikasi ini dibentuk dalam suatu stuktur organisasi dimana tugas dan

tanggungjawabnya berbeda. Adapun struktur organisasi dan pembagian tugas

dalam pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tugas masing-masing bagian sebagai berikut:

1. Ketua PUM

a. Mengatur perencanaan, penetapan harga dan strategi penjualan.

b. Mengendalikan fungsi-fungsi dari bagian pemasaran.

c. Mengontrol dan mengelola seluruh kegiatan operasional yang dilakukan.

2. Bendahara

a. Mengatur kegiatan kas PUM.

b. Membuatan buku kas harian.

c. Membantu ketua dalam mengontrol dan mengelola kegiatan.

3. Bagian pengadaan bahan baku

a. Menyediakan bahan baku sesuai dengan permintaan.


52

b. Menyusun dan menyimpan bahan baku dengan baik.

c. Mengontrol stok bahan baku.

4. Bagian produksi

a. Bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan.

b. Mengawasi pelaksanaan proses produksi.

c. Mengawasi agar mutu produk sesuai dengan yang diharapkan.

5. Bagian sanitasi

a. Mengontrol kebersihan ruangan untuk produksi dan pekerja.

b. Mengontrol kebersihan alat yang digunakan.

c. Mengontrol kebersihan bahan yang digunakan.

6. Bagian pemasaran

a. Memasarkan produk.

b. Menganalisa perilaku konsumen

3.7 Sanitasi dan Penanganan Limbah

3.7.1 Sanitasi

Sanitasi yang akan dilakukan yaitu sanitasi yang mencakup sanitasi

pekerja, sanitasi alat, sanitasi ruang dan produksi dan sanitasi produk.

A. Sanitasi bahan baku

Bahan memegang peranan yang penting karena sangat menunjang proses

produksi. Sanitasi yang dilakukan adalah dengan mencuci bahan produksi

sebelum diolah dengan menggunakan air yang bersih.


53

B. Sanitasi pekerja

Sanitasi pekerja dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan dengan

sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan. Mengurangi

berbicara pada saat pengolahan, tidak memakai perhiasan pada saat berkerja,

memakai baju labor dan kuku harus dipotong.

C. Sanitasi alat

Sanitasi pada alat dapat dilakukan dengan cara mencuci peralatan sebelum

dan sesudah melakukan pekerjaan dengan menggunakan deterjen, dibilas dengan

air mengalir hingga bersih dan sebelum berkerja alat yang telah dicuci

dikeringkan terlebih dahulu.

D. Sanitasi ruangan produksi

Sanitasi ruangan produksi harus tetap dijaga agar tidak terjadinya

kontaminasi pada produk yang dapat dilakukan dengan cara menyapu ruangan.

Membersihkan meja yang akan dijadikan sebagai tempat untuk produksi.

3.7.2 Penanganan limbah

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

tertentu tidak dikehendaki oleh lingkungan karena tidak mempunyai nilai

ekonomi. Penanganan limbah yang akan dilakukan yaitu pada limbah cair akan

dibuang melalui saluran pembuangan air sedangkan limbah padat seperti tulang

ayam akan dibuat olahan, tangkai jamur tiram dan plastik-plastik kemasan

dibuang ke tempat sampah.


54

3.8 Analisa Finansial Satu Kali Produksi

Anggaran biaya dalam pembuatan kebab ini satu kali produksi meliputi

biaya tidak tetap, biaya tetap, total biaya, R/C ratio, total penjualan, BEP harga,

BEP produk, dan keuntungan.

3.8.1 Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap dalam pembuatan kebab ini meliputi biaya bahan baku,

tenaga kerja, dan biaya lain-lain.

A. Biaya bahan baku

Biaya bahan baku dalam pembuatan kebab dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Biaya bahan baku kebab 1 kali produksi (2 formulasi)


Jenis Bahan Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp)
Tepung terigu kg 8.000 1 8.000
Wortel kg 10.000 0,25 2.500
Garam kg 4.000 0,046 184
Baking powder kg 80.000 0,02 1.600
Gula kg 12.000 0,04 480
Minyak goreng kg 10.000 0,08 800
Susu cair liter 15.000 0,3 4.500
Daging ayam kg 20.000 1 20.000
Jamur tiram kg 18.000 0,44 8.000
Bawang putih kg 20.000 0,044 889
Jahe kg 12.000 0,0044 53
Ketumbar kg 60.000 0,008 480
Cabai merah kg 30.000 0,044 1.333
Lada kg 70.000 0,004 280
Tepung maizena kg 15.000 0,26 3.900
Susu bubuk kg 35.000 0,04 1.400
Margarin kg 20.000 0,1 2.000
Bawang bombai kg 15.000 1,01 15.158
Selada kg 7.000 1,07 7.467
Tomat kg 10.000 1,07 10.667
Mentimun kg 5.000 1,07 5.333
Saus sambal kg 15.000 0,64 9.600
Mayonnaise kg 16.000 0,64 10.240
Jumlah 114.864
55

Asumsi :

Untuk mendapatkan 200 gram bubur wortel dibutuhkan 250 gram wortel segar.

Untuk mendapatkan 600 gram daging ayam dibutuhkan 1.000 gram ayam

Contoh perhitungan :

 Tepung terigu

Harga satuan = Rp. 8.000

Jumlah bahan = 1 kg

Biaya = jumlah bahan x harga satuan

= 1 kg x Rp. 8.000/kg

= Rp. 8.000

B. Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja dikeluarkan dalam pembuatan kebab dapat dilihat pada

Tabel 21, 22 dan 23.

Tabel 21. Biaya tenaga kerja pengolahan kulit kebab


Waktu Biaya satuan
Kegiatan Satuan Jumlah jam Biaya (Rp)
(menit) (Rp)
Persiapan bahan HKO 8 0,017 60.000 1.000
Pencampuran HKO 10 0,021 60.000 1.250
Pembagian HKO 8 0,017 60.000 1.000
Pembentukan HKO 25 0,052 60.000 3.125
Pemanggangan HKO 13 0,027 60.000 1.625
Jumlah 8.000

Tabel 22. Biaya tenaga kerja pengolahan daging kebab


Waktu Biaya satuan
Kegiatan Satuan Jumlah jam Biaya (Rp)
(menit) (Rp)
Persiapan bahan HKO 8 0,017 60.000 1.000
Penggilingan HKO 10 0,021 60.000 1.250
Peloyangan HKO 7 0,015 60.000 875
Jumlah 3.125
56

Tabel 23. Biaya tenaga kerja pengolahan kebab


Waktu Biaya satuan
Kegiatan Satuan Jumlah jam Biaya (Rp)
(menit) (Kg)
Persiapan bahan HKO 6 0,013 60.000 750
Pemanggangan HKO 10 0,021 60.000 1.250
Penyajian HKO 15 0,031 60.000 1.875
Pengemasan HKO 18 0,038 60.000 2.250
Pemasaran HKO 30 0,063 60.000 3.750
Jumlah 9.875

Total biaya tenaga kerja = Rp. 8.000 + Rp. 3.125 + Rp. 9.875

= Rp. 21.000

Asumsi :

1 HKO = Rp. 60.000

1 hari = 8 jam kerja = 480 menit

Biaya tenaga kerja = Rp.60.000/ hari

HKO = Rp. 60.000/ 8 jam = Rp. 60.000 / 480 menit

Contoh perhitungan :

1 jam
Waktu persiapan bahan = 8 menit x = 0,13 jam
60 menit

waktu
Jumlah =
jam kerja/HKO

0,13 jam
=
8 jam/HKO

= 0,017 HKO

Biaya = jumlah x biaya satuan

= 0,017 HKO x Rp. 60.000/HKO

= Rp. 1.000
57

C. Biaya lain-lain

Biaya lain-lain dari pembuatan kebab dapat dilihat pada Tabel 24 berikut.

Tabel 24. Biaya lain-lain


Jenis pembiayaan Satuan Harga/Satuan (Rp) Pemakaian Biaya (Rp)
Transportasi liter 7.300 0,2 1.460
Listrik kWh 1.000 1 1.000
Air m3 2.000 0,1 200
Kemasan pcs 300 32 9.600
Bahan bakar kg 12.500 0,2 2.500
Label lembar 1.000 2 2.000
Jumlah 16.760

Asumsi :

Harga Air 1 m3 (1000 liter) = Rp. 2000

Pemakaian 0,10 = 0,10 x Rp. 2000

= Rp. 200

 Transportasi

Harga satuan = Rp.7.300

1 liter
Pemakaian = 200 ml x
1000 ml

= 0,20 liter

Biaya = pemakain x harga satuan

= 0,20 liter x Rp. 7.300/liter

= Rp. 1.460

 Bahan bakar

1 Tabung gas besar 12 kg = Rp. 150.000

Harga 1 Kg gas = Rp. 12.500


58

Total biaya tidak tetap = Biaya bahan + Biaya tenaga kerja + Biaya lain-lain

= Rp. 114.864+ Rp. 21.000 + Rp. 16.760

= Rp. 152.624

3.8.2 Biaya tetap

Biaya tetap dalam pembuatan kebab terdiri dari biaya peralatan, bunga

modal dan sewa tempat.

A. Biaya peralatan

Biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam pembuatan kebab

dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Biaya penyusutan peralatan


Harga
Harga Umur
Harga alat akhir Penyusutan
Jenis alat satuan Jumlah Ekonomis
(Rp) alat (Rp)
(Rp) (Tahun)
(Rp)
Kompor gas 150.000 1 150.000 3 15.000 45.000
Tabung gas 100.000 1 100.000 5 10.000 18.000
Oven 1.400.000 1 1.400.000 5 140.000 252.000
Baskom 3.000 2 6.000 1 600 5.400
Food processor 1.300.000 1 1.300.000 5 130.000 234.000
Blender 400.000 1 400.000 3 40.000 120.000
Loyang 15.000 2 30.000 3 3.000 9.000
Timbangan 30.000 1 30.000 3 3.000 9.000
Teflon 130.000 2 260.000 3 26.000 78.000
Dough sheeter 2.000.000 1 2.000.000 5 200.000 360.000
Pisau 5.000 2 10.000 1 1.000 9.000
Nampan 5.000 1 5.000 1 500 4.500
Literan 3.000 1 3.000 1 300 2.700
Talenan 5.000 1 5.000 1 500 4.500
Gunting 5.000 1 5.000 2 500 2.250
Sendok pengaduk 9.000 1 9.000 1 900 8.100
Sendok goreng 8.000 1 8.000 1 800 7.200
Sendok makan 1.000 2 2.000 1 200 1.800
Parutan 12.000 1 12.000 1 1.200 10.800
Stapler 5.000 1 5.000 1 500 4.500
Total 1.185.750
Biaya penyusutan satu kali produksi 4.941
59

Asumsi :

1 tahun = 12 bulan

1 bulan = 20 hari produksi

Produksi 1 tahun = 20 hari/bulan x 12 bulan

= 240 hari

Contoh perhitungan :

 Kompor gas

Harga akhir alat = 10% x harga alat

= 10% x Rp. 150.000

= Rp. 15.000

Harga awal-harga akahir


Biaya penyusutan alat =
umur ekonomis

Rp. 150.000-Rp. 15.000


=
3 tahun

= Rp. 45.000

Biaya penyusutan alat satu kali produksi

Total biaya penyusutan alat


=
produksi 1 tahun

Rp. 1.185.750
=
240 hari

= Rp. 4.941
60

B. Biaya bunga modal

Biaya bunga modal dalam proses pengolahan pembuatan kebab dapat

dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Biaya bunga modal


Harga Umur Bunga
Harga alat Suku
Jenis alat satuan Jumlah Ekonomis modal
(Rp) bunga
(Rp) (Tahun) (Rp)
Kompor gas 150.000 1 150.000 3 20% 20.000
Tabung gas 100.000 1 100.000 5 20% 12.000
Oven 1.400.000 1 1.400.000 5 20% 168.000
Baskom 3.000 2 6.000 1 20% 1.200
Food processor 1.300.000 1 1.300.000 5 20% 156.000
Blender 400.000 1 400.000 3 20% 53.333
Loyang 15.000 1 15.000 3 20% 2.000
Timbangan 30.000 1 30.000 3 20% 4.000
Teflon 130.000 2 260.000 3 20% 34.667
Dough sheeter 2.000.000 1 2.000.000 5 20% 240.000
Pisau 5.000 2 10.000 1 20% 2.000
Nampan 5.000 1 5.000 1 20% 1.000
Literan 3.000 1 3.000 1 20% 600
Talenan 5.000 1 5.000 1 20% 1.000
Gunting 5.000 1 5.000 2 20% 750
Sendok pengaduk 9.000 1 9.000 1 20% 1.800
Sendok goreng 8.000 1 8.000 1 20% 1.600
Sendok makan 1.000 2 2.000 1 20% 400
Parutan 12.000 1 12.000 1 20% 2.400
Stapler 5.000 1 5.000 1 20% 1.000
Total 703.750
Biaya bunga modal satu kali produksi 2.932

Asumsi :

Suku bunga = 20%

Contoh perhitungan :

 Kompor gas
61

(Tingkat suku bunga x harga awal)x (umur ekonomis+1)


Bunga modal =
2 x umur ekonomis

(20% x Rp. 150.000) x (2+1)


=
2x3

= Rp. 20.000

Total bunga modal


Biaya bunga modal satu kali produksi =
produksi 1 tahun

Rp. 703.750
=
240

= Rp. 2.932

C. Biaya sewa

Biaya sewa dalam pembuatan kebab dapat dilihat pada Tabel 27 berikut:

Tabel 27. Biaya sewa


Sewa tempat Tahun Jumlah hari produksi Biaya sewa (Rp) Biaya (Rp)
Sewa tempat 1 240 1.200.000 5.000

Asumsi :

Biaya sewa 1 tahun = Rp. 1.200.000

Biaya sewa
Biaya sewa =
jumlah hari produksi

Rp.1.200.000
=
240

= Rp. 5.000

Total biaya tetap = Biaya penyusutan peralatan + bunga modal + sewa tempat

= Rp. 4.941 + Rp. 2.932 + Rp. 5.000

= Rp. 12.873
62

3.8.3 Total biaya produksi

Total biaya dalam pembuatan kebab adalah sebagai berikut:

Total biaya produksi = Biaya tidak tetap + Biaya tetap

= Rp. 152.624 + Rp. 12.873

= Rp. 165.497

3.8.4 Total penjualan

Jumlah produksi kebab (2 formulasi) = 32 buah (32 kemasan)

1 kemasan = 1 buah

Harga 1 kemasan = Rp.8.000

Total penjualan = jumlah produk x harga 1 kemasan

= 32 x Rp. 8.000

= Rp. 256.000

3.8.5 R/C Ratio

Total penjualan
R/C Ratio =
Total biaya produksi

Rp. 256.000
=
Rp. 165.497

= 1,55

3.8.6 BEP Harga

Total biaya produksi


BEP harga =
Total produksi

Rp. 165.497
= = Rp. 5.172
32 kemasan
63

3.8.7 BEP Produk

Total biaya produksi


BEP produk =
Harga jual perkemasan

Rp. 165.497
=
Rp. 8.000
= 21 kemasan

3.8.8 Keuntungan

Keuntungan = total penjualan – total biaya produksi

= Rp. 256.000 - Rp. 165.497

= Rp. 90.503
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembutan kebab terdiri dari bahan baku

kulit, bahan baku daging dan bahan baku pengolahan kebab. Adapun bahan baku

kulit pada pembuatan kebab ini adalah tepung terigu, garam, baking powder, gula,

minyak goreng, susu cair, wortel. Bahan baku daging pada pembuatan kebab ini

adalah daging ayam, jamur tiram, tepung maizena, susu bubuk, gula pasir, bawang

putih, jahe, ketumbar, garam, cabe merah, dan lada. Dan bahan baku pada

pengolahan kebab ini adalah kulit kebab, daging kebab, margarin, bawang bombai,

selada, tomat, mentimun, saus sambal, dan mayonnais.

4.1.1 Bahan baku kulit kebab

Dalam pembuatan kulit kebab, bahan utama yang digunakan yaitu

tepung terigu. Tepung yang digunakan dalam pembuatan kulit kebab ini adalah

tepung yang berprotein rendah, karena pada pembuatan kulit kebab ini tidak

diharapkan daya kembang yang tinggi. Apabila menggunakan tepung terigu yang

berprotein tinggi maka kulit kebab yang dihasilkan akan menjadi keras. Menurut

Ani (2008) cit. Ayustaningwarno (2014), tepung terigu protein rendah (soft flour)

dibuat dari gandum lunak dengan kandungan protein gluten 8-9 %. Sifatnya,

memiliki daya serap air yang rendah sehinga akan menghasilkan adonan yang sukar

diuleni, tidak elastis, lengket dan daya pengembangannya rendah. Tepung ini

cocok untuk membuat kue kering, pastel, dan kue-kue yang tidak memerlukan

proses fermentasi. Jenis tepung lunak memiliki persentase gluten yang rendah,

adonan kurang elastis dan tidak baik menahan gas. Tetapi tepung lunak ini
65

memerlukan energi yang lebih kecil dalam pencampuran dan pengocokan adonan

dibandingkan dengan jenis tepung protein tinggi.

Penambahan wortel dalam pembuatan kulit kebab adalah untuk

diversifikasi pangan, meningkatkan nilai gizi dan mencerahkan warna dari kulit

kebab. Wortel yang ditambahkan dalam pembuatan kulit kebab adalah sebanyak

20 % dari berat tepung terigu, karena dengan penambahan 20 % didapatkan hasil

yang paling bagus. Menurut Sunarjono (2013), umbi wortel berwarna kuning

kemerah-merahan karena mengandung karoten (provitamin A) yang sangat tinggi.

Selain provitamin A, wortel pun mengandung vitamin B dan C. umbi wortel ini

banyak digemari karena rasanya enak, gurih, renyah, dan sedikit manis.

Garam dalam pembuatan kulit kebab yaitu berfungsi sebagai memperkuat

cita rasa dan membangkitkan rasa lezat, garam yang digunakan yaitu garam halus,

karena garam halus lebih cepat menyatu ke adonan dan cepat mencair dibandingkan

dengan garam kasar, serta garam yang digunakan harus berkualias. Menurut

Rahzarni (2009), garam yang ditambahkan ke dalam adonan berfungsi untuk

memberikan rasa gurih, memperkuat jaringan gluten, tekstur yang dihasilkan akan

lebih lunak dan halus.

Baking powder ditambahkan dalam pembuatan kulit kebab untuk

mengembangkan adonan dan berperan penting dalam proses pengistirahatan

adonan. Menurut U.S Wheat Associates (1981), baking powder dalam adonan akan

melepaskan gas hingga jenuh dengan gas karbondioksida, lalu dengan teratur

membebaskan gas selama pemanggangan agar adonannya mengembang sempurna.

Gula pasir ditambahkan dalam pembuatan kulit kebab untuk memberikan

rasa gurih, menghaluskan tekstur dan flavor dari produk yang dihasilkan. Menurut
66

Rahzarni (2009), gula akan membentuk warna kecoklatan pada produk yang

dihasilkan, sebagai pembentuk flavor, dan gula juga dapat membuat susunan dan

butiran adonan menjadi halus.

Minyak goreng dalam pembuatan kulit kebab berfungsi sebagai sumber

lemak, sebagai pelembut dan meningkatkan elastisitas adonan. Minyak goreng yang

digunakan yaitu minyak yang jernih. Menurut Andarwulan et all., (2011), minyak

merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak. Lemak mempunyai sifat

fungsional yang sangat penting dalam bidang industri pangan. Lemak dapat

melembutkan produk, membentuk “body”, dan meningkatkan palatabilitas produk.

Susu cair dalam pembuatan kulit kebab berfungsi sebagai media pembentuk

adonan, pelembut adonan, menimbulkan kelezatan dan membangkitkan aroma.

Susu yang digunakan dalam pembuatan kulit kebab adalah susu UHT (Ultra High

Temperature). Menurut Yuni (2012) cit. Ayustaningwarno (2014), susu bermanfaat

sebagai penambah zat gizi, pembangkit selera dan aroma. Susu UHT dibuat dari

susu cair yang dipanaskan dengan suhu lebih dari 137 oC. Beberapa zat/ substansi

yang terkandung dalam susu mempunyai pengaruh pada adonan adalah lemak yang

menunjang elastisitas adonan, mineral dan protein membantu dalam penguatan

gluten. Gula susu dapat mempengaruhi warna menjadi kecoklatan, terutama susu

skim menghasilkan kulit yang enak dan renyah.

4.1.2 Bahan baku daging kebab

Dalam pembuatan daging kebab, bahan utama yang digunakan dalam yaitu

daging ayam dan jamur tiram. Penggunaan daging ayam disini yaitu sebagai

pengganti daging sapi karena daging sapi harganya mahal. Daging ayam yang

digunakan harus yang masih segar karena ayam yang tidak segar maka akan
67

mempengaruhi nilai organoleptik produk yang dihasilkan. Menurut Murtidjo

(2003), dari segi fisik ayam yang baik yaitu bila ditusuk dengan jari maka

dagingnya tidak berbekas, dan baunya khas. Menurut Direktorat Gizi Departemen

Kesehatan RI (1981), didalam 100 gram daging ayam terkandung 18,2 gram

protein, 25 gram lemak, dan 55,9 gram air.

Selain daging ayam juga ditambahkan bahan pangan nabati seperti jamur

tiram yang berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi isiannya dan memiliki serat

yang cukup tinggi serta meningkatkan cita rasanya. Menurut Winarti (2010), jamur

tiram memiliki tekstur yang lembut, penampilannya menarik, dan cita rasanya

relatif netral sehingga mudah untuk dipadukan pada berbagai masakan. Rata-rata

nilai gizi jamur tiram adalah 19-35 % protein, 50-60 % karbohidrat, 1,56 % serat,

0,17 % lemak, 1,14 % abu, 8,9 mg kalsium, 1,9 mg besi, 17,0 mg fosfor, 0,15 mg

vitamin B1, 0,75 mg vitamin B2, dan 12,40 mg vitamin C. jamur tiram juga

mengandung asam folat (folic acid) yang dapat menyembuhkan anemia. Terdapat

sekitar 9 jenis asam amino esensial yang terdapat pada jamur dan 72% lemaknya

tidak jenuh. Jamur mempunyai antioksidan yang aktif untuk melawan radikal

bebas. Serat tidak larut (insoluble dietary fiber/IDF) pada jamur tiram 39,8 % yang

sangat baik untuk pencernaan, sisanya yaitu serat larut yang baik untuk kolesterol.

Bawang putih dalam pembuatan daging kebab berfungsi sebagai bahan

bumbu yang dapat meningkatkan cita rasa dan aroma pada daging kebab. Menurut

Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010), umbi bawang putih mengandung

sejumlah zat aktif, seperti enzim alinase, germanium, sativine, sinistrina, selenium,

scordinin, dan nicotinic acid. Bawang putih juga mengandung allicin, senyawa
68

yang bersifat antibiotik dan antifungi. Selain itu bawang putih juga merupakan

sumber vitamin C, vitamin B6, dan mangan yang sangat baik.

Jahe dalam pembuatan daging kebab berfungsi sebagai bahan bumbu dan

menambah rasa pedas serta hangat dila digunakan sebagai rempah. Menurut

Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010), rasa pedas jahe berasal dari kandungan

senyawa gingerol (oleoresin). Gingerol bersifat sebagai antioksidan sehingga jahe

bermanfaat sebagai komponen bioaktif anti-penuaan. Komponen bioaktif jahe

dapat berfungsi melindungi lemak/membran dari oksidasi, menghambat oksidasi

kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Ketumbar dalam pembuatan daging kebab berfungsi sebagai bahan bumbu,

menambah cita rasa gurih dan pedas. Menurut Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita

(2010), ketumbar (Coriandrum sativum) mengeluarkan aroma seperti jeruk sitrun

jika dihancurkan, berkat kandungan terpena linalool dan pinena di dalamnya.

Rasanya hangat, gurih, pedas, manis-asam seperti jeruk. Ketumbar adalah sumber

vitamin C, fosfor, kalium, seng, tembaga, dan selenium yang baik. Ketumbar juga

merupakan sumber kalsium, zat besi, magnesium, dan mangan yang sangat baik.

Cabe merah dalam pembuatan daging kebab berfungsi sebagai bahan

bumbu. Selain sebagai bahan bumbu cabai merah juga mengandung gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh dan dapat memberi rasa pedas. Menurut Kurniawati dan

Tim Redaksi Qanita (2010), cabai merah mengandung kapsaisin yang memberi rasa

pedas dan hangat saat digunakan sebagai rempah. Kapsaisin menimbulkan rasa

panas di mulut dan kerongkongan, kemudian merangsang otak untuk merespon

dengan memacu denyut jantung, merangsang keringat (diaforetik), dan melepaskan

endorfin.
69

Lada atau merica dalam pembuatan daging kebab berfungsi untuk

pelengkap rasa pedas dan aroma pada daging kebab yang dihasilkan. Lada yang

digunakan adalah merica bubuk. Menurut Desminarti (2004), merica mempunyai

rasa pedas dan aroma yang khas. Rasa pedas pada merica disebabkan adanya zat

piperin, piperanin dan kavisin. Kurniawati dan Tim Redaksi Qanita (2010)

menyatakan bahwa rasa pedas pada lada sebagian besar berasal dari senyawa

piperin yang ditemukan pada buah dan bijinya. Rasa dan aroma lada mudah

menguap sehingga lebih baik disimpan dalam wadah kedap udara agar cita rasa

aslinya bertahan lebih lama.

Tepung maizena ditambahkan dalam pembuatan daging kebab berfungsi

untuk bahan pengikat adonan dan mengentalkan produk serta mengompakan

struktur adonan dari daging kebab. Subagjo (2007) menyatakan bahwa tepung

maizena (corn flour) didalam produk akan berfungsi sebagai bahan untuk

memekatkan atau mengentalkan produk-produk yang sifatnya cair sehingga

menjadi sedikit kental dan keras.

Susu bubuk dalam pembuatan daging kebab berfungsi sebagai sebagai

penambah rasa. Menurut Suryaningsih (2006), fungsi susu skim pada produk

adalah sebagai penambah cita rasa dan menambah nilai gizi, karena nilai gizi susu

skim cukup tinggi yaitu dalam 100 g susu skim mengandung energi sebesar 36 kkal,

protein 3,5 g, dan karbohidrat 5,1 g.

Gula ditambahkan dalam pembuatan daging kebab berfungsi untuk

memberikan rasa gurih dan flavor yang khas pada daging kebab. Menurut Rahzarni

(2009), gula pasir berfungsi sebagai pembentuk flavor, dan gula juga dapat

membuat susunan dan butiran adonan menjadi halus.


70

4.1.3 Bahan baku pengolahan kebab

Dalam proses pengolahan kebab ini bahan baku utamanya adalah kulit

kebab dan daging kebab yang telah dihasilkan dari proses pengolahan sebelumnya.

Margarin ditambahkan dalam pengolahan kebab berfungsi untuk olesan pada

loyang supaya daging kebab yang dihasilkan tidak lengket pada loyang. Menurut

Kusnandar (2010), margarin memiliki sifat mudah dioleskan sehingga dapat

digunakan untuk mengolesi produk bakeri, kue, dan sebagainya.

Bawang bombai dalam pengolahan kebab berfungsi untuk penguat aroma

dan menimbulkan rasa pedas. Menurut Dalimartha dan Adrian (2011), bawang

bombai mengandung bermacam-macam senyawa sulfur organik yang bermanfaat

bagi kesehatan. Bawang bombai bila dimemarkan juga akan mengeluarkan enzim

allinase yang akan mengubah trans-S-(1 propenyl) cysteine sulfoxide menjadi

propanethial S-oxide sehingga menimbulkan rasa pedas dan merangsang keluarnya

air mata.

Selada dalam pengolahan kebab berfungsi sebagai bahan isian dan sebagai

sumber vitamin. Selada yang digunakan dipilih yang berwarna hijau dan

permukaannya agak lebar. Daun selada sebelum digunakan harus dicuci terlebih

dahulu untuk menghilangkan residu pestisida pada daunnya. Menurut Bangun

(2003), daun selada menyimpan potensi karena mengandung vitamin, mineral, dan

antioksidan. Daun selada yang sudah dicuci dan disobek cepat kehilangan

kandungan vitamin C dan asam folat. Fungsi asam folat antara lain membantu

pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang

Tomat dalam pengolahan kebab berfungsi sebagai bahan isian dan juga

sebagai sayuran yang kaya akan vitamin dan serat. Tomat yang dipilih adalah yang
71

berwarna merah bentuknya bulat dan padat. Menurut Kurniawati dan Tim Redaksi

Qanita (2010), warna merah pada tomat menunjukkan kandungan likopena yang

berperan mencegah penyakit kekurangan vitamin A (xeroftalmia). Menurut

Dalimartha dan Adrian (2011), tomat merupakan buah yang mengandung vitamin

(A, B1, B2, B6, C, E, K, niasin), histamin, protein, lemak, gula (glukosa, fruktosa),

dan serat. Setiap 100 g tomat yang masak mengandung 32 kalori dengan 2 g serat.

Mentimun dalam pengolahan kebab juga berfungsi sebagai bahan isian dan

sebagai sayuran sumber vitamin, mineral, serat dan asam folat. Menurut

Dalimartha dan Adrian (2011), buah mentimun merupakan sumber vitamin C, A,

dan asam folat. Kulitnya yang keras kaya akan serat dan mineral penting seperti

silika, kalium, magnesium, dan molibdenum.

Saus sambal dalam pengolahan kebab berfungsi sebagai penyedap dan

penambah cita rasa pada kebab. Menurut (SNI, 1992), saus cabai atau yang biasa

juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai

(Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan bahan

makanan lain dan digunakan sebagai penyedap makanan.

Mayonais dalam pengolahan kebab berfungsi sebagai penambah cita rasa

dan menambah kelezatan dari kebab. Menurut Muthiah (2013), mayonais

(mayonnaise) adalah salah satu jenis saus yang dibuat dari bahan utama minyak

nabati, telur ayam dan cuka. Mayonais umumnya digunakan sebagai perasa pada

makanan seperti selada atau sandwich.

4.2 Proses Pengolahan

Pada pembuatan kebab ini dilakukan tiga proses pengolahan yaitu

pengolahan kulit, pengolahan daging, dan pengolahan kebab.


72

4.2.1 Pengolahan kulit kebab

Pengolahan kulit kebab ini terdiri dari: persiapan bahan, pencampuran,

pengistirahatan adonan I, pemotongan dan pembagian adonan (deviding),

pengistirahatan adonan II, pembentukan lembaran, dan pemanggangan.

Persiapan bahan merupakan menyiapkan semua bahan makanan yang

diperlukan sebelum dilakukan proses pengolahan. Persiapan bahan yang dilakukan

pada pembuatan kulit kebab ini meliputi pemilihan bahan yang kualitas bagus dan

tidak rusak, pemanasan susu cair dengan suhu 40-60 oC hingga menjadi suam-suam

kuku, dan pada wortel dilakukan sortasi, pembersihan, pengupasan, pemotongan,

dan penghalusan menggunakan blender sehingga didapatkan bubur wortel. Fellows

(2000) menyebutkan bahwa penyortiran adalah pemisahan makanan ke dalam

kategori berdasarkan properti fisik yang dapat diukur, seperti membersihkan.

Menyortir harus dilakukan untuk memastikan produk yang seragam untuk diproses

lebih lanjut.

Setelah itu, semua bahan-bahan yang akan digunakan dilakukan

penimbangan. Penimbangan dilakukan untuk menentukan jumlah bahan yang akan

digunakan sesuai formulasi yang telah ditetapkan. Muchtadi dan Sugiyono (2013)

berpendapat bahwa bahan-bahan harus ditimbang dengan tepat sesuai dengan

formulasi untuk mencapai mutu produk yang diharapkan, apabila penggunaan

takaran yang kurang tepat akan menyebabkan produk yang diharapkan tidak

tercapai.

Proses selanjutnya yaitu pencampuran, pencampuran bertujuan agar semua

bahan tercampur secara merata. Pencampuran pada pengolahan kulit kebab diawali

dengan memasukkan bahan kering terlebih dahulu yaitu tepung terigu, garam,
73

baking powder, gula pasir ke dalam baskom, setelah itu masukkan bubur wortel dan

minyak goreng secara bergantian kemudian lakukan pengadukan hingga adonan

berbutir-butir. Selanjutnya ditambahkan susu cair panas sedikit demi sedikit sambil

diuleni hingga terbentuk adonan yang kompak, halus dan kalis. Muchtadi dan

Sugiyono (2013) menyatakan bahwa pengadukan mencampur semua bahan, yang

bertujuan untuk memperoleh adonan yang baik yaitu merata/homogen.

Adonan kulit kebab yang telah tercampur secara merata, sehingga akan

menghasilkan adonan yang kompak, halus dan licin. Berat adonan yang didapat

yaitu sekitar 800 gram. Selanjutnya dilakukan proses pengistirahatan adonan I.

Pengistirahatan dilakukan dengan menutup adonan dengan plastik yang bertujuan

untuk menghindari kotoran yang masuk ke dalam adonan. Pengistirahatan adonan

dilakukan selama 30 menit. Pengistirahatan adonan ini bertujuan untuk

menghasilkan tekstur adonan yang lembut dan agar adonan rileks sehingga

memudahkan dalam proses pemotongan dan pembagian adonan. Menurut Koswara

(2009), dalam pengistirahatan adonan diperlukan waktu untuk memberi

kesempatan adonan untuk beristirahat sejenak. Tujuannya adalah untuk

menyeragamkan penyebaran air dan mengembangkan gluten.

Proses selanjutnya yaitu pemotongan dan pembagian adonan (deviding)

yang bertujuan untuk mendapatkan ukuran yang seragam dan jumlah kulit kebab

yang dihasilkan. Adonan dibagi menjadi 16 bulatan dengan berat kurang lebih 50

gram. Menurut Rahzarni (2009), prinsip kerja pemotongan yaitu membagi adonan

menjadi potongan-potongan dengan volume tertentu. Volume adonan yang sama

akan menghasilkan berat produk yang konsisten.


74

Setelah dilakukan pemotongan dan pembagian adonan menjadi 16 bulatan

dengan berat kurang lebih 50 gram, dilakukan pengistirahatan adonan II supaya

adonan mudah untuk dipipihkan dan juga supaya adonan menjai lembut dan elastis,

sehingga dapat mempermudah dalam proses pembentukan lembaran

Proses berikutnya yaitu pembentukan lembaran, pembentukan lembaran

pada pembuatan kulit kebab ini dilakukan dengan memipihkan 16 bulatan adonan

kulit menggunakan alat dough moulder. Adonan kulit dipipihkan dengan ketebalan

5 mm dan dengan diameter kurang lebih 20 cm.

Proses terakhir pada pembuatan kulit kebab ini yaitu pemanggangan,

pemanggangan dilakukan di atas teflon (wajan anti lengket) dengan prinsip panas

kering yaitu pan broiling. Pemanggangan kulit kebab dilakukan dengan

menggunakan api besar, karena jika menggunakan api kecil kulit kebab akan

menjadi keras sehingga susah untuk dilakukan proses pengolahan selanjutnya.

Pemanggangan kulit kebab dilakukan hingga matang dan terlihat ada efek-efek

bercak kecoklatan. Warna kecoklatan pada adonan disebabkan adanya reaksi

pencoklatan non enzimatis akibat reaksi dari protein yang ada di dalam bahan.

Menurut Winarno (2004), reaksi mailard adalah reaksi pencoklatan non enzimatis

yang terjadi karena adanya reaksi antara asam amino dengan gula pereduksi.

Selama pemanggangan kulit kebab terjadi reaksi gelatinisasi pati yang

menyebabkan kulit kebab menjadi mengembang. Trimedona (2004) menyatakan

bahwa gelatinisasi adalah pembengkakan granula pati akibat adanya pemanasan

dan tidak dapat kembali pada struktur semula. Proses gelatinisasi terjadi pada

suhu 60-85 oC.


75

Selain reaksi gelatinisasi pati pada pemanggangan kulit kebab juga terjadi

denaturasi protein. Menurut Winarno (2004), bila susunan ruang atau rantai

polipeptida suatu molekul protein berubah maka dikatakan protein ini terdenaturasi.

Jika ikatan-ikatan yang membentuk konfigurasi molekul tersebut rusak, molekul

akan mengembang. Kadang-kadang perubahan ini memang dikehendaki dalam

pengolahan makanan, tetapi sering pula dianggap merugikan sehingga

perlu dicegah. Kusnandar (2010) menyatakan bahwa denaturasi protein

dapat disebabkan oleh proses pemanasan pada suhu 55-75 oC. Pemanasan dapat

menyebabkan perubahan struktur tersier protein, namun tidak menyebabkan

perubahan susunan asam aminonya.

4.2.2 Pengolahan daging kebab

Pengolahan daging kebab ini terdiri dari persiapan bahan, penggilingan,

peloyangan, dan pemanggangan. Persiapan bahan dilakukan meliputi dari

pembersihan dari kotoran seperti pemilihan bahan yang kualitas bagus dan tidak

rusak, penghalusan bumbu- bumbu bawang putih, jahe, dan cabe merah dengan

menggunakan blender sampai berbentuk bubur. Pada pembuatan daging kebab ini

digunakan ketumbar dan lada yang berbentuk bubuk karena lebih mudah dan

praktis dalam menggunakannya. Pada bahan modifikasi daging ayam dilakukan

pembersihan (cleaning), pemisahan daging dengan tulang, dan pemotongan. Dan

pada jamur tiram dilakukan pembersihan (cleaning), dan pembuangan tangkai.

Setelah itu dilakukan penimbangan bahan sesuai dengan formulasi. Tujuan

penimbangan bahan yaitu untuk menentukan jumlah masing-masing bahan yang

akan digunakan sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan. Penimbangan

dilakukan terhadap semua bahan agar cita rasa setiap kali produksi konsisten, tidak
76

terjadi perubahan. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (2013), bahan-bahan yang

digunakan harus ditimbang dengan tepat sesuai dengan formulasi untuk mencapai

mutu produk yang diharapkan.

Proses selanjutnya yaitu penggilingan daging ayam dan jamur tiram dengan

menggunakan food processor sampai adonan tercampur merata, dan setelah itu

ditambahkan bahan-bahan basah terlebih dahulu supaya bumbu-bumbu tersebut

tercampur merata, setelah itu baru bahan-bahan kering seperti tepung maizena, susu

bubuk, garam dan gula. Muchtadi dan Sugiyono (2013), menyatakan bahwa

pengadukan mencampur semua bahan, yang bertujuan untuk memperoleh adonan

yang baik yaitu merata/homogen.

Peloyangan dilakukan dengan menggunakan loyang cake yang terbuat dari

aluminium. Proses peloyangan dilakukan dengan mengolesi loyang dengan

margarin agar adonan tidak lengket setelah matang. Menurut Kusnandar (2010),

margarin memiliki sifat mudah dioleskan sehingga dapat digunakan untuk

mengolesi produk bakeri, kue, dan sebagainya.

Pemanggangan daging kebab dilakukan di dalam oven dengan suhu 180 oC

dalam waktu 45-60 menit. Pemanggangan dilakukan sampai adonan masak dengan

kriteria adonan sudah lebih kompak dan padat, serta bila ditusuk menggunakan lidi

maka tidak lengket lagi di permukaan lidi tersebut. Menurut Rahzarni (2009),

pemanggangan adalah salah satu cara untuk membentuk adonan jadi menyatu.

Selama proses pemanggangan juga terjadi proses pencoklatan non enzimatis

(reaksi mailard). Menurut Harrell dan Carpenter (1977) cit Ayustaningwarno

(2014), reaksi maillard terjadi antara protein, asam amino, dan amin dengan gula,

aldehida dan keton yang merupakan penyebab terjadinya pencoklatan selama


77

pemanasan atau penyimpanan dalam waktu yang lama pada bahan pangan yang

berprotein.

Selain reaksi mailard pada pemanggangan juga terjadi denaturasi protein

yang menyebabkan protein mengalami kerusakan. Menurut Kusnandar (2010),

denaturasi protein adalah terjadinya modifikasi struktur sekunder, tersier dan

kuarter dari protein tanpa menyebabkan pemutusan ikatan peptida dan perubahan

sekuen asam amino pada struktur protein. Protein yang telah mengalami proses

denaturasi disebut terdenaturasi.

Pendinginan dilakukan pada suhu ruang sampai adonan dingin, tujuan

pendinginan setelah pemanggangan yaitu agar pada saat pemotongan, daging kebab

tidak lengket pada alat pemotong dan tidak hancur, alat pemotong yang digunakan

adalah pisau yang tajam, bebas karatan, dan bersih dari kotoran. Rahzarni (2009)

menyatakan pendinginan dilakukan pada udara terbuka sekitar 45-75 menit. Tujuan

pendinginan adalah supaya pada saat pemotongan produk tidak mengalami

kelengketan dan kerusakan.

Tahap terakhir adalah pemotongan dengan menggunakan pisau.

Pemotongan ini bertujuan untuk memperkecil ukuran dan ketebalan bahan. Daging

kebab dipotong dengan ukuran kurang lebih 6 x 3 cm dengan ketebalan dari yang

setipis mungkin yaitu kurang lebih 0,5 cm. Menurut Rahzarni (2009), pemotongan

ditujukan untuk mendapatkan ukuran yang seragam.

4.2.3 Pengolahan kebab

Persiapan bahan dilakukan meliputi pemilihan bahan yang kualitas bagus

dan tidak rusak, seperti mempersiapkan kulit kebab. Dari satu formulasi kebab

diperoleh kulit kebab sebanyak 16 buah, dan daging kebab dari bahan baku daging
78

ayam dan jamur tiram sebanyak 32 potong. Bawang bombai dilakukan

pemotongan/ pengirisan terlebih dahulu kemudian dilakukan penumisan. Selada

dilakukan pembersihan dengan air mengalir untuk menghilangkan kototan/ residu

pestisida yang menempel pada permukan daunnya. Selanjutnya pada tomat

dilakukan pemotongan dengan bentuk memanjang dengan membuang bagian

bijinya, sedangkan pada mentimun dilakukan pemarutan dengan bentuk

memanjang dan juga bagian bijinya dibuang.

Proses selanjutnya yaitu pemangangan, pemanggangan yang dilakukan

yaitu pada daging kebab kebab, daging kebab dipanggang sebentar saja di atas pan

atau wajan yang sudah dioles margarin hingga muncul warna bercak kecoklatan.

Setelah proses pemanggangan dilakukan penyajian. Penyajian pada

pengolahan kebab diawali dengan meletakkan kulit kebab di atas nampan, selada,

mentimun, dan tomat disusun di tengah kulit kebab dengan bentuk memanjang.

Kemudian ditambahkan 2 potong daging kebab di atasnya, ratakan bentuk

memanjang dan ditambahkan irisan bawang bombai. Setelah itu saus sambal dan

mayonnais disemprotkan di atas daging, kemudian kulit kebab digulung dan

dipadatkan.

Pengemasan adalah tahap akhir yang dilakukan yang bertujuan untuk

mempertahankan kualitas produk , serta menjaga estetika dari produk, untuk

menghindari kerusakan selama penyimpanan, untuk menjaga sanitasi dan juga

untuk meningkatkan daya tarik terhadap konsumen dan dilengkapi dengan label.

Kemasan yang digunakan dalam kebab ayam jamur tiram adalah selopan dengan

ukuran 3A, karena dengan menggunakan selopan produk dapat terlihat dari luar.

Setelah dilakukan pengemasan maka dilakukan pelabelan yang dilengkapi dengan


79

nama produk, nama produsen, Angka Kecukupan Gizi (AKG), komposisi dan

contact person. Menurut Ermiati dan Syahrul (2015), pengemasan berfungsi

sebagai penunjang cara penyimpanan, sebagai alat persaingan dalam pemasaran,

serta memperpanjang waktu penyimpanan. Hendrasty (2013) menyatakan bahwa

pelabelan merupakan hal penting dalam sebuah kemasan. Pada label dapat berisi

identitas produk, ukuran produk, jenis dan nama produk, nama dan alamat pabrik,

menambah daya tarik dan keindahan dalam pengemasan.

4.3 Pengamatan Mutu Produk

Pengamatan mutu produk salah satunya dengan pengujian kebab ayam

jamur tiram. Oleh karena itu untuk menjaga mutu produk maka dilakukan proses

pengawasan mulai bahan baku, proses pengolahan serta produk jadi. Pengawasan

mutu kebab ayam jamur tiram dilakukan dengan melakukan analisa terhadap kadar

air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, karbohidrat, uji mikrobiologi, uji

organoleptik, perhitungan rendemen, dan perhitungan AKG (Angka Kecukupan

Gizi). Pengujian dilakukan dengan cara kebab ayam jamur tiram dihancurkan

secara keseluruhan terlebih dahulu, sampel yang diuji harus mewakili dari semua

bahan yang digunakan kecuali pada pengujian organoleptik dan perhitungan

rendemen.

4.3.1 Perhitungan Rendemen

Perhitungan rendemen bertujuan untuk menentukan jumlah produk yang

dihasilkan dari formulasi yang dibuat. Rendemen dihitung berdasarkan persentase

berat produk yang dihasilkan dibagi dengan berat bahan baku. Rendemen yang

dihasilkan adalah 94,33 %, tingginya nilai rendemen kebab karena bahan yang
80

digunakan umumnya menggunakan kadar air tinggi seperti sayur- sayuran segar

seperti selada, mentimun dan tomat, ditambah lagi adanya pemakaian saus sambal

dan mayonnaise. Menurut Wulandari (2012), rendemen digunakan untuk

mengetahui nilai ekonomis dan efektifitas suatu produk bahan pangan.

4.3.2 Analisa Kimia (Proksimat)

Analisa proksimat yang dilakukan terhadap produk kebab ayam jamur tiram

adalah analisa kadar air, kadar abu, protein, lemak, karbohidrat. Hasil analisa

proksimat dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Hasil analisa proksimat kebab ayam jamur tiram


Parameter Satuan Kebab ayam jamur tiram
Kadar air % 63,35
Kadar abu % 2,05
Protein % 7,45
Lemak % 4,80
Karbohidrat % 22,34

A. Kadar Air

Hasil pengujian kadar air kebab ayam jamur tiram menunjukkan bahwa

persentase kadar air adalah 63,35 %. Kebab ayam jamur tiram termasuk makanan

basah, karena mengandung bahan-bahan segar seperti sayur-sayuran dan juga

ditambah lagi dengan penggunaan saus sambal dan mayonais. Menurut Kusnandar

(2010), air merupakan komponen penting yang diperlukan umtuk pertumbuhan

mikroba (kapang, khamir dan bakteri). Untuk dapat tumbuh, mikroba memerlukan

air bebas karena mikroba tidak dapat menggunakan air yang terikat kuat dalam

matriks pangan. Mikroba dapat tumbuh lebih mudah dalam pangan yang

mengandung kadar air tinggi, tetapi akan sulit tumbuh pada pangan dengan kadar

air rendah.
81

B. Kadar Abu

Dari hasil uji kadar abu yang dilakukan terhadap kebab ayam jamur tiram

didapatkan sebanyak 2,05 %, nilai kadar abu suatu makanan erat sekali kaitannya

dengan adanya mineral yang terdapat di dalam suatu bahan pangan, ini menandakan

didalam 100 gram kebab terdapat 2,05 gram mineral. Menurut Andarwulan et all.,

(2011), bahan pangan mengandung kadar abu atau komponen anorganik dalam

jumlah yang berbeda. Abu tersebut disusun oleh berbagai jenis mineral dengan

komposisi yang beragam tergantung tada jenis dan sumber bahan pangan.

C. Kadar Protein

Dari hasil uji protein yang dilakukan terhadap kebab ayam jamur tiram

didapatkan kadar protein 7,45 %. Sumber protein dapat berasal dari bahan – bahan

yang digunakan mengandung protein yaitu protein pada daging ayam dan protein

yang bersumber dari jamur tiram. Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan

RI (1981), didalam 100 gram daging ayam terkandung 18,2 gram protein,

sedangkan jamur tiram mengandung 10,5 gram protein. Andarwulan et all., (2011)

menyebutkan bahwa protein dalam bahan pangan digolongkan menjadi protein

globular yang umumnya mempunyai sifat dapat larut dalam air, protein serat yang

tidak larut dalam air, dan protein konyugasi yaitu protein yang berikatan dengan

senyawa bukan asam amino.

D. Kadar Lemak

Dari hasil analisa lemak yang dilakukan kebab ayam jamur tiram

mengandung lemak sebanyak 4,80 %. Kandungan lemak pada kebab ayam jamur

tiram dikategorikan rendah, karena bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan


82

kebab ayam jamur tiram banyak mengandung protein. Lemak berfungsi sebagai

cadangan energi dalam tubuh, serta di dalam makanan lemak juga berfungsi sebagai

peningkat cita rasa. Menurut Winarno (2004), lemak berfungsi untuk penambah

kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan. Andarwulan et all.,

(2011) menyebutkan bahwa lemak atau minyak adalah salah satu komponen gizi

utama sebagai penyumbang energi dalam tubuh. Konversi energi dari lemak

mencapai 9 kkal/g jauh lebih efisien dibandingkan dengan protein dan karbohidrat

yang masing-masing hanya mencapai 4 kkal/ g.

E. Karbohidrat

Dari hasil perhitungan karbohidrat kebab adalah 22,34 %. Hal ini

menunjukkan bahwa di dalam kebab terdapat 22,34 % energi yang berasal dari

karbohidrat. Karbohidrat pada kebab terdapat pada kulit kebab yaitu tepung terigu,

sedangkan pada daging kebab memakai tepung maizena. Menurut Andarwulan et

all., (2011), karbohidrat dapat dihitung dengan cara carbohidrate by difference

yaitu diperoleh dari pengurangan angka 100 dengan persentase komponen lainnya.

4.3.3 Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik kebab dilakukan menggunakan metode hedonik.

Menurut Ayustaningwarno (2014), uji hedonik adalah salah satu pengujian yang

banyak digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk, tingkat

kesukaan ini disebut skala hedonik seperti sangat suka, suka, agak suka, agak tidak

suka, tidak suka, dan lain-lain. Dalam analisis datanya, skala hedonik

ditransformasikan ke dalam angka dan dapat dilakukan analisa statistik. Uji hedonik
83

dilakukan dengan panelis yang belum terlatih dengan 20 jumlah panelis. Hasil uji

organoleptik dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Uji organoleptik


Parameter Nilai
Warna 4,35
Rasa 4,00
Tekstur 3,75
Aroma 4,20
Kenampakan 4,40
Ket: 1 (tidak suka), 2 (agak tidak suka), 3 (netral), 4 (agak suka) dan 5 (suka)

A. Warna

Dari Tabel 29, terlihat warna mempunyai nilai 4,35 yang berarti agak suka.

Panelis agak suka karena warna kulit kebab agak berwarna kuning kemerahan yang

disebabkan oleh penambahan bubur wortel. Selain itu warna kulit kebab juga

berasal dari proses pemanggangan di atas teflon yang menyebabkan kulit kebab

berwarna bercak kecoklatan akibat dari reaksi mailard. Menurut Winarno (2004),

reaksi mailard adalah reaksi pencoklatan non enzimatis yang terjadi karena adanya

reaksi antara asam amino dengan gula pereduksi.

B. Rasa

Rasa berdasarkan Tabel 29, mempunyai nilai 4,00 yang berarti agak suka

juga. Rasa berasal dari bahan yang digunakan yaitu ayam dan jamur tiram pada

daging kebab. Pengurangan daging ayam dengan penambahan jamur tiram

menyebabkan rasa yang berbeda dari daging kebab pada umumnya, sehingga

menyebabkan panelis agak suka. Selain itu pada daging kebab menggunakan

rempah-rempah yang menyebabkan cita rasa yang khas pada daging kebab.

Muchtadi et all., (2010) menyebutkan bahwa rempah-rempah merupakan bahan


84

hasil pertanian yang digunakan sebagai sumber cita rasa dan aroma. Rempah-

rempah ini mengandung oleoresin sehingga cita rasa dan aromanya tajam serta

spesifik. Sedangkan Minantyo (2011) berpendapat bahwa bumbu dan rempah yang

digunakan di dalam masakan berfungsi sebagai penyedap dan pembangkit selera

makan.

C. Tekstur

Tekstur kebab ayam jamur tiram mempunyai nilai 3,75 berarti agak disukai.

Panelis memberikan penilaian tersebut karena kulit kebab teksturnya agak keras

dibandingkan dengan kulit kebab pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh

penambahan bubur wortel dalam pembuatannya, karena pada wortel terkandung

serat yang tidak larut dalam air yaitu golongan selulosa. Winarno (2004)

menyatakan bahwa serat yang tidak larut dalam air tidak mudah dicerna oleh tubuh,

dan yang tergolong dalam serat tidak larut ini adalah selulosa (misalnya wortel, bit,

umbi-umbian, bekatul), hemiselulosa (didapat pada kulit ari yang menutupi beras

atau gandum), dan lignin (terdapat pada batang, kulit dan daun sayur-sayuran).

D. Aroma

Aroma mempunyai nilai 4,20 yang berarti agak suka. Aroma berasal dari

bumbu dan rempah yang ditambahkan pada daging kebab. Namun aroma daging

kebab juga dipengaruhi oleh aroma jamur tiram yang agak berbau kurang sedap.

Dengan proses pemasakan diharapkan aroma ini akan berkurang, ternyata masih

terasa bagi panelis yang melakukan uji organoleptik. Menurut Minantyo (2011),

bumbu rempah yang digunakan di dalam masakan akan berfungsi sebagai pemberi

aroma dan rasa pada makanan.


85

E. Kenampakan

Kenampakan mempunyai nilai 4,40 yang berarti agak suka juga,

penggunaan wortel pada kulit kebab dapat mempengaruhi kenampakan dari kulit

kebab. Perbedaan kebab ayam jamur tiram dengan kebab pada umumnya yaitu dari

segi warna kulit kebab ayam jamur tiram agak berwarna kuning kemerahan yang

disebabkan oleh penambahan bubur wortel.

4.3.4 Uji Mikrobiologi

Pengujian mikrobiologi pangan meliputi total mikroba dan total kapang

khamir dalam pengujian kebab ayam jamur tiram. Metoda yang digunakan untuk

total mikroba dan kapang khamir adalah metoda hitungan cawan yaitu Total Plate

Count (TPC). Hasil pengujian mikrobiologi kebab ayam jamur tiram dapat dilihat

pada Tabel 30.

Tabel 30. Hasil pengujian mikrobiologi pada kebab ayam jamur tiram
Jumlah mikroba
Pengamatan
koloni/g
Total mikroba 1,2 x 105
Total kapang khamir 1,1 x 105

Dari Tabel 30, dapat dilihat bahwa total mikroba kebab ayam jamur tiram

yang menggunakan media PCA (Plate Count Agar) adalah 1,2 x 105 koloni/ g.

Sedangkan untuk total kapang khamir menggunakan media APDA (Acidified Potato

Dextrose Agar) didapatlah jumlah mikroba sebanyak 1,2 x 105 koloni/ g.. Menurut

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan

kimia dalam makanan Tahun 2009 yaitu (1,0 x 106 koloni/g).


86

Hal ini menuhjukkan bahwa cemaran mikroorganisme pada kebab ayam

jamur tiram masih dalam batas yang diizinkan karena pengamatan mikroba

langsung dilakukan setelah pengolahan. Usaha yang dapat dilakukan untuk

mengurangi cemaran ini adalah dengan menerapkan sanitasi dalam pengolahan

produk pangan, baik itu bahan, alat, maupun pekerja, serta tempat yang digunakan

untuk pengolahan

Menurut Syah (2012), kontaminasi mikroba pada produk pangan dapat

disebabkan beberapa hal yaitu, berasal dari bahan baku yang digunakan, berasal

dari pekerja, peralatan, ruangan dan udara di lingkungan pengolahan, berasal dari

kontaminasi silang seperti produk jadi yang bercampur dengan bahan baku, dan

proses penanganan serta penyimpanan yang tidak baik setelah pengolahan.

4.3.5 Angka Kecukupan Gizi

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended Dietary

Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial. Yang berdasarkan

pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang

sehat (Almatsier,2001). Angka Kecukupan Gizi (AKG) kebab ayam jamur tiram

untuk per kemasan (245 g) dengan diet 2000 kkal dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Informasi nilai gizi kebab ayam jamur tiram per kemasan (245 g)
Jumlah kalori
Zat gizi Jumlah (g) AKG (%)
(kkal)
Protein 12,27 49,08 24,54
Lemak 19,93 179,36 29,89
Karbohidrat 60,16 240,63 20,05
% AKG untuk diet 2000 kkal, kebutuhan gizi setiap orang mungkin lebih tinggi
atau lebih rendah

Dari Tabel 31, terlihat hasil angka kecukupan gizi yang dapat disumbangkan

oleh kebab dalam per kemasan (245 g) untuk diet 2000 kkal adalah untuk
87

protein 12,27 g (49,08 kkal) adalah 24,54 % dari kebutuhan sehari yaitu 100 %

(200 kkal/50 g). Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi (1998) cit. Evawati (2014),

angka kecukupan protein yang dianjurkan (per orang per hari) adalah untuk pria

usia 16-19 th sebanyak 66 g, usia 20-45 th sebanyak 55 g, sedangkan untuk

perempuan lebih rendah yaitu untuk usia 20-45 th sebanyak 48 g.

Angka kecukupan gizi yang dapat disumbangkan oleh kebab dalam per

kemasan (245 g) untuk diet 2000 kkal adalah untuk lemak 19,93 g (179,36 kkal)

adalah 29,89 % dari kebutuhan sehari yaitu 100% (600 kkal/66,67 g). Menurut

Evawati (2014) angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lemak dengan diet

2000 kkal adalah 20-30 % dari kebutuhan energi total yaitu 400-600 kkal.

Angka kecukupan gizi yang dapat disumbangkan oleh kebab dalam per

kemasan (245 g) untuk diet 2000 kkal adalah untuk karbohidrat 60,16 g

(240,63 kkal) adalah 20,05 % dari kebutuhan sehari yaitu 100 % (1200 kkal/300 g).

Menurut Evawati (2014) angka kecukupan gizi yang dianjurkan dengan diet 2000

kkal adalah 60-70 % dari kebutuhan energi total yaitu 1200-1400 kkal.

Dengan mengkonsumsi satu buah kebab seberat 245 gram telah terpenuhi

kebutuhan protein sebanyak 24,54 %, lemak sejumlah 29,89 %, dan karbohidrat

sebesar 20,05 % berdasarkan diet 2000 kkal. Tingginya kandungan lemak

dipengaruhi oleh tingginya kalori lemak yang dihasilkan dalam tubuh yaitu 9,

sedangkan untuk protein dan karbohidrat menghasilkan kalori 4 dalam tubuh.

Andarwulan et all., (2011) menyebutkan bahwa lemak adalah salah satu komponen

gizi utama sebagai penyumbang energi dalam tubuh. Konversi energi dari lemak

mencapai 9 kkal/ g jauh lebih efisien dibandingkan dengan protein dan karbohidrat

yang masing-masing hanya mencapai 4 kkal/g.


88

4.4 Pemasaran

Pemasaran produk dilakukan di tempat pengolahan dan disekitar kampus

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Pemasaran ada 2 macam yaitu

pemasaran di dalam kampus menggunakan tenda-tenda yang terdiri dari 3 tempat,

yaitu gedung kuliah, taman samping mushala dan disamping asrama putri, dan

tempat kedua yaitu menjajakan produk ke kantor-kantor dan tempat kerja lainnya

seperti Kantor Bupati, Puskesmas, dinas Pendidikan dan sebagainya. Selain itu, ada

juga dibawa ke Padang pada Hari Pangan Sedunia yang bertempat di Kantor Badan

Ketahanan Pangan Kota Padang. Menurut Hambali, Suryani dan Rivai (2007),

kegiatan pemasaran merupakan bagian dari kegiatan yang menentukan

keberhasilan suatu usaha. Pemasaran dilakukan dengan menetapkan target pasar

atau konsumen terlebih dahulu sebelum usaha dijalankan.

4.5 Sanitasi dan Penanganan Limbah

4.5.1 Sanitasi

Dalam pengolahan kebab ayam jamur tiram dilakukan dengan baik untuk

bahan baku, pekerja, ruang produksi, dan peralatan yang digunakan. Sebelum dan

sesudah produksi, Pekerja harus mencuci tangan dengan sabun yang dibilas dengan

menggunakan air bersih hingga bersih. Menurut Rauf (2013), sanitasi merupakan

suatu ilmu terapan yang menggabungkan prinsip-prinsip desain, pengembangan,

pelaksanaan, perawatan, perbaikan dan/atau peningkatan kondisi- kondisi dan

tindakan higienis. Pengaplikasian sanitasi mengacu pada tindakan-tindakan

higienis yang dirancang untuk mempertahankan lingkungan yang bersih dan sehat

untuk penyiapan, pengolahan dan penyimpanan pangan.


89

A. Sanitasi Bahan Baku

Sanitasi bahan baku dilakukan dengan cara meletakan bahan di tempat yang

bersih dan mencuci semua bahan-bahan segar sebelum melakukan pengolahan

dengan air mengalir yang bersih seperti wortel, daging ayam, jamur tiram, selada,

mentimun, dan tomat. Menurut Minantyo (2011), bahan makanan basah yang tidak

langsung digunakan disimpan di dalam ruang pendingin (chiller), sedangkan untuk

penyimpanan jangka panjang disimpan di ruang pembeku. Untuk bahan makanan

dalam bentuk kering disimpan di dalam almari atau gudang bahan kering

(dry storsge).

B. Sanitasi Pekerja

Sanitasi pekerja yang dilakukan saat PUM yaitu mencuci tangan sebelum

dan sesudah pengolahan produk PUM. Saat melakukan pengolahan pekerja pada

umumnya menggunakan sarung tangan, hanya dibagian tertentu saja yang tidak

menggunakan sarung tangan seperti persiapan bahan – bahan baku, sedangkan pada

proses pengolahan hingga pengemasan menggunakan sarung tangan plastik. Selain

itu sanitasi pekerja yang diterapkan adalah tidak menggunakan perhiasan, tidak

banyak berbicara saat proses pengolahan dan pekerja memiliki kuku yang selalu

dipotong pendek. Sedangkan sanitasi pekerja yang kurang berjalan dengan baik

yaitu pemakaian penutup kepala, bagi perempuan menggunakan jilbab, sedangkan

untuk laki-laki tidak ada menggunakan petutup kepala, tidak menggunakan masker

saat bekerja.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sanitasi pekerja saat PUM

cukup berjalan dengan baik. Menurut Rauf (2013), upaya yang paling utama untuk

menghindari kontaminasi pada makanan adalah menerapkan standar tinggi


90

terhadap higiene personal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait kebiasaan

penjamah makanan yang berdampak pada keamanan pangan yang berdampak pada

keamanan pangan adalah:

a. Pekerja yang sakit tidak boleh kontak dengan makanan, atau peralatan yang

digunakan dalam pengolahan atau penyajian makanan.

b. Mencuci tangan sesudah dari WC.

c. Hindari menyentuh atau menggaruk bagian tubuh, seperti kepala, rambut dan

wajah.

d. Hindari mengeringkan tangan pada pakaian dan kain lap.

e. Hindari merokok saat bekerja di dapur atau sedang menangani makanan dan

peralatan makanan.

f. Hindari penggunaan cat kuku jika bekerja di dapur.

g. Pekerja di dapur sebaiknya memiliki kuku yang selalu dipotong pendek.

h. Menutup luka. Jika ada luka pada jari pekerja, sebaiknya ditutup menggunakan

plester, serta menggunakan sarung tangan.

i. Perhiasan seperti cincin tidak digunakan selama bersentuhan dengan makanan.

j. Hindari menjilat jari tangan saat sedang menangani makanan.

k. Hindari meniup kedalam wadah penyimpanan makanan

l. Setelah menyentuh bahan yang tidak steril seperti uang, sebaiknya menyentuh

tangan sebelum menyentuh makanan.

C. Sanitasi Alat

Sanitasi alat yang dilakukan saat PUM yaitu mencuci alat dengan

menggunakan deterjen sebelum dan setelah selesai digunakan dan mengeringkan

dengan kain lap bersih. Menurut Elida (2015), Sanitasi alat ditujukan untuk
91

membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang terdapat pada

permukaan alat ataupun wadah. Rauf (2013), berpendapat bahwa tahap awal

perbersihan peralatan yaitu membilas dengan air, tujuannya untuk menghilangkan

partikel makanan yang menempel pada peralatan selanjutnya mencuci dengan

cairan pembersih atau deterjen untuk menghilangkan kotoran yang tampak, sisa

minyak dan debu. Tahap ketiga, membilas dengan air untuk membersihkan sisa

membersihkan sisa deterjen pada pada peralatan.

D. Sanitasi Ruangan Produksi

Sanitasi ruangan produksi pada saat PUM dilakukan dengan cara menyapu,

mengepel dan membersihkan kotoran yang ada dalam ruangan produksi sebelum

dan sesudah produksi, dan melap kotoran yang menempel pada meja-meja sampai

bersih dengan kain lap yang bersih. Hal ini bertujuan untuk membunuh bakteri dan

kuman yang terdapat pada ruang tersebut . Menurut Elida (2015), sanitasi ruangan

produksi harus tetap dijaga agar tidak terjadinya kontaminasi pada produk yang

dapat dilakukan dengan cara menyapu dan mengepel ruangan dengan desinfektan

yang ada agar bakteri dan kuman yang ada pada lantai mati. Selain itu pertukaran

udara melalui ventilasi harus juga berjalan dengan lancar.

4.5.2 Penanganan Limbah

Limbah kebab ayam jamur tiram berupa limbah padat dan limbah cair.

Limbah padat seperti tulang ayam, tangkai jamur tiram dan plastik-plastik kemasan

bahan dibuang langsung ke tong sampah, kemudian dibawa ke TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) yang juga terletak di belakang labor pengolahan untuk dibakar

dan ada juga dikubur agar sanitasi dapat terjaga dengan baik. Menurut Roza (2003),
92

Open dump yaitu menempatkan sampah diareal tanah yang terbuka tanpa

pengawasan kemudian dibakar. Sedangkan sanitary landfill yaitu mendapatkan

sampah pada area tertentu dan menutupnya dengan lapisan tanah.

Untuk limbah yang bersifat cair dapat berupa air pencucian bahan baku yang

langsung dibuang kedalam wastafel tempat pencuci piring dan dialir ke tempat

pembuangan limbah cair yaitu berupa kolam resapan (cesspool) yang terletak di

belakang labor pengolahan yang kemudian diserap oleh tanah. Menurut Aswafi

dan Yuantari (2014), cara kerja kolam resapan (cesspool) adalah kebalikan dari

sumur. Air limbah yang tidak diolah dimasukkan ke dalam suatu lubang di dalam

tanah, sehingga air meresap melalui dindingnya ke dalam tanah di sekitarnya.

Dinding biasanya dilapisi dengan pasangan batu bata atau batu tanpa diberi matriks

perekat (adukan semen dan pasir) untuk memudahkan peresapan.

Minantyo (2011), berpendapat bahwa tempat sampah harus ada di ruang

produksi serta terpisah antara sampah kering dengan sampah basah. Tempat sampah

harus selalu tertutup, tidak terlalu berat, mudah dicuci dan ada penganannya. Selain

tempat sampah yang harus ada adalah tempat pembuangan air kotor karena

berfungsi untuk pembuangan limbah dari sisa pengolahan makanan yang berupa

cairan.

4.6 Analisa Finansial

Perhitungan analisa finansial kebab ayam jamur tiram yang dilakukan yaitu

perhitungan biaya produksi, total periode produksi, total produksi, harga jual per

kemasan, total pendapatan, total penjualan, R/C ratio, BEP dan keuntungan. Analisa

finansial dihitung bertujuan untuk melihat kelayakan usaha dari kebab ayam jamur

tiram yang dapat dilihat dari total pendapatan dan keuntungan selama delapan kali
93

produksi. Rekapitulasi analisa finansial pembuatan kebab ayam jamur tiram dapat

dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32. Rekapitulasi finansial 8 x produksi kebab ayam jamur tiram


Keterangan Jumlah
Biaya produksi : -
- Total biaya tidak tetap (Rp) 1.446.724
- Total biaya tetap (Rp) 102.984
- Total biaya (Rp) 1.549.708
- Rata-rata total biaya produksi (Rp) 193.713
Total periode produksi 8
Total produksi (kemasan) 288
- Rata-rata Produksi (kemasan) 36
Harga jual per kemasan (Rp) 8.000
Total pendapatan (Rp) 2.304.000
- Rata-rata pendapatan (Rp) 288.000
Total penjualan (Rp) 2.432.000
- Rata-rata penjualan (Rp) 304.000
R/C Ratio
- Ideal 1,49
- Penjualan 1,57
BEP : -
- Harga (Rp) 5.381
- Produk (kemasan) 194
Keuntungan ideal : -
- Total keuntungan (Rp) 754.292
- Rata-rata keuntungan (Rp) 94.287
Keuntungan penjualan : -
- Total keuntungan (Rp) 882.292
- Rata-rata keuntungan (Rp) 110.287

Total biaya produksi selama delapan kali periode yang dikeluarkan dalam

pembuatan kebab ayam jamur tiram dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi

setiap proses yaitu 288 kemasan. Harga jual kebab dua macam yaitu Rp. 8000 dan

Rp.10.000. Kebab dengan harga jual Rp. 8000 dijajakan disekitar kampus dan

kantor – kantor di wilayah Lima Puluh Kota dan sekitarnya selama 7 kali periode,

sedangkan kebab dengan harga Rp. 10.000 dijual di Kantor Badan Ketahanan

Pangan Kota Padang pada Hari Pangan Sedunia untuk memenuhi permintaan pada

hari tersebut selama 1 kali peridoe PUM, maka didapat rata-rata keuntungan
94

penjualan dalam 8 kali periode yaitu Rp. 110.287 dengan R/C ratio 1,57. Artinya

dari modal 1 rupiah akan didapat keuntungan sebesar 0,57 rupiah. Dengan demikian

harga kebab yang dijual Rp.10.000 pada Hari Pangan Sedunia tersebut maka

pendapatan dan keuntungan akan makin tinggi jika dibandingkan dengan yang

idealnya yaitu rata-rata keuntungan yang idealnya dalam 8 kali periode yaitu Rp.

94.287 dengan R/C ratio 1,49. Artinya dari modal 1 rupiah akan didapat

keuntungan sebesar 0,49 rupiah. Thaib (2002), menyatakan bahwa R/C Ratio

merupakan perbandingan antara total penjualan produk dengan total biaya produksi

yang dikeluarkan dalam proses pengolahan.

Biaya bahan baku pembuatan kebab ayam jamur tiram lebih rendah dari

kebab dipasaran, karena kebab yang ada dipasaran menggunakan daging sapi,

dimana harga daging sapi lebih mahal dari daging ayam. Semakin banyak bahan

yang diproduksi maka semakin besar biaya yang dikeluarkan, begitu juga dengan

keuntungan yang didapatkan juga semakin tinggi

Dari rekapitulasi finansial delapan kali periode produksi kebab ayam jamur

tiram, maka didapatlah R/C ratio 1,49 untuk yang idealnya dan 1,57 untuk

pelaksanaan penjualannya hal ini disebabkan oleh perbedaan harga yang telah

disebutkan diatas tadi, dengan BEP harga Rp 5.381 dan BEP produk 194 kemasan,

yang artinya dengan menjual kebab ayam jamur tiram seharga Rp. 5.187 didapatlah

BEP produk sebanyak 194 kemasan dengan total keuntungan penjualan Rp

882.292, didapat rata-rata keuntungan penjualan Rp 110.287, dan untuk total

keuntungan idealnya yaitu Rp. 754.292, didapat rata-rata keuntungan Rp. 94.287.
95

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) yang telah dilaksanakan

dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada pembuatan kebab ini dilakukan tiga proses pengolahan yaitu pengolahan

kulit kebab, pengolahan daging kebab, dan pengolahan kebab.

2. Penambahan wortel dalam pembuatan kulit kebab adalah sebanyak 20 % dari

berat tepung terigu. Sedangkan pengantian daging sapi dengan daging ayam dan

jamur tiram yaitu dengan perbandingan 3 : 2.

3. Dari hasil produksi rendemen kebab adalah 94,33 %.

4. Hasil pengujian analisa proksimat kebab adalah 63,35 % untuk kadar air, kadar

abu 2,05 %, kadar protein 7,45 %, lemak 4,80 %, dan karbohidrat 22,34 %

5. Total mikroba kebab 1,2 x 105 koloni/g untuk total bakteri, dan 1,1 x 105

koloni/g untuk total kapang dan khamir.

6. Dari hasil uji organoleptik rata-rata kesukaan pada warna yaitu 4,30 (agak

disukai), rasa 4,00 (agak disukai), tekstur 3,75 (agak disukai), aroma 4,20 (agak

disukai) dan kenampakan 4,40 (agak disukai).

7. Angka kecukupan gizi (AKG) telah terpenuhi dari 1 kemasan kebab (245 g)

yaitu protein 25,54 %, lemak 29,89 % dan karbohidrat 20,05 % berdasarkan diet

2000 kkal.

8. R/C Ratio kebab selama 8 x periode adalah >1 yaitu 1,49 dengan BEP harga

yaitu Rp. 5.381 dan BEP produk adalah 194 kemasan, dengan keuntungan yang

didapat selama 8 x periode adalah Rp. 754.292


96

5.2 Saran

Dalam pembuatan kulit kebab penambahan wortel yang baik yaitu

sebanyak 20 % dari berat tepung terigu. Sedangkan dalam pembuatan daging kebab

perbandingan yang terbaik untuk daging ayam dan jamur tiram adalah 3 : 2.

Sebaiknya dalam pembuatan daging kebab ditambahkan air es, supaya terbentuk

emulsi yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Aditya, R. dan D. Saraswati. 2012. 10 Jurus sukses beragribisnis jamur. Penebar


Swadaya. Depok. 124 hal.

Ali, N. B. V, E. Rahayu dan H. Sunarjono. 2003. Seri agribisnis wortel lobak.


Penebar Swadaya. Depok. 104 hal.

Almatsier, S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
334 hal.

Andarwulan, N. F. Kusnandar dan D. Herawati. 2011. Analisis Pangan. Dian


Rakyat. Jakarta. 328 hal.

Anonim. 2012a. Sejarah, asal usul dan modifikasi “kebab”.


http://angkatigabelas.blogspot.com/2012/04/sejarah-asal-usul-dan-
modifikasi-kebab.html (diakses tanggal 20 Maret 2015)
----------. 2012b. Susu bubuk. http://blog.ub.ac.id/ummiistiizzati/?s=susu+bubuk
(diakses tanggal 14 januari 2016).

----------. 2015. Kebab. https://id.wikipedia.org/wiki/Kebab (diakses tanggal 20


Maret 2015).
Asegab, M. 2011. Bisnis pembibitan jamur tiram, jamur merang, dan jamur
kuping. PT. Agromedia Pustaka. Bogor. 137 hal.
Asfawi, S. dan C, Yuantari. 2014. Sistem pembuangan air limbah.
http://eprints.dinus.ac.id/15112/17/laporanAkhir_Supriyono_060308700
2_.pdf (diakses tanggal 19 Februari 2016).

Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi pangan; Teori praktis dan aplikasi. Graha


Ilmu. Semarang. 118 hal.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2009. Penetapan batas
maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan.
http://codexindonesia.bsn.go.id/uploads/download/Regulasi%20Pangan%2
0BPOM%20No%20HK.00.06.1.52.4011.pdf. (diakses tanggal 27 januari
2016).

Bangun, A, P. 2003. Vegetarian pola hidup sehat berpantang daging. Agro Media
Pustaka. Depok. 59 hal.

Burhanuddin, M. 2011. Jenis-jenis struktur organisasi.


https://alvinburhani.wordpress.com/2011/05/14/jenis-jenis-struktur-
organisasi/#more-596 (diakses tanggal 7 Mei 2015).
98

Dalimartha, S. dan F. Adrian. 2011. Khasiat buah dan sayur. Penebar Swadaya.
Jakarta. 172 hal.

Depkes RI, 2004. Pengertian sanitasi.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29844/4/Chapter%20II.p
df (diakses tanggal 9 Juni 2015).

Desminarti, S. 2004. Teknologi penanganan bumbu dan rempah. Buku Ajar.


Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati. 55 hal.

Dirktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar komposisi bahan makanan.
Departemen Kesehatan. Jakarta. 53 hal.

Elida, M. 2004. Penanganan dan pengolahan daging. Buku Ajar. Politeknik


Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati. 113 hal.

-----------. 2009. Mikrobiologi pangan. Buku Ajar. Politeknik Pertanian Negeri


Payakumbuh. Tannjung Pati. 114 hal.

-----------. 2014. Mikrobiologi I. Buku Kerja Praktek Mahasiswa. Politeknik


Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati. 128 hal.

-----------. 2015. Sanitasi keamanan pangan. Buku Kerja Praktek Mahasiswa.


Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati. 118 hal.

Ermiati. 2004. Teknologi pengemasan dan penyimpanan pangan. Buku Ajar.


Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati. 77 hal.

---------, dan S. Syahrul. 2015. Teknologi pengemasan dan penyimpanan.


Buku Kerja Praktek Mahasiswa. Politeknik Pertanian Universitas
Andalas. Payakumbuh. 79 hal.

Evawati. 2005. Teknologi pengolahan lemak dan minyak. Buku Ajar. Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati. 54 hal.

-----------. 2014. Ilmu gizi pangan. Buku Kerja Praktek Mahasiswa. Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati. 58 hal.

-----------. 2015. Teknologi pengolahan lemak dan minyak. Buku Kerja Praktek
Mahasiswa. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati. 108
hal.

Fardiaz, S. 1993. Analisis mikrobiologi produk pangan


https://www.academia.edu/7212985/Analisis_mikrobiologi_produk_pang
an (diakses tanggal 9 Juni 2015).

Fellows. 2000. Food processing technology principles and practice. Woodhead


Publishing Limited. Cambridge England. 575 hal.
99

Hambali, E. A. Suryani dan M. Rivai. 2007. Membuat aneka bumbu instan pasta.
Penebar Swadaya. Depok. 96 hal.

Harni, M. dan S. Desminarti. 2015. Penilaian dengan inderawi. Buku Kerja Praktek
Mahasiswa. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.Tanjung Pati. 88
hal.

Hendrasty, H, K. 2013. Pengemasan dan penyimpanan bahan pangan. Graha Ilmu.


Yogyakarta. 185 hal.

Ketaren. 2008. Minyak goreng. http://digilib.unila.ac.id/2322/8/BAB%20II.pdf


(diakses tanggal 30 Mei 2015).
Khairi, I. 2015. Resep dan tutorial cara membuat kebab.
http://ilhammulkhairi.blogspot.com/2015/03/resep-dan-tutorial-cara-
membuat-kebab.html (diakses tanggal 20 Maret 2015).
Koswara, S. (2009). Teknologi pengolahan mie. http://tekpan.unimus.ac.id/wp-
content/uploads/2013/07/Teknologi-Pengolahan-Mie-teori-dan-
praktek.pdf. (diakses tanggal 06 Februari 2016).
Kurniawati, N. dan Tim Redaksi Qanita. 2010. Sehat dan cantik alami berkat
khasiat bumbu dapur. PT Mizan Pustaka. Bandung. 167 hal.
Kusnandar, F. 2010. Kimia pangan ; Komponen makro. PT Dian Rakyat. Jakarta.
264 hal.
Minantyo, H. 2011. Dasar-dasar pengolahan makanan (food product fundamental).
Graha Ilmu. Yogyakarta. 212 hal.

Muchtadi, T. Sugiono. dan Ayustaningwarno, F. 2010. Ilmu pengetahuan bahan


pangan. Alfabeta. Bogor. 324 hal.

-------------, dan Sugiono, 2013. Prinsip proses dan teknologi pangan. Alfabeta.
Bandung. 320 hal.

Muhandri, T. D. Kadarisman. dan Tim Premysis Consulting. 2012. sistem jaminan


mutu industri pangan. IPB Press. Bogor. 287 hal.

Murtidjo, B. A. 2003. Pemotongan dan penanganan daging ayam. Kanisius.


Yogyakarta. 90 hal.

Muthiah. 2003. Mayonnaise.


http://id.scribd.com/doc/231306017/Mayonaise#scribd. (diakses tanggal
20 januari 2016).

Novita, R. dan F, Violalita. 2014. Perencanaan bisnis lanjutan (E’SHIP III). Buku
Kerja Praktek Mahasiswa. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Tanjung Pati. 85 hal.
100

Prabu, P. 2009. Penyajian makanan prinsip food hygiene.


https://putraprabu.wordpress.com/2009/01/09/penyajian-makanan-
prinsip-food-hygiene/ (diakses tanggal 28 April 2015).

Rahzarni. 2003. Penanganan dan pengolahan susu dan telur. Buku Ajar. Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati. 76 hal.

----------. 2009. Teknologi roti kue. Buku Ajar. Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh.Tanjung Pati. 64 hal.

----------. 2015. Teknologi roti kue. Buku Kerja Praktek Mahasiswa. Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati. 86 hal.

Rauf, R. 2013. Sanitasi pangan dan HACCP. Graha Ilmu. Yogyakarta. 61 hal.

Roza, I. 2003. Teknologi penganan limbah. Buku Ajar. Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh. Tanjung Pati. 82 hal.

Santoso, H. B. 1988. Bawang putih. Kanisius. Yogyakarta. 64 hal.

SNI. 1992. Saus cabai.


http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22526-
BAB%20II.pdf (diakses tanggal 20 januari 2016).

Soumokil, V. 2015. Teknik pengolahan bahan pangan.


http://vinsoumokil.blogspot.com/2015/04/teknik-pengolahan-bahan-
pangan.html (diakses tanggal 7 Juni 2015).

Subagjo, A. 2007. Manajemen pengolahan kue dan roti pastry product


management. Graha Ilmu. Yogyakarta. 186 hal.

Surisdiarto dan Koentjoko. 1990. Deskripsi ayam broiler.


http://eprints.uny.ac.id/8135/3/bab%202%20-%2005308144001.pdf.
(diakses tanggal 29 Maret 2015).

Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 jenis sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. 204 hal.

Suriawira. 1986. Jamur tiram.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38854/4/Chapter%20ll.p
df (diakses tanggal 1 April 2015).

Suryaningsih, L. 2006. Isi kandungan gizi susu skim. http//.www./isi-kandungan-


gizi-susu-skim. (diakses pada tanggal 25 januari 2016).

Suyanti. 2008. Membuat mie sehat bergizi dan bebas pengawet. Penebar Swadaya.
Depok. 68 hal.

----------. 2007. Membuat aneka olahan cabai. Penebar Swadaya. Depok. 75 hal.
101

Syah, D. 2012. Pengantar teknologi pangan. IPB press. Bogor. 566 hal.

Tadda, A. 2013. 5 Strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan.


http://www.astamediagroup.com/blog/5-strategi-pemasaran-untuk-
meningkatkan-penjualan.html. (diakses tanggal 26 Mei 2015).

Thaib. G. 2002a. Manajemen dan pengawasan mutu. Politeknik Pertanian Negeri


Payakumbuh. Tanjung Pati. 71 hal.

------------.2002b. Wirausaha industri pangan. Politeknik Pertanian Negeri


Payakumbuh. Tanjung Pati. 66 hal.

Trimedona, N. 2004. Kimia dan analisa pangan I. Buku ajar. Politeknik pertanian
negeri payakumbuh. Tanjung pati. 46 hal.

----------------, 2014. Kimia dan analisa pangan I. Buku Kerja Praktek Mahasiswa.
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.Tanjung Pati. 88 hal.

----------------, dan Roza. I. 2014. Kimia dan analisa pangan II. Buku Kerja Praktek
Mahasiswa. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.Tanjung Pati.
87 hal.

U.S Wheat Assosiate. 1981. Pedoman pembuatan roti dan kue. Djambatan. Jakarta.
278 hal.

Winarno, F. G. 2004. Kimia pangan dan gizi. Gremedia Pustaka Utama. Jakarta.
251 hal.

Winarti, S. 2010. Makanan fungsional. Graha Ilmu. Surabaya. 276 hal.

Wulandari. A. 2012. Pengujian parameter kimia (analisis proksimat) pada ikan


cobia (Rachycentron Canadum).
https://wulandariannisa.wordpress.com/2012/03/18/ikan-cobia-
rachycentron-canadum/ (diakses tanggal 2 Juni 2015).

Yunus, Z. 2010. Penanganan bahan baku pangan secara saniter.


http://bangzabar.blogspot.com/2010/02/penanganan-bahan-baku-pangan-
secara.html (diakses tanggal 24 Mei 2015).
LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Alir Pengolahan

A. Bagan alir pengolahan kulit kebab

Tepung terigu, Minyak


garam, baking goreng
powder, gula pasir
3
Susu cair 1

Pencampuran
Wortel
Pemanasan
T = 60oC
4 Pengistirahatan
Sortasi
Susu cair adonan I
panas

Pembersihan
Pemotongan dan
pembagian adonan

Pengupasan

Pengistirahatan
adonan II
Pemotongan

Pembentukan
lembaran Penghalusan

2
Pemangangan Bubur wortel

Kulit kebab

Susu cair
103

B. Bagan alir pengolahan daging kebab ayam jamur tiram

Daging Jamur
Bawang ayam tiram
putih, jahe,
dan cabai
merah
Pembersihan Pembersihan

Pemisahan Pemotongan
Penghalusan daging dengan
tulang

Pemotongan

3 2
Penggilingan
4
5
Peloyangan
Tepung Ketumbar
maizena, dan lada
susu bubuk, bubuk
gula pasir,
Pemanggangan
dan garam

Daging kebab

Pendinginan

Pemotongan
104

C. Bagan alir pengolahan kebab ayam jamur tiram

Bawang Mentimun Tomat Selada


bombai

Sortasi Sortasi Sortasi


Pengirisan

Pembersihan Pembersihan Pembersihan


Penumisan

Pengupasan Pemotongan
Pengirisan

Daging
kebab Pemarutan

Pemanggangan
2
5 3
4 1
Kulit kebab

7 6

Mayonais
e Kebab
Saus sambal

Pengemasan
105

Lampiran 2. Prosedur Pengujian Mutu Produk

A. Rendemen

1. Semua bahan baku ditimbang berat awalnya

2. Semua hasil ditimbang berat produk akhirnya

3. Hasil produk dibagi dengan berat bahan awal kemudian dikali dengan 100%

atau dengan rumus :

Berat produk akhir (g)


Rendemen (%) = x 100%
Berat bahan baku (g)

B. Analisa Proksimat

a. Kadar air

1. Suhu oven diatur hingga mencapai suhu 1050C.

2. Cawan penguap dimasukkan kedalam oven selama 15 menit.

3. Cawan dikeluarkan dari oven dengan menggunakan penjepit dan dinginkan

dalam desikator (10 menit)

4. Cawan diambil dan ditimbang menggunakan timbangan analitik, kemudian

catat hasil penimbangan.

5. Bahan yang akan diuji masukkan kedalam cawan dan timbang 5 gram.

6. Kemudian cawan dan bahan dimasukkan kedalam oven menggunakan

penjepit.

7. Cawan dan bahan dikeringkan dalam oven selama 3 jam (sesuai dengan

bahan).

8. Setelah itu didinginkan dalam desikator selama 10 menit.

9. Berat cawan dan residu ditimbang.


106

10. Cawan dan bahan dipanaskan lagi dalam oven selama 30 menit, dinginkan dan

timbang. Perlakuan diulangi sampai tercapai bereat konstan (selisih

penimbangan berturut-turut < 0,2 mg).

11. Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan.

12. Kadar air dalam bahan dihitung dengan rumus :

a-b
KA (%) = x 100%
a

Dimana : a = Berat bahan sebelum pengeringan

b = Berat bahan setelah pengeringan

b. Kadar Abu

1. Cawan pengabuan ditimbang, kemudian bakar dalam tanur, dinginkan dalam

desikator dan timbang.

2. Sampel ditimbang sebanyak 5 g dalam cawan tersebut, kemudian letakkan

dalam tanur pengabuan, bakar selama 12-18 jam (semalam) sampai didapat

abu-abu. Pengabuan dilaksanakan dalam dua tahap pertama pada pada suhu

4000C dan kedua pada suhu 5000C.

3. Tanur dimatikan dan tunggu suhunya turun sampai 2500C atau lebih rendah,

baru pintu tanur dibuka dengan hati-hati untuk menghindari kehilangan abu

yang halus/ringan.

4. Cawan dipindahkan dengan menggunakan tangkrus dalam desikator,

dinginkan dan timbang.

Perhitungan :

Berat Abu = (Berat cawan + abu ) – berat cawan


107

berat abu (g)


Kadar abu (%) = x 100%
berat sampel (g)

c. Kadar Protein (metode Kjeldahl)

1. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 g, masukkan kedalam labu kjedahl. Kemudian

tambahkan reagen selenium sebanyak 1 g, 5 ml asam sulfat pekat.

2. Sampel dipanaskan mulai dari api kecil sampai asap hilang. Jika asap hilang

panaskan dengan api besar sampai mendidih dan cairan menjadi jernih.

Teruskan pemanasan sampai warna hijau jernih.

3. Setelah proses destruksi selesai, dinginkan larutan encerkan dengan aquades

(lebih kurang 50 ml) dan pindahkan kedalam labu destilasi, 20 ml NaOH 40%.

4. Labu destilasi dipasang, lakukan proses destilasi, destilat ditampung dengan

erlemeyer yang telah berisi asam borat 4% (15 ml) dan 3-5 tetes indikator

conway (warna merah muda) sampai tidak ada lagi gas amonia yang

dihasilkan (terbentuk warna biru)

5. Destilat dititrasi dengan HCl 0,0508 N sampai warna berubah kembali

kewarna semula. Untuk blanko lakukan hal yang sama dengan mengganti

sampel dengan aquades.

6. Kadar nitrogen dalam protein dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(ml HCl sampel – ml HCl blanko) x N HCl x 14


%N= x 100%
g sampel x 1000

Protein (%) = % N x faktor konversi (6,25)


108

d. Kadar Lemak

1. Gunakan labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi soklet,

keringkan dalam oven, dinginkan dalam desikator dan timbang.

2. Sampel ditimbang 10 gram yang telah dihaluskan, bungkus dengan kertas

saring.

3. Kertas saring yang beisi sampel diletakkan kedalam alat ekstraksi soklet,

kemudian pasang alat kondensor diatasnya dan labu lemak dibawahnya.

4. Pelarut petrolium benzene dituangkan kedalam labu lemak secukupnya sesuai

dengan ukuran soklet yang digunakan.

5. Refluk dilakukan selama minimum 2 jam sampai pelarut yang turun kembali

ke labu lemak berwarna jernih

6. Pelarut yang ada di dalam labu lemak didistilasi, dan ditampung pelarutnya.

Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada

suhu 1050C

7. Setelah dikeringkan sampai berat konstan dan diinginkan dalam desikator,

ditimbang labu beserta lemaknya.

Berat lemak = berat akhir-berat labu awal

berat lemak (g)


Lemak (%) = x 100%
berat sampel (g)

e. Kadar Karbohidrat

1. Setelah didapatkan kadar lemak dan kadar proteinnya, kadar karbohidrat dapat

dihitung secara by Difference dengan rumus :

Karbohidrat (%) = 100% - (kadar protein + kadar lemak + kadar air + kadar

abu)
109

C. Pengujian Organoleptik

Formulir Pengujian Organoleptik (uji kesukaan)

Nama panelis :

Tanggal pengujian :

Jenis contoh :

Insrtuksi : Nyatakan penilaian dalam bentuk ceklis (√) sesuai dengan

penilaian yang dilakukan. Keterangan angka dapat dilihat

di bawah.

Penilaian Rasa Warna Tekstur Aroma Kenampakan


Suka
Agak suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka

Keterangan Nilai :

1. Suka =5
2. Agak suka =4
3. Netral =3
4. Agak tidak suka =2
5. Tidak suka =1
110

D. Pengujian Mikrobiologi

1. Tabung reaksi disiapkan yang berisi larutan pengencer steril dengan volume 9

ml. Untuk bahan padat (pengencer 1:10).

2. Sampel ditimbang 5 gram (kebab) masukkan kedalam pengencer 45 ml

(pengencer 10-1).

3. Tabung reaksi dikocok hingga homogen dan ambil 1 ml dari 10-1, masukkan

ke dalam pengencer 9 ml sehingga didapat pengencer 10-2.

4. Lakukan pengenceran sampai 10-3 atau 10-4, jika diduga jumlah

mikroorganisme dalam sampel banyak.

5. Pipet masing-masing 1 ml dari dua pengenceran terakhir dan masukkan ke

dalam cawan petri steril.

6. Media PCA (Plate Count Agar) untuk total mikroba dan APDA (Acidified

Potato Dextrose Agar) untuk total kapang khamir dituangkan sebayak 12-15

ml, media digoyangkan diatas meja dan setelah membeku inkubasi selama 24-

48 jam (suhu 370C) dalam inkubator.

7. Jumlah mikroba dihitung dengan penetapan SPC.

Rumus :

1
Jumlah mikroba (koloni/g) = jumlah mikroba x
f. pengencer

1
Jumlah kapang khamir (koloni/g) = jumlah mikroba x
f. pengencer
111

Lampiran 3. Stuktur Organisasi

Ketua PUM

Bendahara

Pengadaan Produksi Sanitasi Pemasaran


Bahan Baku

Anggota Anggota Anggota


Anggota
112

Lampiran 4. Perhitungan Pengujian Produk

A. Hasil rendemen

Berat bahan baku = 4.155,8 g

Berat 1 kemasan kebab = 245 g (1 buah)

Total kemasan = 16 buah

Berat produk = 245 g x 16

= 3.920 g

Berat produk akhir (g)


Rendemen (%) = x 100%
Berat bahan baku (g)

3.920
= x 100%
4.155,8

= 94,33 %

B. Hasil analisa proksimat

a. Kadar Air

Berat sampel : 5,0601 g (a)

Berat cawan : 3,4704 g

Berat akhir (berat cawan + sampel) : 5,3247 g

Berat sampel setelah kering = (berat cawan + sampel) – berat cawan

= 5,3247 – 3,4704

= 1,8543 (b)

a-b
KA (%) = x 100%
a

5,0601 g - 1,8543 g
= x 100 %
5.0601 g

= 0,6335 x 100 % = 63,35 %


113

b. Kadar Abu

Berat cawan : 20,0811 g

Berat sampel : 3,0462 g

Berat cawan + abu : 20,1434 g

Berat abu = (berat cawan + abu) – berat cawan

= 20,1434 g – 20,0811 g

= 0,0623 g

berat abu (g)


Kadar abu (%) = x 100%
berat sampel (g)

0,0623
= x 100%
3,0462

= 0,02045 x 100 %

= 2,05 %

c. Kadar Protein (metode Kjeldahl)

Berat sampel : 0,5157 g

ml HCl sampel: 9,8 ml

ml HCl blanko : 1,1 ml

N HCl : 0,0505 N

ml HCl sampel-ml blanko x N HCl x 14


%N = x 100 %
mg sampel

9,8- 1.1 x 0,0505 x 14


= x 100 %
0,5157 x 1000

8,7 x 0,0505 x 14
= x 100 %
515,7

= 0,01193 x 100% = 1,193 %


114

% Protein = % N x Faktor konversi (6,25)

= 1,193 x 6,25

= 7,45 %

d. Kadar Lemak

Berat sampel : 10,1227 g

Berat labu kosong : 103.3553 g

Berat labu + lemak : 103,8413 g

Berat lemak = (berat labu + lemak) – berat labu kosong

= 103,8413 g – 103,3553 g

= 0,486 g

berat lemak (g)


Kadar lemak (%) = x 100 %
berat sampel (g)

0,486
= x 100 %
10,1227

= 0,048011 x 100 %

= 4,80 %

e. Kadar Karbohidrat

Kadar air = 63,35 %

Kadar abu = 2,05 %

Kadar protein = 7,45 %

Kadar lemak = 4,80 %

Kadar KH (%) = 100 % - (kadar air + kadar abu + kadar protein + kadar lemak) %

= 100 % - (63,35 + 2,05 + 7,45 + 4,80) %

= 100 % - 77,66 = 22,34 %


115

C. Hasil Pengujian Organoleptik

Penilaian
Panelis
Warna Rasa Tekstur Aroma Kenampakan
P1 3 5 4 4 5
P2 5 5 4 5 5
P3 4 3 4 4 3
P4 3 3 4 4 4
P5 4 5 5 4 3
P6 5 4 5 5 5
P7 4 4 4 4 4
P8 5 4 3 4 5
P9 5 2 3 4 5
P10 5 5 4 5 5
P11 5 4 4 5 5
P12 4 4 4 4 4
P13 5 4 3 4 5
P14 4 5 4 5 5
P15 4 3 4 4 5
P16 5 4 4 4 5
P17 4 3 3 3 4
P18 3 4 3 4 5
P19 5 5 4 4 4
P20 5 4 2 4 2
Jumlah 87 80 75 84 88
Rata-rata 4,35 4,00 3,75 4,20 4,40
116

D. Hasil Pengujian Mikrobiologi

Total kapang/ khamir


Total mikroba (PCA)
Sampel (APDA)
10⁻³ 10⁻⁴ 10⁻³ 10⁻⁴
Kebab ayam jamur tiram
116 20 112 32

Perhitungan :

a. Total mikroba

1
Jumlah mikroba (koloni/g) = jumlah mikroba x
f. pengencer

1
= 116 x
10⁻³

= 116 x 10⁻³

= 1,2 x 10⁵

b. Total kapang khamir

32 x 10⁻⁴
Total kapang khamir =
112 x 10⁻³

320 x 10⁻³
=
112 x 10⁻³

= 2,86 > 2 (besar dari 2)

1
Jumlah mikroba (koloni/g) = jumlah mikroba x
f. pengencer

1
= 112 x
10⁻³

= 112 x 10⁻³

= 1,1 x 10⁵
117

E. Hasil Perhitungan AKG

Jumlah gizi per 100 g bahan Jumlah Jumlah gizi per berat bahan
Jumlah
Bahan K P L KH per K P L KH
(g) (kal) (g) (g) (g) 100 g (kal) (g) (g) (g)
Tepung terigu 500 365 8,9 1,3 77,3 5 1825 44,50 6,50 386,50
Wortel 100 42 1,2 0,3 9,3 1 42 1,20 0,30 9,30
Garam 23 0 0 0 0 0,23 0 0 0 0
Baking powder 10 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0
Gula 20 364 0 0 94 0,2 73 0 0 18,80
Minyak goreng 40 902 0 100 0 0,4 361 0 40 0
Susu cair 154,8 502 27 26 40 1,5 777 41,80 40,25 61,92
Daging ayam 300 302 18,2 25 0 3 906 54,60 75 0
Jamur tiram 200 367 10,5 1,7 56,6 2 734 21 3,40 113,20
Bawang putih 20 95 4,5 0,2 23,1 0,2 19 0,90 0,04 4,62
Jahe 2 51 1,5 1 10,1 0,02 1 0,03 0,02 0,20
Ketumbar 4 404 14,1 16,1 54,2 0,04 16 0,56 0,644 2,17
Cabe merah 20 31 1 0,3 7,3 0,2 6 0,20 0,06 1,46
Lada 2 359 11,5 6,8 64,4 0,02 7 0,23 0,14 1,29
Tepung maizena 130 343 0,3 0 85 1,3 446 0,39 0 110,50
Susu bubuk 20 36 3,5 0,1 5,1 0,2 7 0,70 0,02 1,02
Margarin 50 720 0,6 81 0,4 0,5 360 0,30 40,50 0,20
Bawang bombai 480 45 1,4 0,2 10,3 4,8 216 6,72 0,96 49,44
Selada 480 15 1,2 0,2 2,9 4,8 72 5,76 0,96 13,92
Tomat 480 20 1 0,3 4,2 4,8 96 4,80 1,44 20,16
Mentimun 480 12 0,7 0,1 2,7 4,8 58 3,36 0,48 12,96
Saus sambal 320 9,8 2 0,4 24,5 3,2 31 6,40 1,28 78,40
Mayonais 320 390 0,9 33,4 23,9 3,2 1248 2,88 106,88 76,48
Jumlah 4155,8 5375 110 294,40 595,30 41,56 7301,32 196,33 318,868 962,54
Jumlah kemasan 16
Jumlah per kemasan 245 g 456,33 12,27 19,93 60,16

Perhitungan AKG kebab :

Total kalori kebab adalah 456,33 kkal

 Protein

Kebutuhan Protein = 10 - 15 %

Protein = 4 kkal/ g x 12,27 g

= 49,08 kkal

= 100 x 2000 kkal


10
Diet 2000 kkal

= 200 kkal

=
49,08
% AKG x 100 %
200

= 24,54 %
118

 Lemak

Kebutuhan Lemak = 20 - 30 %

Lemak = 9 kkal/ g x 19,93 g

= 179,36 kkal

30
Diet 2000 kkal = x 2000 kkal
100

= 600 kkal

179,36
% AKG = x 100 %
600

= 29,89 %

 Karbohidrat

Kebutuhan Karbohidrat = 60 - 70 %

Karbohidrat = 4 kkal/ g x 60,16 g

= 240,63 kkal

60
Diet 2000 kkal = x 2000 kkal
100

= 1200 kkal

240,63
% AKG = x 100 %
1200

= 20,05 %
119

Lampiran 5. Rincian Analisa Finansial PUM

Rincian biaya PUM 8 kali Produksi


Periode
Biaya Tetap
Pelaksanaan Biaya Tidak Tetap (Rp) Total (Rp)
(Rp)
PUM
Periode I 152.624 12.873 165.497
Periode II 163.066 12.873 175.939
Periode III 165.101 12.873 177.974
Periode IV 162.523 12.873 175.396
Periode V 302.070 12.873 314.943
Periode VI 169.009 12.873 181.882
Periode VII 168.977 12.873 181.850
Periode VIII 163.353 12.873 176.226
Total 1.446.724 102.984 1.549.708
Rata-rata 180.840 12.873 193.713

Rincian jumlah produksi, pendapatan dan keuntungan PUM 8 kali produksi


Periode Jumlah Jumlah Keuntungan
Pendapatan Penjualan Keuntungan
Pelaksanaan produksi penjualan penjualan
(Rp) (Rp) (Rp)
PUM (kemasan) (kemasan) (Rp)
Periode I 32 32 256.000 256.000 90.503 90.503
Periode II 32 32 256.000 256.000 80.061 80.061
Periode III 32 32 256.000 256.000 78.026 78.026
Periode IV 32 32 256.000 256.000 80.604 80.604
Periode V 64 64 512.000 640.000 197.057 325.057
Periode VI 32 32 256.000 256.000 74.118 74.118
Periode VII 32 32 256.000 256.000 74.150 74.150
Periode VIII 32 32 256.000 256.000 79.774 79.774
Total 288 288 2.304.000 2.432.000 754.292 882.292
Rata-rata 36 36 288.000 304.000 94.287 110.287

Rincian R/C Ratio, BEP harga, BEP Produk 8 kali produksi


Analisa Hasil Finansial
R/C Ratio 1,49
BEP Harga Rp. 5.381
BEP Produk 194 kemasan
Keuntungan Rp. 754.292
120

Contoh perhitungan :

Total penjualan Total pendapatan


R/C Ratio = Idealnya =
Total biaya produksi Total biaya produksi

Rp. 2.432.000 Rp. 2.304.000


= =
Rp. 1.549.708 Rp. 1.549.708

= 1,57 = 1,49

Total biaya produksi


BEP harga =
Total produksi

Rp. 1.549.708
=
288 kemasan

= Rp. 5.381

Total biaya produksi


BEP produk =
Harga jual perkemasan

Rp. 1.549.708
=
Rp. 8.000

= 194 kemasan

Keuntungan penjualan = total penjualan – total biaya produksi

= Rp. 2.432.000 - Rp. 1.549.708

= Rp. 882.292

Keuntungan idealnya = total pendapatan – total biaya produksi

= Rp. 2.304.000 – Rp. 1.549.708

= Rp. 754.292
121

Lampiran 6. Foto Kegiatan Produksi

A. Foto bahan baku

Tepung terigu Wortel

Garam Baking powder

Gula pasir Minyak goreng


122

Susu cair Daging ayam

Jamur tiram Bawang putih

Jahe
Ketumbar

Cabe merah Lada


123

Tepung maizena Susu bubuk

Margarin Bawang bombai

Selada Tomat
124

Mentimun Saus sambal

Mayonnais
125

B. Foto proses pengolahan

a. Pengolahan kulit kebab

Penghancuran wortel Bubur wortel

Pencampuran Adoanan kulit

Pengistirahatan adonan I Penimbangan adonan


126

Pembagian adonan Pengistirahatan adonan II

Pembentukan lembaran Pembentukan lembaran

Lembaran kulit kebab Pemanggangan


127

Pemanggangan Kulit kebab


128

b. Pengolahan daging kebab

Penghalusan bumbu Penggilingan daging ayam

Penggilingan Peloyangan

Pemanggangan Daging kebab


129

Pemanggangan daging kebab Irisan daging kebab


130

c. Pengolahan kebab

Kulit kebab Daging kebab

Penumisan bawang bombai Daun selada

Irisan mentimun Irisan tomat


131

Penyajian Kebab ayam jamur tiram

Pengemasan

Pelabelan
132

Lampiran 7. Label Produk

Anda mungkin juga menyukai