Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Material adalah salah satu factor penting yang menentukan kualitas dari suatu barang. Sering
kali dijumpai penelitian – penelitian untuk mengambangkan kualitas suatu material demi
tercapainya tujuan dan kepuasan konsumen. Kualitas suatu material ini dapat dilihat dari sifat
mekanik material. Beberapa sifat mekanik material di antaranya adalah, kekerasan, kegetasan,
keuletan, ketangguhan, ketahanan, dan lain sebagainya. Sifat-sifat material ini yang paing
diperhatikan saat ingin memilih suatu material. Pemilihan material ini juga harus sesuai dengan
yang dibutuhkan. Misalnya sebuah konstruksi gedung ataupun badan dari kereta api. Pemilihan
material pada bodi dan komponen lain dari kereta api tentunya tidak dilakukan dengan
sembarangan. Kereta api ini tentunya memerlukan material yang tangguh dan tahan karena
membawa beban yang cukup berat dan biasana mendapatkan beban secara tiba-tiba yaitu pada
saat rangkaian kereta api berjalan. Terjadi beban yang cukup besar dan dikenai pada pengait
antar gerbong di waktu yang singkat. Melihat permasalahan ini dibutuhkan pemilihan material
dengan material yang tangguh.
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan uji impact. Dengan melakukan uji impact ini, kita
dapat mengetahui material apa saja yang pas digunakan pada kereta api tersebut terutama pada
komponen penyambung antar gerbong. Pemilihan material yang tangguh ini dilakukan untuk
menghindari kerusakan atau retakan bahkan patahan yang kemungkinan akan terjadi
dikarenakan beban besar yang dikenai secara tiba-tiba.
Maka dari itu, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ketangguhan dari material menahan
beban kejut. Demi menghindari terjadinya retakan ataupun patahan baik getas maupun ulet
yang besar kemungkinan akan terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan ketahanan suatu logam terhadap beban kejut atau mendadak?
2. Bagaimana mengetahui kepekaan dan ketahanan logam akibat adanya takik (notch)?
3. Bagaimana mengetahui pengaruh temperature terhadap ketahanan impak?
1.3 Tujuan Percobaan
1. Untuk menentukan ketahanan suatu logam terhadap beban kejut atau mendadak
2. Untuk mengetahui kepekaan dan ketahanan logam akibat adanya takik (notch)
3. Untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap ketahanan impak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Baja
Baja merupakan perpaduan antara besi dan karbon yang mengandung beberapa konsentrasi
dari elemen paduan yang cukup besar. Ada banyak sekali paduan yang memiliki komposisi
dan/atau perlakuan panas yang berbeda. Kandungan karbon yang ada pada baja sangat
mempengaruhi sifat mekanik pada baja itu sendiri. Maka dari itu, beberapa baja
diklasifikasikan berdasarkan konsentrasi karbon yang dimiliki, menjadi: baja low-, medium-,
dan high-carbon. Terdapat juga sub-kelas di setiap kelompok berdasarkan konsentrasi dari
elemen yang lain.

Low-carbon steel memiliki jumlah paling banyak daripada baja lainnya. Baja pada sub kelas
ini biasanya mengandung karbon kurang dari 0,25 wt% dan tidak responsif pada perlakuan
panas yang bertujuan untuk membentuk martensit. Struktur mikronya terdiri dari ferit dan perlit.
Paduan ini bersifat lemah tapi memiliki kekakuan dan ketangguhan yang tinggi, sebagai
tambahan, baja – baja ini juga dapat diproses oleh mesin, weldable, dan dari baja-baja yang
lainnya, adalah yang paling murah untuk diproduksi. Aplikasi dari low-carbon steel ini
diantaranya; komponen tubuh automobile, gedung, jembatan, dan kaleng timah.

Medium-carbon steel adalah klasifikasi baja yang kedua. Baja ini memiliki konsentrasi karbon
di antara 0.25 dan 0.6 wt%. Perlakuan panas yang dikerjakan pada paduan baja ini adalah
austenitasi, pendinginan, dan kemudian tempering untuk meningkatkan sifat mekanik.
High-carbon steel memiliki konsenstrasi karbon di antara 0.6 sampai dengan 1.4 wt%. Baja ini
adalah yang terkuat, terkeras, tetapi paling tidak getas di antara baja karbon yang lain. Mereka
hampir selalu digunakan dalam kondisi mengeras.
(Callister, 2014 : 411)
2.2 Baja Strip
Industi mesin tekah memberikan stimulus yang penting untuk industry baja untuk lebih
meningkatkan atribut mekanis baja strip seperti kontrol gauge, perataan, kebersihan dan
kekasaran permukaan. Industri ini juga mendukung menstimulasi perkembangan dari baja
ringan dengan bentuk yang lebih baik dan juga beberapa jenis baja strip yang berlapis sudah
tersedia. Penting untuk dicatat bahwa ketika pertama kali dikenalkan, semua tahap
penggulungan dalam pengolahan baja strip dan proses pemanasan dimaksudkan hanya untuk
mengubah ketebalan baja karena lebih mudah untuk mengurangi ketebalan baja saat dalam
keadaan panas dan lunak, Baja strip dengan karbon yang rendah didasarkan pada struktur mikro
berupa ferrite, misalnya pada panel bodi otomotif.
(RC. Hudd, 1998 : 2,6)
2.3 Pengujian Impact
Pengujian impact atau yang bias disebut dengan pengujian tumbukan adalah salah satu metode
untuk menganalisa sifat mekanik pada suatu material. Pada hal ini, sifat mekanik material yang
dimaksud adalah ketangguhan material.
(Prawira, dkk., 2015 : 362)
Uji impact ini memberikan indikasi jumlah energi yang diserap oleh material saat terjadinya
patahan. Pengujian ini menggunakan lengan pendulum untuk mengayun dari ketinggian yang
telah ditetapkan dan dikenai specimen yang telah distandarisasi yang ditempatkan pada titik
terbawah pendulum ayun. Perubahan derajat pendulum setelah mengenai specimen dihitung.
Dengan ini didapatkan energi yang diperlukan untuk mematahkan bahan uji.
(Thelning, 1984:60)
Yang membedakan pengujian impak dengan uji tarik atau uji kekerasan adalah pembebanan
yang dilakukan secara tiba-tiba. Pengujian impak ini merupakan salah satu upaya untuk
mensimulasikan kondisi operasi material yang sering digunakan pada komponen transportasi
ataupun konstruksi saat beban yang diprediksikan tidak selamanya terjadi secara perlahan lahan,
akan tetapi secara tiba-tiba.
(Handoyo, 2013:45)
Pengondisian tes impact dipilih untuk merepresentasikan keadaan yang paling parah relative
pada potensi patahan (1) deformasi pada suhu yang rendah, (2) kecepatan regangan yang tinggi,
(3) Keadaan tegangan triaksial. Ada dua uji standarisasi yaitu Chapy dan Izod yang digunakan
untuk menghitung energi impact. Teknik Charpy V-notch (CVN) adalah salah satu yang umum
digunakan di US. Uji Impact seperti gambar 2.1

Gambar 2.1 Uji Impact


Bebean diaplikasikan sebagai sebuah impact dari palu pendulum yang dilepaskan dari suatu
ketinggian. Spesimen ditempatkan pada dasar. Saat dilepaskan, pendulum menabrak dan
mematahkan specimen. Pendulum kembali mengayun sampai ketinggian maksimum yang
lebih rendah dari ketinggian sebelumnya. Energi yang terabsorpsi yang dipetakan dari
perbedaan ketinggian awal dan ketinggian akhir adalah ukuran dari energi impact itu sendiri.
Pernedaan Teknik Charpy dan Izod ada pada perilaku specimen pendukung.
(Callister, 2014:266-267)
2.4 Sifat Mekanik
1. Ketangguhan
Ketangguhan adalh kemampuan suatu material untuk menahan patahan dari suatu beban
benturan tinggi
2. Kekuatan Impak
Kekuatan Impak adalah kemampuan suatu material untuk melawan kepatahan yang diterapkan
secara eksternal tanpa merusaknya
(Khurmi, 2005 : 18-19)
2.5 Kurva Transisi
Salah satu fungsi utaama Uji Charpy dan Izod adalah untuk menentukan apakah material
mengalami transisi ulet ke getas dengan adanya penurunan suhu dan kecepatan perubahan suhu.
Kurva transisi ini berhubungan dengan kebebasan suhu dari impact abospsi energi. Pada suhu
yang lebih tinggi, energi CVN relative besar, sehubungan dengan adanya patahan ulet. Seiring
menurunnya suhu, energi impact turun secara tiba tiba. Pada kondisi ini terjadi patahan getas.

Gambar 2.2 Kurva Transisi


(Callister, 2014:266-267)
2.6 Perbedaan Patahan Ulet dan Getas
Patahan adalah sebuah perpisahan badan menjadi dua atau lebih bagian yang dikarenakan
sebuah tegangan statis dan pada temperature yang relative rendah sampai titik suhu leleh suatu
material. Patahan juga dapat terjadi karena kelelahan karena tegangan yang terus diberikan.
Untuk logam, ada dua patahan yang mungkin terjadi: ulet dan getas. Klasifikasi ini berdasarkan
kemampuan sebuah logam untuk mengalami sebuah deformasi plastis. Logam yang ulet
biasanua berdeformasi plastis dengan menyerap energi yang tinggi sebelum terjadinya patahan.
Akan tetapi, pada logam getas, ada sedikit ataupun tidak ada deformasi plastis dengan
penyerapan energi yang rendah.

Proses patahan memiliki dua tahap yang dikarenakan tegangan, yaitu formasi retakan dan
perambatan. Patahan ulet dikarakterisasikan dengan deformasi plastis yang besar. Patahan
tersebut dapat dibilang stabil karena menolak perluasan yang membesar kecuali karena adanya
tegangan yang dikenakan. Akan tetapi untuk patahan getas, retakan dapat menyebar secara
cepat. Retakan tersebut tidak stabil, dan jika retakan mulai mengalami perambatan yang
berkelanjutan secara spontan kecuali adanya penambahan besar tegangan yang dikenai.
(Callister, 2014:253)
2.7 Penelitian Sebelumnya

Muhammad Zaki Prawira, Sarjito Joko Sisworo, dan Samuel (2015) telah melakukan penelitian
terhadap pengaruh perbedaan suhu terhadap kekuatan impact aluminium 5083 hasil pengelasan
tungsten inert gas. Metode impact yang digunakan adalah metode charpy dengan mengikuti
standar specimen. Hasil yang didapatkan adalah rata-rata impact pada suhu -20oC sebesar 0,03
J/mm2 , pada suhu -10ºC sebesar 0,03 J/mm2 , pada suhu 0ºC sebesar 0,04 J/mm2 , pada suhu
kamar (32ºC) sebesar 0,04 J/mm2 , pada suhu 50ºC sebesar 0,05 J/mm2 dan pada suhu 150ºC
sebesar 0,03 J/mm2. Dari data ini dapat di simpulkan kuat impact yang terbesar yaitu pada suhu
50ºC sebesar 0,05 J/mm2.
(Prawira, dkk. 2015 : 362)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir

MULAI

TINJAUAN
PUSTAKA

PREPARASI SPESIMEN

Boiling Water
Tamper
Dry ice

ANALISIS DATA

ANALISIS DATA

KESIMPULAN

SELESAI
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Berikut adalah alat-alat yang digunakan pada uji impact:
 Mesin uji impak
 Pemanas
 Kikir
 Penjepit
 Termometer

3.2.2 Bahan
Berikut adalah bahan yang digunakan pada uji impact:
 Baja strip

3.3 Tabel Perlakuan


Berikut adalah tabel perlakuan pada uji tarik:
Table 3.1 Perlakuan untuk Spesimen

NO Material Keterangan

2 Baja Strip

3.4 Standar Pengujian


Standar pengujian yang digunakan dalam pengujian impact:
 ASTM E23

3.5 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian pada uji impact ini adalah:
1. Preparasi uji specimen dilakukan sesuai dengan standar pengujian ASTM E23
2. Takik dibuat sesuai dengan standar pengujian ASTM E23
3. Spesimen uji dikondisikan sesuai dengan cariasi temperature yang ditentukan dengan
waktu pengondisian sekitar 30 menit
4. Spesimen uji diletakkan pada landasan dan takik harus diposisikan di tengah-tengah
searah dengan mata pukul bandul
5. Bandul dinaikkan
6. Bandul dilepas hingga memukul specimen
7. Besar energi yang digunakan untuk mematahkan specimen uji pada jarum skala
petunjuk dicatat
8. Penampang patahan specimen diamati dan digambarkan kurvanya pada laporan untuk
diidentifikasi jenis patahnya
9. Laporan Teknik pengujian impak dibuat.

Anda mungkin juga menyukai