Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP DENYUT JANTUNG

LARVA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)

Nama : Harditya Firdhaus


NIM : B1A017115
Rombongan : VIII
Kelompok :1
Asisten : Anisa Istiqomah

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Pranata et al. (2017), ikan gurami (Osphronemus gouramy) Lac.


adalah salah satu komoditas budidaya air tawar yang tergolong dalam familia ikan
labirin (Anabantidae). Ikan ini tersebar di kawasan tropis mulai dari India sampai
Semenanjung Malaya dan Indonesia. Menurut Azrita & Syandri (2015), masing-
masing strain ikan gurami yang ada di Indonesia memiliki karakteristik khusus,
terutama dari segi bentuk tubuh dan warna yang khas. Menurut Khairuman & Amri
(2011), ikan gurami (Osphronomus gouramy) termasuk golongan ikan
Labyrinthici, yaitu sebangsa ikan yang memiliki alat pernafasan berupa insang dan
insang tambahan (labyrinth). Ikan gurami memiliki linea lateralis tunggal, lengkap,
dan tidak terputus. Ikan gurami bersisik stenoid yang berukuran besar-besar, serta
memiliki gigi di rahang bawah.
Menurut Khairuman & Amri (2011), ikan gurami memiliki bagian
punggung berwarna merah sawo dan bagian perut berwarna kekuning-kuningan
atau keperak-perakan. Gurami dapat hidup di sungai, rawa, telaga, dan kolam air
tawar. Gurami memiliki bentuk fisik khas, seperti badannya pipih dan panjang serta
permukaannya lebar. Badan ikan gurami tertutup sisik yang kuat dengan tepi tidak
terlalu kasar. Mulut ikan gurami kecil, letaknya miring namun tidak tepat dibawah
moncong. Bibir bawah ikan gurami terlihat menonjol sedikit dibandingkan bibir
atas. Menurut Pranata et al. (2017), ikan gurami dianggap sebagai ikan yang
pertumbuhannya lambat. Menurut Amornsakun (2015), bahwa berdasarkan
kebiasaan makanannya, ikan gurami adalah ikan omnivora yang bertendensi
herbivora, oleh karena itu di alam ikan gurami dapat mengkonsumsi sumber pakan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Hewan homeotermik dalam menghadapi suhu lingkungannya, akan
melakukan regulasi suhu (termoregulasi), suhu tubuhnya konstan walaupun suhu
lingkungannya berfluktuasi. Kehilangan panas lebih sedikit dibandingkan dengan
laju produksi panas internalnya, sehingga suhu tubuhnya lebih ditentukan oleh suhu
internalnya. Perubahan suhu memiliki pengaruh besar terhadap berbagai proses
fisiologis. Pengaruh itu sendiri misalnya pengaruh suhu terhadap konsumsi
oksigen. Konsumsi oksigen pada organisme dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain spesies, stadium,
bobot, aktivitas, jenis kelamin, dan reproduksi. Faktor eksternal yang berpengaruh
adalah salinitas, konsentrasi oksigen terlarut, suhu, cahaya, status makan, dan
karbondioksida (Karim, 2017).

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah mempelajari pengaruh lingkungan dan zat
kimia terhadap denyut jantung larva ikan gurami (Osphronemus gouramy).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larva ikan
gurami (Osphronemus gouramy), es batu, air panas, alkohol 70 %, dan tisu.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cavity slide,
thermometer, pipet tetes, hand counter, mikroskop, baskom, dan beaker glass.

B. Cara Kerja

1. Suhu air diukur (normal, panas, dan dingin).


2. Larva ikan gurami diambil.
3. Larva ikan gurami diletakkan pada cavity slide.
4. Cavity slide berbeda yang berisi larva ikan gurami masing-masing diteteskan
air panas/air dingin/alkohol 70%.
5. Larva ikan gurami diamati dibawah mikroskop.
6. Denyut jantung larva ikan gurami dihitung selama 1 menit (15” x 4)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Pengaruh Lingkungan terhadap Denyut Jantung


Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Rombongan VIII
Kel Normal Panas Dingin Alkohol

Suhu DJ/menit Suhu DJ/menit Suhu DJ/menit Kons. DJ/menit

1 29 100 91 152 22 124 70% 44

2 29 180 93 148 16 100 70% 120

3 29 156 92 128 12 140 70% 120

4 29 100 91 152 11 128 70% 48

5 29 112 95 148 21 136 70% 120

Perhitungan Kelompok 1:
1. Normal = DJ × 4
= 25 × 4
= 100
2. Air dingin = DJ × 4
= 31 × 4
= 124
3. Air Panas = DJ × 4
= 38 × 4
= 152
4. Alkohol = DJ × 4
= 11 × 4
= 44
1

Gambar 3.1. Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

Keterangan:
1. Jantung
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum kelompok kami diperoleh hasil perlakuan


normal dengan temperatur (29ºC) didapatkan denyut jantung sebesar 100 DJ/menit,
pada temperatur panas (91ºC) denyut jantung sebesar 152 DJ/menit, pada
temperatur dingin (22ºC) sebanyak 124 per menit lalu pada konsentrasi alkohol
70% denyut jantung sebesar 44 DJ/menit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Hasani et al. (2017) bahwa denyut jantung larva ikan gurami akan meningkat ketika
suhu air dinaikan serta penyesuaian diri dengan ukuran dan masa yang lebih kecil.
Apabila diberi perlakuan air di bawah suhu ruangan, maka akan memperlambat
detak jantung. Namun disisi lain, perlakuan penambahan alkohol menunjukkan
hasil detak jantung larva ikan gurami lebih rendah dari jumlah denyut jantung larva
ikan gurami pada air panas, dingin, dan normal. Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan Paradela et al. (2015), bahwa alkohol memiliki efek untuk menaikkan
detak jantung larva ikan gurami.
Jantung merupakan pembesaran otot yang spesifik di pembuluh darah atau
suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut dan
diselimuti oleh kantung perikardial (perikardium). Letak jantung pada ikan berada
di perikardial disebelah posterior insang. Kontraksi otot jantung ikan yang
ditimbulkan sebagai sarana mengkonversi energi kimiawi menjadi energi mekanik
dalam bentuk dan aliran darah. Berdasarkan strukturnya, jantung pada organisme
akuatik (ikan, ampibia, reptil) mempunyai tiga kamar utama yang terdiri dari dua
atrium dan satu ventrikel. Jantung ikan terdiri dari dua ruang yaitu atrium (auricle)
dan yang berdinding tipis, venrtikel yang berdinding tebal dan serta terdapat ruang
tambahan yang disebut sinus venosus (Affandi, 2002).
Jantung ikan gurami terbagi atas dua ruang yakni atrium atau auricle yang
berdinding tipis dan ventrikel yang berdinding tebal. Organ jantung ikan gurami
dilapisi oleh selaput tipis yang disebut perikardium. Jantung ikan gurami memiliki
suatu ruang tambahan berdinding tipis dan sedikit berotot yang disebut sinus
venosus. Sinus venosus adalah ruang tambahan yang berdinding tipis, hampir tidak
mengandung jaringan otot dinding. Dinding kaudalnya bersatu dengan bagian
depan dari septum transversum, yang memisahkan rongga pericardial dari rongga
pleuroperitoneal. Organ ini berfungsi sebagai penampung darah dari ductus cuvieri
dan vena hepaticus, dan kemudian mengirimkan darah tersebut ke atrium. Atrium
merupakan ruang tunggal yang relatif lebih luas daripada sinus venosus yang
terletak terletak di sebelah anterior dari sinus venosus. Dinding atrium sedikit lebih
berotot dibandingkan dengan sinus venosus. Ventrikel adalah ruang berdinding
tebal berotot, menerima darah hanya dari atrium saja dan memompakan darah
melalui aorta ventral ke insang. Ruang ini dibentuk oleh dua lapisan otot yaitu
lapisan otot luar disebut kortikal dan lapisan otot dalam disebut spongi (Rahardjo
et al., 2011).
Menurut Waterman (1960), ada beberapa faktor yang mempengaruhi denyut
jantung yaitu aktivitas, ukuran dan umur, perbedaan spesies, cahaya, temperatur,
dan senyawa kimia. Faktor pertama yaitu aktivitas dan faktor yang berhubungan
yang mempengaruhi denyut jantung. Denyut jantung larva ikan gurami akan
bertambah lambat setelah dalam keadaan tenang. Faktor kedua yaitu ukuran dan
umur, ukuran dan umur dimana spesies yang lebih besar cenderung mempunyai
denyut jantung yang lebih lambat. Faktor ketiga yaitu perbedaan spesies, perbedaan
spesies juga mempengaruhi cepat atau lambatnya denyut jantung. Faktor keempat
yaitu cahaya, pada keadaan gelap denyut jantung larva ikan gurami mengalami
penurunan sedangkan pada keadaan terang denyut jantung Larva ikan gurami
mengalami peningkatan. Fakor kelima yaitu temperatur, denyut jantung larva ikan
gurami akan bertambah tinggi apabila suhu meningkat. Lingkungan dengan suhu
tinggi akan meningkatkan metabolism dalam tubuh sehingga laju respirasi
meningkat dan berdampak pada peningkatan denyut jantung larva ikan
gurami.faktor keenam yaitu bat-obat (senyawa kimia), zat kimia menyebabkan
aktivitas denyut jantung larva ikan gurami menjadi tinggi atau meningkat. Menurut
Allbrett et al. (2015), zat kimia yang dapat mempengaruhi kerja jantung larva ikan
gurami adalah obat-obatan, alkohol, dan kava.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


faktor yang mempengaruhi denyut jantung larva ikan gurami (Osphronemus gouramy)
yaitu suhu atau temperatur yang tinggi maka denyut jantung akan meningkat, serta
pemberian zat kimia seperti alkohol juga akan mengakibatkan denyut jantung larva
ikan gurami akan meningkat dari keadaan normal. Apabila suhu rendah maka denyut
jantung akan menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Amornsakun, A., Kullai, S. & Hassan, A., 2015. Feeding Behavior of Giant Gourami,
Osphronemus gouramy (Lacepede) Larvae. Songklanakarin Journal of Science
and Technology, 22(4), pp. 21-35.
Azrita & Syandri, H., 2015. Morphological Character among Five Strains of Giant
Gourami, Oshpronemus Gouramy Lacepede, 1801 (Actinopterygii:
Perciformes: Osphronemidae) Using a Truss Morphometric System. Intl J Fish
Aquat Stud, 2(6), pp. 344-350.
Affandi, R. & Usman, M. T., 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: UNRI Press.
Allbrett, C., Varner, A., Karauna, J., Jasmine, K., Tiane, M. & Tiere, S., 2015. Kava
Decreases The Heart Rate of Osphronemus gouramy. Journal of Prog.
Neuropsycho pharmacol Bio Psychiatry, 22(7), pp. 1-10.
Hasani, I., Bahrus, S. & Tri, Y. M., 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Ayam
dan Burung Puyuh pada Media Kultur dengan Dosis Berbeda terhadap
Pertumbuhan Populasi Osphronemus gouramy. PENA Akuatika, 15(1), pp. 72-
83.
Karim, M. Y., 2017. Pengaruh Salinitas dan Bobot Terhadap Konsumsi Kepiting
Bakau. Jurnal Sains dan Teknologi, 7(2), pp. 85-92.
Khairuman & Amri, K., 2011. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan konsumsi. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Paradela, I. P., Celdran, P. B. M. I., Canalita, E. E. & Tarranza, V. A., 2015 . Study on
The Effect of Alcoholic Beverages on The Heart Rate of Osphronemus
gouramy. Biological and Chemical Research, 3(1), pp. 215-221.
Pranata, A., Raharjo, E. I. & Farida, 2017. Pengaruh Padat Tebar terhadap Laju
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurame (Osphronemus
gouramy). Jurnal Ruaya: Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan
Kelautan, 5(1), pp. 1-6.
Rahardjo, M. F., Sjafei, D. S., Affandi, R. & Sulistiono, 2011. Ikhtiologi. Bandung:
CV. Lubuk Agung.
Sitanggang, B. S., 2001. Variasi Fisiologi Ikan Gurami dalam Menghadapi
Ketersediaan Sumber Pakan. Bandung: ITB.
Waterman, T. H., 1960. Animal Physiology Adaptation and Environment. London:
Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai