Ujian Stase Anak
Ujian Stase Anak
DISUSUN OLEH :
Inggrid Gracia Saerang
406172054
PENGUJI :
dr.Isfandiyar Fahmi Msi, Med, Sp.A
2. Anda jaga di IGD RS, datang bayi baru lahir dengan berat 4000gr
2a. Sebutkan diagnosa!
- Berat bayi lahir normal
- Vigorous baby
2b. Jelaskan pengelolaan bayi tersebut!
Manajemen bayi baru lahir normal :
Asupan bayi baru lahir :
a. Jaga bayi tetap hangat
b. Isap lender dari mulut dan hidung (hanya jika perlu)
c. Keringkan bayi
d. Pemantauan tanda bahaya
e. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit
setelah lahir
f. Lakukan IMD
g. Beri suntikan vit K1 mg IM di paha kiri anterolateral setelah inisiasi menyusui dini
h. Beri salep mata antibiotik pada kedua mata
i. Pemeriksaan fisik
j. Beri imunisasi hep.B 0,5 ml IM di paha kanan anterolateral, kira-kira 1-2 jam
setelah pemberian vit K1
2c. Jelaskan pemeriksaan fisik bayi tersebut!
3. Anda jaga UGD RS, rencana akan SC dengan umur kehamilan 30minggu. Ketuban
merembes warna hijau
3a. Persiapan alat apa yang diperlukan?
Peralatan resusitasi :
* Alat penghisap : balon penghisap, penghisap mekanik dan tabung, kateter
penghisap, penghisap mekonium
* Balon dan sungkup : sungkup dengan ukuran bayi cukup bulan dan kurang bulan,
balon resusitasi neonatus, sumber oksigen
Peralatan intubasi :
* Laringoskop daun lurus no 0 (kurang bulan) dan no 1 (cukup bulan)
* Pipa endotrakeal no 2.5, 3, 3.5, 4 (diameter internal)
Obat-obatan :
* Epinefrin 0,1mg/ml – 3 ml
* Kristaloid isotonik (RL/NaCl 0,9%)
* D10 250ml
* Spuit injeksi 1,3,5,10 ml
* Jarum ukuran 25,21,18G
Lain-lain :
* Sarung tangan dan pelindung diri
* Alas resusitasi yang keras
* Stopwatch atau jam
* Stetoskop infant
* Plester
* Pulse oximetri
* Kantong plastik
3b. Sebutkan kemungkinan bayi yang akan lahir :
- Hipotermia (karena rasio luas permukaan dan masa tubuhnya relatif besar)
- Bayi lahir tidak bugar (ditandai dengan depresi pernapasan, frekuensi jantung
kurang dari 100 kali per menit, dan tonus ototnya buruk)
- Asfiksia
3c. Telah lahir bayi 1500 gr. Jelaskan pengelolaan resusitasi neonatus bayi tersebut!
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian pada semua
bayi dengan cara petugas bertanya pada dirinya sendiri dan harus menjawab segara
dalam waktu singkat.
Apakah bayi bernapas adekuat/menangis?
Apakah bayi cukup bulan?
Apakah tonus otot baik?
Apakah air ketuban jernih?
Bila salah satu atau lebih jawaban “Tidak”, bayi memerlukan tindakan resusitasi
segera dimulai dengan langkah awal resusitasi :
- Memberikan kehangatan
- Memposisikan bayi dan membuka atau membersihkan jalan napas
- Mengeringkan sambil merangsang
- Memposisikan kembali dan penilaian bayi
- Ventilasi tekanan positif
- Penggunaan oksigen
- Kompresi dada
- Pemberian obat dan cairan
- Intubasi endotrakeal
3d. Jelaskan pengelolaan setelah di resusitasi bayi!
4. Anak anak dating ke UGD. Anak dengan diare 10x, muntah 5x, umur 6 bulan, BB
5kg
4a. Jelaskan kemungkinan diagnosis kerja!
- Diare akut (berlangsung < 14 hari)
- Diare kronik (berlangsung > 14 hari dengan etiologi non.infeksi)
- Diare persisten (berlangsung > 14 hari dengan etiologi infeksi)
- Tanpa dehidrasi : KU baik, mata tidak cekung, minum biasa, tidak haus, cubitan
kulit perut/turgor kulit kembali segera
- Dehidrasi ringan-sedang : rewel, gelisah, mata cekung, minum dengan lahap, haus,
cubitan kulit kembali lambat
- Dehidrasi berat : letargi/tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum/malas minum,
cubitan perut kembali sangat lambat
4b. Diagnosa banding!
- Diare ec malabsorpsi
- Diare ec bakteri
- Diare ec virus
- Diare ec parasit
- Diare ec alergi makanan
4c. Patofisiologi penderita!
Virus seperti rotavirus menginvasi dan berkembang biak di dalam epitel vili usus
halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili
yang secara normal mempunyai fungsi absorpsi dan penggantian sementara oleh sel
epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan malabsorpsi, sekresi air
dan elektrolit oleh sel kripta imatur dan defek transport akibat efek toksin protein
virus. Keadaan ini tampak pada tinja penderita yang berbentuk cair dan tidak
didapatkan darah pada tinja. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan
epitel vili menjadi matang
4d. Pengelolaan pada pasien tersebut!
Pengelolaan diare didasarkan pada LINTAS diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare)
yang dapat dipilih berdasarkan derajat dehidrasinya (tanpa dehidrasi = Terapi A ;
dehidrasi ringan-sedang = Terapi B ; dehidrasi berat = Terapi C)
LINTAS diare :
- Berikan oralit
- Berikan tablet zinc selama 10 hari
- Berikan antibiotik secara selektif
- Berikan nasihat pada ibu / keluarga
5. Ada anak datang dengan demam tinggi selama 4 hari, umur 10tahun, BB 30kg
5a. Diagnosa kerja!
Obs.febris H-4 susp. demam dengue
5b. Diagnosa banding!
- Demam dengue demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kepala sakit, lemas,
mual muntah, nyeri otot, orbita, perdarahan, ruam, trombositopenia, leukopenia, Ht
meningkat 20%
- Malaria demam tinggi khas bersifat intermiten, terus menerus, menggigil, kepala
sakit, berkeringat, anemia
- Tifoid nyeri perut, mual, muntah, konstipasi, diare, demam lebih tinggi pada
malam hari
- ISK nyeri ketika berkemih, berkemih lebih sering dari biasanya, nyeri tekan
suprapubik, leukosituria, proteinuria
5c. Pengelolaan pasien tersebut!
Pengelolaan grup A memperbolehkan pasien dengan kadar hematocrit stabil untuk
rawat jalan dan diberikan pengobatan secara suportif seperti istirahat yang cukup,
minum yang banyak dan diberikan paracetamol 10mg/kg/kali sebanyak 3-4 kali
dalam 24 jam. Tetapi pasien tersebut tetap harus dievaluasi tiap hari untuk melihat
kadar leukosit, defervesence phase (fase kritis saat demam turun), warning signs
hingga melewati fase kritis.
Pengelolaan grup B merujuk pasien untuk dirawat inap. Grup B terdiri dari 2 jenis
kondisi : pasien tanpa tanda bahaya tetapi memiliki kondisi khusus atau kondisi sosial
dan pasien yang memang memiliki tanda-tanda bahaya. Pada pasien yang tidak
memiliki tanda bahaya, tatalaksana berupa IV RL/NS pada maintenance rate dan
menganjurkan pasien untuk minum lebih banyak.
Pada pasien yang memiliki tanda-tanda bahaya maka akan dilakukan pemeriksaan
hematokrit sebagai hematokrit awal dan dilakukan pemasangan IV RL atau NS
dengan kecepatan 5-7mL/kg/jam selama 1-2 jam dilanjutkan 3-5mL/kg/jam selama 2-
4 jam dan diturunkan menjadi 2-3mL/kg/jam berdasarkan respon klinis. Lalu
dilakukan pemeriksaan ulang hematokrit :
- Kadar hematokrit menetap / naik minimal : tetap diberikan 2-3mL/kg/jam
- Tanda-tanda vital memburuk dan peningkatan cepat hematokrit : kecepatan
dinaikkan menjadi 5-10mL/kg/jam
Rata-rata pemberian cairan diberikan selama 24-48 jam (fase kritis) lalu dilakukan
penurunan pemberian cairan secara perlahan untuk menghindari overload cairan pada
pasien tersebut. Hal ini ditandai dengan adekuatnya jumlah urin dan minum, juga
penurunan hematokrit pada pasien yang stabil.
Pengelolaan grup C memerlukan tatalaksana darurat, pasien tersebut memiliki kondisi
:
- Kebocoran plasma + shock/akumulasi cairan yang menyebabkan respiratory
distress
- Perdarahan masif
- Gangguan organ (hepar, gangguan ginjal, kardiomiopati,
encephalopathy/encephalitis)
Pengelolaan grup C memerlukan resusitasi cairan IV kristaloid secara cepat dengan
volume yang cukup untuk menjaga sirkulasi selama masa kebocoran plasma.
Penggantian kebocoran plasma ini dilakukan selama 24-48 jam. Transfusi darah dapat
dipertimbangkan pada pasien dengan perdarahan masif/suspek perdarahan
masif+hipotensi. Sasaran resusitasi cairan pada grup C :
- peningkatan sirkulasi sentral dan perifer (penurunan takikardia, peningkatan
tekanan darah dan volume nadi, ekstremitas hangat, CRT <2detik)
- peningkatan end organ perfusion (mencapai derajat kesadaran yang stabil,
pengeluaran urin >0,5 mg/kg/jam atau penurunan asidosis metabolik)
Tatalaksana untuk grup C ini dibagi menjadi 2 : pengelolaan untuk shock yang
terkompensasi dan dekompensasi. Pada shock terkompensasi, tekanan sistolik masih
terjaga dan didapatkan tanda-tanda penurunan perfusi
5d. Patofisiologi!
Infeksi virus dengue terjadi karena penularan yang diperantai oleh nyamuk terutama
aedes aegipty. Virus yang masuk ke tubuh dan berinteraksi dengan komponen sel
imun (sel dendrit, monosit, makrofag, endotel dan trombosit) menyebabkan terjadi
respon imun tubuh/reaksi inflamasi. Respon imun tubuh inilah yang menyebabkan
munculnya tanda gejala pada pasien demam berdarah. Komplemen imun yang
teraktivasi dan produksi sitokin oleh respon imun selular mempunyai dampak
terhadap peningkatan permeabilitas sel endotel vascular yang dapat menyebabkan
perpindahan keluar volume intravascular. Selain itu molecular mimicry dari NS1
dengue dengan sel endotel dan trombosit menyebabkan penghancuran trombosit yang
menyebabkan trombositopenia dan pada sel endotel menyebabkan perembesan
plasma. Anak umumnya memiliki perjalanan penyakit yang lebih berat dibandingkan
dewasa, hal ini diduga karena anak memiliki sistem mikrovaskular yang mudah
mengalami peningkatan permeabilitas.
Perjalanan pernyakit demam dengue dibagi menjadi 3 fase: fase demam, kritis dan
konvalesens. Leukopenia, trombositopenia dan limfopenia terjadi karena destruksi sel
di sumsum tulang oleh virus dengue. Trombositopenia menyebabkan manifestasi
klinis perdarahan. Respon imun menyebabkan kebocoran plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi atau efusi pleura atau ascites.