Anda di halaman 1dari 11

Pancing (Hook and Line)

Pole and Line (HUHATE)

1. Definisi
adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari bambu sebagai joran atau tongkat dan tali
sebagai tali pancing.
2. Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Pole and line terdiri dari gandar yang biasa terbuat dari bambu, tali pancing dan mata
pancing. Tali utama terbuat dari bahan nylon monofilament warna merah atau hijau dan
panjangnya 2/3 dari panjang gandarnya.
Mata pancing pole and line ini ada dua macam yaitu yang berkait balik dan tidak berkait
balik, namun yang sering digunakan adalah yang tidak berkait balik. Mata pancing ini
diselipkan seakan-akan disembunyikan pada umpan tiruan, sehingga secara tidak langsung
kelihatan menyolok. Untuk mata pancing yang berkait balik memakai umpan, yaitu umpan
hidup atau masih segar. Penggunaan mata pancing ini hanya dilakukan kalau nantinya ikan
yang akan ditangkap tidak suka menyambar umpan tiruan.
huhate terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut, joran/galah yang terbuat dari bambu
atau plastik dengan panjang yang berkisar antara 2 - 3,25 meter.
3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
ciri khusus bentuk kapal pole and line
pertama pada bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran ( flat form ) yang
digunakan sebagai tempat memancing,
kedua dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk penyimpanan ikan umpan yang masih
hidup,
ketiga pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air ( water splinkers
system ) yang dihubungkan dengan suatu pompa.
Sedangkan tenaga pemancing jumlahnya bervariasi misalnya saja untuk kapal ukuran 20
GT dengan kekuatan 40-60 HP.
Kapal pole and line adalah kapal dengan bentuk yang stream line dan mempunyai
olah gerak kapal yang lincah dan tergolong kapal yang mempunyai kecepatan service sedang
yaitu diatas 10 knot,
3.2 Nelayan
Untuk pengoperasian alat tangkap pole and line ini dibutuhkan tenaga anak buah
kapal (ABK) berjumlah 22-26 orang,
3.3 Alat bantu
pila-pila yaitu digunakan sebagai tempat duduk atau berdiri tempat pemancing, yang
letaknya bisa pada bagian haluan dan buritan antara sepanjang lambung kiri dan kanan
(Ditjenkan, 1994).
Pipa Penyemprot atau sprayer digunakan untuk menyemprot air secara percikan ke
permukaan laut. Tujuannya adalah untuk mengelabui ikan-ikan seolah-olah pada permukaan
laut terdapat banyak ikan terutama cakalang. Kemudian alat bantu berikutnya yaitu bak
umpan, bak umpan digunakan sebagai tempat umpan. Pada bak umpan tersebut sebaiknya
diberi warna putih supaya lebih mudah dan dengan lampu penerang di beberapa tempat
masing-masing berkekuatan 50 watt. Fungsi dari lampu tersebut agar dapat memberikan
fototaksis positif dari ikan, sehingga ikan-ikan tersebut dapat membentuk schooling yang
baik. Apabila dalam bak umpan tidak dipasang lampu, maka dapat menyebabkan umpan
banyak bergerak secara tidak menentu, antara umpan yang satu dengan lainnya saling
bertubrukan dan membuat umpan tersebut rusak tidak dapat dipergunakan
Sibu-sibu digunakan untuk menaikkan umpan hidup dari palka umpan ke dalam bak
penebar umpan dan juga untuk menebarkan umpan hidup ke laut. Sibu- sibu yang berukuran
kecil dipakai untuk menebar umpan dari bak penebar ke laut, sedangkan sibu-sibu besar
digunakan untuk memindahkan umpan dari palka ke dalam bak penebar umpan. Lalu ada
ember digunakan untuk mengangkat umpan hidup dari bagan nelayan ke dalam palka umpan,
dan juga untuk berbagai keperluan. Ember ini juga menjadi ukuran dalam menentukan
banyaknya umpan yang dimasukkan ke dalam palka umpan.
3.4 Umpan
Penangkapan ikan cakalang dengan huhate atau pole and line biasanya menggunakan
jenis umpan untuk mengumpulkan ikan cakalang yaitu umpan hidup. Jenis umpan hidup yang
paling baik digunakan dalam perikanan Pole and line adalah ikan teri (Subani, 1973;
Murdianto, Rosana dan Penturi, 1995 dalam Simbolon D, 2003). Pada mata pancing alat
huhate ini biasanya dipasang bulu ayam yang berfungsi untuk mengelabui ikan sasaran dan
menutupi mata pancing.
4. Metode Pengoperasian Alat
Pengoperasian alat tangkap pole and line ini ada beberapa tahap yang harus dijalankan
yaitu tahap pertama adalah persiapan meliputi kegiatan merangkai alat pancing,
mempersiapkan tempat penyimpanan hasil tangkapan, menyediakan umpan, menyediakan
alat bantu penangkapan, pengisian BBM dan perbekalan makanan untuk para ABK. Setelah
semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya adalah keberangkatan mencari fishing
ground. Pencarian gerombolan ikan ini dapat dilakukan secara manual yaitu mencari
langsung kawanan ikan dengan berlayar kesana-kemari ada pula yang hanya memperhatikan
kawanan burung laut atau mendatangi rumpun yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Setelah
mendapatkan lokasi kawanan ikan maka tahap yang selanjutnya yaitu pemancingan.
Pemancingan dilakukan dengan cara melemparkaan ikan umpan hidup sebagai perangsang
agar cakalang lebih mendekat ke arah kapal sehingga lebih mudah dijangkau oleh pancing.
Setelah ikan mendekat, agar umpan hidup tidak banyak terbuang, maka kran penyemprot air
laut dibuka dan setelah ikan terlihat meloncat-loncat kemudian dipancing.
Kegiatan pemancingan ini dilakukan begitu rupa yaitu dengan menjatuhkan pancing ke
atas permukaan air dan bila disambar oleh cakalang, dengan cepat diangkat melalui atas
kepala dan secara otomatis terlempar ke dalam dek kapal. Hal demikian dilakukan hingga
berulang-ulang. Pemancingan dengan cara seperti ini biasa disebut dengan cara banting.
Disamping itu ada yang disebut dengan cara gepe yaitu cara pemancingan dengan pole and
line dimana setelah ikan terkena pancing dan diangkat dari dalam air kemudian pengambilan
dari mata pancing dilakukan dengan cara menjepit ikan diantara tangan dan badan si
pemancing. Hal yang menjadi parameter keberhasilan dalam penangkapan dengan cara ini
yaitu kelengkapan alat bantu, waktu penangkapan, faktor politik dan keahlian pemancing.
Untuk lama pengoperasian pole and line ini waktu yang dibutuhkan bisa sampai 1-2 jam
dalam hal penangkapan, namun untuk lama perjalanan dan pengoperasiannya bisa mencapai
1-3 minggu.
5. Daerah Pengoperasian
Menurut Uktolseja et al (1989), daerah penangkapan untuk tuna dipengaruhi oleh arus dan
suhu perairan. Setiap jenis tuna memiliki suhu optimum, diantaranya, blue fin tuna dan
albacore suhu optimum berkisar 15- 210C, skipjack tuna (cakalang) suhu optimum 19-240C,
dan little tuna (tongkol) dengan suhu optimumnya 12-240C
Di perairan Indonesia, penangkapan dengan menggunakan pole and line banyak terdapat
di wilayah Indonesia timur seperti Minahasa, Gorontalo, Air tembaga, Ambon, Bacan,
Banda, Teratai dan Sorong. Sedangkan daerah penangkapan ikan dunia dengan menggunakan
pole and line sebagai berikut, antara lintang 400LU-400LS yaitu daerah kepulauan Hawai,
Chili, dan daerah ekuator lainnya. Kemudian daerah kepulauan Hokkaido dan Filipina serta
Samudera Atlantic dan Laut Mediterania
6. Hasil Tangkapan
Usaha penangkapan dengan pole and line biasanya ditujukan yang utama yaitu untuk
menangkap ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) akan tetapi dalam kenyataannya sering
tertangkap juga hasil sampingan beberapa jenis ikan yang lain, diantaranya: yellow fin tuna
(Thunnus albacares), little tuna (Auxis thazard), dan lain-lain (Balai Keterampilan
Penangkapan Ikan Ambon, 1981). Selanjutnya dalam FAO (1980) mengatakan bahwa para
nelayan pole and line terutama menangkap ikan skipjack (Katsuwonus pelamis), albacore
(Thunnus alalunga), tuna kecil seperti frigate mackerel (Auxis spp), dan ikan dolphin
(Coryphaena spp), juga yellow fin (Thunnus albacares), ikan-ikan muda spesies ikan tuna
yang besar yang lain, bonito (Sarda spp), dan tuna kecil (Euthynnus spp). Semua jenis tadi
tersebar secara luas di lautan dan Samudera di dunia.

Long Line
1. Definisi dan Klasifikasi Long line
Long line adalah suatu pancing yang terdiri dari tali panjang (tali utama), kemudian
pada tali tersebut secara berderet pada jarak tertentu diikatkan tali-tali pendek ( cabang tali)
yang ujungnya diberi mata pancing (hook) (Subani-Barus, 1989). Long line termasuk dalam
klasifikasi pancing dan sejenisnya.
2. Konstruksi Long line
Menurut dewan pimpinan pusat asosiasi tuna longline Indonesia ( DPP-ATLI), long
line terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a. Pelampung bola
Pelampung bola biasanya terpasang pada ujung basket dari alat angkap. Pelampung bola
ini terbuat dari bahan sintetik dengan dimeter 35 cm dan ada yang lebih besar. Untuk long
line dengan jumlah basket 70 maka jumlah pelampung bola yang digunakan adalah 68 buah,
pada ujungnya terdapat pipa setinggi 25 cm dan stiker scotlight yang sangat berguna bila alat
tersebut terputus maka mudah menemukannya. Untuk melindungi pelampung-pelampung
tersebut dari benturan yang dapat menyebabkan pecahnya pelampung tersebut, maka
pelampung tersebut dibalut dengan anyaman tali polyetylene dengan diameter 5mm.
 Pelampung bendera: pelampung bendera merupakan pelampung yang pertama kali
diturunkan pada waktu setting dilakukan. Biasanya diberi tiang (dari bambu atau
bahan lain) yang panjangnya bervariasi sekitar 7 m dan diberi pelampung. Supaya
tiang ini berdiri tegak maka diberi pemberat.
 Pelampung lampu : pelampung ini biasanya menggunakan balon 5 watt yang sumber
listriknya berasal dari baterai yang terletak pada bagian ujung atas pipa atau bagian
bawah ruang yang kedap air. Pelampung ini dipasang pada setiap 15 basket yang
diperkirakan hauling pada malam hari. Fungsinya adalah untuk penerangan pada
malam hari dan memudahkan pencarian basket bila putus.
 Pelampung radio bouy : sebuah radio bouy dilengkapi dengan transmiter yang
mempunyai frekuensi tertentu.daerah tranmisinya bisa mencapai 30 mil. Jika dalam
pengoperasian long line menggunakan radio bouy, maka kapal harus dilengkapi
dengan radio direction finder (RDF). Peralatan ini berfungsi untuk menunjukan arah
lokasi radio bouy dengan tepat pada waktu basket putus.
b. Tali pelampung
Tali pelampung berfungsi untuk mengatur kedalaman dari alat penangkap sesuai dengan
yang dikehendaki.tali pelampung ini biasanya terbuat dari bahan kuralon.
c. Tali utama (main line)
Tali utama atau main line adalah bagian dari potongan-potongan tali yang
dihubungkan antara satu dengan yang lain sehingga membentuk rangkaian tali yang sangat
panjang. Tali utama harus cukup kuat karena menanggung beban dari tali cabang dan tarikan
ikan yang terkait pada mata pancing. Pada kedua ujung main line dibuat simpul mata. Main
line biasanya terbuat dari bahan kuralon yang diameternya 0,25 inci atau lebih. Panjang main
line tergantung dari panjang dan jumlah branch line, karena setiap penemuan kedua ujung
main line merupakan tempat pemasangan branch line.
d. Tali cabang (branch line)
Bahan dari tali cabang biasanya sama dengan tali utama, perbadaanya hanya pada
ukuran saja,dimana ukuran tali cabang lebih kecildari tali utama.satu set tali cabang ini terdiri
dari tali pangkal, tali cabang utama, wire leader yang berfungsi agar dapatmenahan gesekan
pada saat ikan terkait pada pancing, dan pancing yang terbuat dari bahan baja, biasanya
menggunakan pancing no.7
3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
Kapal yang digunakan untuk pengoperasian long line mempunyai beragam ukuran, mulai
dari ukuran 12-15 m sampai ukuran kapal untuk skala industri. Fungsi kapal adalah untuk
mengangkut alat tangkap dan hasil tangkapan
3.2 Nelayan
Dalam operasi penangkapan, long line biasanya dioperasikan oleh nelayan yang masing-
masing bertugas sebagai juru mudi, juru mesin, dan anak buah kapal (ABK). Juru mudi
bertugas sebagai pencari daerah fishing ground yang tepat, mengemudikan kapal dari fishing
base ke fishing ground dan sebaliknya. Tugas dari juru mesin adalah bertanggung jawab
dengan keadaan mesin, memeriksa keadaan mesin sebelum dan sesudah operasi. ABK
bertugas menebar long line dan mengangkat long line, memperbaiki alat yang rusak dan
memisahkan ikan yang tertangkap dari alat.
3.3 Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan untuk mempermudah kegiatan pengoprasian longline antara
lain adalah : radar, RDF, line hauler, marline spike, catut potong, ganco, sikat baja, jarum
pembunuh, pisau, dan lain-lain (DPP-ATLI, 2009)
3.4 Umpan
Pada saat pengoprasian long line, umpan yang digunakan biasanya umpan yang
berukuran 15 cm atau lebih, seperti lemuru (Sardinella longicep), belanak (Mugil sp.) layang
(Decapterus sp.), kembung (Restralliger sp.), banbeng (Chanos chanos), pasipic sauri
(Cololabis saira), (Subani-Barus, 1989).
4. Metode Pengoperasian Alat
Menurut Subani Barus (1989) cara mengoperasikan long line adalah sebagai berikut :
pertama, mempersiapkan umpan dengan jumlah yang sama dengan jumlah mata pancing
yang akan dioperasikan. Selanjutnya anak buah kapal mengambil posisi masing-masing
sesuai tugas dan kapal dikurangi kecepatannya sampai 3-4 mil/jam. Kedua, pelampung tanda
beserta tali pelampungnya di lepaskan, kemudian tali utama diikuti oleh tali pancing
sekaligus mata pancing yang telah diberi umpan. Tali utama dilepaskan dan yang terakhir
disambungkan dengan satuan rawai berikutnya melalui sepotong tali penyambung.
Ketiga, setelah long line di biarkan selama 5-6 jam setelah pelepasan pancing, long line
akan ditarik kembali. Penarikan dilakukan dari bagian depan kapal dengan bantuan alat
penarik (line hauler). Penarikan dimulai dari tiang bendera pada pelampung tanda serta
pemberat. Selanjutnya tali utama, tali cabang beserta mata pancingnya juga di tarik ke atas
geladak kapal. Keempat, bila pada mata pancing ada ikan ynag tertangkap, maka ikan-ikan
akan diambil oleh nelayan.
5. Daerah Pengoperasian
Daerah pengoperasian long line tergantung pada sasaran tangkap. Apabila ikan yang akan
ditangkap adalah ikan yang hidup di kolom perairan, maka long line cukup dipasang pada
kedalaman 50-350 m. Akan tetapi apabila yang akan ditangkap adalah ikan dasar laut, maka
alat harus di pasang di dasar perairan (Dahuri 2001)
6. Hasil Tangkapan
Jenis- jenis ikan hasil tangkapan menggunakan long line antara lain : Jenis-jenis ikan tuna
yang didapat terdiri atas yellowfin (Thunnus thynnus), bigeye (Thunnus obesus) , southern
bluefin (Thunnus maccoyii) dan albacore (Thunnus alalunga). Adapun jenis-jenis ikan
tangkapan sampingannya meliputi cucut moro (Isurus oxyrinchus), setan (Sarda chiliensis
lineolata), sailfish (Istiophorus platypterus), setuhuk (Tetrapturus sp.), pedang (Xiphias
gladius), cakalang (Katsuwonus pelamis), alu-alu (Sphyraena barracuda), layur (Trichiurus
lepturus), dan tongkol (Auxis thazard) (Gumelar, 2003).

PANCING ULUR
1. Definisi dan Klasifikasi
Pancing ulur adalah suatu alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan
sejumlah pancing yang terdiri dari banyak mata pancing yang disusun menyerupai jangkar.
Pada beberapa sentimeter di atas mata pancing diikatkan umpan. Pancing ulur termasuk ke
dalam klasifikasi alat tangkap hook and line (DKP, 2008).

2. Konstruksi pancing ulur


Pada prinsipnya pancing ini terdiri dari dua kolnponen utama yaitu tali (line) dan mata
pancing (hook). Tali pancing biasanya terbuat dari benang katun, nilon, polietilen dan plastik
. Sedangkan mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat.
Pada umumnya ujung mata pancing tersebut berkait balik, namun ada juga yang tanpa berkait
balik. Jumlah mata pancing pada tiap unit pancing bisa tunggal atau ganda (dua sampai tiga
buah) bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung dari jenis pancingnya.
Ukuran mata pancing bervariasi disesuaikan besar kecilnya ikan yang akan tertangkap
(Subani dan Barus, 1989). Gambar pancing ulur bisa di lihat di lampiran.
3. Kelengkapan dalam unit penangkapan
3.1 Kapal
Kapal ikan yang dapat dipergunakan untuk penangkapan ikan dengan sistem pancing
ulur (Handline) kapal terbuat dari bahan FRP (Fiber Reinforce Plastic), berbaling-baling satu
dengan digerakkan oleh mesin diesel untuk penangkapan ikan diperairan 120 mil dari pantai
Indonesia. Selain itu kapal yang digunakan untuk pancing ulur berupa kapal KM yellow fin
berupa jenis kapal survei. Ukuran kapal KM yellow fin sebesar 21,30 x 2,80 x 1,60 m, tonage
kotor 19 GT sedangankan tonage bersih 9 GT, mesin induk dongfeng marine 185 PK, bahan
utama dari kayu dan fiberglass. Fungsi utamanya untuk mengoperasikan pancing ulur yang
hasil tangkapan utama berupa ikan tuna (Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan
2010).
3.2 Nelayan
Jumlah nelayan pada saat pemancingan, satu rumpon dikelilingi oleh lima unit kapal,
masing-masing kapal berisi 3-5 orang pemancing (Subani dan Barus, 1989).
3.3 Alat Bantu pancing ulur
Menurut kelompok kami pengoperasian alat ini dibantu menggunakan rumpon sebagai
alat pengumpul ikan.
3.4 Umpan
Pengoperasian alat tangkap pancing ulur umpan yang digunakan adalah ikan segar yang
dipotong-potong. Jenis umpan yang digunakan umumnya adalah ikan, udang, cumi-cumi dan
terkadang kerang (Subani dan Barus, 1989).
4. Metode pengoperasian alat
Metode pengoperasian pancing ulur yaitu mata pancing yang sudah di beri umpan di
tenggelamkan ke dalam air. Ketika umpan di makan ikan, maka mata pancing akan
tersangkut pada mulut ikan dan pancing di tarik ke perahu. Lokasi pemancingan dapat di
lakukan di semua perairan perairan (Subani dan Barus, 1989).
5. Daerah pengoperasian pancing ulur
Pengoperasian alat pancing ini di daerah karang-karang, di perairan dangkal, perairan
dalam, di rumpon-rumpon maupun rumpon dengan kedalaman 2-3 meter. Penggunaan
pancing ulur banyak digunakan di daerah perairan Tanjung Pasir, Banten.
6. Hasil tangkapan pancing ulur
Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah tuna (Thunnus spp.), kembung perempuan
(Rastrelliger brachysomd) dapat ditangkap sebanyak 1.054 ekor dan beberapa jenis ikan
ekonomis lainnya, seperti kembung lelaki (Rastrelliger kanagurtd), layang (Decapterus sp.)
dan kurisi (Nemiptertis nemaptophorus) sebanyak 3.347 ekor ikan lain (Adang Saputra
2002).

Pancing Tonda (Troll line)


1. Definisi dan Klasifikasi
Pancing tonda dikenal dengan nama “kap Tunda”,”pancing Irid”,”pancing
pengencer”,”pancing pemalesan”,“pancing klewer” dan masih banyak nama-nama daerah
lainnya. Alat penangkap ikan pancing tonda termasuk aktif, terdiri dari tali, mata pancing,
swivel dan umpan buatan yang juga berfungsi sebagai pemberat yang di tarik di atas kapal.
Pancing tonda diklasifikasikan kedalam alat tangkap pancing (Subani dan Barus 1989).
2. Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Alat tangkap ini terdiri atas line atau tali panjang, mata pancing, penggulung tali, dan
pemberat (biasanya sekalian umpan buatan). Tali pancing terbuat dari bahan polyamide (PA)
monofilament No 60, panjang 40 meter per unit. Mata pancing ukuran no 7 atau no 8 terbuat
dari bahan besi sebanyak tiga buah yang diikat menjadi satu dengan memakai tipe simpul
double sheet band. Penggulung tali terbuat dari bahan plastik atau kayu. Pemasangan bagian-
bagian pancing dimulai dengan mengikat tiga buah pancing yang berukuran sama menjadi
satu, kemudian masukkan tali pancing pada umpan buatan dari benang sutera. Setelah itu
pancing diikatkan ke mata pancing sehingga satu unit pancing tonda siap dioperasikan
(Handriana 2007). Parameter utama alat tangkap ini adalah jumlah dan ukuran mata pancing
yang di operasikan dalam kegiatan penangkapan.
3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1. Kapal
Pancing tonda umumnya di operasikan dengan perahu kecil. Ukuran perahu di banda
aceh panjangnya 15-20 m dengan mesin diesel dalam berkekuatan 33 HP yang menggunakan
15 pancing. Secara rinci spesifikasi perahu pancing tonda adalah sebagai berikut :1) Jenis
perahu inboard engine. 2) dimensi 11,5 x 2,8 x 1,2 m. 3) bahan kayu bungur. 4) mesin utama
(yanmar 22 PK) dan mesin cadangan (jiondang 18 PK). 5) bahan bakar solar. 6) tanki BBM
sebanyak 2 buah dengan kapasitas tiap tangki 250 liter. 7) palkah sebanyak 3 buah, bagian
luar dan penutupnya dari kayu, bagian dalamnya dari alumunium (Handriana 2007).
Penangkapan pancing tonda dilakukan di siang hari, kegiatan penangkapan bisa
menggunakan perahu layar, atau kapal motor (Subani dan Barus 1989).
3.2 Nelayan
Jumlah nelayan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pancing tonda sebanyak 4-6
orang. Tterdiri dari satu orang nahkoda merangkap sebagai fishing master. Satu orang juru
mesin dan 2-4 orang ABK yang masing-masing mengioperasikan satu atau lebih pancing
pada saat operasi penangkapan berlangsung.
3.3 Alat Bantu
Menurut kelompok kami, alat bantu pancing tonda yaitu rumpon. Rumpon berfungsi
untuk mengmpulkan ikan sehingga nelayan tidak susah untuk mencari ikan (Subani dan
Barus 1989).
3.4. Umpan
Penggunaan umpan alami pada pancing tonda jarang digunakan. Hal ini karena sifat
umpan alami yang mudah lepas dan mudah rusak oleh gerakan air selama operasi
penangkapan ikan berlangsung. Jenis umpan yang digunakan adalah umpan buatan yaitu jenis
ikan layang, kembung, bandeng, belanak, lemuru dan tembang.
4. Metode Pengoperasian Alat
Pengoperasian pancing tonda dimulai dengan persiapan terlebih dahulu. Tahap
persiapan terbagi menjadi dua bagian yaitu persiapan di darat dan persiapan di laut. Persiapan
di darat meliputi pengisian dan pengecekan bahan bakar, pengecekan mesin dan perahu, alat
tangkap dan pengecekan alat bantu penangkapan dan lain-lain. Persiapan di laut meliputi
pengaturan tali pancing dan gulungan pada posisi yang telah ditentukan (Handriana (2007).
Kegiatan penangkapan diawali dengan scouting atau pencarian gerombolan ikan
dengan melihat tanda-tanda keberadaannya seperti warna perairan, lompatan ikan cakalang,
dan buih di perairan. Pengoperasian pancing tonda dimulai dari pagi hari hingga sore
tergantung situasi dan kondisi alam yaitu pukul 05.00-17.00 yang diduga pada saat itu adalah
saat dimana ikan cakalang dan tuna bermigrasi untuk mancari makan. Pengoperasiannya
dengan pemasangan alat tangkap (setting) yaitu mengulur alat tangkap perlahan-lahan ke
perairan dan mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri perahu dengan jarak
tertentu. Setelah setting berakhir tali pancing yang telah direntangkan disisi kanan dan kiri
perahu ditarik terus menerus menyusuri daerah penangkapan dengan kecepatan konstan 2-4
knot dengan tujuan umpan buatan yang dipakai bergerak-gerak seperti mangsa. Untuk
membuat umpan lebih aktif melayang di perairan, perahu dapat dijalankan dengan arah zig-
zag. Pada saat salah satu umpan dimakan ikan, pemancing langsung memberitahu juru mudi
atau nahkoda unutk menaikkan kecepatan perahu. Pada saat inilah penarikan tali pancing bisa
dimulai. Salah satu ABK akan menarik pancing tersebut dan menggulung tali pancing pada
penggulung. Setelah ikan diangkat keatas perahu maka pancing segera dilepas dari ikan dan
pancing tersebut diulurkan kembali ke perairan. Langkah selanjutnya seperti pada saat setting
telah berakhir dan begitu seterusnya sampai mendapatkan ikan kembali (Handriana (2007).
5. Daerah Pengoperasian
Menurut Hetharuca diacu dalam handriana 2007, daerah penangkapan ikan dengan
menggunakan pancing tonda merupakan daerah dimana oprasi penangkapan ikan
berlangsung yang diduga tempat ikan-ikan bergerombol, biasanya daerah yang menjadi
sasaran tangkapan adalah daearh dimana terdapat ikan tuna yaitu pertemuan antara 2 arus
yang terjadi, tempat terjadinya Upwelling, konvergensi, dan divergensi yang merupakan
daearh berkumpulnya plankton, perairan yang memiliki salinitas 34%, temperatur optimum
berkisar anatar 150C-300C pancing tonda juga di operasikan di daerah tempat ikan-ikan
pelagis. Pancing tonda dioprasikan dibeberapa daerah seperti india, pelabuhan ratu, teluk
lampung, banda aceh dan lain-lain.
6. Hasil Tangkapan
Menurut Monintja dan Martasuganda 1994 diacu dalam handriana 2007, secara umum
hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi
seperti ikan tuna (Katsuonus sp) dan ikan cakalang. Selain ikan-ikan tersebut pancing tonda
dipergunakan untuk menangkap ikan yellowfin, skipjock, swordfish, dorado dan ikan pelagis
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai