Anda di halaman 1dari 11

Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat D4 Kebidanan

Dosen Pengampu : Yuniarti SST., M.Kes

Regita Wulandari

(PO.62.24.2.16.207)

POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKARAYA

PRODI DIV KEBIDANAN REGULER III

2019
PENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PROSES PERUBAHAN SOSIAL

Falsafah Dasar Pengembangan Masyarakat

A. Pengertian Perubahan Sosial Budaya


Menurut Atkinson dan Brooten perubahan merupakan kegiatan atau proses yang
membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan
proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat
tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, siakp, perilaku, individual, dan
perilaku kelompok.
Sedangkan menurut Enda M.C sosial adalah cara tentang bagaimana para individu
saling berhubungan sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat rapuh
di dalamnya. Jadi, perubahan sosial merupakan suatu proses perubahan,modifikasi, atau
penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup
nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial
ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat,baik dalam aspek kehidupan
material maupun non material.
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola
kehidupan manusia. Modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern maupun
ekstern. Perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi dalam masyarakat sebagai
akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur ( Max Weber). Menurut W.Kornblum
perubahan sosial budaya adalah perubahan suatu budaya masyarakat secara bertahap
dalam jangka waktu lama.

B. Teori Perubahan Sosial


1) Teori Evolusi ( Evolution Theory )
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang
cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui
untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam teori tentang
evolusi.
a. Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya
akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk
yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini
antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.
b. Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-
tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi
tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat
merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang
heterogen.
c. Multilined Theories of Evolution

Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan


tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang
perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian
menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.

2) Teori Konflik ( Conflict Theory )


Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari
pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan
kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan
sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu
melekat pada struktur masyarakat .
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial,
bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya
konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga
akan mengikutinya. Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori
Konflik ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf, Weber, Hoser, Blugmen.
Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada hal berikut ini
:
 Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
 Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat.
 Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.
 Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh
golongan yang lainnya.

3). Teori Fungsionalis (Functiobalist Theory)


Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan
budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa
perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam
masyarakat. Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan
sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan
perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang
berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial
atau cultural lag .

Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis adalah sebagai berikut:


a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di
kalangan anggota kelompok masyarakat.

4) Teori Siklis ( Cyclical Theory )

Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat dikendalikan
sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap masyarakat terdapat
perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan
kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan
tidak dapat dihindari.
Sementara itu, beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut :

a. Teori Oswald Spengler (1880-1936)

Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak,
remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan
perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran,
pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun.

b. Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)

Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem
kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini adalah
kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.

a) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan


kepercayaan terhadap kekuatan supranatural.
b) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan terhadap unsur
adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam
menciptakan masyarakat ideal.
c) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan tolok ukur dari
kenyataan dan tujuan hidup.

c. Teori Arnold Toynbee (1889-1975)

Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan,
keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban besar menurut Toynbee telah
mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini beralih menuju ke tahap
kepunahannya.
C. Hubungan Antara Perubahan Sosial dn Budaya
Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Kingsley Davis
mengatakan bahwa “ Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan”.
Teori perubahan dan budaya Karl Marx yang merumuskan bahwa perubahan sosial dan
budaya sebagai produk dari sebuah produksi (materialism), sedangkan Max Weber lebih
pada sistem gagasan, sistem pengetahuan, sistem kepercayaan yang justru menjadi sebab
perubahan.
Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu
berhubungan dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau perbaikan didalam masyarakat
untuk memenuhi kebutuhannngya. Hubungan natara perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan sangat erat.
Meskipun dalam kenyataan dapat kita lihat bahwa perubahan kebudayaan tidak
selamanya diikuti oleh perubahan sosial. Namun sukar untuk menentukan garis pemisah
antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan, dan sulit dibayangkan jika terjadinya
perubahan sosial tanpa didahului oleh suatu perubahan kebudayaan.
Akibat perubahan sosial tanpa dibarengi perubahan kebudayaan:
1. Timbulnya masalah sosial
2. Timbulnya perubahan sikap hidup
3. Timbulnya krisis masyarakat
Perubahan sosial melekat pada diri suatu masyarakat dengan kebudayaan, karena
untuk:
a. Menghadapi masalah-masalah baru.
b. Ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris
c. Lingkungan yang berubah
Contoh, Masyarakat desa yang tadinya memiliki rasa solidaritas tinggi terhadap
lingkungan seperti rajin gotong royong sekarang nilai-nilai itu telah hilang, mereka
menggantikan keberadaan mereka saat gotong royong dengan uang.
Perubahan sosial dan budaya, mana yang lebih dulu terjadi
Antara perubahan sosial dengan perubahan budaya saling berkaitan, ketika perubahan
sosial itu ada, maka perubahan budaya juga ada dan begitu sebaliknya. Ruang lingkup
perubahan kebudayaan lebih luas diabndingkan perubahan sosial. Namun dalam praktek di
lapangan kedua jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan. Perubahan
kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut
dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan.
Menurut Taylor dalam Soekanto, Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, ksenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan
serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat. Soemardjan, mengemukakan bahwa
perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya
berhubungan dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
Maka dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial dna perubahan kebudayaan
mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya berhubungan dengan suatu cara penerimaan
cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
Jadi, tidak ada yang lebih dahulu ada atau muncul anatara perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan. Keduannya muncul secara bersamaan, karena itu diantara keduanya tidak
bisa dipisahkan dan saling ketergantugan.
Contoh pada kehidupan masa kini, yaitu ketika teknologi semakin maju, banyak
masyarakat menggunakan handphone perubahan sosial terjadi karena globalisasi, maka
perubahan kebudayaan jugab terjadi dari menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak
jauh, kini hanya dengan menggunakan handphone, pesan tersampaikan dengan cepat.

D. Bentuk Perubahan Sosial Budaya

1. Perubahan Sosial yang terjadi secara lambat dan perubahan social yang terjdi
secara cepat.

Perubahan Evolusi, umumnya perubahan secara lambat disebut evolusi. Perubahan ini
memerlukan waktu yang lama, dan biasanya perubahan terjadi tanpa ada perencanaan terlebih
dahulu, perubahan terjadi bisa tergantung pada orang-orang yang berkuasa pada masa
tertentu. Contohnya adalah pada perkembangan ilmu pengetahuan.Perubahan Revolusi,
umumnya perubahan yang terjadi dalam jangka waktu yang cepat disebut perubahan revolusi.
Perubahan revolusi mengubah dasar-dasar dan penopang kehidupan masyarakat dalam waktu
yang singkat. Contoh revolusi adalah revolusi industry di Inggris, dimana terjadi perubahan
produksi yang awalnya tanpa mesin menjadi menggunakan mesin.

2. Perubahan Sosial yang pengaruhnya besar dan perubahan social yang pengarugnya
kecil.

Perubahan sosial yang pengaruhnya kecil adalah perubahan yang dapat mempengaruhi
kehidupan bermasyarakat, namun tidak memiliki arti penting dalam struktur social.
Contohnya adalah perubahan model pakaian yang tidak melanggar nilai norma. Perubahan
social yang pengaruhnya besar adalah perubahan yang memiliki dampak besar dalam
kehidupan bermasyarakat. Contohnya adalah perubahan system pemerintahan, penggunaan
computer dan internet untuk menunjang kerja, penggunaan traktor bagi petani dan lain-lain.

3. Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tanoa perencanaan.

Perubahan yang direncanakan adalah perubahan sosial dengan persiapan matang dan
perencanaan, contohnya adalah program keluarga berencana perubahan tanpa perencanaan
adalah program tanpa adanya persiapan dan perencanaan. Contohnya keluarga yang tiba-tiba
terpaksa pindah ke lingkungan baru.

4. Perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki

Perubahan yang dikehendaki adalah perubahan social yang disetujui oleh masyarakat
yang bersangkutan. Contohnya adalah perencanaan terhadap aturan tertentu melalui telah
disetujui dalam rapat. Perubahan yang tidak dikendaki adalah kebalikan dari perubahan yang
dikehendaki.

E. Pengembangan Masyarakat di Indonesia

Menurut Bhattacarya, pengembangan masyarakat adalah pengembangan manusia yang


tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia untuk
mengontrol lingkungannya. Pengembangan masyarakat adalah usaha untuk membantu
manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan
berorganisasi, berkomunikasi, dan menguasai lingkungan fisiknya. Manusia didorong
untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisiatif dan mampu berdiri sendiri.

Perkembangan pada masyarakat diaktualisasikan dengan adanya konsep, dan mengikuti


perubahan zaman. Perkembangan masyarakat Indonesia menurut Selo Soemardjan yaitu:

1. Masyarakat sederhana
Masyarakat ini dalam perkembangannya relatif lambat, karena ciri-ciri masyarakat
sederhana sebagai berikut:
a. Hubungan kekeluargaan masih erat.
b. Organisasi dalam hal tradisi masih diwariskan secara turun temurun.
c. Percaya terhadap hal yang ghaib (Animisme)
d. Belum ada lembaga khusus (Pendidikan)
e. Angka buta huruf masi tinggi
f. Hukum mudah dipahami, karena masih bersifat konvensional (tak tertulis)
g. Kegiatan ekonomi masi berorientasi atas pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
saja
h. Kegiatan ekonomi yang masih memerlukan banyak tenaga.
2. Masyarakat madya
Dalam proses perkembangannya, masyarakat ini lebih cepat daripada masyarakat
sederhana. Ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Kekeluargaan masih erat, tapi melihat untung dan rugi.
b. Adat istiadat masi berlaku, tetapi menerima informasi dan teknologi dari luar.
c. Timbulnya pemikiran yang rasional.
d. Terdapat lembaga pendidikan.
e. Adanya hukum tertulis.
f. Ekonomi bersaing besar.
g. Gotong royong masih berlaku untuk pembangunan fasilitas umum.
3. Masyarakat pra modern
Mengakui kemajuan karena memiliki inisiatif untuk menerima teknologi dan
informasi. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a. Hubungan antar masyarakat berdasarkan kepentingan pribadi.
b. Masyarakat percaya pada ilmu pengetahuan.
c. Sarana dan prasarana sdah terpenuhi.
d. Masyarakat terdiri dari beberapa macam profesi/pekerjaan.
e. Tingkat pendidikan relatif rata.
f. Ada hukum perdata dan pidana.
g. Ekonomi yang berorientasi pada pasar.
4. Masyarakat tradisional
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a. Berbentuk komunitas kecil.
b. Pranata sosial berdasarkan kekerabatan.
c. Peralatan dan teknologi sederhana.
d. Tergantung terhadap lingkungan hidup.
e. Terpencil secara geografis.
f. Terbatasnya akses pelayanan sosial.
5. Masyarakat transisi
Yaitu masyarakat yang mengalami perubahan dari tradisional menuju modern. Ciri-
cirinya sebagai berikut:
a. Adanya instansi pendidikan, seperti sekolah.
b. Ada fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, seperti puskesmas dan balai
pengobatan.
c. Mulai tumbuhnya industri tingkat rumahan (rumah tangga).
d. Masuknya teknologi dan informasi, seperti internet yang sudah tersedia di Desa-
Desa.
e. Perubahan fungsi lahan.
6. Masyarakat pedesaan
Ciri-ciri:
a. Penerimaan dalam hal interaksi berdasarkan kepada afektifitas (tata krama).
b. Rasa persatuan dalam hal kebersamaan masih kental (orientasi kolektif).
c. Partikularisme dengan berpandangan subjektifitas.
d. Askripsi masih ada, yaitu kekhususan, tidak diusahakan (pemberian).
e. Interaksi masyarakat masih dalam lingkup keakraban yang kental.
7. Masyarakat perkotaan
Ciri-cirinya adalah:
a. Individual.
b. Heterogen.
c. Berdaya saing tinggi, karena berorientasi kepada kesejateraan masing-masing.
d. Terdiri dari beragam profesi.
e. Cenderung matrealistik.
f. Masyarakat yang lebih terbuka menerima informasi dan perubahan.
8. Masyarakat modern
Ciri-cirinya adalah:
a. Alat-alat yang digunakan sudah mengalami modernisasi.
b. Mulai meninggalkan kehidupan tradisional.
c. Mulai berfikir rasional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat modern: pendidikan, urbanisasi,


komunikasi, politik, dan industrialisasi.
Daftar Pustaka

Effendi, ferry dan Makhfudli. 2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan


Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nies, MA., and McEwen, M. 2001. Community Health Nursing: Promoting The
Health of Populations. 3rd Ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pemilik Unit Pelaksana Teknis/Puskesmas


adalah mengupayakan dengan sungguhsungguh agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 terpenuhi untuk semua Puskesmas di wilayah kerjanya. Dalam rangka
pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan,
serta pemantauan dan pengendalian.

Peran Dinas Kesehatan Provinsi

Peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam penyelenggaraan Puskesmas secara umum adalah
memfasilitasi dan mengoordinasikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya
untuk berupaya dengan sungguh-sungguh agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 terpenuhi di semua Puskesmas. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga,
Dinas Kesehatan Provinsi juga memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan sumber
daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan pengendalian.

Anda mungkin juga menyukai