Kontrasepsi Pada Wanita
Kontrasepsi Pada Wanita
Disusun oleh :
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA SUKAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tutorial ini sesuai dengan waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang kepada dr. Riady, Sp. OG selaku pembimbing
dalam penyusunan tutorial ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Semoga tutorial ini dapat
menambah wawasan kita dalam ilmu obstetri dan ginekologi, khususnya pada topik KB pada
wanita.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
TUTORIAL .................................................................................................................................... i
KONTRASEPSI PADA WANITA ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................ 3
I. PENGERTIAN KONTRASEPSI ..................................................................................... 3
II. JENIS KONTRASEPSI..................................................................................................... 3
A. KONTRASEPSI NON-HORMONAL............................................................................. 3
B. KONTRASEPSI HORMONAL....................................................................................... 5
C. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) .................................................... 10
D. KONTRASEPSI MANTAP PADA WANITA (STERILISASI) .................................. 16
BAB III......................................................................................................................................... 19
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana diketahui keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang dapat
mencerminkan kualitas dari suatu negara. Keluarga yang sejahtera, sehat, harmonis, berkualitas,
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan idaman dari setiap keluarga. Oleh karena
itu, program-program Keluarga Berencana telah dirubah visinya dari mewujudkan NKKBS
menjadi “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan,
bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Visi tersebut
menggambarkan bahwa program Keluarga Berencana memiliki andil yang penting dalam upaya
meningkatkan kualitas penduduk.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014, penggunaan kontrasepsi
telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin. Penggunaan
kontrasepsi terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15 - 49
tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal pada 6 tahun
terakhir, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%. Diperkiraan 225 juta perempuan di
negara-negara berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan
metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas pilihan metode kontrasepsi dan
pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu
tinggi. Ketidakadilan didorong oleh pertumbuhan populasi.
Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2014 dengan jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 47.019.002. Peserta KB baru sebesar 7.761.961 (16,15%)
meliputi suntik sebanyak 3.855.254 (49,67%), pil KB sebanyak 1.951.252 (25,14%), kondom
sebanyak 441.141 (5,68%), implan sebanyak 826.627 (10,65%), IUD (Intra Uterine Device)
sebanyak 555.241 (7,15%), Metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak 116.384 (1,5%). Sedangkan
peserta KB aktif sebanyak 35.202.908 meliputi IUD sebanyak 3.896.081 (11,07%), MOW
sebanyak 1.238.749 (3,52%), MOP sebanyak 241.642 (0,69%), implant sebanyak 3.680.816
(10,46%), kondom sebanyak 1.110.341 (3,15%), suntikan sebanyak 16.734.917 (47,54%), dan pil
KB sebanyak 8.300.362 (29,58%).
1
Penggunaan metode kontrasepsi menjadi perhatian khususnya saat ini, survei Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada tahun 2013 menunjukan bahwa kondisi
PUS (Pasangan Usia Subur) yang mengetahui semua alat kontrasepsi modern, seperti IUD (Intra
Uterine Device) /AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/Spiral, MOW (Metode Operasi
Wanita), Implan, Suntik, pil KB, dan kondom hanya 10,6%. Ini artinya masih 80,4% PUS belum
mengetahui semua alat kontrasepsi modern dan yang mengetahui sedikitnya 6 jenis alat
kontrasepsi modern hanya 59,2%. Disisi lain, PUS yang mengetahui semua alat atau cara KB
(IUD/AKDR/Spiral, MOW, dan Implan) ternyata hanya 40,2%. Ini artinya masih ada sekitar
59,8% PUS yang belum mengetahui semua jenis alat kontrasepsi.
Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan
kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah
kehamilan yang tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran, dan mengurangi risiko kematian
bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga, dan masyarakat;
KB juga dapat mencegah penularan penyakit seksual, seperti HIV.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENGERTIAN KONTRASEPSI
A. KONTRASEPSI NON-HORMONAL
3
Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
Berdasarkan patokan tersebut, jika konsepsi ingin dicegah maka
koitus harus di hindari sekurang-kurangnya selama 3 hari (72 jam), yaitu 48
jam sebelum ovulasi, dan 24 jam sesudah ovulasi.
2. Kontrasepsi Sederhana
2.1 Pessarium
Pessarium meruapakan kontrasepsi mekanis yang dapat digunakan
untuk wanita, secara umum pessarium dibagi menjadi dua jenis yaitu
diafragma vaginal dan cervical cap.
a. Diafragma vaginal, alat ini terdiri atas kantong karet yang berbentuk
mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Diafragma ini cocok di
gunakan oleh wanita dengan dasar panggul yang tidak longgar dan
dengan tonus dinding yang baik. Diafragma ini hampir tidak memiliki
efek samping namun pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan
kegagalan
b. Cervical cap, dibuat dari karet atau plastik yang memiliki bentuk
mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal.
Ukurannya ialah diameter 22-33 mm,cap ini dipasang di porsio servisis
uteri seperti memasang topi, dewasa ini alat ini jarang digunakan untuk
kontrasepsi.
4
eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan
bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada
kontraindikasi terhadap cara lain. Efek samping jarang terjadi dan
umumnya berupa reaksi alergik.
B. KONTRASEPSI HORMONAL
1. Pil Kontrasepsi
5
a. Mekanisme Kerja
Pil-pil kontrasepsi terdiri atas komponen estrogen dan komponen
progestagen, atau oleh satu, dari komponen hormon itu. Walaupun
banyak hal yang masih belum jelas, pengetahuan tentang dua komponen
tersebut tiap hari bertambah. Yang jelas bahwa hormon steroid sintetik
dalam metabolismenya sangat berbeda dengan hormon steroid yang
dikeluarkan oleh ovarium. Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen
estrogen dalam pil menekan sekresi FSH menghalangi maturasi folikel
dalam ovarium. Karena pengaruh estrogen dari ovarium terhadap
hipofisis tidak ada, maka tidak terdapat perrgeluaran LH. Pada
pertengahan siklus haid kadar FSH rendah dan tidak terjadi peningkatan
kadar LH, sehingga menyebabkan ovlasi terganggu. Komponen
progestagen dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk
mencegah ovulasi, sehingga dalam 95 – 98% tidak terjadi ovulasi.
Selanjutnya, estrogen dalam dosis tinggi dapat pula mempercepat
perjalanan ovum yang akan menyulitkan terjadinya implantasi dalam
endometrium dari ovum yang sudah dibuahi. Komponen progestagen
dalam pil kombinasi seperti disebut di atas memperkuat kerja estrogen,
untuk mencegah ovulasi. Progestagen sendiri dalam dosis tinggi dapat
menghambat ovulasi, tetapi tidak dalam dosis rendah. Selanjutnya,
Progestagen mempunyai khasiat sebagai berikut:
Lendir serviks uteri menjadi lebih kental, sehingga menghalangi
penetrasi spermrtozoon untuk masuk dalam uterus,
Kapasitasi spermatozoon yang perlu untuk memasuki ovum
terganggu,
Beberapa progestagen rertentu, seperti noretinodrel, mempunyai
efek antiestrogenik terhadap endometrium, sehingga menyulitkan
implantasi ovum yang telah dibuahi.
6
b. Efek Samping
7
sampai 2 mg sehari selama 4 - 5 hari setelah teriadinya koitus
Kegagalan cara ini dilaporkan dilam 2,4% dari jumlah kasus. Cara ini
dapat menghalangi implantasi blastokista dalam endometrium.
2. Kontrasepsi Suntikan
8
kontrasepsi suntikan kombinasi (combined injectable contraseptive).
Preparat yang dipakai adalah medroxy progesterone acetate (MPA) /
estradiol caprionate atau norethisterone enanthare (NET-EN) /estradiol
valerate. Berbagai macam nama telah beredar antaralain Cyclofem,
Cycloprooera, Mesygna, dan Noigtnon.
Mekanisme kerjanya adalah mencegah keluarnya ovum dari
ovarium (ovulasi). Efektivitasnya tergantung saat kembalinya untuk
mendapatkan suntikan. Bila perempuan mendapatkan suntikan tepat waktu,
angka kehamilannya kurang dari 1 per 100 perempuan yang menggpnakan
kontrasepsi bulanan dalam satu tahun pertama.
3. Kontrasepsi Implan
Efektifitas progestin sebagai kontrasepsi dapat di perpanjang dengan
cara memasukkan progestin ke suatu delivery system. Ada beberapa macam
delivery system antara lain cincin vagina, implant dan mikrokapsul. Satu-
satunya implan yang beredar dipasaran adalah norplant.
Norplant terdiri dari 6 kapsul yang masing-masing mengansung 36 mg
levonorgentrel dengan diameter 2,4 mm dan panjang 3,4 cm. Norplant generasi
kedua, terdiri atas 2 kapsul dengna diameter 2,4 mm dan panjang 4,4 cm.
mekanisme kerjanya yaitu:
1) Menekan ovulasi lebih dari 80% pemakai norplant pada tahun-tahun
pertama tidak mengalami ovulasi
2) Membuat getah serviks menjadi kental
3) Membuat endometrium tidak siap menerima kehamilan
Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral,
kecuali efek pada metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah
pemakaian 6 bulan, kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan
pada wanita nondiebetik. Pada wanita normal perubahan ini tidak bermakna,
tetapi akan sangat mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk diabetik.
9
masalah yang berkaitan dengan infeksi lokal. Dan apabila tidak dimasukkan
sesuai petunjuk, maka pengeluarnnya akan menjadi lebih sulit.
a. Efek Samping
Efek samping utama dari kontrasepsi progestin adalah gangguan
siklus haid berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenore.
Perdarahan banyak dan lama jarang sekali terjadi. Dalam menghadapi
keluhan perdarahan pada pemakai kontrasepsi progestin pertama-tama harus
disingkirkan perdarahan yang berhubungan dengan infeksi, kelainan faktor
pembekuan, dan keganasan. Sampai saat ini patofisiologi terjadinya
perdarahan akseptor kontrasepsi progestin masih belum banyak diketahui,
oleh karena itu pengobatannya masih bermacam-macam. Terdapat berbagai
cara pengobatan yang digunakan untuk menghentikan perdarahan pada
akseptor kontrasepsi progestin, diantaranya:
1) Konseling
2) Pemeriksaan fisik ginekologik dan laboratorium
3) Pemberian progestin
4) Pemberian esterogen
5) Pemberian vitamin, ferrum, atau plasebo
IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim.
Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan berpotensi untuk
mencegah mis opportunity dalam keluarga berencana adalah AKDR, yaitu
pemasangan dalam 10 menit pertama sampai 48 jam setelah plasenta lahir.
AKDR bekerja sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat
dengan sebukan yang dapat melarutkan blastosit atau sperma. AKDR akan diletakkan
di fundus uteri, bekerja terutama mencegah terjadinya pembuahan (fertilisasi) dengan
10
mengahalangi bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang
mencapai tubafalopi dan menginaktifasikan sperma.
Mekanisme cara kerja AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan
blastokista atau sperma. Kadar prostaglandin dalam uterus wanita mempengaruhi
kontraktsi uterus yang mempengaruhi proses nidasim serta ion logam dan bahan lain
pelarut AKDR memiliki pengaruh terhadap sperma.
a. IUD CuT-380 A
Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
11
d. IUD Cu – T 380 A
Terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T dengan tambahan bahan
Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut tembaga sebanyak
176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing-masing mengandung
68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2. Ukuran bagian
tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan diameter 3 mm. pada
bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen sebagai
kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.
e. Multiload 375
IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai
luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus tembaga
yang membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas. Ada tiga
jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya
didesain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan
terjadinya ekspulsi.
f. Nova – T
IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian
lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada
jaringan setempat pada saat dipasang.
g. Cooper-7 IUD
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas
permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus
pada jenis Copper-T.
12
2. Keuntungan AKDR
AKDR memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan kontrasepsi
lainnya, seperti :
3) Hanya memerlukan 1 kali pemasangan
4) Tidak menimbulkan efek sistemik
5) Ekonomis
6) Efektivitas cukup tinggi
7) Reversibel
13
4) Darah haid menjadi lebih banyak (menoragia).
5) Sekret vagina lebih banyak.
Disamping itu pula dapat terjadi efek samping yang lebih serius namun jarang
terjadi, diantaranya :
1) Perforasi uterus, AKDR harus dikeluarkan melalui laparskopi atau
laparotomi. Hal ini dapat lebih serius bila tembaga menempel ke usus
2) Infeksi Pelvik, infeksi ringan umumnya dapat diobati dengan antibiotik.
Jika infeksinya berat, hendaknya dibuat biakan dan uji kepekaan dari
daerah endoserviks, AKDR harus dikeluarkan
3) Endometritis, timbulnya keputihan yang berbau, dipareunia, metroragia,
dan menoragia.
2) Sewaktu postpartum
Secara dini (immediate insertion) yaitu IUD dipasangpada perempuan
yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
Secara langsung (direa insertion) yairu IUD dipasang dalam masa tiga
bulan setelah partus atau abortus.
14
Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu IUD dipasang sesudah
masa tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pemasangan IUD
dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan
partus atau abortus. Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam
waktu seminggu setelah bersalin, sebaiknya pemasangan IUD
ditangguhkan sampai 6 - 8 minggu postpartum oleh karena jika
pemasangan IUD dilakukan antara minggu ke dua dan minggu ke
enam post partus bahaya perforasi lebih besar.
5. Kontraindikasi
Kontraindikasi mutlak pemakaian AKDR ialah wanita hamil dan
penyakit radang panggul aktif atau rekuren. Kontraindikasi relatif antara lain
tumor ovarium, kelainan uterus (miom, polip, dsb), gonore, servisitis,
kelaianan haid, dismenorea, dan panjang kavum uteri yang kurang.
15
D. KONTRASEPSI MANTAP PADA WANITA (STERILISASI)
16
b. Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung
proksimal tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal
ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
c. Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersamasama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
d. Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian dilakukan suntikan di daerah
ampulla tuba dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa tuba.
Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut mengembung. Lalu, dibuat
sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba
sepanjang kira-kira 4 - 5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu
digunting, ujung tuba yang proksimal akan terranam dengan sendirinya di bawah
17
serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Luka
sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan dari cara ini adalah 0.
e. Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan
benang sutera dibuat melalui bagian dari mesosalping di bawah fimbria. Jahitan
ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah
proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Setelah perdarahan
berhenti, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut. Teknik ini banyak
digunakan. Keuntungan dari caraini antara lain ialah sangat kecilnya
kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan
0,19%.
18
BAB III
KESIMPULAN
Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dan usaha –
usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Dalam hal ini setiap
calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan dan memilih jenis alat dan obat
kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya.
Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok untuk mereka
baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus dapat memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan, kekurangan, efek samping, dan
kontrasindikasi dari masing-masing alat atau obat tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.
Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada peningkatan Sumber Daya
Manusia pada umumnya dan untuk menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera dan harmonis pada
khususnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham et al. 2016. Obstetri William Volume I. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Data Informasi Kesehatan Situasi Keluarga Berencana di
Indonesia.
20