Anda di halaman 1dari 23

TUTORIAL

KONTRASEPSI PADA WANITA

Disusun oleh :

Andi Vannesya Astriani (2015730007)


Ari Aripin (2015730014)
Chyntia Septiana Putri (2015730023)
Ichsan Azis (2015730056)
Rahmatanti Hasanudin (2015730107)
Rina Wulandari (2015730112)

Pembimbing :

dr. Riady, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA SUKAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tutorial ini sesuai dengan waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang kepada dr. Riady, Sp. OG selaku pembimbing
dalam penyusunan tutorial ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Semoga tutorial ini dapat
menambah wawasan kita dalam ilmu obstetri dan ginekologi, khususnya pada topik KB pada
wanita.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

TUTORIAL .................................................................................................................................... i
KONTRASEPSI PADA WANITA ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................ 3
I. PENGERTIAN KONTRASEPSI ..................................................................................... 3
II. JENIS KONTRASEPSI..................................................................................................... 3
A. KONTRASEPSI NON-HORMONAL............................................................................. 3
B. KONTRASEPSI HORMONAL....................................................................................... 5
C. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) .................................................... 10
D. KONTRASEPSI MANTAP PADA WANITA (STERILISASI) .................................. 16
BAB III......................................................................................................................................... 19
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Sebagaimana diketahui keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang dapat
mencerminkan kualitas dari suatu negara. Keluarga yang sejahtera, sehat, harmonis, berkualitas,
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan idaman dari setiap keluarga. Oleh karena
itu, program-program Keluarga Berencana telah dirubah visinya dari mewujudkan NKKBS
menjadi “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan,
bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Visi tersebut
menggambarkan bahwa program Keluarga Berencana memiliki andil yang penting dalam upaya
meningkatkan kualitas penduduk.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014, penggunaan kontrasepsi
telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin. Penggunaan
kontrasepsi terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15 - 49
tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal pada 6 tahun
terakhir, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%. Diperkiraan 225 juta perempuan di
negara-negara berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan
metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas pilihan metode kontrasepsi dan
pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu
tinggi. Ketidakadilan didorong oleh pertumbuhan populasi.
Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2014 dengan jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 47.019.002. Peserta KB baru sebesar 7.761.961 (16,15%)
meliputi suntik sebanyak 3.855.254 (49,67%), pil KB sebanyak 1.951.252 (25,14%), kondom
sebanyak 441.141 (5,68%), implan sebanyak 826.627 (10,65%), IUD (Intra Uterine Device)
sebanyak 555.241 (7,15%), Metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak 116.384 (1,5%). Sedangkan
peserta KB aktif sebanyak 35.202.908 meliputi IUD sebanyak 3.896.081 (11,07%), MOW
sebanyak 1.238.749 (3,52%), MOP sebanyak 241.642 (0,69%), implant sebanyak 3.680.816
(10,46%), kondom sebanyak 1.110.341 (3,15%), suntikan sebanyak 16.734.917 (47,54%), dan pil
KB sebanyak 8.300.362 (29,58%).

1
Penggunaan metode kontrasepsi menjadi perhatian khususnya saat ini, survei Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada tahun 2013 menunjukan bahwa kondisi
PUS (Pasangan Usia Subur) yang mengetahui semua alat kontrasepsi modern, seperti IUD (Intra
Uterine Device) /AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/Spiral, MOW (Metode Operasi
Wanita), Implan, Suntik, pil KB, dan kondom hanya 10,6%. Ini artinya masih 80,4% PUS belum
mengetahui semua alat kontrasepsi modern dan yang mengetahui sedikitnya 6 jenis alat
kontrasepsi modern hanya 59,2%. Disisi lain, PUS yang mengetahui semua alat atau cara KB
(IUD/AKDR/Spiral, MOW, dan Implan) ternyata hanya 40,2%. Ini artinya masih ada sekitar
59,8% PUS yang belum mengetahui semua jenis alat kontrasepsi.
Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan
kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah
kehamilan yang tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran, dan mengurangi risiko kematian
bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga, dan masyarakat;
KB juga dapat mencegah penularan penyakit seksual, seperti HIV.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENGERTIAN KONTRASEPSI

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya tersebut


dapat berupa upaya bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.

II. JENIS KONTRASEPSI

A. KONTRASEPSI NON-HORMONAL

1. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat

1.1 Pembilasan Pascasenggama (Postcoital Douche)


Pembilasan vagina dengan air biasa atau tanpa tambahan larutan obat
(cuka atau obat lain) segera setelah coitus bermaksud untuk mengeluarkan
sperma secara mekanik dari vagina.

1.2 Perpanjangan Masa Menyusui Anak (Prolonged Lactation)


Efektivitas menyusui pada anak dapat mencegah ovulasi dan
memperpanjang amenorea postpartum.

1.3 Pantang Berkala (Rhythm Method)


Prinsip pantang berkala ialah tidak melakukan persetubuhan pada
masa subur istri. Unutk menentukan masa subur istri di gunakan 3 patokan
yaitu:
 Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang.
 Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi.

3
 Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
Berdasarkan patokan tersebut, jika konsepsi ingin dicegah maka
koitus harus di hindari sekurang-kurangnya selama 3 hari (72 jam), yaitu 48
jam sebelum ovulasi, dan 24 jam sesudah ovulasi.

2. Kontrasepsi Sederhana

2.1 Pessarium
Pessarium meruapakan kontrasepsi mekanis yang dapat digunakan
untuk wanita, secara umum pessarium dibagi menjadi dua jenis yaitu
diafragma vaginal dan cervical cap.
a. Diafragma vaginal, alat ini terdiri atas kantong karet yang berbentuk
mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Diafragma ini cocok di
gunakan oleh wanita dengan dasar panggul yang tidak longgar dan
dengan tonus dinding yang baik. Diafragma ini hampir tidak memiliki
efek samping namun pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan
kegagalan
b. Cervical cap, dibuat dari karet atau plastik yang memiliki bentuk
mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal.
Ukurannya ialah diameter 22-33 mm,cap ini dipasang di porsio servisis
uteri seperti memasang topi, dewasa ini alat ini jarang digunakan untuk
kontrasepsi.

2.2 Kontrasepsi dengan Obat Spermitisida


Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2
komponen,yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatozoon, dan
vehikulum yang nonaktif dan yang diperlukan untuk membuat tablet atau
cream/jelly. Makin erat hubungan antara zat kimia dan sperma, makin tinggi
efektivitas obat. Oleh sebab itu, obat yang paling baik adalah yang dapat
membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina, sehingga kelak
busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri

4
eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan
bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada
kontraindikasi terhadap cara lain. Efek samping jarang terjadi dan
umumnya berupa reaksi alergik.

B. KONTRASEPSI HORMONAL

Dalam mempengaruhi ovulasi dan implantasi, esterogen memegang


peranan penting dalam pengeluaran FSH dan LH yang mempengaruhi hipotalamus.
Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung esterogen 50
mikrogram atau kurang. Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh esterogen
dosis tinggi yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu diantara
konsepsi dan implantasi rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah
pemberian esterogen dosis tinggi pasca-konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron,
yang dapat menghambat implantasi.
Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan
mempertahankan kehamilan. Akibat progesteron, lendir serviks mengalami perubahan
menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma selanjutnya lebih sulit.
Kapasitasi sperma dihambat oleh progesteron, kapasitasi diperlukan oleh sperma untuk
membuahi sel telur dan menembus rintangan sekeliling ovum.

1. Pil Kontrasepsi

1.1 Pil Kombinasi


Dalam satu pil terdapat baik esterogen maupun progestin sintetik. Pil
diminum setiap 3 hari selama 3 minggu, diikuti 1 minggu tanpa pil atau
plasebo. Pil pertama di minum pada hari kelima siklus haid, dapat juga di
mulai pada hari yang diinginkan dan mudah diingat. Pasca persalinan pil
dimulai pada saat bayi berumur 30-40 hari, sedang pasca keguguran 1-2
minggu sesudah kejadian.

5
a. Mekanisme Kerja
Pil-pil kontrasepsi terdiri atas komponen estrogen dan komponen
progestagen, atau oleh satu, dari komponen hormon itu. Walaupun
banyak hal yang masih belum jelas, pengetahuan tentang dua komponen
tersebut tiap hari bertambah. Yang jelas bahwa hormon steroid sintetik
dalam metabolismenya sangat berbeda dengan hormon steroid yang
dikeluarkan oleh ovarium. Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen
estrogen dalam pil menekan sekresi FSH menghalangi maturasi folikel
dalam ovarium. Karena pengaruh estrogen dari ovarium terhadap
hipofisis tidak ada, maka tidak terdapat perrgeluaran LH. Pada
pertengahan siklus haid kadar FSH rendah dan tidak terjadi peningkatan
kadar LH, sehingga menyebabkan ovlasi terganggu. Komponen
progestagen dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk
mencegah ovulasi, sehingga dalam 95 – 98% tidak terjadi ovulasi.
Selanjutnya, estrogen dalam dosis tinggi dapat pula mempercepat
perjalanan ovum yang akan menyulitkan terjadinya implantasi dalam
endometrium dari ovum yang sudah dibuahi. Komponen progestagen
dalam pil kombinasi seperti disebut di atas memperkuat kerja estrogen,
untuk mencegah ovulasi. Progestagen sendiri dalam dosis tinggi dapat
menghambat ovulasi, tetapi tidak dalam dosis rendah. Selanjutnya,
Progestagen mempunyai khasiat sebagai berikut:
 Lendir serviks uteri menjadi lebih kental, sehingga menghalangi
penetrasi spermrtozoon untuk masuk dalam uterus,
 Kapasitasi spermatozoon yang perlu untuk memasuki ovum
terganggu,
 Beberapa progestagen rertentu, seperti noretinodrel, mempunyai
efek antiestrogenik terhadap endometrium, sehingga menyulitkan
implantasi ovum yang telah dibuahi.

6
b. Efek Samping

Bahaya yang dikhawatirkan dengan pil terutama pil kombinasi


ialah trombo-emboli, termasuk tromboflebitis, emboli paru-panr, dan
trombosis otak. Namun dampak tersebut masih menimbulkan silang
pendapat di kalangan ahli. Yang dapat dipakai sebagai pegangan ialah,
bahwa kemungkinan untuk terjadinya trombo-emboli pada
perempuan yang minum pil, lebih besar apabila ada faktor-faktor yang
memberikan pradisposisi, seperti minum minuman keras, merokok,
hipertensi, diabetes, dan obesitas.

1.2 Pil Sekuensial


Di Indonesia pil sekuensial tidak diedarkan. Pil sekuensial itu tidak
seefektif pil kombinasi, dan pemakaiannyahanya dianjurkan pada hal-hal
tertentu saja. Pil diminum yang hanya mengandung estrogen saja untuk 14
- 16 hari, disusul dengan pil yang mengandung estrogen dan progestagen
untuk 5 - 7 hari.

1.3 Pil Mini


Pil ini mengandung progestin saja, tanpa esterogen. Dosis
progestinnya pun kecil 0,5 mg atau kurang. Pil mini harus diminum setiap
hari, juga pada waktu haid. Efek samping utama yang ditimbulkan pada
pil mini beberapa perdarahan tidak teratur dan spotting. Daya guna pil
kurang lebih sama dengan daya guna AKDR jadi lebih kecil daripada pil
kombinasi.

1.4 Morning Pill


Estrogen dalam dosis tinggi dapat mencegah kehamilan jika
diberikan segera setelah koitus yang tidak dilindungi. Penelitian
melakukan percobaan dengan memberikan 50 mg dietilstillbestrol (DES)
dan kepada sebagian lagi diberikan etinil-estradiol (EE) sebanyak 0.5

7
sampai 2 mg sehari selama 4 - 5 hari setelah teriadinya koitus
Kegagalan cara ini dilaporkan dilam 2,4% dari jumlah kasus. Cara ini
dapat menghalangi implantasi blastokista dalam endometrium.

2. Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntikan yang populer digunakan ialah long-acting


progestin yaitu noretisteron enantat. Daya guna teoritis suntikan
medroksiprogesteron asestat (150 mg setiap 3 bulan) ialah 0,3 – 0,5
kehamilan/100 tahun wanita. Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca
persalinan, segera setelah keguguran dan pada masa interval sebelum hari
kelima haid. Teknik penyuntikan ialah dengan cara intramuskular dalam di
daerah m. gluteus maksimus atau deltoideus.

2.1 Suntikan setiap 3 bulan (Depo Provera)


Depo Provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk
tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan
sangat efektif. obat ini termasuk obat depot. Noristerat juga termasuk dalam
golongan kontrasepsi suntikan. Mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut:
a. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus.
b. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi
sperma melalui
serviks uteri.
c. Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.
d. Mempengaruhi transpor ovum di tuba.

2.2 Suntikan setiap bulan (Monthly Injectable)

Suntikan bulanan mengandung 2 macam hormon progestin dan


estrogen seperti hormon alami pada tubuh perempua juga disebut sebagai

8
kontrasepsi suntikan kombinasi (combined injectable contraseptive).
Preparat yang dipakai adalah medroxy progesterone acetate (MPA) /
estradiol caprionate atau norethisterone enanthare (NET-EN) /estradiol
valerate. Berbagai macam nama telah beredar antaralain Cyclofem,
Cycloprooera, Mesygna, dan Noigtnon.
Mekanisme kerjanya adalah mencegah keluarnya ovum dari
ovarium (ovulasi). Efektivitasnya tergantung saat kembalinya untuk
mendapatkan suntikan. Bila perempuan mendapatkan suntikan tepat waktu,
angka kehamilannya kurang dari 1 per 100 perempuan yang menggpnakan
kontrasepsi bulanan dalam satu tahun pertama.

3. Kontrasepsi Implan
Efektifitas progestin sebagai kontrasepsi dapat di perpanjang dengan
cara memasukkan progestin ke suatu delivery system. Ada beberapa macam
delivery system antara lain cincin vagina, implant dan mikrokapsul. Satu-
satunya implan yang beredar dipasaran adalah norplant.
Norplant terdiri dari 6 kapsul yang masing-masing mengansung 36 mg
levonorgentrel dengan diameter 2,4 mm dan panjang 3,4 cm. Norplant generasi
kedua, terdiri atas 2 kapsul dengna diameter 2,4 mm dan panjang 4,4 cm.
mekanisme kerjanya yaitu:
1) Menekan ovulasi lebih dari 80% pemakai norplant pada tahun-tahun
pertama tidak mengalami ovulasi
2) Membuat getah serviks menjadi kental
3) Membuat endometrium tidak siap menerima kehamilan
Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral,
kecuali efek pada metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah
pemakaian 6 bulan, kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan
pada wanita nondiebetik. Pada wanita normal perubahan ini tidak bermakna,
tetapi akan sangat mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk diabetik.

Pada pemakaian sistem norplant tampaknya tidak terjadi pengurangan


kepadatan tulang. Karena memerlukan tindakan bedah ringan, terdapat juga

9
masalah yang berkaitan dengan infeksi lokal. Dan apabila tidak dimasukkan
sesuai petunjuk, maka pengeluarnnya akan menjadi lebih sulit.

a. Efek Samping
Efek samping utama dari kontrasepsi progestin adalah gangguan
siklus haid berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenore.
Perdarahan banyak dan lama jarang sekali terjadi. Dalam menghadapi
keluhan perdarahan pada pemakai kontrasepsi progestin pertama-tama harus
disingkirkan perdarahan yang berhubungan dengan infeksi, kelainan faktor
pembekuan, dan keganasan. Sampai saat ini patofisiologi terjadinya
perdarahan akseptor kontrasepsi progestin masih belum banyak diketahui,
oleh karena itu pengobatannya masih bermacam-macam. Terdapat berbagai
cara pengobatan yang digunakan untuk menghentikan perdarahan pada
akseptor kontrasepsi progestin, diantaranya:
1) Konseling
2) Pemeriksaan fisik ginekologik dan laboratorium
3) Pemberian progestin
4) Pemberian esterogen
5) Pemberian vitamin, ferrum, atau plasebo

C. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim.
Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan berpotensi untuk
mencegah mis opportunity dalam keluarga berencana adalah AKDR, yaitu
pemasangan dalam 10 menit pertama sampai 48 jam setelah plasenta lahir.
AKDR bekerja sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat
dengan sebukan yang dapat melarutkan blastosit atau sperma. AKDR akan diletakkan
di fundus uteri, bekerja terutama mencegah terjadinya pembuahan (fertilisasi) dengan

10
mengahalangi bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang
mencapai tubafalopi dan menginaktifasikan sperma.
Mekanisme cara kerja AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan
blastokista atau sperma. Kadar prostaglandin dalam uterus wanita mempengaruhi
kontraktsi uterus yang mempengaruhi proses nidasim serta ion logam dan bahan lain
pelarut AKDR memiliki pengaruh terhadap sperma.

1. Jenis – Jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

a. IUD CuT-380 A
Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

b. IUD NOVA T (Schering)


IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated
adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah Cu-T 380 A,
Multiload 375 dan Nova-T.

c. Lippes Loop IUD


Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada bagian
tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio opaque
pada pemeriksaan dengan sinar-X. IUD Lippes Loop bentuknya seperti
spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dan dipasang
benang pada ekornya. IUD jenis Lippes Loops mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi
perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat
dari bahan plastik.

11
d. IUD Cu – T 380 A
Terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T dengan tambahan bahan
Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut tembaga sebanyak
176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing-masing mengandung
68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2. Ukuran bagian
tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan diameter 3 mm. pada
bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen sebagai
kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.

e. Multiload 375
IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai
luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus tembaga
yang membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas. Ada tiga
jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya
didesain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan
terjadinya ekspulsi.

f. Nova – T
IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian
lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada
jaringan setempat pada saat dipasang.

g. Cooper-7 IUD
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas
permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus
pada jenis Copper-T.

12
2. Keuntungan AKDR
AKDR memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan kontrasepsi
lainnya, seperti :
3) Hanya memerlukan 1 kali pemasangan
4) Tidak menimbulkan efek sistemik
5) Ekonomis
6) Efektivitas cukup tinggi
7) Reversibel

3. Efek Samping AKDR


Beberapa efek samping ringan yang mungkin timbul diantaranya:
1) Tegang rahim, terutama pada bulan pertama. Hal ini dapat diatasi dengan
memberikan spasmolitikum atau pemakaian AKDR yang lebih kecil
ukurannya.
2) Nyeri pelvik.
3) Perdarahan diluar rahim (spotting).

13
4) Darah haid menjadi lebih banyak (menoragia).
5) Sekret vagina lebih banyak.
Disamping itu pula dapat terjadi efek samping yang lebih serius namun jarang
terjadi, diantaranya :
1) Perforasi uterus, AKDR harus dikeluarkan melalui laparskopi atau
laparotomi. Hal ini dapat lebih serius bila tembaga menempel ke usus
2) Infeksi Pelvik, infeksi ringan umumnya dapat diobati dengan antibiotik.
Jika infeksinya berat, hendaknya dibuat biakan dan uji kepekaan dari
daerah endoserviks, AKDR harus dikeluarkan
3) Endometritis, timbulnya keputihan yang berbau, dipareunia, metroragia,
dan menoragia.

4. Waktu Pemasangan AKDR


1) Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan IUD pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama
atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan IUD pada
waktu ini antara lain ialah:
 Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu ini agak
terbuka dan Iembek.
 Tidak terlalu nyeri
 Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan ddak terlalu
dirasakan
 Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak
ada.

2) Sewaktu postpartum
 Secara dini (immediate insertion) yaitu IUD dipasangpada perempuan
yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
 Secara langsung (direa insertion) yairu IUD dipasang dalam masa tiga
bulan setelah partus atau abortus.

14
 Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu IUD dipasang sesudah
masa tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pemasangan IUD
dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan
partus atau abortus. Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam
waktu seminggu setelah bersalin, sebaiknya pemasangan IUD
ditangguhkan sampai 6 - 8 minggu postpartum oleh karena jika
pemasangan IUD dilakukan antara minggu ke dua dan minggu ke
enam post partus bahaya perforasi lebih besar.

3) Sewaktu melakukan seksio sesarea


Cara pemasangan IUD Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor
dibaringkan di atas meja ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian,
dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar
uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina dan serviks uteri dibersihkan
dengan larutan antiseptik (merkurokrom atau tingtura jodii). Sekarang
dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri, dan dimasukkan
sonde uterus ke dalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya
kanalis servikalis serta kal,um uteri. IUD dimasukkan ke dalam uterus
melalui ostium uteri eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada
cunam serviks. Insertor IUD dimasukkan ke dalam uterus sesuai dengan
arah poros kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah
ditentukan lebih dahulu.

5. Kontraindikasi
Kontraindikasi mutlak pemakaian AKDR ialah wanita hamil dan
penyakit radang panggul aktif atau rekuren. Kontraindikasi relatif antara lain
tumor ovarium, kelainan uterus (miom, polip, dsb), gonore, servisitis,
kelaianan haid, dismenorea, dan panjang kavum uteri yang kurang.

15
D. KONTRASEPSI MANTAP PADA WANITA (STERILISASI)

Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba Fallopi


perempuan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan
lagi.
1. Keuntungan sterilisasi
 Memotivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak diperlukan
motivasi berulang
 Efektivitas hampir 100%
 Tidak mempengaruhi libido
 Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien

Tubektomi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:


a. Cara Pomeroy
Cara Pomeroy dilakukan dengan mengangkat bagian tengah tuba dilakukan. Cara
ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah tuba sehingga membentuk suatu
lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba
di atas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung
tuba terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0 - 0,4%.

16
b. Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung
proksimal tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal
ditanamkan ke dalam ligamentum latum.

c. Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersamasama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

d. Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian dilakukan suntikan di daerah
ampulla tuba dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa tuba.
Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut mengembung. Lalu, dibuat
sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba
sepanjang kira-kira 4 - 5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu
digunting, ujung tuba yang proksimal akan terranam dengan sendirinya di bawah

17
serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Luka
sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan dari cara ini adalah 0.

e. Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan
benang sutera dibuat melalui bagian dari mesosalping di bawah fimbria. Jahitan
ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah
proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Setelah perdarahan
berhenti, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut. Teknik ini banyak
digunakan. Keuntungan dari caraini antara lain ialah sangat kecilnya
kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan
0,19%.

18
BAB III

KESIMPULAN

Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dan usaha –
usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Dalam hal ini setiap
calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan dan memilih jenis alat dan obat
kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya.

Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok untuk mereka
baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus dapat memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan, kekurangan, efek samping, dan
kontrasindikasi dari masing-masing alat atau obat tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.

Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada peningkatan Sumber Daya
Manusia pada umumnya dan untuk menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera dan harmonis pada
khususnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2012. Pedoman Pelayanan KB Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan : Jenis-jenis


Metode Kontrasepsi. Jakarta : Badan Koordinasi Keluarga Berencana.

Cunningham et al. 2016. Obstetri William Volume I. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Data Informasi Kesehatan Situasi Keluarga Berencana di
Indonesia.

Latar belakang penggunaan kontrasespi. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2019.


http://eprints.ums.ac.id/37661/4/BAB%20I.pdf

Wiknjosastro GH , Saifuddin AB , Rachimhadhi T. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono


Prawirohardjo Edisi ke 4 Cetakan 3. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

20

Anda mungkin juga menyukai