1. Ukuran Ascaris betina (22-35 cm) lebih besar daripada ascaris jantan (10-20 cm)
3. Pada cacing betina, di sepertiga depan terdapat bagian yg disebut cincin atau gelang
kopulasi
6. Ascaris betina mampu bertelur sekitar 200 ribu telur perhari dengan ukuran telur yang
sudah dibuahi lebih kecil (60x45mikron) daripada yang tidak dibuahi (90x40mikron)
Pemeriksaan feses
laboratorium karena gejala klinis dari penyakit ini tidak spesifik. Secara garis
Muntahan
Ciri-ciri
c. Mulutnya mempunyai kait yang berupa gigi dari kitin. Kait kitin berfungsi untuk
menempel pada usus inangnnya
e. Bereproduksi secara seksual peleburan sel telur dan sel sperma secara internal
Telur yang dihasilkan 9000 butir perhari ikut keluar bersama feses. Jika ada orang yang
menginjaklarva cacing ini, larva menempel, menembus kaki, dan ikut aliran darah menuju
jantung. Dari Jantung, larva ikut ke paru-paru naik ke faring. Jika tertelan, larva akan mencapai
penderita, dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
usus manusia → cacing → telur → keluar bersama feses → tempat becek menetas → larva hidup
lama → menempel pada kaki manusia → menembus kaki manusia → aliran darah→ jantung →
paru-paru → kerongkongan → usus manusia → cacing dewasa
ovum atau berisi 2-8 blastomere yang akan berkembang lebih lanjut.
1. Invasi larva filariform pada kulit, terutama pada kaki menimbulkan gejala eritemia,
vesicula dengan rasa gatal dan sedikit sakit. Pada orang yang sensitif dapat menimbulkan
urticaria, serta dapat berupa creeping eruption.
Pada pemekrisaan feses Panjang < 700 µm - Bentuk lansing, tidak berselubung - Mulut tertutup
- Esofagus 1/2 panjang badan, filariform - Ekor ujungnya bercabang dua (menyerupai huruf W
2. Migrasi larva pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonitis atau lobular pneumonia.
3. Cacing dewasa betina dapat membuat saluran-saluran di mukosa intestinum tenue sehingga
dapat menyebabkan infeksi catarrhal pada mukosa dan reaksi karena intoxicasi. Gejala yang
timbul dapat berupa sakit perut terutama pada waktu lapar (hunger pain), diare dengan darah dan
lendir berselang-seling dengan konstipasi.
D. CACING TAMBANG (NECATOR AMERICANUS)
BAB I PENDAHULUAN
Parasitisme merupakan hubungan antara dua organisme, yang satu diantaranya mendapat
keuntungan dan yang lain dirugikan. Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang
berupa cacing. Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk Nemethelminthes (kelas nematoda)
berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan alat-alat.
Cacing ini memiliki alat kelamin terpisah (Parasitologi kedokteran, 1998).
Nematoda intestinal yaitu nematode yang berhabitat disaluran pencernaan manusia. Manusia
merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar daripada nematoda ini menyebabkan
masalah kesehatan masyarakat. Infeksi cacing ini dapat ditularkan melaui vektor atau kontak
langsung.
Diantara nematoda intestinal terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut
“soil transmitted helmints”, yaitu nematoda yang siklus hidupnya untuk mencapai stadium
infektif, memerlukan tanah dalam kondisi tertentu. Salah satu nematoda golongan Soil
Transmitted Helmints adalah jenis cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale).
Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu
optimum untuk Necator americanus 28o – 32oC, sedangkan Ancylostoma duodenale lebih
rendah 23o – 25oC. pada umumnya A.duodenale lebih kuat.
2.2 Morfologi
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus manusia, dengan mulut yang melekat pada mukosa
dinding usus. Ancylostoma duodenale ukurannya ebih besar dari Necator americanus. Yang
betina ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya menyerupai huruf
C, Necator americanus berbentuk huruf S, yang betina 9 – 11 x 0,4 mm dan yang jantan 7 – 9 x
0,3 mm. Rongga mulut A.duodenale mempunyai dua pasang gigi, N.americanus mempunyai
sepasang benda kitin. Alat kelamin jantan adalah tunggal yang disebut bursa copalatrix.
A.duodenale betina dalam satu hari dapat bertelur 10.000 butir, sedang N.americanus 9.000 butir.
Telur dari kedua spesies ini tidak dapat dibedakan, ukurannya 40 – 60 mikron, bentuk lonjong
dengan dinding tipis dan jernih. Ovum dari telur yang baru dikeluarkan tidak bersegmen. Di
tanah dengan suhu optimum23oC - 33oC, ovum akan berkembang menjadi 2, 4, dan 8 lobus.
Cacing tambang kecil dan kursus, panjangnya kira-kira 8-13 mm. Cacing ini bermukim di dalam
usus halus dimana mereka melekatkan diri pada lapisan usus dengan mulut bebentuk sangkutan.
Mereka menusuk pembuluh darah dengan giginya yang tajam dan menghisap darah. Cacing
betina menghasilkan telur-telur dalam jumlah yang besar. Telur-telur itu dikeluarkan manusia
melalui tinja dan menetas diluasr tubuhnya. Telur-telur itu menetas dan mengeluarkan janin di
dalam tanah yang hangat dan lembab. Apabila kaki yang tidak beralas menyentuh tanah lembab
yang mengandung cacing-cacing muda yang halus itu, cacing itu dengan cepat menembusi kulit
kaki dan memasuki pembuluh darah, dan darah membawa mereka ke dalam paru-paru. Dari
paru-paru cacing-cacing tambang yang masih muda itu memasuki saluran pernafasan dan terus
ke dalam kerongkongan sehingga tertelan. Dengan cara ini mereka akhirnya memasuki usus
halus dimana mereka mencapai kedewasaan. Kalau jumlah cacing itu kurang dari seratus, maka
belum terlihat gejala. Tetapi kalau jumlahnya lebih dari lima ratus, maka lebih dari empat ribu
ekor cacing terdapat dalam tubuh seorang.''
Satu-satunya cara untuk memastikan infeksi cacing tambang ialah mencari telur-telurnya
didalam tinja, tetapi dalam kebanyakan hal terluhatlah tanda-tanda yang nyata atau gejala-gejala.
Melumuri kulit tangan dan kaki dengan tanah kotor mengakibatkan cacing-cacing halus
menembusi kulit sehingga kulit itu terasa panas dan gata, kemudian timbullah luka-luka dan
bisul berkerak pada kulit. ini disebut gatal tanah, gatal tambang, kaki gatal, ibu jari kaki gatal,
gatal embun atau gatal air. Sementara parasit yang belum dewasa itu bergerak menuju paru-paru,
penderita akan batuk-batuk, sakit kerongkongan dan dahaknya bercampur darah.
Sementara parasit itu bergantung pada dinding usus, dia bertumbuh menjadi dewasa san
timbullah gejala seperti menceret, perut gembung dan rasa tidak enak. Kemudian badan lemah,
pucatm berat badan berkurang, kurang darah dan susah bernafas. Pada anak-anak yang sedang
betumbh, perkembangan mental dan petumbuhan sangat lambat. Dalam hal jumlah cacing yang
terlalu banyak, kaki akan membengkak, demikian juga tubuh, cairan akan betumpuk di dalam
rongga perut. Penderita yang sudah mendapat gejala itu tidak dapat hidup lama kecuali cacing-
cacing itu dikeluarkan dari dalam badannya.
Pencegahan penyakit cacing tambang begitu penting. Orang yang sudah ketularan harus ditolong
untuk membuang cacing-cacing itu dari dalam ususnya dan kemudian diajar untuk memcegah
infeksi berikut. Janganlah menjamah tanah yang telah ketularan cacing dan pakailah alas kaki di
daerah panas. Yang paling utama ialah membuang segala jenis kotoran manusia di dalam tempat
tertutup agar tanah itu tidak ditulari cacing. Kakus-kakus modern atau yang dibangun menurut
aturan kesehatan akan menolong membasmi penyakit cacing tambang.
Harus disebutkan disini satu penyakit yang disebabkan oleh pemindahan jentik-jentik cacing dari
anjing atau kucing yang memiliki cacing tambang. Cacing ini menembusi kulit manusia dan
berpindah-pindah di kulit itu sendiri, biasanya tidak menembus lebih dalam atau tidak bergerak
lebih jauh dari beberapa inchi. Perpindahan itu menimbulkan rasa gatal yang sangat hebat dan
luka-luka merah yang bertahan sampai beberapa bulan, tetapu cacing petualang itu akhirnya mati
dan diserap oleh jaringan. Kalau jumlahnya terlalu besar, akibatnya sangat buruk, apalagi kalau
daerah operasinya di bawah kulit, sang dokter harus menggunakan metode khusu untuk
membasminya. Kalau cacing itu menyusup lebih dalam, tidak ada yang dapat dilakukan kecuali
mengobati gejalanya dan menunggu saat kematian cacing-cacing itu.
2. Stadium Dewasa
Gejala tergantung pada:
a. Spesies dan jumlah cacing
b. Keadaan gizi penderita
Gejala klinik yang timbul bervariasi bergantung pada beratnya infeksi, gejala yang sering
muncul adalah lemah, lesu, pucat, sesak bila bekerja berat, tidak enak perut, perut buncit,
anemia, dan malnutrisi. Tiap cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan A. duodenale 0,08 – 0,34 cc. biasanya terjadi anemia
hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinofilia.
Anemia karena Ancylostoma duodenale dan Necator americanus biasanya berat. Hemoglobin
biasanya dibawah 10 (sepuluh) gram per 100 (seratus) cc darah jumlah erythrocyte dibawah
1.000.000 (satu juta)/mm3. Jenis anemianya adalah anemia hypochromic microcyic. Bukti
adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada biasanya tidak menyebabkan kematian,
tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun.
2.5 Patogenesis
Cacing tambang memiliki alat pengait seperti gunting yang membantu melekatkan dirinya pada
mukosa dan submukosa jaringan intestinal. Setelah terjadi pelekatan, otot esofagus cacing
menyebabkan tekanan negatif yang menyedot gumpalan jaringan intestinal ke dalam kapsul
bukal cacing. Akibat kaitan ini terjadi ruptur kapiler dan arteriol yang menyebabkan perdarahan.
Pelepasan enzim hidrolitik oleh cacing tambang akan memperberat kerusakan pembuluh darah.
Hal itu ditambah lagi dengan sekresi berbagai antikoagulan termasuk diantaranya inhibitor faktor
VIIa (tissue inhibitory factor).
Cacing ini kemudian mencerna sebagian darah yang dihisapnya dengan bantuan enzim
hemoglobinase, sedangkan sebagian lagi dari darah tersebut akan keluar melalui saluran
cerna.28) Masa inkubasi mulai dari bentuk dewasa pada usus sampai dengan timbulnya gejala
klinis seperti nyeri perut, berkisar antara 1-3 bulan. Untuk meyebabkan anemia diperlukan
kurang lebih 500 cacing dewasa. Pada infeksi yang berat dapat terjadi kehilangan darah sampai
200 ml/hari, meskipun pada umumnya didapatkan perdarahan intestinal kronik yang terjadi
perlahanlahan. 22) Terjadinya anemia defisiensi besi pada infeksi cacing tambang tergantung
pada status besi tubuh dan gizi pejamu, beratnya infeksi (jumlah cacing dalam usus penderita),
serta spesies cacing tambang dalam usus. Infeksi A. duodenale menyebabkan perdarahan yang
lebih banyak dibandingkan N. americanus.28) Gejala klinis nekatoriasis dan ankilostomosis
ditimbulkan oleh adanya larva maupun cacing dewasa. Apabila larva menembus kulit dalam
jumlah banyak, akan menimbulkan rasa gatal-gatal dan kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
Gejala klinik yang disebabkan oleh cacing tambang dewasa dapat berupa nekrosis jaringan usus,
gangguan gizi dan gangguan darah
2.6 Diagnosa
Jika timbul gejala, maka pada pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan cacing tambang. Jika
dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu, maka telur akan mengeram dan menetas larva.
2.7 Pengobatan
Pengobatan penyakit cacing tambang dapat dilakukan dengan berbagai macam anthelmintik,
antara lain befenium hidroksinaftoat, tetraldoretilen, pirantel pamoat dan mebendazol. Bila
cacing tambang telah dikeluarkan, perdarahan akan berhenti, tetapi pengobatan dengan preparat
besi (sulfas ferrosus) per os dalam jangka waktu panjang dibutuhkan untuk memulihkan
kekurangan zat besinya. Di samping itu keadaan gizi diperbaiki dengan diet protein tinggi.
2.8 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara Sanitasi lingkungan, diantaranya:
1. Hindari berjalan keluar rumah tanpa memakai alas kaki
Kebiasaan tidak memakai alas kaki merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya infeksi
cacing tambang.
4. Jika anda Ibu, awasi dan jaga anak anda main di Tanah
Dari sifat hidupnya, cacing tambang hidup pada tanah, sangat cepat menular melalui kulit,
melewati epidermis kulit teratas hingga terakhir, anak – anak tentulah sangat mudah untuk
dijadikan media untuk hidup si cacing tambang. Untuk itu perlu awasi anak anda saat bermain di
tanah atau di halaman rumah yang memungkinkan adanya cacing tambang. Jika terlanjur
memanjakan anak anda, lakukan kegiatan prefentif yaitu bersihkan seluruh badan anak dari tanah
sehabis main.
3.1 Kesimpulan
Cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale. Cacing ini berhabitat di usus halus manusia. Necator Americanus menyebabkan
Necatoriasis dan A.duodenale menyebabkan Ankilostomiasis. Dalam sehari N. americanus dapat
bertelur 9.000 butir dan A.duodenale 10.000 butir. Telur yang keluar bersama tinja manusia
ditanah akan menetas setelah 1-1,5 hari, keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3
hari larva rabditiform akan tumbuh menjadi larva fiariform, dan dapat hidup selama 7-8 minggu
didalam tanah. Larva filariform inilah bentuk infektif cacing tambang ini yang dapat menembus
kulit manusia. larva filariform masuk kedalam tubuh manusia melalui pembuluh darah balik atau
pembuluh darah limfa, maka larva akan sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan menuju ke
paru – paru, kemudian alveoli ke broncus, ke trakea dan apabila manusia tersedak maka larva
akan masuk ke oesophagus lalu ke usus halus dan menjadi dewasa (siklus ini berlangsung kurang
lebih dalam waktu dua minggu).
Infeksi ini terjadi didaerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk.
Infeksi cacing ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat desa yang BAB di tanah dan pemakaian
feces manusia sebagai pupuk. Selain lewat kaki, cacing tambang juga bias masuk kedalam tubuh
manusia melalui makanan yang masuk ke mulut.
Gejala yang ditimbulkan, stadium larva menyebabkan kelainan pada kulit (ground itch). Stadium
dewasa tergantung dari spesies dan jumlah cacing serta keadaan gizi penderita.
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat
besi, jika kasus berat dapat diberikan tranfusi darah, dan jika kondisi penderita stabil dapat
diberikan pirantel pamoat dan mabendazol yang digunakan beberapa hari berturut-turut.
Pencegahan yang paling utama yaitu dengan sanitasi lingkungan dengan menjaga pola hidup
bersih.
3.2 Saran
1. Menjaga pola hidup bersih agar terhindar dari penyakit.
2. Segera berobat jika timbul gejala awal, karena penyakit yang sudah kronis akan sulit untuk
disembuhkan.
3. Hindari faktor resiko terinfeksi.
Schistosoma mansoni
Trematoda
Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada
umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma. Pada dasarnya daur hidup
trematoda ini melampui beberapa fase kehidupan, dimana dalam fase tersebut memerlukan
hospes intermedier untuk perkembangannya. Menurut lokasi berparasitnya cacing trematoda
dikelompokkan sbagai berikut:
1) Trematoda pembuluh darah: Schistosoma haematobium, S. mansoni,
S. Japonicum
2) Trematoda paru: Paragonimus westermani
3) Trematoda usus: Fasciolopsis buski, Echinostoma revolutum, E.
ilocanum
4) Trematoda hati: Clonorchis sinensis, Fasciola hepatica, F. gigantica.
Salah satu spesies yang akan kita bahas kali ini adalah Schistomiasis. Tiga spesies
schistosoma tersebut berparasit pada orang, dimana ketiganya struktur bentuknya sama, tetapi
beberapa hal seperti morfologinya sedikit berbeda dan juga lokasi berparasitnya pada tubuh
hospes definitif. S. hematobium dan S. mansoni, banyak dilaporkan menginfeksi orang di Mesir,
Eropa dan Timur Tengah, sedangkan S. japonicum, banyak menginfeksi orang di daerah Jepang,
China, Taiwan, Filippina, Sulawesi, Laos, Kamboja dan Thailand.
Trematoda darah
Trematoda darah merupakan cacing kelas trematoda yang memiliki banyak perbedaan
dengan trematoda lainnya, diantaranya :
Schistosoma mansoni
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Subclass : Digenea
Order : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Species : S. Mansoni
A. Hospes
Nama penyakit : skistosomiasis usus
Hospes definitive : manusia, kera, baboon
Hospes perantara : keong air tawar
B. Distribusi
Untuk distribusi Schistosoma mansoni di daerah Mesir, Afrika barat, Puertorico,
Venezuela dan Brazil. Schistosomiasis di Indonesia, terdapat disekitar danau Lindu, Lembah
Napu dan daerah Besoa (propinsi Sulawesi Tengah) yang merupakan daerah penyebaran
endemis di Indonesia.
Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan penyakit parasitik yang
disebabkan oleh infeksi cacing yang tergolong dalam genus Schistosoma. (Miyazaki, 1991)
Di Indonesia, schistosomiasis disebabkan oleh Schistosoma japonicum ditemukan
endemik di dua daerah di Sulawesi Tengah, yaitu di Dataran Tinggi Lindu dan Dataran
Tinggi Napu. Secara keseluruhan penduduk yang berisiko tertular schistosomiasis
(population of risk) sebanyak 15.000 orang.
Penelitian schistosomiasis di Indonesia telah dimulai pada tahun 1940 yaitu sesudah
ditemukannya kasus schistosomiasis di Tomado, Dataran Tinggi Lindu, Kecamatan Kulawi,
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada tahun 1935. Pada tahun 1940 Sandground dan
Bonne mendapatkan 53% dari 176 penduduk yang diperiksa tinjanya positif ditemukan telur
cacing Schistosoma.
C. Epidemiologi
Penyakit oleh S. mansoni dinamakan schistosomiasis mansoni, Manson’s intestinal
schistosomiasis atau bilharziasis. Infeksi pada manusia hampir semua berasal dari sumber
manusia yang lain, walaupum kera dan baboon pada daerah endemik kadang-kadang
ditemukan terinfeksi.
Ukuran 150 µm
Bentuknya oval , dengan salah satu kutubnya membulat
dan yang lain lebih meruncing
Spina lateral terletak dekat dengan bagian yang membulat
besar dan berbentuk segitiga
Kulit tipis sangat halus
Berwarna kuning pucat
Berisi embrio besar bersilia, diliputi membran (kulit dalam)
Serkaria :
Cacing dewasa
Cacing jantan panjang ±1 cm, gemuk, memiliki 6-9 buah testis,
pinggir lateral saling mengunci oleh duri acuminate, dimana pada
tempat ini lebih panjang dari tempat lain, memiliki kanalis
ginekoporus
Cacing betina panjang ±1,4 cm, langsing, integumen terdapat duri-
duri terutama pada ujung tubuh, letak ovariumdi anterior pertengahan
tubuh, kelenjar vitellaria memenuhi pinggir lateral dari pertenganhan
tubuh, uterus merupakan saluran yang pendek berisi 1-4 butir telur
Daur Hidup
Berawal dari orang yang terinfeksi buang air kecil atau buang air besar di air. Air kencing
atau kotoran mengandung telur cacing. Telur cacing menetas dan cacing pindah ke keong,
Cacing muda pindah dari keong ke manusia. Dengan demikian, orang yang mencuci atau
berenang di air di mana orang yang terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air besar,
maka ia akan terinfeksi.
Mula-mula schistosomiasis menjangkiti orang melalui kulit dalam bentuk cercaria yang
mempunyai ekor berbentuk seperti kulit manusia, parasit tersebut mengalami transformasi
yaitu dengan cara membuang ekornya dan berubah menjadi cacing.
Cacing atau cercaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma) menginfeksi dengan cara
menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung cercaria. Waktu
yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit, larva ini
kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung
kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran darah
besar, ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung
kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing betina meletakkan telur di
pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah, bermigrasi di jaringan
dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih untuk kemudian ditemukan di dalam
tinja atau urin. Telur menetas di dalam air dan larva yang keluar disebut mirasidium.
Mirasidium ini kemudian masuk ke tubuh keong air dan berkembang menjadi cercaria.
1. Jika pembuluh darah pada usus terinfeksi secara kronis : perut tidak nyaman, nyeri,
dan pendarahan (terlihat pada kotoran), yang bisa mengakibatkan anemia.
2. Jika hati terkena dan tekanan pada pembuluh darah adalah tinggi : pembesaran hati
dan limpa atau muntah darah dalam jumlah banyak.
3. Jika kandung kemih terinfeksi secara kronis : sangat nyeri, sering berkemih, kemih
berdarah, dan meningkatnya resiko kanker kandung kemih.
4. Jika saluran kemih terinfeksi dengan kronis : peradangan dan akhirnya luka parut
yang bisa menyumbat saluran kencing.
5. Jika otak atau tulang belakang terinfeksi secara kronis (jarang terjadi) : Kejang atau
kelemahan otot.
G. Pengobatan
1. Emetin (Tartras emetikus)
Pada tahun 1918 Chistopherson mengobati penyakit kala azar dengan tartars emetikus.
Tartars emetikus atau antimon kalium tartrat dapat dikatakan sebagai obat
schistosomisida yang cukup efektif, akan tetapi mempunyai efek amping yang agak
berat, antara lain: mual, muntah, batuk, pusing, sakit kepala, nyeri pada tubuh,
miokarditis yang tampak pada EKG, bradi atau takikardia, syok dan kadang-kadang mati
mendadak.
2. Fuadin Stibofen, Reprodal, Neo-antimosan (Antimony-bispyrocatechin-disulfonic-Na
Compound)
Obat ini pertama kali diperkenalkan di Mesir pada tahun 1929. Obat ini merupakan
trivalent antimony salt yang dapat disuntikkan secara intramuscular sebagai larutan 7%.
Efek sampingnya adalah syok, neuritis retrobulbar, skotoma sentralis dan buta warna.
Sering pula dilaporkan efek samping muntah-muntah, tidak nafsu makan, nyeri tubuh,
sakit kepala, reaksi alergi, syok dan anuria. Hasil penyembuhan adalah 40-47%.