Laman: hadiguna10@gmail.com
ABSTRAK
Masalah yang dihadapi dalam logistik bencana adalah alokasi anggaran dalam transportasi pendistribusian bantuan
dan pengadaan komoditas bantuan bagi pengungsi. Tujuan dari studi ini adalah membangun model simulasi logistik
bencana untuk menganalisis efektivitas alokasi anggaran bencana pada fase tanggap darurat pasca bencana gempa.
Model dibangun berdasarkan situasi nyata yang berada di Kota Padang. Analisis simulasi ini juga dimaksudkan untuk
mengukur efektivitas logistik bencana pada saat terjadi gempa pada 30 September 2009 di Kota Padang. Model ini
mencerminkan sebagian praktek manajemen logistik bencana yang difokuskan pada pendistribusian bantuan dan akibat
yang ditimbulkan oleh bencana. Berbagai skenario telah dirumuskan dalam studi ini dan dianalisis menggunakan model
simulasi yang telah dibangun. Ada dua situasi yang dirumuskan dalam simulasi ini, yaitu bencana gempa dan bencana
gempa diikuti tsunami. Kesimpulan dari hasil simulasi adalah alokasi dana dan transportasi pendistribusian barang
menentukan tingkat efektivitas dibandingkan tingkat kerusakan akibat bencana.
Kata kunci: logistik bencana, simulasi, efektivitas, pendistribusian barang, alokasi dana
ABSTRACT
The problem of disaster logistics determines budget allocation and distribution of relief to the refugees. The purpose
of this research develop a simulation model to analyze the effectiveness of disaster logistics in emergency phase after the
occurred disaster in term of earthquake and tsunami. The model is built based on the real situation when the earthquake has
been occureed in Kota Padang. Simulation analysis is also intended to measure the effectiveness of disaster logistics caused
by earthquake on 30 September 2009 in Padang City. Model represents the best practices of disaster logistics management
that focuses on the distribution of aid and the consequences caused by the disaster. Various scenarios have been formulated
in this study and analyzed using a simulation model that has been built. There are two situations outlined in this simulation
namely the earthquake stand alone and tsunami. The conclusion that logistics effectiveness of relief is determined by the
budget allocation and distribution of goods as compared with the level of damage caused by the disaster.
Key words: disaster logistics, simulation, effectiveness, goods distribution, budget allocation
116
(2006), McLachin dan Larson (2011), Gatignon METODE
dkk. (2010), Kusumastuti dkk. (2010), Rossum dan Objek studi penelitian ini adalah Kota Padang
Krukkert (2010), Tatham dan Houghton (2011), Torre karena daerah ini berada pada kawasan rawan
dkk. (2012). Selain itu, simulasi dan sistim penunjang gempa. Logistik bantuan bencana gempa dan/atau
keputusan diantaranya Hadiguna (2011), Leedkk. tsunami merupakan bencana yang jarang terjadi
(2009), Yi dan Ozdamar (2007) dan Asghar dkk. namun berdampak kerugian yang sangat besar.
(2004). Gempa yang terjadi di pantai barat yang dekat
Tujuan dari studi ini adalah membangun dengan Kota Padang sangat berpotensi tsunami.
model simulasi dinamika sistim sebagai alat Tsunami dapat menimbulkan kerusakan yang sangat
untuk menganalisis efektivitas alokasi anggaran besar dan korban yang banyak.
bencana pada fase tanggap darurat pasca bencana Jenis data yang dikumpulkan adalah data
gempa. Model dibangun berdasarkan situasi nyata sekunder. Pengumpulan data dilakukan di Badan
gempa pada 30 September 2012 di Kota Padang. Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Sistim dinamik dipilih untuk diterapkan karena Padang, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Padang,
berkemampuan memberikan umpan balik. Model Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang. Data
simulasi bertujuan untuk memprediksi efektivitas dikumpulkan adalah jenis-jenis makanan dan moda
logistik. Pemanfaatannya dapat membantu para transportasi yang digunakan, populasi penduduk
pengambil keputusan melakukan perbaikan. Kota Padang disetiap kecamatan, jenis makanan
Dalam situasi bencana, keadaan sosial dapat yang dibutuhkan saat terjadi gempa, laju datangnya
bertambah parah apabila terjadi kelambatan bantuan makanan tahun 2009, buffer stock, banyak
penanganan korban bencana dan pengiriman titik-titik pengungsian dan jaraknya, dan jalur
bantuan. Peran logistik bencana menjadi sangat evakuasi di Kota Padang.
penting dalam situasi ini. Kelemahan utama Tahapan studi adalah pemahaman sistim nyata,
logistik kemanusiaan adalah kurangnya koordinasi formulasi model, verifikasi dan validasi model.
dan prosedur penanganan yang kurang baik. Pemahaman sistim nyata adalah memahami aliran
Hellingrath dan Widera (2011); Widener dan Horner bahan dan aliran informasi dari sistim logistik
(2011) menyatakan bahwa tantangan utama dalam bantuan bencana. Pemahaman sistim logistik ini
logistik kemanusiaan adalah infrastruktur, politik merujuk pada kegiatan-kegiatan logistik bantuan
dan pemerintah. Ini menunjukan pentingnya bencana pada bencana gempa 30 September 2009.
peran kordinasi yang efektif dalam praktek logistik Studi ini menganggap bahwa pemangku kepentingan
kemanusiaan khususnya penanganan korban adalah BPBD dan masyarakat Kota Padang. Ukuran-
bencana alam seperti gempa dan tsunami.
118 Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2012: 116–125
an/atau
n di
ingkat
Pengangkutan untuk pengiriman bantuan U kuran kiner ja log istik bencana yang
dipengaruhi banyak alat angkut yang tersedia, dikembangkan ini adalah efektivitas. Model
kecepatan truk dalam pengiriman barang, kapasitas konseptual tipe diagram causal loop yang dibangun
truk, waktu tempuh truk, waktu bongkar muat dan berdasarkan pemahaman sistim nyata dapat dilihat
jarak lokasi. Pengalokasian banyak truk untuk setiap pada Gambar 4.
kecamatan didasarkan atas banyaknya penduduk. Ukuran utama yang digunakan dalam kinerja
Situasi nyata ini dideskripsikan dalam Gambar 3. logistik bencana dalam studi ini adalah efektivitas
Jumlah penduduk
Jumlah Bantuan netto
APBN Persentase yang Kedatangan Pindah Tsunami
Membutuhkan Laju Kedatangan Relawan Bungus TelukPindah Tsunami
Persentase Relawan
Bantuan Pertumbuhan Kabung Padang Selatan
Bantuan Jumlah Bantuan Pindah Tsunami
Penduduk
Jumlah Penerimaan perhari Lubuk Kilangan
Bantuan Pindah Tsunami
APBD Pindah Tsunami Pindah Tsunami
Padang Timur
Alokasi Bantuan Lubuk Begalung Pindah Tsunami Padang Utara
APBD Rp Jumlah Penduduk
Dana Siap Pakai Kuranji
Laju Pertambahan Laju Pengurangan
Penduduk Penduduk
Permintaan
Pindah Tsunami
Dana Siap Pakai Rp Maksimal Jumlah Pauh
Realisasi Jumlah Bantuan Terkirim Laju Mengungsi
Bantuan Terkirim Prioritas
Total Penduduk
Padang Laju Mengungsi ke
Efektivitas Laju Meninggal Pindah Tsunami
Luar Daerah Jika
Nanggalo
Tsunami
Kemampuan Truk Inventori
Waktu Bongkar Mengangkut delay mengungsi
Kekurangan Laju Meninggal Pindah Tsunami
Muat Pindah Gempa Padang Barat
Bantuan Gempa
Waktu Tempuh Begalung
Kapasitas Muatan
Pindah GempaPindah Tsunami
Kapasitas Truk Laju Meninggal Pindah GempaPadang SelatanKoto Tangah
Tsunami Bungus Teluk
Laju Mengungsi ke
Jarak Kecepatan Truk Pemilihan Kondisi Luar Daerah Jika Kabung
Minimum Alokasi Meninggal Gempa Gempa Gempa
Pindah Gempa
Truk
Lubuk Kilangan
Meninggal Tsunami
Alokasi Truk
Pindah Gempa Pauh
Panggil Kondisi
Kerusakan Maximum Alokasi
Truk Pindah Gempa Pindah Gempa
Kondisi Kerusakan Padang Timur Padang Utara
Jalan Jumlah Truk Pindah Gempa
Meninggal Jika Pindah Gempa Koto Gempa
Pindah Padang Barat
Tsunami Tangah Nanggalo
Pindah Gempa
Pilih Kondisi Kuranji
Kerusakan Meninggal Tsunami
Padang Selatan
Meninggal Jika
Gempa Meninggal Gempa
Lubuk Begalung
Meninggal Tsunami Meninggal Gempa
Lubuk Begalung
Meninggal Tsunami
Meninggal Tsunami Meninggal Tsunami Padang Selatan
Nanggalo Bungus Teluk Lubuk Kilangan
Kabung
Meninggal Tsunami Meninggal Gempa
Meninggal Tsunami Kuranji Meninggal Gempa
Lubuk Kilangan
Padang Utara Meninggal Tsunami delay meninggal Meninggal Gempa Pauh
Padang Timur Kuranji Meninggal Gempa
Meninggal Gempa Padang Utara
Meninggal Tsunami Meninggal Gempa
Nanggalo Meninggal Gempa
Meninggal Tsunami Padang Barat Koto Tangah Meninggal Gempa Padang Timur Meninggal Gempa
Meninggal Tsunami
Koto Tangah Bungus Teluk Padang Barat
Pauh Kabung
120 Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2012: 116–125
Formulasi model secara keseluruhan dapat
dilihat pada Gambar 5. Model tersebut secara
lengkap mendeskripsikan masukan dan keluaran
yang terjadi akibat dari pemicu maupun umpan
balik. Keterkaitan ini digambarkan sebagai level
dan flow.
Verifikasi Model
Verifikasi model dilakukan untuk menjamin
bahwa logika simulasi sudah sesuai dengan yang
ditetapkan. Ada tiga jenis masukan yang dilibatkan
dalam model simulasi ini, yaitu dana bantuan Gambar 6. Grafik Hasil Verifikasi Model
bencana, ketersediaan banyak truk dan kondisi
kerusakan. Dana bantuan dispesifikasikan menjadi Fenomena ini adalah kejadian laju pengungsian
lima hal, yaitu persentase alokasi bantuan untuk ke luar wilayah bencana meningkat dan kembali
makanan dan obat-obatan, besar dana bersumber normal beberapa perioda kemudian. Ini bermakna
dari APBD, besar dana bersumber dari APBN, bahwa terjadi penurunan permintaan. Akhirnya,
besar dana dari bantuan sukarela dan besar dana peningkatan efektivitas terjadi secara linier seiring
siap pakai. Kondisi bencana adalah gempa dan/atau dengan penurunan menuju nol laju pengungsian ke
tsunami dengan keadaan kerusakan sedang atau luar wilayah bencana.
parah.
Verifikasi dilakukan dengan teknik pengujian
Validasi Model
dua situasi yang berbeda secara ekstrim. Situasi
A adalah bencana gempa tanpa tsunami dengan Validasi bertujuan untuk menjamin bahwa
kerusakan sedang. Situasi B adalah bencana gempa model komputer yang dibangun dapat diterapkan
diikuti tsunami dengan kerusakan parah. Ditetapkan (applicable). Teknik data historis digunakan untuk
besar dana bencana Situasi A lebih kecil dari Situasi memvalidasi model. Teknik ini bekerja dengan cara
B. Persentase alokasi untuk makanan dan obat membandingkan hasil simulasi dengan data masa
untuk Situasi B sebesar 100% sedangkan Situasi A lalu. Data masa lalu yang digunakan adalah jumlah
sangat kecil sekali. Ketersediaan truk untuk Situasi bantuan dan data jumlah penduduk meninggal di
A lebih sedikit dibandingkan Situasi B. setiap kecamatan berdasarkan hasil simulasi dengan
Dua situasi diatas harus memperlihatkan data pada saat terjadi gempa tahun 2009.
efektivitas yang nyata berbeda secara logis. Verifikasi Barang bantuan bencana diperoleh dengan
dibantu dengan tampilan grafik ukuran efektivitas. menjumlahkan seluruh bantuan yang terealisasi
Simulasi dipersiapkan selama 60 hari sesuai pada model, kemudian membandingkannya dengan
dengan lingkup studi untuk fase tanggap darurat. penjumlah dari model. Masukan model merupakan
Hasil simulasi untuk verifikasi dapat dilihat pada data yang ada di lapangan. Total bantuan pada
Gambar 6. model dan kondisi nyata berbeda sekitar 0,0032%.
Hasil verifikasi menunjukan bahwa model telah Nilai perbedaan ini sangat kecil sehingga model
bekerja sesuai dengan logika yang dirumuskan. disimpulkan valid.
Situasi B adalah tipe bencana yang sangat besar Va l i d a s i l a i n n y a d i l a k u k a n d e n g a n
(katastropik) dibandingkan Situasi A. Tentunya, membandingkan keluaran model untuk banyak
efektivitas logistik bantuan bencana akan lebih korban jiwa akibat bencana. Perbandingan
tinggi pada Situasi A dibandingkan Situasi B. Logika keluaran model dan kondisi nyata dapat dilihat pada
ini terbukti pada hasil simulasi. Gambar 7. Hasil simulasi menunjukan ada kesamaan
Hasil verifikasi lainnya adalah bentuk grafik antara banyak korban jiwa di setiap kecamatan
yang mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. berdasarkan data masa lalu dan model.
Hal ini menunjukan bahwa laju pasokan bantuan Teknik validasi ini diterapkan dengan asumsi
yang meningkat akan meningkatkan tingkat bahwa alokasi dana bantuan bencana mempunyai
efektivitas bantuan. Pada periode t=1,2,3,4 terlihat pengaruh terhadap pengurangan banyak korban
bentuk grafik yang meningkat dan menurun secara akibat bencana. Besar dana bantuan adalah variabel
drastis. independen yang dimasukan sebagai pemicu dan
122 Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2012: 116–125
Selain itu, simulasi juga dilakukan dengan
membandingkan efektivitas antar situasi yang
mirip, yakni Skenario 1 dan 4, Skenario 2 dan
5, Skenario 3 dan 6. Hasil simulasi dapat dilihat
pada Gambar 9, Gambar 10 dan Gambar 11
secara berurutan. Hasilnya justru efektivitas pada
situasi bencana gempa diikuti tsunami lebih tinggi
dibandingkan bencana gempa tanpa tsunami.
Penyebabnya adalah tingkat permintaan dari kedua
situasi tersebut. Aksi eksodus masyarakat korban
bencana untuk ke luar wilayah mengakibatkan
tingkat permintaan lebih kecil dibandingkan situasi
lainnya. Artinya, efek psikologi akibat bencana
gempa diikuti tsunami sangat besar pengaruhnya Gambar 12. Perbandingan Efektivitas Skenario 3 dan 6
bagi masyarakat korban bencana. Karakteristik ini
telah berhasil digambarkan oleh model simulasi yang Apabila sudah ada maka model logistik dapat
dikembangkan dalam studi ini. dikembangkan dengan menjadikan seluruh lokasi
pengungsian untuk dilayani.
bantuan Studi simulasi dimaksudkan menganalisis
kebijakan alokasi dana untuk pengadaan makanan
dan obat-obatan dalam fase tanggap darurat. Sumber
masukan utamanya adalah besar dana bantuan
yang diperoleh dari berabgai sumber. Asumsi yang
digunakan adalah nilai efektivitas mencerminkan
pengurangan korban kematian akibat bencana.
Besar alokasi dana untuk makanan dan obat-obatan
harus di trade off dengan kebutuhan lainnya seperti
perbaikan infrastruktur dan pengadaan komoditas
lainnya. Hal ini mengarahkan pada pentingnya
Gambar 10. Perbandingan Efektivitas Skenario 1 dan 4 mendapatkan kombinasi optimal pengalokasian
dana bencana yang tersedia dalam beberapa jenis
kebutuhan.
S a l a h s at u sken a r io si mu l a si ad a l a h
mengalokasikan seluruh dana yang tersedia untuk
pengadaan makanan dan obat-obatan. Kebijakan ini
menghasilkan nilai efektivitas sebesar satu. Nilai
satu berarti seluruh permintaan mampu dipenuhi.
Dengan demikian, korban akibat bencana dapat
dikurangi mendekati tidak ada tambahan korban
jiwa tambahan. Tentunya, alokasi sebesar seratus
persen menjadi kurang realistis. Sebab, alokasi dana
bencana dimaksudkan untuk mendukung seluruh
kegaitan logistik, bukan hanya pengadaan makanan
dan obat-obatan saja.
Gambar 11. Perbandingan Efektivitas Skenario 2 dan 5 Simulasi sistim logistik yang dikembangkan
dalam studi ini telah mengacu pada tipe agile logistics.
Tingkat efektivitas yang ditampilkan dari hasil Fase tanggap darurat bertujuan mengurangi banyak
simulasi adalah rata-rata efektivitas dari seluruh korban akibat bencana. Para korban yang luka parah
lokasi pengungsian. Ada sebelas daerah yang sepatutnya dapat diselamatkan apabila pasokan obat-
ditetapkan sebagai lokasi pengungsian. Model logistik obatan yang dibutuhkan dapat didistribusikan tepat
yang dikembangkan dalam studi ini menjadikan waktu. Demikian juga dengan pangan, para korban
seluruh kecamatan sebagai daerah pengungsian. dapat terhindar dari berbagai penyakit apabila
Sampai saat ini, jejaring logistik bencana gempa dan menerima pangan tepat waktu. Prinsip ini dikenal
tsunami di Kota Padang belum ada yang definitif. dengan istilah responsiveness.
124 Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2012: 116–125
Hellingrath, B., dan Widera, A., 2011. Survey on Major Sheu., 2007. An Emergency Logistics Distribution Approach
Challenges in Humanitarian Logistics. Proceedings for Quick Response to Urgent Relief Demand in
of the 8th International ISCRAM Conference, 1–5. Disasters. Transportation Research Part E, 43,
Kongsomsaksakul, S., Yang, C., dan Chen, A., 2005. Shelter 687–709.
Location-Allocation Model for Flood Evacuation Tatham, P., dan Houghton, L., 2011. The Wicked Problem
Planning. Journal of the Eastern Asia Society for of Humanitarian Logistics and Disaster Relief Aid.
Transportation Studies, 6, 4237–4252. Journal of Humanitarian Logistics and Supply Chain
Kusumastuti, R. D., Wibowo, S. S., dan Insanita, R., 2010. Management, 1, 15–31.
Relief Logistics Practices in Indonesia: A Survey. Torre, L. E. de la, Dolinskaya, I. S., dan Smilowitz, K. R.,
The 5th International Conference on Business and 2012. Disaster Relief Routing: Integrating Research
Management Research (ICBMR), 1–18. and Practice: Socio-Economic Planning Sciences, 46,
Lee, Y. M., Ghosh, S., dan Ettl, M., 2009. Simulating 88–97.
Distribution of Emergency Relief Supplies for Disaster Widener, M. J., dan Horner, M. W., 2011. A Hierarchical
Response Operations. Proceedings of the 2009 Winter Approach to Modeling Hurricane Disaster Relief
Simulation Conference, 2797–2808. Goods Distribution. Journal of Transport Geography,
McLachlin, R., dan Larson, P. D., 2011. Building 19, 821–828.
Humanitarian Supply Chain Relationships: Lessons Whybark, D. C., 2007, Issues in Managing Disaster Relief
from Leading Practitioners. Journal of Humanitarian Inventories. International Journal Production
Logistics and Supply Chain Management, 1, 32–49. Economics, 108, 228–235.
Ozbay, K., dan Ozguven, E. E., 2009. Stochastic Yi, W., dan Kumar, A., 2007. Ant Colony Optimization for
Humanitarian Inventory Control Model for Disaster Disaster Relief Operations. Transportation Research
Planning: Transportation Record. Journal of the Part E, 43, 660–672.
Transportation Research Board, 2022/2007, 63–75. Yi, W., dan Ozdamar, L., 2007. A Dynamic Logistics
Rossum, J. V., dan Krukkert, R., 2010. Disaster Coordination Model for Evacuation and Support in
Management in Indonesia: Logistical Coordination Disaster Response Activities. European Journal of
and Cooperation to Create Effective Relief Operational Research, 179, 1177–1193.
Operations. Jurnal Teknik Industri UK Petra, 12,
25–32.