Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu dan mengerti tentang “Asuhan Kebidanan
Maternitas dengan Solusio Plasenta dan Rujukannya”. penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing.
Penyusunan makalah ini kita ketahui belum sempurna. Oleh karena itu
semua kritik dan saran dan pendapat akan di terima dengan terbuka.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Makassar , Maret 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah


separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)
dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam
plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat
nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam
masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.

Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada


plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar
melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang
sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.

Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-
kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun,
15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai
penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin
bertambahnya usia ibu.

Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit


menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis
dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin,
perdarahan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap.
Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa
gejala kombinasi.Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif
umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang
pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi
mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga
cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi
baru lahir.

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi solusio plasenta.


2. Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta.
3. Untuk mengetahui etiologi dari solusio plasenta
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan solusio plasenta.
5. Untuk mengetahui gejala dari solusio plasenta.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari solusio plasenta.
7. Cara melakukan deteksi terhadap kemungkinan solusio plasenta
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari solusio plasenta
9. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari solusio plasenta.
10. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk solusio plasenta.
11. Cara rujukan dari solusio plasenta.

C. Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberikan sedikit informasi


kepada mahasiswa tentang solusio plasenta sampai rujukan pasien dengan solusio
plasenta.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada


fundus uteri/korpus uteri sebelum janin lahir (PB POGI,1991). Solusio plasenta
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus
sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin
di atas 500 gr (Rustam 2002 ).
Solusio plasenta adalah : terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
yang normal dari uterus,sebelum janin dilahirkan.defenisi ini berlaku pada
kehamilan dengan usia kehamilan (masa gestasi ) di atas 22 minggu atau berat
janin diatas 500 gr. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan
dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter (Saefuddin
AB,2006). Menurut sarwono prawirohardjo, 2009 Solusio plasenta adalah
terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus,sebelum
janin dilahirkan.
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada
korpus uteri sebelum bayi lahir. dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan.
Terlepasnya plasenta dapat sebagian (parsialis),atau seluruhnya(totalis) atau hanya
rupture pada tepinya (rupture sinus marginalis) (dr.Handayo,dkk)
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di
korpus uteri yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin
dilahirkan. ( Nita Norma, 2013).
Nama lain dari Solutio Plasenta adalah:
 Abrupsio Plasenta
 Ablasio Plasenta
 Accidental Haemorarrhge
 Premature Separation Of The Normally Implanted Placenta
Dari beberapa definisi diatas dapat kami simpulkan bahwa solusio plasenta
adalah lepasnya plasenta dari implantasi normal sebelum waktunya yang terjadi
pada usia kehamilan antara 20 – 28 minggu

2. Klasifikasi Solusio Plasenta.

Menurut Nita Norma ( tahun 2013 hal 213- 215 ) solusio plasenta di
klasifikasikan menjadi beberapa tipe :
 Berdasarkan gejala klinis yang ditimbulkan :
a. Kelas 0 : Asimptomatik. Diagnosa ditegakkan secara retrospektif
dengan menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan
pada plasenta. Ruptur sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.

b. Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat pada hampir 48 % kasus.


Gejala meliputi tidak ada perdarahan pervaginam sampai perdarahan
pervaginam ringan, uterus sedikit tegang, tekanan darah dan denyut
jantung maternal normal, tidak ada koagulopati dan tidak ditemukan tanda
– tanda fetal distress.

c. Kelas 2 : gejala klinik sedang dan terdapat ± 27 % kasus. Perdarahan


pervaginam bisa ada atau tidak ada, ketegangan uterus sedang sampai
berat dengan kemungkinan kontraksi tetanik, takikardi maternal dengan
perubahan ortostatik tekanan darah dan denyut jantung, terdapat fetal
distress dan hipofibrinogenemi ( 150 – 250 mg/dl).

d. Kelas 3 : gejala berat dan terdapat pada hampir 24 % kasus, perdarahan


pervaginam dari tidak ada sampai berat , uterus tetanik dan sangat nyeri,
syok maternal, hipofibrinogemi ( < 150 mg/dl ), koagulopati serta
kematian janin.
 Berdasarkan ada tidaknya perdarahan pervaginam :
a. Solusio plasenta yang nyata / tampak ( revealed )
Terjadinya perdarahan pervaginam, gejala klinis sesuai dengan jumlah
kehilangan darah, tidak terdapat ketegangan uterus, atau ringan.
b. Solusio plasenta yang tersembunyi ( concealed)
Tidak terdapat perdarahan pervaginam, uterus tegang dan hipertonus, sering
terjadi fetal distres berat. Tipe ini sering disebut retroplasental.
c. Solusio plasenta tipe campuran ( mixed )
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam, uterus tetanik.
 Berdasarakan jumlah perdarahan yang terjadi :
a. Solusio plasenta ringan : perdarahan pervaginam < 100 ml.
b. Solusio plasenta sedang : perdarahan pervaginam 100 – 500 ml,
hipersensititas uterus atau peningkatan tonus, syok ringan, dapat terjadi fetal
distres.
c. Solusio plasenta berat : perdarahan pervaginam luas > 500 ml, uterus tetanik,
syok maternal sampai kematian janin dan koagulopati.
 Berdasarkan luasnya plasenta yang terlepas dari uterus :
a. Solusio plasenta ringan : kurang dari ¼ bagian plasenta terlepas. Perdarahan
kurang dari 250 ml.
b. Solusio plasenta sedang : plasenta yang terlepas ¼ - 2/3 bagian. Perdarahan <
1000 ml, uterus tegang, terdapat fetal distress akibat insufisiensi
uteroplasenta.
c. Solusio plasenta berat : plasenta yang terlepas > 2/3 bagian, perdarahan >
1000 ml, terdapat fetal distress sampai dengan kematian janin, syok maternal
koagulopati.

3. Etiologi

Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas.
Meskipun demikian,beberapa hal di bawah ini di duga merupakan factor-faktor
yang berpengaruh pada kejadiannya,antara lain sebagai berikut :
Hipertensi esensial atau preeklampsi.
Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup,tendangan anak yang sedang
di gendong.
Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
Uterus yang sangat kecil.
Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun
Ketuban pecah sebelum waktunya.
Mioma uteri.
Defisiensi asam folat.
Merokok,alcohol,dan kokain.
Perdarahan retroplasenta.
Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gamely.

Factor-faktor yang mempengaruhi solusio plasenta antara lain sebagai berikut :


1) Factor vaskuler (80-90%) yaitu toksemia gravidarum ,glomerulonefritis
kronik,dan hipertensi esensial. Adanya desakan darah yang tinggi membuat
pembuluh darah mudah pecah sehingga terjadi hematoma retroplasenter dan
plasenta sebagian terlepas.
2) Factor trauma.
Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidromnion dan gamely.. Tarikan
pada tali pusat yang pendek akibat dari pergerakan janin yang
banyak/bebas,atau pertolongan persalinan.
3) Factor paritas
Lebih banyak dijumpai pada multi dari pada primi. Holmer mencatat bahwa
dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 18 primi.
4. Patofisiologi Solusio Plasenta.

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum
terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah
plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di dapatkan cekungan pada permukaan
maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.

Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus


yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan
bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus.
Sebagian darah akan menyeludup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina
atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau
mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.

Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan uterus


akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut terasa
sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan
retroplasenter,maka banyak trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah
ibu,sehinga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana,yang akan
menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi
hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di
uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya.

Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding
uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia
sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang
terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama sekali,atau juga akan mengakibatkan
gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa gangguan pembekuan
darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin. Makin lama penanganan solusio plasenta
sampai persalinan selesai,umumnya makin hebat komplikasinya.

Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan


keluar antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks
hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang darah
tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom
retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau
perdarahan tersembunyi.

Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang


lebih khas karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume
uterus. Umumnya lebih berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak
sesuai dengan beratnya syok. Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal
dari ibu,namun dapat juga berasal dari anak.

5. Gejala Solusio Plasenta

Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :


1) Perdarahan yang disertai nyeri.
2) Anemia dan syok,beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
3) Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim
teregang (uterus en bois).
4) Fundus uteri makin lama makin baik.
5) Bunyi jantung biasanya tidak ada.
6) Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim
bertambah).
7) Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklampsi.
6. Komplikasi Solusio Plasenta.

Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan
criteria :
1. Komplikasi pada ibu
a. Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah
sampai keadaan syok,perdarahan tidak sesuai keadaan penderita
anemis sampai syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.
b. Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti
hemolisis,terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen
dapat mengganggu pembekuan darah.
c. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan
dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
d. Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat
terjadi infiltrasi darah ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi
dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,kegagalan
pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.
e. Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta merupakan penyebab
koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
f. Utero renal reflex
g. Ruptur uteri
2. Komplikasi pada janin
a. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan
yang tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan
nutrisi kearah janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian
janin dalam rahim tergantung pada beberapa sebagian placenta telah
lepas dari implantasinya di fundus uteri.
b. Kelainan susunan system saraf pusat
c. Retardasi pertumbuhan
7. Cara Melakukan Deteksi Terhadap Kemungkinan Solusio Plasenta

1) amannesis,yakni : ibu mengeluh terjadi perdarahan disertai sakit yang tiba-


tiba diperut untuk menentukan tempat terlepasnya plasenta. Perdarahan
pervaginam dengan berupa darah segar dan bekuan-bekuan darah.
Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
(tidak bergerak lagi). Kepala pusing,lemas,pucat,pandangan berkunang-
kunang,ibu kelihatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yang
keluar. Kadang0kadang ibu dapat menceritakan trauma.
2) Perika pandang (inspeksi ): pasien tampak gelisah,pasien terlihat
pucat,sianosis dan keringat dingin,terlihat darah keluar pervaginam.
3) Pada saat palpasi : didapatkan hasil fundus uteri teraba naik karena
terbentukmya retroplasenta hematoma,uterus tidak sesuai dengan
kehamilan: uterus teraba tegang dank eras seperti papan disebut uterus in
bois (wooden uterus baik waktu his maupun di luar his),nyeri tekan
terutama ditempat plasenta,bagian-bagian janin sudah dikenali,karena perut
(uterus) tegang.
4) Auskultasi sulit,karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar
biasanya di atas 140 x/menit,kemudian turun dibawah 100 x/menit dan
akhirnya hilang biila plasenta yang terlepas dari sepertiganya.
5) Pada pemeriksaan dalam teraba servik biasanya lebih terbuka atau masih
tertutup. Kalau servik sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol
dan tegang,baik sewaktu his maupun diluar his,kalu ketuban sudah pecah
dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan turun ke bawah dan
pemeriksaan disebut prolapsus plasenta.
6) Hasil pemeriksaan umum : tekanan darah semula mungkin tinggi karena
pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,tetapi lambat laun turun dan
pasien jatuh syok,nadi cepat dan kecil filiformis.
7) Pemeriksaan laboratorium : urin : protein (+) dan reduksi (-),albumin (+)
pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit. Darah : hemoglobin
(Hb) anemi, pemeiksaan golongan darah,kalau bisa cross match tets.
8) Pemeriksaan plasenta sesudah bayi dan plaseta lahir,maka kita harus
memeriksa plasentanya. Biasanya plasenta tampak tipis dan cekung
dibagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulan atau darah
dibelakang plasenta yang disebut hematoma retroplasenter.
8. Penatalaksanaan Solusio Plasenta

Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta,pada prinsipnya adalah


anak :
1. Mencegah kematian ibu
2. Menghentikan sumber perdarahan
3. Jika janin masih hidup,mempertahankan dan mengusahakan janin lahir
hidup

Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :

1) Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur


keseimbangan cairan
2) Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan
infuse dan transfuse darah segar
3) Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot Observation
Test/test pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine lengkap,fungsi
ginjal
4) Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
5) Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea.
Yang tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan
lahirnya plasenta,berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
6) Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah
segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring
berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin
7) Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis
ginjal (reflek utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di tempat
pelayanan kesehatan tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre-syok dan
mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya.

Mengingat komplikasi yang dapt terjadi yaitu perdarahan banyak dan syok
berat hingga kematian,atonia uteri,kelainan pembekuan darah dan oliguria. Maka
sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera
melakukan rujukan ke rumah sakit.

9. Manifestasi Klinis Solusio Plasenta.

Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri di perut yang terus menerus, warna
darah merah kehitaman.
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang
(wooden uterus).
3. Palpasi janin sulit karena rahim keras
4. Fundus uteri makin lama makin naik
5. Auskultasi DJJ sering negatife
6. Kala uri pasien lebih buruk dari jumlah darah yang keluar
7. Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)
8. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas.
Sebagai contoh, perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan
plasenta belum begitu luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau
dapat juga terjadi perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas
seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman
bahaya yang jauh lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat
kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi, namunjuga akibat intensitas
perdarahan yang tidak diketahui sehinga pemberian transfusi sering tidak
memadai atau terlambat
10. Pemeriksaan Penunjang Solusio Plasenta.

a. Laboratorium: Hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu protrombin, waktu


pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen, gen
elektrolitplasenta. CBC, C T, BT, Elektrolit(bila perlu).
b. Keadaan janin: Kardiootokografi, Doppler, Laennec.
c. USG: Menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin
secarakeseluruhan.

11. Cara Rujukan Solusio Plasenta.

Dalam melakukan rujukan,bidan dapat memberikan pertolongan darurat dengan :

1) Memasang infus
2) Tampa melakukan pemeriksaan dalam
3) Menyertakan petugas dalam merujuk pasien
4) Mempersiapkan donor darah dari keluarga/masyarakat
5) Mentyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalm
pemberian pertolongan pertama.

Section caesaria : indikasi section saesaria dapat dilihat dari sisi ibu dan
/atau anak. Tindakan section caesaria dipilih bila persalinan diperkirakan tidak
akan berakhir dalam waktu singkat (dengan dilatasi 3-4 cm kejadian solusio
plasenta pada nulipara).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan :
1) Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan
keluar antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar
dari serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan
terbuka.Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang
plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini
disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.
2) Indikasi section saesaria dapat dilihat dari sisi ibu dan /atau anak.
Tindakan section caesaria dipilih bila persalinan diperkirakan tidak
akan berakhir dalam waktu singkat (dengan dilatasi 3-4 cm kejadian
solusio plasenta pada nulipara).
3) Sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solusio plasenta
adalah segera melakukan rujukan ke rumah sakit.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah sebagai
referensi dan sumber kepustakaan yang bermanfaat bagi mahasiswa
Jurusan DIV Kebidanan Universitas Megarezky Makassar.
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani,Anik.2012. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.Jakarta


:TIM

https://www.academia.edu/10719471/Solusio-plasenta

https://dokumen.tips/download/link/makalah-solusio-plasenta-55c3b81122299

Anda mungkin juga menyukai