DISUSUN OLEH :
KELAS : B
PRODI MANAJEMEN
Islam menempatkan manusia itu tidak saja dalam dimensi individu, akan tetapi
juga dalam dimensi sosial sebagai anggota masyarakat. Manusia pula diciptakan
bukan untuk berjalan sendiri melainkan diciptakan untuk hidup secara damai dan
berdampingan dengan makhluk hidup yang ada di sekelilingnya. Manusia pada
hakekatnya adalah cipataan Allah yang hampir sempurna, terlebih lagi manusia
mulia yang telah diutus oleh Allah SWT ke muka bumi, yaitu Nabi Agung
Muhammad SAW. Beliau adalah manusia mulia yang mengemban tugas penting
bagi seluruh alam. Beliau lah seseorang yang diutus untuk menyampaikan risalah-
Nya kepada seluruh manusia di muka bumi. Terebih risalah Allah yang memuat
esensi perintah dan larangan Allah SWT. Salah satunya, adalah risalah perintah
untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran. Inilah yang
nantinya menjadi kewajiban bagi seluruh manusia untuk melaksanakannya.
Kewajiban ini pun mutlak harus dikerjakan oleh seluruh manuisa khususnya umat
Islam. Dimanapun dan kapanpun perintah ini akan tetap eksis dan menjadi salah
satu tugas umat Islam dalam menegakkan tiang agama. Memerintahkan hal yang
baik dan mencegah hal yang mungkar (amar ma'ruf nahi munkar) merupakan
kewajiban yang harus dilakukan oleh semua orang. Karena hal ini telah menjadi
salah satu syi'ar dakwah agama Islam yang harus selalu dijunjung dan ditegakkan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis akan membahas konsep amar ma'ruf
nahi munkar itu sendiri beserta hukum, rukun, bentuk, dan macamnya menurut
beberapa pakar ilmuan muslim. Dalam makalah ini pula akan dipaparkan
beberapa contoh yang dapat dijadikan bahan refleksi untuk implementasi amar
ma'ruf nahi munkar dalam era kehidupan modern.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep amar ma'ruf nahi munkar dengan
benar.
2. Untuk mengetahui hukum dan rukun amar ma'ruf nahi munkar dengan benar.
3. Untuk mengetahui berbagai bentuk dan macam amar ma'ruf nahi munkar.
4. Untuk memahami penjelasan amar ma'ruf nahi munkar menurut Al-Qur'an dan
Hadits.
1.4 Manfaat
1. Memperoleh wawasan yang luas dan pemahaman yang dalam mengenai amar
ma'ruf nahi munkar beserta rukun, bentuk, dan macamnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Abul Ala al-Maududi menjelaskan: bahwa tujuan yang utama dari syariat ialah
untuk membangun kehidupan manusia di atas dasar marifat (kebaikan-kebaikan)
dan membersihkannya dari hal-hal yang maksiat dan kejahatan-kejahatan.
Ada yang berpendapat, al-Ma'ruf adalah suatu nama yang mencakup setiap
perbuatan dikenal sebagai suatu ketaatan dan pendekatan diri kepada Allah dan
berbuat baik (ihsan) kepada manusia. Sedangkan al-Munkar sebaliknya.
Ruang lingkup amar maruf dan nahi munkar sangat luas sekali, baik dalam aspek
aqidah, ibadah, akhlaq maupun muamalat (sosial, politik, ekonomi, ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya, dsb.
1. Al-Muhtashib
Yaitu pelaksana amar ma'ruf nahi mungkar. Ia adalah orang mukallaf, muslim dan
orang yang sanggup. Maka keluar dari padanya anak kecil, orang kafir, dan orag
yang lemah.
2. Hisbah
Yaitu setiap perbuatan yang ada sekarang yang terang bagi muhtasib (pelaku
hisbah) dengan tanpa mengintai serta diketahui adanya perbuatan munkar tanpa
ijtihad. Maka ini ada empat syarat:
Syaratnya adalah bahwa muhtasab alaih dengan sifat yang menjadikan perbuatan
yang dilarang daripadanya itu munkar dan sedikit-sedikitnya apa yang mencukupi
dalam hal itu adalah bahwa ia adalah manusia dan tidak disyaratkan bahwa ia
seorang mukallaf.
4. Hakikat Ihtisab
1. Ta'arruf
2. Ta'rif (Pemberitahuan)
3. Larangan dengan pengajaran dan nasihat serta menakuti terhadap Allah SWT.
7. Langsung memukul dengan tangan, kaki dan lainnya dari apa saja yang tidak
ada padanya penggunaan senjata .
1. Kemunkaran-kemunkaran Masjid
2. Kemunkaran-kemunkaran Pasar
5. Kemunkaran-kemunkaran Pertamuan
Di antaranya adalah menghemparkan kain sutra bagi laki-laki, maka itu haram.
Begitu pula berkumpulnya wanita di bagian atas rumah untuk melihat laki-laki
manakala di kalangan laki-laki itu ada pemuda-pemuda yang dikhawatirkan
timbul fitnah dari mereka. Begitu pula kalau ada orang laki-laki yang memakai
pakaian sutera atau cincin emas. Maka ini orang fasiq, tidak boleh duduk
bersamanya tanpa dharurat. Begitu pula jika pada perjamuan terdapat orang
pembuat tertawa dengan cerita-cerita dan bermacam-macam kelangkaan maka
kalau ia membuat tertawa dengan perkataan keji dan dusta, maka tidak datang dan
pada saat itu wajib inkar kepadanya .
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perintah Amar Ma'ruf Nahi Munkar dalam Al-Qur'an dan Hadits
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung"
Adh-dhahhak berkata: “Mereka itu adalah khusus para sahabat, khusus para
mujahidin dan ulama.”
Abu Ja’far al-baqir berkata: “Rasulullah pernah membaca ayat وُلتكن منكم أمة يدعوُن
إلىَ الخير. Lalubeliau bersabda:
Maksud dari ayat ini, hendaklah ada segolongan dari ummat yang siap memegang
peran ini, meskipun hal itu merupakan kewajiban bagi setiap individu ummat
sesuai dengan kapasitasnya, sebagaimana ditegaskan dalam kitab Shahih Muslim,
dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
وُلتكن منكم أمة يدعوُن إلىَ الخيرDan hendaklahada di antara kamu segolongan ummat
yang menyeru kepada kebajikan, maksud nya disini adalah agama islam, وُيأمروُن
باِلمعروُف وُينهوُن عن المنكرMenyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada dari
yang munkar, Mereka itu yakni orang orang yang menyeru, menyuruh, dan
mencegah. هم المفلحوُنmereka adalah orang-orang yang beruntung.Yaitu orang-
orang yang memperoleh kemenangan.
Kata منmengandung makna التبعيضsebagian. Karena apa yang disebutkan di sini
merupakan fardhu kifayah yang tidak mengikat seluruh umat dan tidak patut
dilakukan oleh semua orang seperti orang yang bodoh (tidakberilmu). Namun ada
yang berpendapat bahwa kata مممنitu berstatus zaidah (tambahan). Maksudnya
hendaklah kamu semua menjadi umat.
يِ الممملذيِ ينلجممحدوُننهح نمفكحتوُببمماِ لعفنممندهحفم فلمميِ التمممفوُنرالة نوُا ف للفنلجيمملل ينممأفحمحرهحفم بلمماِفلنمفعحروُ ل
ف يِ افلحمممم م
الملذينن ينتمبلحعوُنن المرحسوُنل النمبل م
تصممنرهحفم نوُافلنفغنلنل المتلمميِ نكمماِنن ف ضممحع نعفنهحممفم إل ف ث نوُين ن ت نوُيحنحمرحم نعلنفيلهممحم افلنخبنمماِئل ن
نوُينفننهاِهحفم نعلن افلحمفننكلر نوُيحلحلِل لنهححم الطميمنباِ ل
صحروُهح نوُاتمبنحعوُا اللِنوُنر الملذيِ أحفنلزنل نمنعهح حأوُلنئل ن
ك هححم افلحمففللححوُنن نعلنفيلهفم نفاِلملذينن نءانمحنوُا بلله نوُنعمزحروُهح نوُنن ن
"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang
menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang
yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya
yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang
yang beruntung"
يِ افلحمم م
يِ الملذيِ ينلجحدوُننهح نمفكحتوُبباِ لعفنندهحفم لفيِ التمفوُنرالة نوُا ف للفنلجيلل ))الملذينن ينتمبلحعوُنن المرحسوُنل النمبل م
Ibnu Jarir meriwayatkan dari `Atha bin Yasar, ia mengatakan, aku pernah bertemu
dengan Abdullah bin Amr, lalu kukatakan: Beritahukan kepadaku mengenai
sifat Rasulullah saw. yang terdapat di dalam Taurat! la menjawab: Baiklah, demi
Allah, beliau disifati di dalam Taurat sama dengan sifat beliau di dalam al-Quran:
Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa berita
gembira, dan pemberi peringatan, juga sebagai pelindung bagi kaum ummiyyin
(orang-orang yang tidak dapat membaca dan menulis). Engkau adalah hamba dan
Rasul-Ku. Sebutanmu al-Mutawakkil (yang berserah diri), tidak berperangai jahat
dan kasar, serta tidak diwafatkan Allah sehingga (sebelum) ia dapat menegakkan
agama yang telah menyimpang dengan mengajak mereka mengucapkan, bahwa
tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) melainkan hanya Allah semata. Yang
dengannya ia membuka quluuban ghulfan wa adzanan shumman wa ayanan
amiyyan (hati yang tertutup, telinga yang tuli dan mata yang buta)
Selanjutnya `Atha berkata: Lalu kutemui Kaab dan kutanyakan hal tersebut
kepadanya, namun jawabannya tidak berbeda, hanya saja ia meIjawab: Telah
datang kepadaku, lalu ia berkata: quluuban ghuluufiyan wa adzanan
shumuumiyan wa ayanan amuumiyan (hati yang tertutup, telinga yang tuli dan
mata yang buta).
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Shahihnya, dari Muhammad
bin Sinan, Fulaih, dari Hilal bin Ali. Dan ia menyebutkan hadits yang sama
dengan isnadnya. Dan setelah ungkapannya: Tidak berperangai jahat dan kasar,
ia menambahkan: Dan tidak suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas
keburukan dengan keburukan, akan tetapi ia suka memaafkan dan mengampuni.
Di antara yang terpenting dan paling agung dari pengutusan beliau adalah perintah
untuk beribadah kepada-Nya semata, yang tiada sekutu bagi-Nya serta larangan
untuk beribadah kepada selain-Nya. Sebagaimana hal itu telah diemban oleh
seluruh Rasul sebelum beliau. Allah Taala berfirman yang artinya: Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat [untuk
menyerukan]: Beribadahlah kepada Allah saja dan jauhilah thaghut. (an-Nahl:
36)
Dari Abu Humaid dan Abu Usaid ra. bahwasannya Rasulullah saw. telah bersabda:
Jika kalian mendengar hadits dariku, sedang hati kalian dapat mengenalnya,
perasaan dan kulit kalian pun dapat menerimanya dan kalian memandang bahwa
ia (hadits) itu sangat dekat dari kalian, maka aku adalah orang yang paling
pertama dekat dengannya daripada kalian. Dan jika kalian mendengar sebuah
hadits dariku, sedang hati kalian menolaknya, serta perasaan dan kulit kalian pun
menjauhinya dan kalian memandang bahwa ia (hadits) itu sangat jauh dari kalian,
maka aku adalah orang yang paling jauh darinya daripada kalian.” (HR. Imam
Ahmad, dengan isnad jayyid, tetapi tidak dikeluarkan oleh seorang pun dari
penulis kitab hadits lainnya)
Ali bin Abi Thalhah menuturkan, dari Ibnu Abbas: Misalnya; daging babi, riba
dan berbagai makanan haram yang mereka halalkan, yang telah diharamkan oleh
Allah Taala. Sebagian ulama mengatakan, setiap makanan yang dihalalkan Allah
adalah baik dan bermanfaat dalam badan dan agama. Dan setiap makanan yang
diharamkan Allah Taala, adalah buruk dan berbahaya dalam badan dan agama.
Dan Rasulullah pernah berpesan kepada kedua amirnya, Muadz bin Jabal dan
Abu Musa al-Asyari, ketika beliau mengutus keduanya ke Yaman: Sampaikanlah
berita gembira dan janganlah kalian membuat orang lari. Berikanlah kemudahan
dan jangan mempersulit, serta hendaklah kalian saling bersepakat dan janganlah
berselisih. (Muttafaqalaih)
Salah seorang Sahabat Rasulullah saw, Abu Barzah al-Aslami berkata: Aku
pernah menemani Rasulullah saw. dan aku pernah menyaksikan kemudahan yang
disampaikannya. Umat-umat terdahulu sebelum kita merasa sempit atas syariat
yang diberikan kepada mereka. lalu Allah mempermudah dan memperluas urusan
umat ini. Oleh karena itu Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah memberi
maaf bagi umatku yang terbersit dalam dirinya, selama ia belum mengucapkan
atau mengerjakannya.
Beliau juga bersabda: Dimaafkan atas umatku kesalahan, kelupaan dan apa yang
dipaksakan kepada mereka. (HR Ibnu Majah, Baihaqi dll)
Oleh karena itu, Allah telah membimbing umat ini untuk berdoa:
Ya Rabb kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau bersalah.
Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb
kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami
memikulnya. Berikanlah maaf kepada kami, ampunilah kami, dan berilah rahmat
kepada kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap orang-
orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah: 286)
Dan dalam Shahih Muslim ditegaskan, bahwa Allah Taala menjawab setiap
permohonan tersebut, Qad faaltu, qad faaltu (Sungguh, Aku telah
melakukannya. Sungguh, Aku telah melakukannya.)
3. Surat Al-Hajj : 41
ف نوُننهنممفوُا نعمملن افلحمفننكمملر ِ نوُلمللمم نعاِقلبنممةح
صنلةن نوُآَتنحوُا المزنكاِةن نوُأننمممحروُا بلمماِفلنمفعحروُ ل
ض أننقاِحموُا ال م
الملذينن إلفن نممكمناِهحفم لفيِ افلنفر ل
افلححموُلر
“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf
dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan.
Ayat diatas menyatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang jika Kami
anugerahkan kepada kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi, yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam
keadaan mereka merdeka dan berdaulat niscaya mereka yakni masyarakat itu
melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat dan sunnah-sunnahnya dan
mereka juga menunaikan zakat sesuai kadar waktu, sasaran dan cara penyaluran
yang ditetapkan Allah, serta mereka menyuruh anggota-anggota masyarakat agar
berbuat yang maruf, yakni nilai-nilai luhur serta adat istiadat yang diakui baik
dalam masyarakat itu, lagi tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahiah dan
mereka mencegah dari yang munkar; yakni yang dinilai buruk lagi diingkari oleh
akal sehat masyarakat, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. Dialah yang
memenangkan siapa yang hendak dimenangkan-Nya dan Dia pula yang
menjatuhkan kekalahan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia juga yang
menentukan masa kemenangan dan kekalahan itu.
Dalam hal kependidikan kita tahu bahwa penanaman nilai ketakwaan sangatlah
penting untuk menumbuhkan moral bangsa yang baik. Penanaman sikap
ketakwaan dapat dilaksanakan apabila pendidikan itu dilandaskan pada
pembelajaran yang berpondasikan Islam.
Dari situlah kita sebagai calon tenaga pendidik haruslah mengerti bagaimana
menanamkan sikap ketakwaan sebagai cerminan dari surat Al-Hajj ayat 41. Yaitu
dengan cara mengajarkan sikap untuk selalu mendirikan shalat, menunaikan zakat,
dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam menurut Al-Quran adalah agar
terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di dunia ini sesuai dengan
asal mula penciptaannya. Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik
dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah
SWT semata.
Saatnya kita kembali kepada rujukan yang tidak ada cacatnya yaitu Al-Quran.
Al-Quran ternyata lebih memiliki system yang komprehensif dan integritas
dibandingkan system pendidikan dunia barat. Islam mempunyai tujuan utama
yaitu mendapatkan ridho Allah SWT, diharapkan dengan diterapkan tujuan ini
di dalam pendidikan, manusia bisa menjadi orang-orang yang bermoral,
mempunyai kualitas, dan bermanfaat, tidak hanya buat diri sendiri tetapi juga buat
keluarga, masyarakat, Negara, bahkan buat ummat manusia sedunia dengan
landasan mendapatkan ridho Allah SWT.
Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari
ayat ini yaitu mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang membentuk
masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan anggota-
anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan
nilai-nilai maruf (perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah
perbuatan yang munkar.
Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya dengan
system yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah kita pada umumnya
dan pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk
mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap
perintah-Nya. apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan
terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang berakhlak
mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari pendidikan seperti yang
dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu: Terbinanya akhlak
manusia. Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia dan diakhirat. Ilmu dapat
benar-benar dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan manusia benar-
benar terampil bekerja di dalam masyarakat .
1. Hadis pertama
2686 - ُّ أننمهح نسلمنع اللِنفعنماِنن،ِ نحمدثنلنيِ المشفعبللِي:ُّ نقاِنل،ش ُّ نحمدثننناِ النفعنم ح،ُِّ نحمدثننناِ أنلبي،ث
ص فبلن لغنياِ ث نحمدثننناِ حعنمحر فبحن نحفف ل
" نمثنحل الحمفدلهلن لفيِ حححدوُلد م ل:صملىَ اح نعلنفيله نوُنسلمنم
ُّ،ُِّ نوُالنوُاقلمملع لفيهنمما،ا ضنيِ م
نقاِنل النمبللِيِ ن:ُّ ينحقوُحل،ِاح نعفنهحنما فبنن بنلشيثر نر ل
ُّ فننكاِنن الملذيِ فلمميِ أنفسممفنللنهاِ ينحممملِروُنن،ِضهحفم لفيِ أنفعلننها صاِنر بنفع ح ضهحفم لفيِ أنفسفنللنهاِ نوُ ن صاِنر بنفع ح ُّ فن ن،نمثنحل قنفوُثم افستنهنحموُا نسلفيننبة
نماِ لنمم ن:ُّ فنأ نتنفوُهح فننقاِحلوُا،ُّ فنأ ننخنذ فنأفبساِ فننجنعنل ينفنقححر أنفسفننل المسلفيننلة،ُّ فنتنأ نمذفوُا بلله،ِلباِفلنماِلء نعنلىَ الملذينن لفيِ أنفعلننها
تنممأ نمذفيتحفم:ُّ قنمماِنل،ك
ُّ نوُإلفن تننرحكوُهح أنفهلنحكوُهح نوُأنفهلنحكوُا أنفنفحنسممهحفم " روُاه،ُّ فنإ لفن أننخحذوُا نعنلىَ ينندفيله أنفننجفوُهح نوُننمجفوُا أنفنفحنسهحفم،لبيِ نوُلن بحمد لليِ لمنن النماِلء
ِالبخاِري
“ Diriwayatkan dari Numan bin basyir r.a dari nabi SAW, beliau bersabda,
perumpamaan orang yang selalu melaksanakan hukum-hukum Allah dan orang
yang terjerumus di dalamnya, bagaikan orang yang membagi tempat di dalam
kapal, sebagian mendapat bagian di atas dan sebagian di bawah. Ketika orang-
orang yang di bawah membutuhkan air, mereka harus naik ke atas, tentunya akan
mengganggu orang yang di atas. Oleh karena itu, (yang di bawah) berkata, kami
akan melubangi kapal ini agar tidak mengganggu orang-orang yang berada di atas.
Jika yang di atas membiarkan hal itu, niscaya semua akan binasa, tetapi jika yang
di atas menyadari dan mencegah mereka yang di bawah, maka semua akan
selamat. (HR.Bukhari).
Takhrij Hadis
Hadis ini secara lafdziyah diriwayatkan oleh Bukhari (Shahih al-Bukhari, 3:237)
dengan mata rantai sanad: Umar ibn Hafs ibn Ghayyats dari ayahnya (Hafs ibn
Ghayyats) dari Amasy dari Syabi dari Numan ibn Basyir. Hadis semakna dengan
lafal sedikit berbeda diriwayatkan juga oleh Bukhari (Shahih al-Bukhari, 3: 182)
dengan mata rantai sanad: Abu Nuaim Zakaria Amasy Syabi Numan ibn
Basyir. Juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan mata rantai sanad: Ahmad ibn
Muni Abu Muawiyah Amasy Syabi Nukman ibn Basyir. Selain itu hadis
ini juga diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, 4: 268, 269), dan
oleh al-Humaidi (Musnad al-Humaidi, 3:919). Hadis ini berkualitas shahih
sebagaimana yang dikemukakan oleh imam Bukhari.
Penjelasan Hadis
Penulis An-Nawawi menyitir hadits Numan bin Basyir Al-Anshari r.a ini ke
dalam bab amar ma;ruf nahi munkar. Dari nabi SAW, bahwasanya beliau
bersabda , perumpamaan orang yang selalu melaksanakan hukum-hukum Allah
dan orang yang terjerumus di dalamnya,.
2. Hadis Kedua
(49) ُّ نحممدثننناِ حمنحممممحد فبممحن،َُّ ح نوُنحمممدثننناِ حمنحممممحد فبممحن افلحمثننمممى،ُّ نعفن حسمففنياِنن،ُّ نحمدثننناِ نوُلكيةع،نحمدثننناِ أنحبوُ بنفكلر فبحن أنلبيِ نشفيبننة
أنموُحل نممفن: نقماِنل- ث أنلبيِ بنفكمثر
نوُهننذا نحلدي ح- ب
ق فبلن لشنهاِ ث ُّ نعفن قنفي ل،ُِّ نحمدثننناِ حشفعبنةح لكنلهحنما،نجفعفنثر
ُّ نعفن ن،س فبلن حمفسللثم
طاِلر ل
صنلةح قنفبنل افلحخ ف
قنفد تحلر ن:ُّ فننقاِنل،طبنلة
ك نماِ هحنناِللمم ن
ُّ،ك ال م:ُّ فننقاِنل، فننقاِنم إللنفيله نرحجةل.صنللة نمفرنوُاحن بنندأن لباِفلحخ ف
طبنلة ينفوُنم افللعيلد قنفبنل ال م
»نمفن نرنأىَ لمفنحكفم حمفننكبرا:صملىَ اح نعلنفيله نوُنسلمنم ينحقوُحل ت نرحسوُنل ال ن ضىَ نماِ نعلنفيله نسلمفع ح أنمماِ هننذا فنقنفد قن ن:فننقاِنل أنحبوُ نسلعيثد
روُاه مسلم.ِ«ف ا ف للينماِلن ك أن ف
ضنع ح ُّ نوُنذلل ن،ُّ فنإ لفن لنفم ينفستنلطفع فنبلقنفلبلله،ُّ فنإ لفن لنفم ينفستنلطفع فنبلللنساِنلله،فنفليحنغيمفرهح بلينلدله
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab Shahihnya (1: 167) dengan
mata rantai sanadnya dari:
1. Muslim Abu Bakar ibn Abi Syaibah Waki Sufyan Qays ibn
Muslim Thariq ibn Syihab Abu Said al-Khudriy Rasulullah;
Selain Muslim, periwayat hadis ini adalah Ibn Majah (Sunan ibn Majah, 12: 17),
Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, 22: 96, 23:79), Baihaqi Ial-Sunan al-Kubra,
5: 1366) dan Ibn Hibban (Shahih ibn Hibban, 2: 103). Hadis ini berkualitas
shahih.
Penjelasan Hadis
1. Memberantas kemunkaran
Ali ra.pernah berkata, jihad yang menjadi kunci pertama kemenangan kalian,
adalah jihad dengan tangan, lalu lisan,lalu dengan hati. Barangsiapa yang tidak
mengetahui yang baik, dan tidak mengingkari dengan hatinya, kemunkaran yang
terjadi, maka ia akan kalah. Sehingga kondisi pun berbalik yang di atas menjadi
bawah.
Ibnu Masud ra. Berkata,Mungkin di antara kalian ini ada yang akan mengetahui
kemunkaran, tapi tidak mampu memberantasnya dan hanya bisa mengadu kepada
Allah bahwa ia benci kemunkaran itu.
Adapun yang dikatakan lemah atau tidak mampu adalah kondisi di mana
dimungkinkan (jika ia mengingkari kemunkaran dengan tangan atau lisan) adanya
suatu bahaya yang akan menimpa dirinnya dan tidak bisa menanggung itu semua.
1. Fardlu kifayah
Jika suatu kemunkaran diketahui oleh lebih dari satu orang, dari masyarakat
muslim, maka hukum memberantas kemumkaran tersebut adalah fardlu kifayah.
2. Fardlu Ain
Hukum ini berlaku bagi individual yang mengetahui kemunkaran dan mampu
untuk memberantasnya.
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, orang yang sesat ini tidak akan
member mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk.(Al-
Maidah : 105).
Imam Nawawi berkata, Yang benar dalam memahami ayat di atas adalah
sesungguhnya jika kalian menunaikan apa yang telah diwajibkan kepada
kalian,maka orang-orang selain kalian, yang tidak mau menunaikannya tidak akan
mencelakakan kalian.
Ini senada dengan firman Allah,Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul
dosa orang lain. (Al-Anam : 164).
Jika demikian, maka yang diwajibkan adalah amar maruf nahi munkar.
3. Amar Maruf nahi munkar terhadap orang yang diyakini tidak akan
menerimanya.
Para ulama berpendapat, bahwa Amar Maruf nahi munkar terhadap orang yang
diyakini tidak akan menerimanya itu wajib,karena yang diwajibkan hanyalah
menyampaikan, sedang menerima atau tidak bukan tanggung jawab kita.
Melakukan amar maruf nahi munkar haruslah dengan sabar, ikhlas, saling
menasihati dan bukan malah membuat kekacauan dan tidak dengan paksaan. Dan
hendaklah melakukan amar maruf nahi munkar dengan lemah lembut. Imam
syafiI berkata, Barangsiapa yang menasihati saudaranya secara sembunyi-
sembunyi maka ia benar-benar telah memberi nasehat. Sedangkan barangsiapa
yang menasihati saudaranya di hadapan orang banyak,maka ia telah membuka
aibnya.
Di antara contoh yang bisa kita telaah dan pahami adaah sebagai berikut:
روُاه.ُّ فمإذا غضممب أحممدكم فليغتسممل،ُّ وُإنماِ تطفأ الناِر باِلممماِء،ُّ وُالشيطاِن خلق من الناِر،الغضب من الشيطاِن
أبوُ داوُد
"Marah itu dari pengaruh setan. Setan diciptakan dari api dan api dapat
dipadamkan dengan air, maka jika salah seorang di antara kamu marah, hendaklah
ia mandi. (H.R. Abu Dawud)
2. Diantara yang pernah dijadikan dalil (alasan) oleh al Makmun al Abbasi (salah
seorang Khalifah Abbasiyah) ketika ada yang menasihatinya dengan kasar dank
eras. Dia berkata, "Wahai laki-laki, berlemahlembutlah, sebab Allah SWT telah
mengutus rasul yang baik darimu (yaitu Nabi Musa a.s) kepada orang yang lebih
jahat dariku (Fir'aun), tetapi Allah menyuruhnya bersikap lembut. Dia berfirman,
(Q.S. Thaahaa: 44)
"Maka katakanlah olehmu berdua (hai Musa dan Harun) padanya (Fir'aun) dengan
perkataan yang lemah lembut, semoga dia ingat (sadar) atau merasa takut."
3. Hamad bin Salmah berkata, "Sesungguhnya Shilat bin Usyaim pernah dilewati
oleh seorang laki-laki yang memakai kain sampai menjulur ke bawah (melewati
mata kakinya). Ketika melihat itu, para sahabat Shilat ingin menangkapnya
dengan cara kekerasan, tetapi Shilat berkata, 'Biarkan aku yang menghadapinya.
'Lalu dia berkata, 'Wahai putra saudaraku, sesungguhnya kau mempunyai
keperluan padamu. 'Dia berkata, 'Apa keperluanmu wahai paman!' Dia berkata,
'Aku senang jika kamu menaikkan kainmu. 'Maka dia menjawab, 'Baiklah,
semoga engkau mulia. 'Maka dia pun menaikkan kainnya. Selanjutnya Shilat
berkata pada teman-temannya, 'Jika mereka mencacinya, dia akan menjawab tidak
dan kamu tidak mulia serta menelamu semua."
1. Amar maruf dan nahi munkar merupakan profesi dan tugas agung para rasul
alaihimus salam, Allah Taala berfirman :
طاِحغوُ ن
﴾ سوُرة النحل٣٦﴿ ت نوُلنقنفد بننعفثنناِ لفيِ حكمل أحممثة مرحسوُلب أنلن افعبححدوُفا ا
ان نوُافجتننلحبوُفا ال م
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu". (QS.16:36)
Maksud dan penjelasan dari keutamaan Amar Maruf dan Nahi Munkar yang per-
tama adalah bahwasannya ini merupakan amanah yang di sampaikan oleh Allah
SWT agar para rasul dapat mengaplikasikan Amal Maruf dan Nahi Munkar pada
masa itu, yang di yakini dengan ketetapan firman Allah dalam Al-quran surat
An-nahl ayat 36 yaitu Allah SWT menyuruh kaum muslim agar menjauhi
Thagut ( patung-patung ) berha-la karena itu merupakan bagian dari hal yang
Munkar dan agar menyembah Tuhan yang Ahad yaitu Allah SWT.
Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji
(Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf
dan mencegah ber-buat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan
gembirakanlah orang- orang mu'min itu. (QS.9:112)
Maksud dan penjelasan dari ayat tersebut ialah, nasihat dan rasa kasih sayang atas
orang-orang yang beriman, dan adanya harapan yang dapat menyelamatkan
mereka dari ke-terjerumusan diri mereka dalam ancaman dan murka Allah SWT
baik di dunia maupun di akhirat. Mengagumkan Allah SWT membesarkan dan
mencintainya, dan bahwa Dia lah Dzat yang pantas untuk ditaati maka Dia
tidak didurhakai, Dzat yang pantas untuk diingat maka Dia tidak dilupakan dan
Dzat yang pantas bagi tempat yang bersyukur maka Dia tidak diingkari.
3. Diantara bentuk dari kebaikan umat ini, adalah amar maruf dan nahi munkar.
س تنأفحمحروُنن لباِفلنمفعحروُ ل
﴾ سوُرة آَل عمران١١٠﴿ ف نوُتنفنهنفوُنن نعلن افلحمننكلر نوُتحفؤلمحنوُنن لباِالل حكنتحفم نخفينر أحممثة أحفخلرنج ف
ت لللمناِ ل
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
(QS.Al-Imron :110)"
Maksudnya disini ialah umat manusia pada dasarnya dilahirkan ke dunia dalam
keadaan yang fitrah dan dalam keadaan yang baik, dan Allah SWT
memerintahkan agar umat manusia selalu berbuat kebaikan dan menjauhkan
kepada yang munkar.
Dari ayat suci Al-Quran diatas dapat dijelaskan bahwa sesungguhnya Allah SWT
Maha Kuat lagi Maha Perkasa dan Maha Mengetahui, serahkanlah urusan
permaslahatan didunia kepada Allah SWT karena hanya kepadaNYA kita berserah
diri.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dimana umat muslim, untuk itu mendapatkan perintah untuk berbuat baik dan
menjauhi perbuatan munkar. Untuk bagaimana dapat terciptanya kebaikan dan
dijauhinya kemunkaran tersebut, lahirlah perintah untuk melakukan anjuran untuk
berbuat baik dan meninggalkan kemunkaran yang dikenal sebagai amar ma'ruf
nahi munkar.
Dengan adanya peran amar maruf nahi munkar yang dialamatkan kepada setiapin
divide maupun kepada masyarakat secara luas, maka keburukan, kerusakan dan
kemudharatan tersebut dapat ditiadakan atau diminimalisir serta sebaliknya
kebaikan dan kemaslahatan akan dapat diciptakan. Sehingga peran amar maruf
nahi munkar ini sangatlah besar dirasakan manfaatnya bagi seluruh hamba Allah
Yang Maha Pemurah.
DAFTAR PUSTAKA
http://portal.tebyan.net/Portal/Cultcure/Indonesian/Site/www.shiehir/CategoryID/
9330/CaseID/39121/71243.aspx
https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-
islam.html
http://alhassanain.org/m/indonesian/?com=content&id=2960
https://m.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=573277662723591&id=245749412143086
https://www.hisbah.net/dalil-disyariatkannya-amar-maruf-nahi-munkar-dalam-al-
quran-hadits-dan-ijma/
https://brainly.co.id/tugas/2536545