Anda di halaman 1dari 12

Makalah Farmakologi

GANGGUAN HORMON PERTUMBUHAN PADA IBU HAMIL


DAN CARA MENGATASINYA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

SAPTANIA SEPITA

SARIFA MISLEHA

ATIRA

SARMIDA

SRI ARMITA JAMAL

SRI WAHYUNI

SRI WAHYUNI AYU LESTARI

SRI WAHYUNI KAHAR

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah swt. Karna atas berkah dan rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kita kirimkan shalawat
dan taslim atas junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita dari lembah
kehinaan menuju lembah kemuliaan.
Makalah ini dibuat sehubungan dengan tugas mata kuliah farmakologi oleh dosen yang
bersangkutan. Dimana di dalam makalah ini akan dibahas mengenai perubahan fisiologis yang
terjadi pada kehamilan .
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing dalam hal ini dosen mata kuliah
biologi reproduksi yang telah membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini, begitu juga
dengan teman-teman dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Jika dalam makalah ini terdapat kesalahan kami memohon maaf karena kita sebagai
manusia biasa tidak luput dari kesalahan. semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi para
pembaca.

Makassar , 07 juli 2012

Penyusun
DAFTAR ISI

a. Latar belakang ……………………………………………………………………………1


b. Rumusan masalah ……………………………………………………………………...…2
c. Tujuan………………..……………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

a. Perubahan hormone pada ibu hamil………………………………………..……………..3


b. Penyakit – penyakit endokrin dalam kehamilan ………………………………………….8

BAB III PENUTUB

a. Kesimpulan ………………………………………………………………………………11
b. Saran ……………………………………………………………………………………..11

Daftar pustaka……………………………………………………………………………12

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kehamilan mengubah fungsi dari banyak sistim endokrin, dan perubahan-perubahan ini
harus diperhitungkan dalam membuat diagnosis kelainan endokrin pada kehamilan. Kelainan
endokrin dapat memberi dampak pada ibu dan janin bahkan sampai ke masa neonatal, dan
sebaliknya kehamilan akan mempengaruhi pertimbangan dalam terapi kelainan endokrin.1
Patogonesis dari sebagian besar kelainan-kelainan endokrin adalah kelainan autoimun.
Sejumlah autoantigen, autoantibodi dan elemen-elemen seluler menyebabkan destruksi atau
stimulasi terhadap tiroid, pankreas atau kelenjar adrenal. Biasanya kejadian yang non spesifik,
misalnya infeksi virus menginisiasi antigen dan respon organ spesifik yang kemudian
menyebabkan destruksi kelenjar yang dimediasi oleh imunitas.2

Sering kali faktor genetik ikut berpengaruh dan kompleks antigen serta meningkatnya
kerentanan organ target ikut berperanan. Faktor lingkungan juga merupakan predisposisi untuk
perkembangan sejumlah endokrinopati autoimun.

B. Rumusan masalah
 Menjelaskan tentang perubahan-perubahan hormone pada ibu hamil
 Menjelaskan penyakit /gangguan hormone pertumbuhan pada ibu hamil dan cara
mengatasinya

C. Tujuan
 Agar mahasiswa dapat mengetahui perubahan-perubahan hormone pada ibu hamil
 menjelaskan penyakit/gangguan hormone pertumbuhan pada ibu hamil dan cara
mengatasinya
BAB II

PEMBAHASAN

 PERUBAHAN HORMON PADA IBU HAMIL

pada saat kehamilan kelenjar hipofise mengalami perbesaran kira-kira 135 % disbanding
dengan yang tidak hamil. Meskipun terdapat dugaan bahwa ukurannya mungkin bertambah
cukup besar sehingga dapat menekan khiasma optikum dan mengurangi lapang pandang,
perubahan-perubahan visual selama kehamilan normal sifatnya minimal. Kelenjar hipofisis ibu
tidak penting untuk pemeliharaan kehamilan.

a. Hormon Pertumbuhan

Selama trimester pertama, konsentrasi hormone pertumbuhan dalam serum dan cairan amnion
berada dalam batas normal tidak hamil yaitu 0,5 – 7,5 ng/ml. hormone pertumbuhan didalam
cairan amnion memuncak pada minggu ke- 14 sampai ke-15 dan perlahan-lahan turun. Setelah
itu hingga mencapai nilai paling rendah pada minggu ke-63. Setelah kelahiran, hormone
pertumbuhan meningkat untuk beberapa saat tetapi pada kadar yang lebih rendah disbanding
kadar pada akhir kehamilan.

b. Prolaktin

Sepanjang kehamilan manusia, terdapat peningkatan nyata kadar prolaktin didalam


plasma ibu. Bahkan, kadarnya dapat meningkat 10 kali lipat dibangding pada wanita normal
tidak hamil. Sebaliknya, setelah pelahiran, terdapat penurunan konsentrasi prolaktin plasma
bahkan pada wanita yang menyusui.

Fungsi utama prolaktin serum ibu adalah untuk menjaga kelangsungan laktasi pada awal
kehamilan, prolaktin bekerja untuk menginisiasi sintesis DNA dan mitosis sel-sel epitel kelenjar
dan sel-sel alveolar prasekretorik payudara. Prolaktin juga meningkatan jumlah reseptor estrogen
dan prolaktin di sel-sel yang sama. Prolaktin juga ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi
dalam plasma janin, hingga mencapai konsentrasi tertinggi pada akhir minggu ke-5 kehamilan.
Fungsi prolaktin dalam cairan amnion tidak diketahui. Beberapa peneliti telah menduga bahwa
prolaktin didalam cairan amnion mengganggu transfer air dari kompartemen janin ke ibu,
sehingga melindungi cairan ekstraseluler janin dan mencegah dehidrasi janin selama trimester
terakhir kehamilan ketika cairan amnion normalnya menjadi hipotonik.

 Kelenjar tiroid

Terdapat beberapa perubahan pada pengaturan tiroid selama kehamilan yang diakibatkan
oleh tiga modifikasi dalam pengaturan hormone tiroid. Pertama, kehamilan menginduksi suatu
peningkatan nyata pada kadar protein transpor tiroksin mayor dan globulin pengikat tiroksin
dalam sirkulasi sebagai respons terhadap tingginya kadar estrogen. Kedua, beberapa factor
perangsang tiroid yang berasal dari plasenta di produksi secara berlebihan. Ketiga, kehamilan
disertai dengan menurunnya ketersediaan iodida untuk tiroid ibu.
Selama masa kehamilan, tiroid mengalami pembesaran sedang yang disebabkan oleh hyperplasia
jaringan kelenjar dan meningkatnya vaskularitas.

Interaksi antara kehamilan dan kelenjar tiroid dapat dilihat dari 3 aspek yaitu : 2

- Kehamilan menginduksi perubahan-perubahan yang menyimpang dari tes fungsi tiroid.


- Ada hubungan yang erat antara fungsi kelenjar tiroid ibu dan janin.
- Ada sejumlah kondisi abnormal pada kehamilan yang berhubungan dengan kondisi tiroid

Selama kehamilan terjadi peningkatan ambilan radioiodin oleh kelenjar tiroid ibu. Pada
awal bulan kedua konsentrasi tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dalam serum akan meningkat
pesat. Thyroid binding globulin, suatu protein yang mengikat hormon tiroid juga meningkat
kadarnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormom estrogen yang merangsang produksi sel-
sel hepatosit dan mengubah glikosilasi protein sehingga degradasi protein dihambat. Thyrotropin
– releasing hormone (TRH) tidak terdeteksi dalam serum ibu, dan sekresinya tidak berubah
dalam kehamilan. Pada pertengahan kehamilan kadar TRH janin sudah dapat dideteksi namun
tidak meningkat.

a. Tiroid Releasing Hormon (TRH)

Neurotransmiter ini ditemukan di seluruh bagian otak tetapi konsentrasi tertingginya


terdapat di hipotalamus. TRH merangsang sintesis dan pelepasan tirotropin. Hormone ini tidak
mengikat pada kehamilan normal tetapi melintasi plasenta dan dapat merangsang hipofisis janin
untuk mensekresi tirotropin. Peran hormone ini pada homeostasis janin belum jelas.

 Kelenjar Tiroid Janin

Selama trimester pertama, janin bergantung pada tiroksin ibu. Selanjutnya, terjadi
transfer hormon tiroid dalam jumlah minimal dari kompartemen ibu ke kompartemen janin
.Kelenjar tiroid janin mulai menangkap iodin dan mensintesis T4 setelah kehamilan 10 minggu.
Selanjutnya kadar TSH dan T4 dalam plasma janin akan meningkat sementara kadar T3 tetap
rendah. Hanya sebagian kecil hormon tiroid ibu yang melewati plasenta namun demikian penting
untuk perkembangan otak janin khususnya pada janin dengan hipotiroidismekongenital. Iodin,
obat-obat anti tiroid dan thyroid stimulating imunoglobulin.

Setelah persalinan kadar TSH bayi meningkat pesat mencapai puncaknya skitar 30
U/ml dalam beberapa jam kemudian yang diikuti pula dengan peningkatan kadar T3 dan T4.
Beberapa hari kemudian kadar TSH dalam plasma akan menurun mencapai kadar seperti pada
orang dewasa, sedang kadar T3 dan T4 dalam plasma akan menurun setelah kurang lebih satu
bulan.

.
 Kelenjar paratiroid

Konsentrasi hormone paratiroid di dalam plasma menurun selama trimester pertama,


kemudian meningkat secara progresif sepanjang sisa kehamilan. Kadar yang meningkat
kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi kalsium yang lebih rendah pada wanita hamil. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan volume plasma, peningkatan laju filtrasi glomerulus, dan transfer
kalsium dari ibu ke janin.

 Kelenjar adrenal

Kehamilan memberikan efek yang dalam pada sekresi kelenjar korteks adrenal baik pada
kontrol maupun stimulasinya. Kadar kortikotropin dalam serum meningkat sesudah sempat
menurun pada awal kehamilan, hal ini berhubungan dengan sintesis corticotropin –releasing
hormone (CRH) di plasenta. Peningkatan kadar kortisol plasma disebabkan oleh peningkatan
produksi transcortin dan ikatannya. Renin plasma akan meningkat kemudian menyebabkan
peningkatan Angiotensin II dan akhirnya meningkatkan sekresi aldosteron. Sekresi hormon
medula adrenal tidak dipengaruhi oleh kehamilan. Walaupun tidak ada bukti bahwa kehamilan
menyebabkan sejumlah kelainan spesifik pada kelenjar adrenal, namun sejumlah kelainan
adrenal mungkin terjadi bersama dengan kehamilan.2

a. Kortisol

Terdapat peningkatan yang cukup besar pada konsentrasi kortisol serum yang
bersirkulasi, tetapi sebagian besar berikatan dengan globulin pengikat kortisol, atau transkortin.
Kecepatan sekresi kortisol oleh adrenal ibu tidak bertambah, dan mungkin malah menurun
dibandingkan dengan keadaan dahulu. Akan tetapi laju bersihan metabolic kortisol lebih rendah
selama kehamilan karena waktu paruhnya hamper dua kali lipat lebih lama dari waktu paruhnya
dari wanita yang tidak hamil.

b. Aldosteron

Sesegera pada minguu ke 15, kelenjar adrenal ibu akan mengsekresi aldosteron dalam
jumlah yang sangat meningkat. Pada trimester ketiga, disekresi sekitar 1mg per hari. Bila asupan
natrium dibatasi, sekresi aldosteron semakin meningkat.Diperkirakan bahwa peningkatan sekresi
aldosteron selama kehamilan memberikan perlindungan melawan efek natriuretik dari
progesterone dan peptida natriuretik atrium. Progestron yang diberikan pada wanita yang tak
hamil dihubungkan dengan peningkatan cepat eksresi aldosteron.

 PENYAKIT – PENYAKIT ENDOKRON DALAM KEHAMILAN

HIPERTIROIDISME
Insiden tirotoksikosis atau hipertiroidisme dalam kehamilan berkisar 1 : 2000 kehamilan.
Tirotoksikosis yang ringan sulit didiagnosis pada saat kehamilan, untuk itu ada beberapa tanda
yang dapat membantu : 2, 3

1. Takikardia yang melebihi peningkatan yang berhubungan dengan kehamilan normal.


2. Peningkatan denyut nadi pada waktu tidur.
3. Thyromegali
4. Exophtalmus
5. Kegagalan pertambahan berat badan pada wanita yang non obese walaupun mendapat asupan
nutrisi yang normal atau meningkatkan nutrisinya.

Kasus tirotoksikosis yang sangat sering ditemukan dalam kehamilan adalah penyakit
Graves yang disebabkan proses autoiumun spesifik biasanya berhubungan dengan thyroid
stimulating antibodies. Antibodi ini menyerupai thyrotropin dalam kemampuannya untuk
merangsang fungsi tiroid. Keduanya berperan dalam hiperfungsi tiroid dan perkembangan
penyakit Graves.. Perubahan ini berhubungan dengan penurunan FT4 pada kehamilan dan akan
kembali ke nilai normal setelah 4 bulan postpartum. Jadi nampaknya perbaikan thyroid
stimulating antibodi yang terjadi dalam kehamilan disebabkan oleh produksi blocking antibody.

Penanganan
Tirotoksikosis dalam kehamilan umumnya diterapi secara medisinalis. Hipertiroidisme
hampir selalu dapat dikontrol dengan obat-obat thioamide. Ada yang lebih senang memakai
propylthiouracil (PTU) karena obat ini dapat menghambat konversi T4 menjadi T3, lebih sedikit
melewati plasenta dan tidak menyebabkan aplasia kutis seperti methimazole. Leukopenia sesaat
ditemukan pada 10 persen penderita yang mendapat thioamide namun pengobatan tidak perlu
dihentikan. Hal ini tidak berhubungan dengan dosis obat dan karena onsetnya akut maka tidak
diperlukan pemeriksaan leukosit serial. Kurang lebih 0,2% akan mengalami agranulositosis
secara tiba-tiba sehingga pengobatan harus dihentikan. Bila terjadi demam dan nyeri
tenggorokan maka pasien harus diberitahu untuk menghentikan penggunaan obat dan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap. Walaupun thioamide mempunyai potensi untuk menimbulkan
komplikasi pada janin namun sulit untuk mengatakan bahwa semua kelainan tiroid neonatal
karena obat ini sebab thyrotropin blocking antibodi juga melewati plasenta dan mungkin
berikatan dengan kelenjar tiroid janin.2, 5

HIPOTIROIDISME
Hipotiroidisme didiagnosis secara klinis bila kadar FT4 rendah dan kadar thyrotropin
meningkat. Dalam kehamilan jarang ditemukan karena keadaan ini berhubungan dengan
infertilitas. Hipotiroidisme pada umumnya terjadi sekunder karena destruksi kelenjar tiroid oleh
penyakit autoimun, operasi atau terapi iodin radioaktif. Penderita hipotiroidisme yang hamil
mempunyai insiden komplikasi eklampsia dan solusio plasenta yang tinggi serta berhubungan
dengan tingginya kasus berat badan lahir rendah dan kematian janin dalam rahim. Ditemukan
pula angka fetal distres yang tinggi dalam persalinan dan kegagalan jantung.

Pengobatan

Diberikan terapi sulih tiroksin dengan dosis 50 –100 g perhari. Kadar thyrotropin serum
diukur dengan interval 4 – 6 minggu dan penambahan dosis tiroksin sekitar 25-50 g. Ada yang
menganjurkan pemberian levothyroxine (synthyroid), yang merupakan preparat T4 murni, bila
digunakan dengan dosis yang sesuai maka akan menormalkan kadar T4, T3 dan TSH.
BAB III

PENUTUB

a. KESIMPULAN

b. SARAN

Setelah mengkaji masalah ini ,maka kami harapkan teman – teman memahami apa yang
kami paparkan .dan apabila ada kekurangan dari makalah kami kami mengharapkan saran yang
membangun ,agar dalam pembuatan makalah berikutnya kami lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

.Cunningham F, MacDonald P, Gant N, Leveno K, Gilstrap L, Hankins Gea. Endocine

disorders. In: Williams obstetrics. 21 th ed. Stamford: Appleton and Lange; 2001. p. 1223-38.

Girling J. Thyroid disease and pregnancy. In: Swiet M, editor. Medical disorders in obstetric

practise. 4 th ed. London: Blackwell Science; 2002. p. 415-335.

http://princeskalem.blogspot.com/2012/02/perubahan-endokrin.html

Anda mungkin juga menyukai