Oleh :
(F1D019014)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVRSITAS MATARAM
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
QAWAID FIQHIYAH
Kiadah fiqih merupakan istilah yang digunakan ulama fiqih untuk pengembangan
cakupan suatu hukum. Ada beberapa definisi kaidah fiqih yang dikemukakan para
ulama. Tajuddin As-Subki, seorang ulama dari mazhab Syafii mengatakan, kaidah
fiqih adalah suatu acuan umum yang dapat diterapkan untuk mengetahui hukum dari
kebanyakan persoalan parsial. Sa’aduddin Mas’ud bin Umar At-Taftazani
mengatakan, kaidah fiqih adalah ketentuan umum yang dapat diterapkan untuk
mengetahui hukum persoalan-persoalan parsial. Perbedaan definisi tersebut terletak
pada cakupannya. Menurut As-Subki, tidak semua persoalan parsial dicakup oleh
kaidah itu.
Sedangkan secara terminologi fiqh berarti ilmu yang menerangkan hukum hukum
syara yang amaliyah ang diambil dari dalil-dalilnya yang tafsily dan diistinbatkan
melalui ijtihad yang memerlukan analisa dan perenungan.
Kaidah fiqih yang disusun oleh para ahli fiqih tidak muncul sekaligus, sebagaimana
sebuah undang-undang disusun, melainkan secara bertahap melalui proses dan
pemahaman terhadap hukum yang dikandung oleh teks suci. Kaidah fiqih yang paling
awal ditemukan dalam tulisan dan ungkapan para ulama fiqih abad ke-2 hijriyah.
Namun, tidak dapat diketahui siapa penyusun pertama kaidah fiqih itu. Adapun
kaidah fiqih sebagai salah satu ilmu tersendiri baru muncul abad ke-4 hijriyah yang
tersebar dalam mazhab fiqih.
Mazhab yang paling awal mengetrapkan kaidah fiqih adalah mazhab Hanafi. Imam
Abu Tahir Ad-Dibas, tokoh mazhab Hanafi yang hidup pada akhir abad ke-3 sampai
awal abad ke-4 hijriyah, telah mengumpulkan kaidah dasar dalam mazhab Hanafi.
Dengan demikian, kajian fiqih secara sistematis mendahului munculnya kaidah fiqih
sebagai ilmu.
C. Ruang lingkup qawaid fiqhiyah
1. Al-Umuru bi maqashidiha.
4. Adh-Dhararu Yuzal,
Perbedaan kaidah fiqih dan kaidah ushul perlu dijabarkan untuk mengetahui
peranannya masing-masing dari berbagai aspeknya. Perbedaan di antara keduanya
dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek materi
Perbedaan dari aspek materi, kaidah ushul terdiri dari tiga perkara; pertama, ilmu
kalam, kedua, bahasa Arab, dan ketiga, gambaran hukum syarak. Sedangkan kaidah
fiqih terdiri dari tiga perkara juga; pertama, dalil syar’i, kedua, tujuan umum syariat,
dan ketiga, hukum furu’ yang memiliki kemiripan.
2. Aspek keterikatan
Perbedaan dari aspek keterikatan, kaidah ushul terikat dengan dalil tasyri’
(perundang-undangan). Sedangkan kaidah fiqih terikat dengan perbuatan-perbuatan
mukalaf.
3 .Aspek penggunaan
Perbedaan dari aspek penggunaan, kaidah ushul digunakan dalam hal penetapan
hukum syarak, penetapan dalil hukum syarak dan penetapan cara menggali hukum
dari dalil syarak.Sedangkan kaidah fiqih digunakan sebagai acuan umum berbagai
permasalahan yang dibahas dalam fiqih dalam satu payung hukum.
4. Aspek kegunaan
Perbedaan dari aspek kegunaan, kaidah ushul secara khusu berguna bagi mujtahid
yang dapat digunakan ketika menggali hukum syarak dari dalilnya. Sedangkan kaidah
fiqih berguna bagi mujtahid, hakim, mufti dan guru, karena kaidah umum untuk
berbagai kasus hukum (furu’) secara mudah dapat dikembalikan pada kaidah fiqih
tersebut
5. Aspek keterdahuluan
Perbedaan dari aspek keterdahuluan, kaidah ushul lebih dahulu muncul sebagai
sumber dalam mendasarkan hukum dan penggaliannya. Sedangkan kaidah fiqih lebih
akhir kemunculannya sebagai persetujuan terhadap hukum yang ditetapkan dan
sebagai pengikat bagi persoalan-persoalan yang berbeda-beda.
Kaidah fiqih memiliki arti penting dan posisi yang tinggi dalam hukum Islam. Di
antara kegunaannya sebagai berikut:
Syafe’i, Prof. DR. Rachmat, MA, Ilmu Ushul Fiqih (Penerbit Pustaka Setia,
Bandung. 2007)
Prof. Dr. Nashr Farid Muhammad Washi. 2009. Qawaid Fiqhiyyah. Jakarta :
Amzah.
Ade Dedi Rohayana, Ilmu Qawa’id Fiqhiyyah, (Jakarta: GayaMedia Pratama,
2008)