Wrap PPP
Wrap PPP
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Skenario 1
Judul : Pelayanan Kesehatan di Indonesia
Universitas YARSI
2
1.2 Brainstorming
1. JKN adalah program pemerintah yang betujuan untuk memberikan
kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat
Indonesia agar dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
2. SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diadakan oleh semua komponen
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3. BPJS adalah badan penyelenggara jaminan sosial. Badan hukum publik
yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan bagi rakyat Indonesia.
4. Pelayanan primer adalah pelayanan yang bersifat dasar, biasanya dilakukan
oleh dokter umum, perawat mantri.
5. Pelayanan sekunder adalah pelayanan yang bersifat spesialis dan
subspesialis yang terbatas, dilakukan oleh dokter spesialis dan subspesialis
terbatas.
6. Pelayanan tersier adalah pelayanan yang mengutamakan spesialis dan
subspesialis yang luas, dilakukan oleh dokter spesialis dan subspesialis
yang luas.
1.3 Pertanyaan
1. Apakah tujuan program JKN?
2. Apakah tujuan program SKN?
3. Apakah prinsip program JKN?
4. Siapa sajakah yang menjadi sasaran program JKN?
5. Bagaimana mekanisme program BPJS?
6. Apakah manfaat program JKN?
7. Apakah tujuan program BPJS?
8. Apa saja jaminan yang disediakan oleh pemerintah?
9. Apakah dasar hukum program JKN?
Jawab:
1. Untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang
diberikan pada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayarkan oleh pemerintah.
2. Terselenggaranya pembangunan kesehatan semua komponen bangsa, baik
pemerintah daerah dan atau masyarakat termasuk badan hukum, badan
usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya
guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
3. - Kegotong royongan
- Nirlaba
- Portabilitas
- Kepersetaan bersifat wajib
- Dana amanat
3
1.4 Hipotesis
SKN menerapkan program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS dan
komersial yang dapat melayani pelayanan primer, sekunder, dan tersier.
1.5 Kerangka konsep
SKN
JKN
BPJS Komersial
BAB II
LEARNING ISSUE DAN LEARNING OBJECTIVE
2. Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi
(institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.2
Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit
ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang
dibutuhkan. 3
2. Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate)
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat
istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan mesyarakat, serta bersifat tidak
wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik. 3
3. Mudah dicapai (accessible)
Ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian,
untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang
terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan
didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik. 3
4. Mudah dijangkau (affordable)
Keterjangkauan yang dimaksud adalah terutama dari sudut biaya. Untuk dapat
mewujudkan keadaan yang seperti itu harus dapat diupayakan biaya pelayanan
kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat
saja bukanlah kesehatan yang baik. 3
5. Bermutu (quality)
Mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standart yang telah ditetapkan.3
BAB V
ALUR RUJUKAN
Pasal 5
(1) Alur pertama pasien adalah pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama (PPK 1) yang berada pada wilayah cakupan rujukan
di kecamatan.
(2) Alur rujukan dan rujukan balik dilaksanakan secara vertical dan
horizontal sesuai dengan kemampuan dan kewenangan pelayanan.
(3) Alur rujukan dan rujukan balik dilaksanakan pada fasilitas pelayanan
kesehatan dalam 1 (satu) wilayah cakupan rujukan berdasarkan
jenjang fasilitas pelayanan kesehatan dimulai dari PPK 1 ke PPK 2 dan
seterusnya.
(4) Alur rujukan bisa dilaksanakan tidak sesuai dengan pasal (2) dalam
keadaan sebagai berikut :
a. Dalam keadaan kegawat daruratan
b. Fasilitas pelayanan kesehatan dalam wilayah cakupan rujukan tidak
mempunyai sarana / tenaga yang sesuai dengan kebutuhan.
(5) Fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi ketentuan alur
rujukan dan wilayah cakupan rujukan dapat diberikan sanksi sesuai
ketentuan.
Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok pelayanan
kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat
bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi
(institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memilihkan
kesehatan serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.9,10
Perbedaan antara pelayanan kedokteran dan kesehatan masyarakat bisa
dilihat dari tenaga pekerjanya atau yang memberikan jasa. Untuk kedokteran,
sudah jelas bahwa yang melayani adalah tenaga para dokter. Fokus utamanya
adalah menyembuhkan penyakit dan sasaran utamanya adalah keluarga maupun
individu (perseorangan). Biasanya jenis layanan ini kurang memperhatikan
efisiensi dan tidak boleh menarik perhatian karena hal ini bertentangan dengan
etika kedokteran. Dalam melayani pasien, dokter terikat undang-undang dan
menjalankan fungsi perseorangan. Dokter hanya bertanggung jawab pada pasien
dan tidak bisa memonopoli usaha kesehatan. 9,10
17
2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Macam-macam rujukan
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal yakni:13,14
1) Rujukan upaya kesehatan perorangan13
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit.Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus
penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik hotizontal maupun
vertical).Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan
sederhana, bias dirujuk kembali ke puskesmas.
b. Prosedur Administratif: 7
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan
2) Membuat catatan rekam medis pasien
3) Memberi informed consent (persetujuan / penolakan rujukan)
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama dikirim ke tempat
rujukan bersama pasien yang bersangkutan, lembar kedua disimpan sebagai
arsip.Mencatat identitas pasien pada buku regist rujukan pasien.
5) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi
dengan tempat rujukan.
6) Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi
yang bersangkutan
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien
a. Prosedur Klinis : 7
1) Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan
2) Setelah stabil, meneruskan pasien keruang perawatan elektif untuk perawatan
selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang lebih mampu untuk
dirujuk lanjut
3) Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
b. Prosedur Administratif: 7
1) Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah
diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien
2) Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda terima
pasien sesuai aturan masing masing sarana.
3) Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu catatan
medis dan diteruskan ke tepat perawatan selanjutnya sesuai kondisi pasien
4) Membuat inform consent
5) Segera membrikan informasi tentang keputusan tindakan / perawatanyang
akan dilakukan kepata petugas atau keluarga pasien yang mengantar
6) Apabila tidak sanggup menangani merujuk ke RSU yang lebih mampu
dengan mebuat surat rujukan rangkap dua.
7) Mencatat indentitas pasien
23
b. Prosedur Administratif: 7
1) Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan rujukan
untuksetiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada
RumahSakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang
bersangkutan.
2) Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang bersangkutan
dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang
dituju, dianjurkanberkabar lagi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan
seperti telepon,handphone, faksimili dan sebagainya.
4. Prosedur standar menerima balasan rujukan pasien
a. Prosedur Klinis: 7
1. Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan
fisik.
2. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah
Sakit / Puskesmas yangterakhir merawat pasien tersebut
3. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan
memantau (followup) kondisi klinis pasien sampai sembuh.
b. Prosedur Administratif: 7
Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah: 7
2. Tingkat masyarakat
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya:
posyandu, polindes, POD, saka bakti husada, dan lain-lain.
Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial) oleh balai: balai pengobatan
penyakit paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan
kerja masyarakat (BKKM), balai kesehatan olah raga masyarakat (BKOM), sentra
pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional (SP3T), rumah sakit
kabupaten atau kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, dinas kesehatan kabupaten
atau kota, dan lain-lain.
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan.Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas,
maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).Masing-
masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. 15
Sistem Rujukan Berjenjang Perorangan
Definisi
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan
seluruh fasilitas kesehatan.16
26
Ketentuan Umum
1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu (BPJS
Kesehatan): 16
12. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan
pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila: 16
27
o Bencana
Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah
Daerah
o Pertimbangan geografis
o Pertimbangan ketersediaan fasilitas
28
2. Sistem reimbursement
Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services.
Sistem ini memungkinkan terjadinya over utilization. Penyelewengan biaya
kesehatan yang dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis
layanan oleh karyawan maupun provider layanan kesehatan. 19
3. Asuransi
34
3). Asuransi atas biaya pengobatan biasa (regular medical expenses insurance)
Asuransi atas biaya pengobatan biasa, kadang disebut asuransi biaya
pengobatan dokter, yaitu biaya pemeriksaan doktr baik di rumah, dikantor ataupun
di rumah sakit tidak termasuk biaya pembedahan. 20
4). Asuransi atas biaya pengobatan medis utama (mayor medical expenses
insurance) Asuransi atas biaya pengobatan medis utama ini ditujukan biaya
kepada pengobatan yang membutuhkan proyeksi yang besar karena penyakit. 20
5). Asuransi ketidakmampuan berpenghasilan (disablelity Income insurance)
Penggantian penghasilan yang selam masa ketidakmampuan karena sakit atau
kecelakan mungkin lebih berperan dibandingkan dengan biaya penggantian
pengobatannya. 20
Dalam pelaksanaannya asuransi kesehatan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 20
1) Peserta bersifat wajib dan secara otomatis
2) Hubungan hukum antara penanggung dengan tertanggung diatur didalam
suatu Peraturan Perundang-undangan khusus (Keppres No. 230/ 1968 jo
Keppres No. 13/ 1981 jo PP No. 22 jo PP No. 23/ 1984)
3) Penyelenggaranya adalah satu badan atau lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah (PT. ASKES Persero Indonesia)
4) Tidak bersifat mencari untung
5) Mempergunakan prinsip solidaritas atau gotong-royong
6) Adanya pembatasan-pembatasan terhadap kualitas dan kuantitas klaim
Asuransi kesehatan di dalam pelaksanaannya tetap berpedoman pada azas-azas
sebagai berikut:20
1). Azas usaha bersama berdasarkan kekeluargaan
2). Azas adil dan merata
3). Azas keseimbangan dan kepentingan
4). Azas berdaya guna dan hasil guna
5). Azas musyawarah dan mufakat
6). Azas percaya diri
7). Azas tidak mencari keuntungan semata
Mengenai istilah Asuransi Kesehatan (ASKES) memang secara resmi
tidak dicantumkan didalam ketentuan perundang-undangan yang mengaturnya.
Jadi untuk istilah resmi untuk ini adalah (Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri
Sipil dan penerima pensiun serta anggota keluarganya. 20
Tujuan
Tujuan pemerintah menyelenggarakan semua pertanggungan sosial pada
azasnya adalah sama yaitu untuk memberikan jaminan sosial bagi masyarakat. Ini
merupakan tujuan khusus dalam pertanggungan, sedangkan apabila ditelaah lebih
jauh tujuan yang lebih luas lagi adalah supaya dengan terlaksananya tujuan
khusus itu tercapai juga suatu masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. 20
Demikian juga hal Asuransi Kesehatan, tujuannya adalah membayar biaya
rumah sakit, biaya pengobatan dan mengganti kerugian tertanggung atas
hilangnya pendapatan karena cedera akibat kecelakaan atau penyakit. Sedangkan
tujuan asuransi kesehatan adalah meningkatkan pelayanan pemeliharaan
kesehatan bagi peserta dan anggota keluarganya. Asuransi kesehatan yang
bertujuan memberikan bantuan kepada peserta dalam membiayai pemeliharaan
kesehatannya meliputi beberapa program tertentu : 20
39
Sasaran
Sasaran Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini
adalah seluruh komponen mulai dari pemerintah (pusat dan daerah), BPJS,
fasilitas kesehatan, peserta dan pemangku kepentingan lainnya sebagai acuan
dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 21
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengaturan dalam Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) ini meliputi penyelenggaraan, peserta dan kepesertaan,
40
Ketentuan Umum
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial yang bertujuan agar seluruh
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Perlindungan ini diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. 21
secara nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Tujuan
utamanya adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
3. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.
Prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang
berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
4. Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
5. Kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah, serta kelayakan penyelenggaraan
program.
6. Dana Amanah
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
Manfaat JKN
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat
medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi
dan ambulans.
Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan
kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.22
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan kebutuhan medis.
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan: 22
Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
a. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis
Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.
b. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan
tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga
berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar
disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
c. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko
penyakit tertentu.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada
manfaat yang tidak dijamin meliputi: 22
a. Tidak sesuai prosedur
b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
c. Pelayanan bertujuan kosmetik
42
d. General checkup
e. Pengobatan alternatif
f. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi
g. Pelayanan kesehatan pada saat bencana
h. Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk
menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.
Pengorganisasian
Lembaga Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
JKN diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum publik milik
Negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPJS
terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi. 22
Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang anggota: 2 (dua) orang unsur
Pemerintah, 2(dua) orang unsur Pekerja, 2 (dua) orang unsur Pemberi Kerja, 1
(satu) orang unsur Tokoh Masyarakat. Dewan Pengawas tersebut diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden.
Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur
profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. 22
Definisi BPJS
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan progam jaminan social.16
Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran,
meliputi:16
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI): fakir miskin dan orang
tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri
dari:16
a) Investor;
b) Pemberi Kerja;
c) Penerima Pensiun, terdiri dari: 16
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang
mendapat hak pension. 16
d) Veteran;
e) Perintis Kemerdekaan;
f) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
g) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang mampu
membayar iuran.
Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsinya BPJS Kesehatan bertugas untuk:21
- melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;
- memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja;
- menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;
- mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;
- mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;
- membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan
- memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial
kepada Peserta dan masyarakat.
Wewenang BPJS
Dalam melaksanakan tugasnya, BPJS Kesehatan berwenang untuk: 21
- menagih pembayaran Iuran;
- menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
- melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan
Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;
- membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah;
- membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
- mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya;
- melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;dan
- melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program Jaminan Sosial.
Hak BPJS
Dalam melaksanakan kewenangannya, BPJS Kesehatan berhak untuk: 21
45
Kewajiban BPJS
Dalam melaksanakan tugasnya, BPJS Kesehatan berkewajiban untuk: 21
- memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;.
- mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-
besarnya kepentingan Peserta;
- memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik
mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya;
- memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-
Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
- memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk
mengikuti ketentuan yang berlaku;
- memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;
- membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang
lazim dan berlaku umum;
- melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan
- melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,
secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan
kepada DJSN.
Ketiga manfaat perawatan tersebut diatas merupakan opsi tambahan yang bisa
kita ambil dengan mengikuti program dasar, yaitu manfaat rawat inap. Kita tidak
46
bisa hanya mengambil manfaat salah satu dari opsi tambahan tersebut tanpa
mengikuti program dasar yaitu manfaat rawat inap.20
Besaran nilai premi yang harus dibayarkan serta nilai pertanggungan dalam
asuransi kesehatan sangat tergantung dari program yang kita pilih. Berbagai
perusahaan asuransi memiliki jenis program dan premi yang berbeda-beda dengan
rincian manfaat pertanggungan yang berbeda-beda pula. 20
2.4.4 SJSN
dan amanat dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
IV. Pembahasan Prinsip-Prinsip SJSN
Dari prinsip-prinsip yang dibawa SJSN sudah jelas dikemukakan bahwa dana
SJSN untuk sebesar-besar kepentingan peserta serta bersifat nirlaba. Selain itu
dana iuran yang dibayarkan merupakan dana amanat yang harus dikelola secara
khusus yang diatur oleh UU atau peraturan pemerintah dan bukan milik pemegang
saham. SJSN tidak semata-mata "pooling of funds" (pengumpulan dana), tetapi
juga "pooling of risk" (pengumpulan risiko).Ia bukan tabungan, sebab
menerapkan mekanisme asuransi sosial, yang sarat dengan sifat
kegotongroyongan . Kalau "tabungan" kegotongroyongannya kurang sebab
haknya sesuai dengan besar kecilnya tabungan.Dalam mekanisme asuransi sosial,
meskipun iurannya kecil seseorang bisa tetap memperoleh manfaat ("benefit
package") yang besar sesuai dengan kebutuhannya. Dalam penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan, misalnya, peserta dapat memperoleh pelayanan "cuci darah"
dan bahkan "operasi jantung", meskipun iuarannya kecil. Dengan kata lain, bisa
dipahami, bahwa SJSN justeru akan mengoreksi praktek "neoliberalisme".23,24