Anda di halaman 1dari 48

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Skenario 1
Judul : Pelayanan Kesehatan di Indonesia

Sejak 1 Januari 2014 pemerintah telah menerapkan program Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN) seperti yang diamanatkan di dalam SKN (Sistem Kesehatan
Nasional). Program JKN ini berdampak pada sistem maupun bentuk pelayanan
kesehatan di Indonesia. Para tenaga kesehatan baik yang bekerja di layanan
primer maupun di rumah sakit sebagai layanan sekunder dan tersier perlu
bijaksana mencermati pelaksanaan kebijakan tersebut. BPJS sebagai
penyelenggara JKN perlu mendodialisasi kebijakan tersebut ke masyarakat agar
mereka memahami sistem yang berlaku di dalam JKN baik dalam hal sistem
pembiayaan maupun tenaga kesehatan yang terlibat didalamnya.

Universitas YARSI
2

1.2 Brainstorming
1. JKN adalah program pemerintah yang betujuan untuk memberikan
kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat
Indonesia agar dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
2. SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diadakan oleh semua komponen
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3. BPJS adalah badan penyelenggara jaminan sosial. Badan hukum publik
yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan bagi rakyat Indonesia.
4. Pelayanan primer adalah pelayanan yang bersifat dasar, biasanya dilakukan
oleh dokter umum, perawat mantri.
5. Pelayanan sekunder adalah pelayanan yang bersifat spesialis dan
subspesialis yang terbatas, dilakukan oleh dokter spesialis dan subspesialis
terbatas.
6. Pelayanan tersier adalah pelayanan yang mengutamakan spesialis dan
subspesialis yang luas, dilakukan oleh dokter spesialis dan subspesialis
yang luas.

1.3 Pertanyaan
1. Apakah tujuan program JKN?
2. Apakah tujuan program SKN?
3. Apakah prinsip program JKN?
4. Siapa sajakah yang menjadi sasaran program JKN?
5. Bagaimana mekanisme program BPJS?
6. Apakah manfaat program JKN?
7. Apakah tujuan program BPJS?
8. Apa saja jaminan yang disediakan oleh pemerintah?
9. Apakah dasar hukum program JKN?

Jawab:
1. Untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang
diberikan pada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayarkan oleh pemerintah.
2. Terselenggaranya pembangunan kesehatan semua komponen bangsa, baik
pemerintah daerah dan atau masyarakat termasuk badan hukum, badan
usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya
guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
3. - Kegotong royongan
- Nirlaba
- Portabilitas
- Kepersetaan bersifat wajib
- Dana amanat
3

- Hasil pengelolaan dana jaminan sosial


4. Seluruh rakyat Indonesia yang tergabung dalam kepersetaan, dan warna
negara asing (WNA) yang bekerja minimal 6 bulan di Indonesia yang
telah membayar iuran.
5. - Peserta JKN daftar ke BPJS (dapat juga dilakukan melalui online)
- Melakukan pembayaran
- Pemilihan kelas perawatan (1, 2, atau 3)
- Pengambilan kartu anggota
6. Manfaat medis yaitu berupa pelayanan kesehatan, manfaat non medis yaitu
berupa akomodasi dan ambulans.
7. Menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyar Indonesia, serta
menyelenggarakan jaminan kesehatan.
8. - BPJS kesehatan
- BPJS ketenagakerjaan
9. UU no 40 tahun 2004 tentang SJSN.

1.4 Hipotesis
SKN menerapkan program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS dan
komersial yang dapat melayani pelayanan primer, sekunder, dan tersier.
1.5 Kerangka konsep

SKN

JKN

BPJS Komersial

Bentuk Manfaat Macam


Pembayaran Mekanisme
Asuransi Asuransi Asuransi
4

BAB II
LEARNING ISSUE DAN LEARNING OBJECTIVE

2.1 Memahami dan Menjelaskan SKN


2.1.1 Definisi
2.1.2 Macam pelayanan kesehatan
2.1.3 Syarat pokok pelanyanan kesehatan
2.1.4 Sistem pelayanan kesehatan
2.1.5 Stratifikasi pelayanan kesehatan
2.1.6 Pengertian sistem rujukan
2.1.7 Manfaat sistem rujukan
2.1.8 Jenjang dan sistem rujukan
2.1.9 Konsep pelayanan kedokteran

2.2 Memahami dan Menjelaskan Konsep Pelayanan Kesehatan


Masyarakat (PKM)
2.2.1 Batasan pelayanan kesehatan masyarakat
2.2.2 Pelayanan kesehatan masyarakat dan hubungan berbagai sarana PKM
2.2.3 Rujukan pelayanan kesehatan
2.2.4 Bentuk pelayanan kesehatan
2.2.5 Sistem tenaga kesehatan

2.3 Memahami dan Menjelaskan Sistem Pembayaran Kesehatan


2.3.1 Sumber pembiayaan
2.3.2 Jenis biaya kesehatan
2.3.3 Mekanisme pembiayaan
2.3.4 Biaya berdasarkan pembagian pelayanan kesehatan

2.4 Memahami dan Menjelaskan Asuransi Kesehatan


2.4.1 Bentuk asuransi
2.4.2 Macam asuransi
2.4.3 Manfaat asuransi
2.4.4 SJSN
5

2.1 Memahami dan Menjelaskan SKN


2.1.1 Definisi
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.1
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan berdasarkan pada: 1) Perikemanusiaan, 2) Pemberdayaan dan
kemandirian, 3) Adil dan merata, serta 4) Pengutamaan dan manfaat .1
Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks
Pembangunan Kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan
determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan,
pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran
masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-
masalah tersebut.1
Pelayanan merupakan kegiatan dinamis berupa membantu menyiapkan,
menyediakan dan memproses, serta membantu keperluan orang lain. Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.1

2.1.2 Macam pelayanan kesehatan


Menurut pendapat Hodgetts dan Cascio (1983), ada dua macam jenis
pelayanan kesehatan, yaitu: 2
1. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya adalah
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, dan
sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.2

2. Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi
(institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.2

2.1.3 Syarat pokok pelayanan kesehatan


Suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila: 3
1. Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous)
6

Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit
ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang
dibutuhkan. 3
2. Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate)
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat
istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan mesyarakat, serta bersifat tidak
wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik. 3
3. Mudah dicapai (accessible)
Ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian,
untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang
terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan
didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik. 3
4. Mudah dijangkau (affordable)
Keterjangkauan yang dimaksud adalah terutama dari sudut biaya. Untuk dapat
mewujudkan keadaan yang seperti itu harus dapat diupayakan biaya pelayanan
kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat
saja bukanlah kesehatan yang baik. 3
5. Bermutu (quality)
Mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standart yang telah ditetapkan.3

2.1.4 Sistem pelayanan kesehatan


Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mendasarkan pada (Departemen
Kesehatan RI, 2009) :4
1. Perikemanusian
Pembangunan kesehatan harus berlandaskan pada prinsip perikemanusiaan
yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga kesehatan perlu berbudi luhur,
memegang teguh etika profesi, dan selalu menerapkan prinsip
perikemanusiaan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. 4
2. Pemberdayaan dan Kemandirian
Setiap orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah berperan,
berkewajiban, dan bertanggung-jawab untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, dan
lingkungannya. Pembangunan kesehatan harus mampu membangkitkan
dan mendorong peran aktif masyarakat. Pembangunan kesehatan
dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas kemampuan dan
kekuatan sendiri serta kepribadian bangsa dan semangat solidaritas sosial
serta gotong-royong. 4
3. Adil dan Merata
Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa
memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonominya. Setiap
7

orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Setiap anak berhak atas


kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang, serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi. 4
4. Pengutamaan dan manfaat
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan perorangan atau golongan.
Upaya kesehatan yang bermutu diselenggarakan dengan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus lebih
mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit. 4
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berlandaskan pada dasar
kemitraan atau sinergisme yang dinamis dan tata penyelenggaraan yang
baik, sehingga secara berhasil guna dan bertahap dapat memberi manfaat
yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat,
beserta lingkungannya. Pembangunan kesehatan diarahkan agar
memberikan perhatian khusus pada pendudukrentan, antara lain: ibu, bayi,
anak, manusia usia lanjut, dan masyarakat miskin. 4

Perlu diupayakan pembangunan kesehatan secara terintegrasi antara Pusat


dan Daerah dengan mengedepankan nilai-nilai pembangunan kesehatan, yaitu: a)
Berpihak pada Rakyat, b) Bertindak Cepat dan Tepat, c) Kerjasama Tim, d)
Integritas yang Tinggi, dan e) Transparansi serta Akuntabilitas. 4

2.1.5 Stratifikasi pelayanan kesehatan

Stratifikasi pelayanan kesehatan merupakan pengelompokan pemberian pelayanan


kesehatan berdasarkan tingkat kebutuhan subjek layanan kesehatan. Secara umum
stratifikasi pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu:4
1. Upaya Kesehatan Primer
Upaya Kesehatan Primer terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan primer
dan pelayanan kesehatan masyarakat primer. 4
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP)
Pelayanan kesehatan perorangan primer adalah pelayanan
kesehatan dimana terjadi kontak pertama secara perorangan
sebagai proses awal pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan perorangan primer memberikan
penekanan pada pelayanan pengobatan, pemulihan tanpa
mengabaikan upaya peningkatan dan pencegahan, termasuk di
dalamnya pelayanan kebugaran dan gaya hidup sehat (healthy life
style). 4
Pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan
oleh tenaga kesehatan yang dibutuhkan dan mempunyai
kompetensi seperti yang ditetapkan sesuai ketentuan berlaku serta
dapat dilaksanakan di rumah, tempat kerja, maupun fasilitas
kesehatan perorangan primer baik Puskesmas dan jaringannya,
serta fasilitas kesehatan lainnya milik pemerintah, masyarakat,
maupun swasta. Dilaksanakan dengan dukungan pelayanan
8

kesehatan perorangan sekunder dalam sistem rujukan yang timbal


balik. 4
Pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan
berdasarkan Norma, Sstandar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)
pelayanan yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan
masukan dari organisasi profesi dan masyarakat. 4
Pelayanan kesehatan perorangan primer dapat
diselenggarakan sebagai pelayanan yang bergerak (ambulatory)
atau menetap; dapat dikaitkan dengan tempat kerja, seperti klinik
perusahaan; dan dapat disesuaikan dengan lingkungan atau kondisi
tertentu (kesehatan matra, seperti: kesehatan haji, kesehatan
kelautan, kesehatan penerbangan, kesehatan wisata). 4
Pemerintah wajib menyediakan pelayanan kesehatan
perorangan primer di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sesuai kebutuhan, terutama bagi masyarakat miskin,
daerah terpencil, perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan,
serta yang tidak diminati swasta. 4
Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan primer untuk
penduduk miskin dibiayai oleh pemerintah, sedangkan golongan
ekonomi lainnya dibiayai dalam sistem pembiayaan yang diatur
oleh pemerintah. 4
Dalam pelayanan kesehatan perorangan termasuk pula
pelayanan kesehatan berbasis masyarakat dalam bentuk seperti Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) dan pengobatan tradisional serta
pengobatan alternatif yang secara ilmiah telah terbukti terjamin
keamanan dan khasiatnya. 4
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) 4
Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan
peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan pengobatan dan
pemulihan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. 4
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer
menjadi tanggung-jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
pelaksanaan operasionalnya dapat didelegasikan kepada
Puskesmas. Masyarakat termasuk swasta dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan masyarakat primer sesuai peraturan yang
berlaku dan berkerjasama dengan pemerintah. 4
Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat primer
ditanggung oleh pemerintah bersama masyarakat, termasuk swasta.
Pemerintah wajib melaksanakan dan membiayai pelayanan
kesehatan masyarakat primer yang berhubungan dengan prioritas
pembangunan kesehatan melalui kegiatan perbaikan lingkungan,
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan kematian serta
paliatif . 4
Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat primer
didukung kegiatan lainnya, seperti surveilans, pencatatan, dan
pelaporan. 4
9

Pemerintah dapat membentuk fasilitas kesehatan yang


secara khusus ditugaskan untuk melaksanakan upaya kesehatan
masyarakat sesuai keperluan. 4
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer
mendukung upaya kesehatan berbasis masyarakat dan didukung
oleh pelayanan kesehatan masyarakat sekunder. 4

2. Upaya Kesehatan Sekunder


Upaya kesehatan sekunder adalah upaya kesehatan rujukan lanjutan, yang
terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan sekunder dan pelayanan kesehatan
masyarakat sekunder . 4
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan Sekunder (PKPS) 4
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder adalah
pelayanan kesehatan spesialistik yang menerima rujukan dari
pelayanan kesehatan perorangan primer, yang meliputi rujukan
kasus, spesimen, dan ilmu pengetahuan serta wajib merujuk
kembali ke fasilitas kesehatan yang merujuk. 4
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder dilaksanakan
oleh dokter spesialis atau dokter yang sudah mendapatkan
pendidikan khusus dan mempunyai ijin praktik serta didukung
tenaga kesehatan lainnya yang diperlukan. Pelayanan kesehatan
perorangan sekunder dilaksanakan di tempat kerja maupun
fasilitas kesehatan perorangan sekunder baik Rumah Sakit
setara kelas C serta fasilitas kesehatan lainnya milik
pemerintah, masyarakat, maupun swasta. 4
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder harus
memberikan pelayanan kesehatan yang aman, sesuai, efektif,
efisien dan berbasis bukti (evidence based medicine) serta
didukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan. 4
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder yang bersifat
tradisional dan komplementer dilaksanakan dengan berafiliasi
dengan atau di rumah sakit pendidikan. 4
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder dapat
dijadikan sebagai wahana pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan pelatihan. 4

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Sekunder (PKMS) 4


Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder menerima
rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat primer
dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, dan
sumber daya manusia kesehatan serta didukung oleh pelayanan
kesehatan masyarakat tersier (KEPMENKES, 2009).
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat
sekunder menjadi tanggung- jawab Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan atau Provinsi sebagai fungsi teknisnya,
yakni melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat yang
10

tidak sanggup atau tidak memadai dilakukan pada pelayanan


kesehatan masyarakat primer. 4
Dalam penanggulangan penyakit menular yang tidak
terbatas pada suatu batas administrasi pemerintahan (lintas
kabupaten/ kota), maka tingkat yang lebih tinggi (provinsi)
yang harus menanganinya. 4
Fasilitas kesehatan penyelenggara pelayanan kesehatan
masyarakat sekunder dibangun sesuai dengan standar. Bagi
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat milik swasta harus
mempunyai izin sesuai peraturan yang berlaku serta dapat
bekerjasama dengan unit kerja Pemerintah Daerah, seperti
laboratorium kesehatan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
(BTKL), Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), dan
lain-lain. 4
3. Upaya Kesehatan Tersier4
Upaya kesehatan tersier adalah upaya kesehatan rujukan unggulan yang terdiri
dari pelayanan kesehatan perorangan tersier dan pelayanan kesehatan masyarakat
tersier. 4
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier (PKPT) 4
Pelayanan kesehatan perorangan tersier menerima
rujukan sub-spesialistik dari pelayanan kesehatan di
bawahnya, dan wajib merujuk kembali ke fasilitas kesehatan
yang merujuk. 4
Pelaksana pelayanan kesehatan perorangan tersier
adalah dokter sub-spesialis atau dokter spesialis yang telah
mendapatkan pendidikan khusus atau pelatihan dan
mempunyai izin praktik dan didukung oleh tenaga kesehatan
lainnya yang diperlukan. 4
Pelayanan kesehatan perorangan tersier dilaksanakan
di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus setara kelas A
dan B, baik milik pemerintah maupun swasta yang mampu
memberikan pelayanan kesehatan sub- spesialistik dan juga
termasuk klinik khusus, seperti pusat radioterapi . 4
Pemerintah mengembangkan berbagai pusat
pelayanan unggulan nasional yang berstandar internasional
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dan
menghadapi persaingan global dan regional. 4
Fasilitas pelayanan kesehatan perorangan tersier
dapat didirikan melalui modal patungan dengan pihak asing
sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku. 4
Pelayanan kesehatan perorangan tersier wajib
melaksanakan penelitian dan pengembangan dasar maupun
terapan dan dapat dijadikan sebagai pusat pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan. 4
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tersier (PKMT) 4
Pelayanan kesehatan masyarakat tersier menerima
rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat
sekunder dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana,
11

teknologi, sumber daya manusia kesehatan, dan rujukan


operasional. 4
Pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tersier
adalah Dinas Kesehatan Provinsi, Unit kerja terkait di
tingkat Provinsi, Departemen Kesehatan, dan Unit kerja
terkait di tingkat nasional. 4
Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat tersier
menjadi tanggung-jawab Dinas Kesehatan Provinsi dan
Departemen Kesehatan yang didukung dengan kerja sama
lintas sektor . 4
Institut pelayanan kesehatan masyarakat tertentu
secara nasional dapat dikembangkan untuk menampung
kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. 4

2.1.6 Pengertian sistem rujukan


Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap
suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit
yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.5

2.1.7 Manfaat sistem rujukan6,7


• Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker), manfaat
sistem rujukan adalah membantu penghematan dana, karena tidak perlu
menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana
kesehatan; memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat
hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia;
memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
• Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health
consumer), manfaat sistem rujukan adalah meringankan biaya pengobatan,
karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang;
mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan
kesehatan.
• Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
keseahatan (health provider), manfaat sistem rujukan adalah memperjelas
jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya
seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang terjalin;
memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
12

2.1.8 Jenjang dan sistem rujukan


JENJANG RUJUKAN MEDIS/SPESIMEN8
Pasal 3

(1). Pelayanan kesehatan bersumber masyarakat.


a. Kader dan dukun bayi.
b. Posyandu.
(2). Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagai Pelaksana
Pelayanan Kesehatan tingkat 1 (PPK 1)
a. Praktik Bidan
b. Praktik Perawat
c. Klinik Bersalin
d. Klinik
e. Praktik Dokter Umum
f. Praktik Dokter Gigi
g. Puskesmas dan jaringannya (Puskesmas Pembantu, Puskesmas
Keliling, Poskesdes dan Polindes)
h. Puskesmas DTP mampu PONED
(3). Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua/spesialistik sebagai
Pelaksana Pelayanan Kesehatan tingkat 2 (PPK 2)
a. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
b. Rumah Sakit Swasta
c. BKKM
d. BKPM
e. Laboratorium Klinis/Kesehatan Kabupaten/Kota
f. Laboratorium Klinis/Kesehatan Swasta
(4). Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat ketiga/sub spesialistik sebagai
Pelaksana Pelayanan Kesehatan tingkat 3 (PPK 3)
a. Rumah Sakit Vertikal :
 Rumah Sakit Rujukan Tertinggi (Top Referal) :
- Rumah Sakit Hasan Sadikin
- RS Jantung Harapan Kita
- RS Kanker Dharmais
 Rumah Sakit Jiwa Cisarua
 Rumah Sakit Paru Rotinsulu
 Rumah Sakit Marzuki Mahdi
b. Rumah Sakit Provinsi :
 Rumah Sakit Al Ikhsan
 Rumah Sakit Jiwa Provinsi
 Rumah Sakit Paru Sidawangi
c. Rumah Sakit Wilayah :
 Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon
 Rumah Sakit Karawang Kabupaten Karawang
 Rumah Sakit Cibinong Kabupaten Bogor
 Rumah Sakit Syamsudin Kota Sukabumi
 Rumah Sakit Tasikmalaya Kota Tasikmalaya
d. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
13

BAB V
ALUR RUJUKAN

Pasal 5
(1) Alur pertama pasien adalah pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama (PPK 1) yang berada pada wilayah cakupan rujukan
di kecamatan.
(2) Alur rujukan dan rujukan balik dilaksanakan secara vertical dan
horizontal sesuai dengan kemampuan dan kewenangan pelayanan.
(3) Alur rujukan dan rujukan balik dilaksanakan pada fasilitas pelayanan
kesehatan dalam 1 (satu) wilayah cakupan rujukan berdasarkan
jenjang fasilitas pelayanan kesehatan dimulai dari PPK 1 ke PPK 2 dan
seterusnya.
(4) Alur rujukan bisa dilaksanakan tidak sesuai dengan pasal (2) dalam
keadaan sebagai berikut :
a. Dalam keadaan kegawat daruratan
b. Fasilitas pelayanan kesehatan dalam wilayah cakupan rujukan tidak
mempunyai sarana / tenaga yang sesuai dengan kebutuhan.
(5) Fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi ketentuan alur
rujukan dan wilayah cakupan rujukan dapat diberikan sanksi sesuai
ketentuan.

Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan


pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal
balik pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horiontal.
Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus kemana seseorang
dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya. 6
Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk
bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan
ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di
suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak
dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung
jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila
seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka
proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani
dengan tepat. 6
14

Gambar 2.1 Skema sistem rujukan pelayanan kesehatan di Indonesia


(Sumber: Permenkes No. 01 tahun 2012)

Rujukan dibagi dlm rujukan medik/perorangan yg berkaitan dgn


pengobatan & pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), spesimen, &
pengetahuan tentang penyakit; serta rujukan kesehatan dikaitkan dgn upaya
pencegahan & peningkatan kesehatan berupa sarana, teknologi, dan operasional. 6

Gambar 2.2 Jenis rujukan di Indonesia


(Sumber: Permenkes No. 01 tahun 2012)
15

Gambar 2.3 Perbedaan rujukan perorangan dan masyarakat


(Sumber: Permenkes No. 01 tahun 2012)

Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang


berbeda tingkatan. 6
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan yg lebih
tinggi dilakukan apabila: 6
• Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik;
• Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan.
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan yg lebih
rendah dilakukan apabila: 6
• Permasalahan pasien dpt ditangani oleh tingkatan pelayanan yg lebih
rendah sesuai dgn kompetensi dan kewenangannya;
• Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih
baik dalam menangani pasien tersebut;
• Pasien memerlukan pelayanan lanjutan yg dpt ditangani oleh tingkatan
pelayanan yg lebih rendah & untuk alasan kemudahan, efisiensi dan
pelayanan jangka panjang; dan/atau
• Perujuk tdk dpt memberikan pelayanan kesehatan sesuai dgn kebutuhan
pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau
ketenagaan.
16

Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam


satu tingkatan.6
Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,
peralatan dan/atau ketenagaan yg sifatnya sementara atau menetap.6
Ketimpangan yang sering terjadi di masyarakat awam adalah pemahaman
masyarakat tentang alur ini sangat rendah sehingga sebagian mereka tidak
mendapatkan pelayanan yang sebagaimana mestinya. Masyarakat kebanyakan
cenderung mengakses pelayanan kesehatan terdekat atau mungkin paling murah
tanpa memperdulikan kompetensi institusi ataupun operator yang memberikan
pelayanan. 6

2.1.9 Konsep pelayanan kedokteran

Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok pelayanan
kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat
bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi
(institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memilihkan
kesehatan serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.9,10
Perbedaan antara pelayanan kedokteran dan kesehatan masyarakat bisa
dilihat dari tenaga pekerjanya atau yang memberikan jasa. Untuk kedokteran,
sudah jelas bahwa yang melayani adalah tenaga para dokter. Fokus utamanya
adalah menyembuhkan penyakit dan sasaran utamanya adalah keluarga maupun
individu (perseorangan). Biasanya jenis layanan ini kurang memperhatikan
efisiensi dan tidak boleh menarik perhatian karena hal ini bertentangan dengan
etika kedokteran. Dalam melayani pasien, dokter terikat undang-undang dan
menjalankan fungsi perseorangan. Dokter hanya bertanggung jawab pada pasien
dan tidak bisa memonopoli usaha kesehatan. 9,10
17

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Konsep Pelayanan Kesehatan


Masyarakat (PKM)

2.2.1 Batasan Pelayanan Kesehatan Masyarakat4


a. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) 4
Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan
peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan pengobatan dan
pemulihan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer
menjadi tanggung-jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
pelaksanaan operasionalnya dapat didelegasikan kepada
Puskesmas. Masyarakat termasuk swasta dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan masyarakat primer sesuai peraturan yang
berlaku dan berkerjasama dengan pemerintah.
Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat primer
ditanggung oleh pemerintah bersama masyarakat, termasuk swasta.
Pemerintah wajib melaksanakan dan membiayai pelayanan
kesehatan masyarakat primer yang berhubungan dengan prioritas
pembangunan kesehatan melalui kegiatan perbaikan lingkungan,
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan kematian serta
paliatif.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat primer
didukung kegiatan lainnya, seperti surveilans, pencatatan, dan
pelaporan.
Pemerintah dapat membentuk fasilitas kesehatan yang
secara khusus ditugaskan untuk melaksanakan upaya kesehatan
masyarakat sesuai keperluan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer
mendukung upaya kesehatan berbasis masyarakat dan didukung
oleh pelayanan kesehatan masyarakat sekunder.

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Sekunder (PKMS) 4


Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder menerima
rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat primer
dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, dan
sumber daya manusia kesehatan serta didukung oleh pelayanan
kesehatan masyarakat tersier.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat
sekunder menjadi tanggung- jawab Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan atau Provinsi sebagai fungsi teknisnya,
yakni melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat yang
tidak sanggup atau tidak memadai dilakukan pada pelayanan
kesehatan masyarakat primer.
Dalam penanggulangan penyakit menular yang tidak
terbatas pada suatu batas administrasi pemerintahan (lintas
kabupaten/ kota), maka tingkat yang lebih tinggi (provinsi)
yang harus menanganinya.
18

Fasilitas kesehatan penyelenggara pelayanan kesehatan


masyarakat sekunder dibangun sesuai dengan standar. Bagi
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat milik swasta harus
mempunyai izin sesuai peraturan yang berlaku serta dapat
bekerjasama dengan unit kerja Pemerintah Daerah, seperti
laboratorium kesehatan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
(BTKL), Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), dan
lain-lain.
c. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tersier (PKMT) 4
Pelayanan kesehatan masyarakat tersier menerima
rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat
sekunder dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana,
teknologi, sumber daya manusia kesehatan, dan rujukan
operasional.
Pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tersier
adalah Dinas Kesehatan Provinsi, Unit kerja terkait di
tingkat Provinsi, Departemen Kesehatan, dan Unit kerja
terkait di tingkat nasional.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat tersier
menjadi tanggung-jawab Dinas Kesehatan Provinsi dan
Departemen Kesehatan yang didukung dengan kerja sama
lintas sector.
Institut pelayanan kesehatan masyarakat tertentu
secara nasional dapat dikembangkan untuk menampung
kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
19

2.2.2 PKM dan hubungan berbagai sarana PKM11


Pelayanan kedokteran Pelayanan kesehatan masyarakat

 Tenaga pelaksananya terutama  Tenaga tenaga pelaksananya


adalah dokter terutama adalah ahli kesmas
 Perhatian utamnya pada  Perhatian utamnya pada
penyembuhan penyakit pencegahan penyakit penyakit
 Sasaran utamnya adalah  Sasaran utamnya adalah
perseorangan atau keluarga masyarakat keseluruhan
 Kurang memperhatikan  Selalu memperhatikan efisiensi
efisiensi  Menarik perhatian masyarakat
 Tidak boleh menarik perhatian misalnya penyuluhan
karena bertentangan dengan masyarakat
etik dokter  Menjalankan fungsi
 Menjalankan fungsi mengorganisir masyarakat dan
perseirangan dan terikat dengan didukung dengan undang-
undang-undang undang
 Penghasilan diperoleh dari  Penghasilan merupakan gaji dari
imbal jasa pemerintah
 Bertanggung jawab hanya pada  Bertanggung jawab kepada
penderita seluruh masyarakat
 Tidak dapat memonopoli upaya  Dapat memonopoli upaya
kesehatan dan bahkan kesehatan
mendapat saingan.  Menghadapi berbagai persoalan
 Masalah administrasi sangat kepemimpinan.
sederhana.

2.2.3 Rujukan pelayanan kesehatan

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari:12


1. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan
di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.

2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari:12


1. Rujukan medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus)
ke rumah sakit umum daerah.

2. Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan


dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
20

(preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi


gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik
sanitasi puskesmas.

Macam-macam rujukan
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal yakni:13,14
1) Rujukan upaya kesehatan perorangan13
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit.Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus
penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik hotizontal maupun
vertical).Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan
sederhana, bias dirujuk kembali ke puskesmas.

Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam: 13

1. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik


(missal operasi) dan lain lain.
2. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
3. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten atau melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau
menyelenggarakan pelayanan medik spesialis di puskesmas.

2) Rujukan upaya kesehatan masyarakat 13,14


Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah
kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan
bencana.Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu
puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib
dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi
kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan
kabupaten atau kota.

Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam: 14


Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan
obat, vaksin, dan bahan bahan habis pakai dan bahan makanan. 14

1. Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenanga ahli untuk penyidikan


kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hokum kesehatan,
penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam. 14
2. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat (antara lain
usaha kesehatan sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa,
21

pemeriksaan contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten / kota.


Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu. 14

Keuntungan sistem rujukan7

1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti


bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara
psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarga.
2. Penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas
daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat
dikelola di daerahnya masing – masing.
3. Memudahkan masyarakat di daerah terpencil atau desa dapat memperoleh
dan menikmati tenaga ahli dan fasilitas kesehatan dari jenjang yang lebih
tinggi.

2.2.4 Bentuk pelayanan kesehatan


Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan
pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang
preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari
penyakit.11
Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada
pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah
upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif).
Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesma
saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak
langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.11

2.2.5 Sistem tenaga kesehatan


Tenaga kesehatan bergantung pada tingkatan kelas.

Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan


Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun Kriteria pasien yang dirujuk adalah apabila memenuhi salah satu dari:7

1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.


2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata
tidak mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang
terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan
rincian beberapa prosedur sebagai berikut: 7
22

1. Prosedur standar merujuk pasien


a. Prosedur Klinis: 7
1) Melakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik
untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
2) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas medis / paramedis yang
berkompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien
5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan puskesmas keliling atau ambulans,
agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada
kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau
rawat jalan.

b. Prosedur Administratif: 7
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan
2) Membuat catatan rekam medis pasien
3) Memberi informed consent (persetujuan / penolakan rujukan)
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama dikirim ke tempat
rujukan bersama pasien yang bersangkutan, lembar kedua disimpan sebagai
arsip.Mencatat identitas pasien pada buku regist rujukan pasien.
5) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi
dengan tempat rujukan.
6) Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi
yang bersangkutan
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien
a. Prosedur Klinis : 7
1) Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan
2) Setelah stabil, meneruskan pasien keruang perawatan elektif untuk perawatan
selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang lebih mampu untuk
dirujuk lanjut
3) Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
b. Prosedur Administratif: 7
1) Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah
diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien
2) Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda terima
pasien sesuai aturan masing masing sarana.
3) Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu catatan
medis dan diteruskan ke tepat perawatan selanjutnya sesuai kondisi pasien
4) Membuat inform consent
5) Segera membrikan informasi tentang keputusan tindakan / perawatanyang
akan dilakukan kepata petugas atau keluarga pasien yang mengantar
6) Apabila tidak sanggup menangani merujuk ke RSU yang lebih mampu
dengan mebuat surat rujukan rangkap dua.
7) Mencatat indentitas pasien
23

3. Prosedur standar membalas rujukan pasien


a. Prosedur Klinis: 7
1) Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib
mengembalikan pasien ke RS / Puskesmas / Polindes / Poskesdes pengirim setelah
dilakukan proses antaralain: 7
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan
selanjutnyaperlu di follow up oleh Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes /
Poskesdes pengirim.
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis,
tetapipengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di RumahSakit /
Puskesmas / Polindes / Poskesdes pengirim.
2) Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien sudah
memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit / Puskesmas tersebut
dalamkeadaan: 7
a. Sehat atau Sembuh
b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan
c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain d. Pasien sudah
meninggal
3) Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus memberikan
laporan/informasi medis/balasan rujukan kepada RumahSakit/ Puskesmas/
Polindes/ Poskesdes pengirim pasien mengenai kondisi klinis terahir pasien
apabila pasien keluar dari Rumah Sakit / Puskesmas. 7

b. Prosedur Administratif: 7
1) Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan rujukan
untuksetiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada
RumahSakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang
bersangkutan.
2) Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang bersangkutan
dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang
dituju, dianjurkanberkabar lagi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan
seperti telepon,handphone, faksimili dan sebagainya.
4. Prosedur standar menerima balasan rujukan pasien

a. Prosedur Klinis: 7
1. Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan
fisik.
2. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah
Sakit / Puskesmas yangterakhir merawat pasien tersebut
3. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan
memantau (followup) kondisi klinis pasien sampai sembuh.
b. Prosedur Administratif: 7

1. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut


di buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada
rekam medis pasien yang bersangkutandan memberi tanda tanggal
/ jam telah ditindaklanjuti.
24

2. Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan


rujukan telah diterima.

Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah: 7

a. Persiapan tenaga kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi oleh


minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang kompeten.
b. Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi terakhir
pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain
harus ikutmengantar pasien ke tempat rujukan.
c. Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas
pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah diberikan
pada pasien.
d. Persiapan Alat,bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan selama
perjalanan merujuk.
e. Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan secepatnya. Kelengkapan ambulance, alat, dan
bahan yang diperlukan.
f. Persiapan uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah
cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan di
tempatrujukan.
g. Persiapan donor danar, siapkan kantung darah sesuai golongan darah
pasien atau calon pendonor darah dari keluarga yang berjaga – jaga dari
kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah.

Jenjang Pelayanan Kesehatan


Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan maka jenjang pelayanan kesehatan
dibedakan atas lima, yaitu:15
1. Tingkat rumah tangga
Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri.

2. Tingkat masyarakat
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya:
posyandu, polindes, POD, saka bakti husada, dan lain-lain.

3. Fasilitas pelayanan tingkat pertama


Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan oleh puskesmas dan unit
fungsional dibawahnya, praktek dokter swasta, bidan swasta, dokter keluarga dan
lain-lain.

4. Fasilitas pelayanan tingkat kedua


25

Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial) oleh balai: balai pengobatan
penyakit paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan
kerja masyarakat (BKKM), balai kesehatan olah raga masyarakat (BKOM), sentra
pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional (SP3T), rumah sakit
kabupaten atau kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, dinas kesehatan kabupaten
atau kota, dan lain-lain.

5. Fasilitas pelayanan tingkat ketiga


Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan) oleh
rumah sakit provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan provinsi dan
departemen kesehatan.

Pusat Kesehatan Masyarakat


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. 15
1. Unit pelaksana teknis
Sebagai unit pelaksana teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota,
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. 15
2. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 15
3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan
di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan
puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatn kabupaten/kota sesuai dengan
kemampuannya. 15

4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan.Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas,
maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).Masing-
masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. 15
Sistem Rujukan Berjenjang Perorangan
Definisi
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan
seluruh fasilitas kesehatan.16
26

Ketentuan Umum
1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu (BPJS
Kesehatan): 16

 Pelayanan kesehatan tingkat pertama


 Pelayanan kesehatan tingkat kedua
 Pelayanan kesehatan tingkat ketiga

2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan


dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama. 16
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. 16
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub
spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub
spesialistik.16
5. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan
mengacu pada peraturan perundang- undangan yang berlaku. 16
6. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan
sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak
sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS
Kesehatan. 16
7. Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS
Kesehatan akan melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas
kesehatan tersebut dan dapat berdampak pada kelanjutan kerjasama. 16
8. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal. 16
9. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau
menetap. 16
10. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan
yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih
rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. 16
11. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila: 16

 Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau


subspesialistik;
 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau
ketenagaan.

12. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan
pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila: 16
27

 Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan


kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya
 Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih
baik dalam menangani pasien tersebut
 Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan
kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang
 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan
dan/atau ketenagaan.

Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang

1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai


kebutuhan medis, yaitu: 16

o Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas


kesehatan tingkat pertama
o Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien
dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
o Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer.
o Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.

2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke


faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan
rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di
faskes tersier. 16

3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam


kondisi: 16

o Terjadi keadaan gawat darurat


Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan yang berlaku

o Bencana
Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah
Daerah

o Kekhususan permasalahan kesehatan pasien


Untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut
hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan

o Pertimbangan geografis
o Pertimbangan ketersediaan fasilitas
28

4. Pelayanan oleh bidan dan perawat: 16

o Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan


kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau
dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam
kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien,
yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi
pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama.

5. Rujukan Parsial (BPJS Kesehatan):


• Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau
pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di
Faskes tersebut.

Rujukan parsial dapat berupa: 16
1) Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau
tindakan
2) Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
• Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan
pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.
Forum komunikasi antar fasilitas kesehatan
1. Untuk dapat mengoptimalisasikan sistem rujukan berjenjang, maka perlu
dibentuk forum komunikasi antar Fasilitas Kesehatan baik faskes yang
setingkat maupun antar tingkatan faskes, hal ini bertujuan agar fasilitas
kesehatan tersebut dapat melakukan koordinasi rujukan antar fasilitas
kesehatan menggunakan sarana komunikasi yang tersedia agar: 16
• Faskes perujuk mendapatkan informasi mengenai ketersediaan sarana dan
prasarana serta kompetensi dan ketersediaan tenaga kesehatan serta dapat
memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien sesuai
dengan kebutuhan medis.
• Faskes tujuan rujukan mendapatkan informasi secara dini terhadap kondisi
pasien sehingga dapat mempersiapkan dan menyediakan perawatan sesuai
dengan kebutuhan medis.
2. Forum Komunikasi antar Faskes dibentuk oleh masing-masing Kantor
Cabang BPJS Kesehatan sesuai dengan wilayah kerjanya dengan
menunjuk Person In charge (PIC) dari masing-masing Faskes. Tugas PIC
Faskes adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam rangka
pelayanan rujukan. 16
Pembinaan dan pengawasan sistem rujukan berjenjang : 16
1. Ka Dinkes Kab/Kota dan organisasi profesi bertanggung jawab atas
pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Ka Dinkes provinsi dan organisasi profesi bertanggung jawab atas
pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat kedua.
3. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada
pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
29

LO 3. Memahami dan menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan


2.3.1 Sumber pembiayaan

Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk


menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pembiayaan
kesehatan harus kuat, stabil, dan selalu berkesinambungan untuk menjamin
terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi
(efficiency), dan efektifitas (effectiveness) pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Pengertian pembiayaan tersebut merujuk pada dua sudut pandang berikut:17,18
- Penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider) yaitu besarnya dana
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi
serta dana operasional.
- Pemakai jasa pelayanan (health consumer) yaitu besarnya dana yang
dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
Sumber pembiayaan kesehatan yaitu : 18
1. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi
dan kabupaten/kota) dengan dana berasal dari pajak umum dan pajak
penjualan, pinjaman luar negeri (deficit financial), serta asuransi sosal.
2. Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta,
sumbangan sosial, pengeluaran rumah tangga, serta communan self help.

2.3.2 Jenis Biaya Kesehatan


Jenis-jenis pembiayaan kesehatan dilihat dari pembagian pelayanan kesehatannya
terdiri atas:2
a. Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan/atau
memanfaatkan pelayanan kedokteran yang tujuan utamanya mengarah ke
pengobatan dan pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah
maupun swasta.
b. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk
menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan pelayanan kesehatan
masyarakat yang tujuan utamanya mengarah ke peningkatan kesehatan dan
pencegahan dengan sumber dana terutama dari sektor pemerintah.

2.3.3 Mekanisme Pembiayaan Kesehatan


Alur pembiayaan kesehatan dimulai dari dari mana sumber dana didapat
(pemerintah atau swasta), jika sumber dana sudah jelas, maka akan dikelola oleh
agen pembiayaan (mis:asuransi) yang nantinya dana tersebut akan digunakan oleh
provider kesehatan (Dokter, RS,Dinkes) atau fungsi kesehatan (pengobatan
pasien, pengelolaan Rumah Sakit).18
30

Gambar 2.4 Alur pembiayaan kesehatan


(Sumber: Sihombing NI. Sistem Pembiayaan Kesehatan. Medan; Repository Universitas
Sumatera Utara; 2015. Cited 27 April 2016 23:06.)

2.3.4 Biaya berdasarkan pembagian pelayanan kesehatan


Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.2
Dari pengertian tersebut tampak ada dua sudut pandang ditinjau dari: 2
1. Penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) yaitu besarnya dana untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta dana
operasional.
2. Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat
memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
Sistem pembiyaan yang tepat untuk suatu negara adalah sistem yang mampu
mendukung tercapainya cakupan semesta. Cakupan semesta (universal coverage)
merupakan sistem kesehatan di mana setiap warga masyarakat memiliki akses
yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, yang bermutu dan dibutuhkan, dengan biaya yang terjangkau.
Cakupan semesta mengandung dua elemen inti: (1) Akses pelayanan kesehatan
yang adil dan bermutu bagi setiap warga; dan (2) Perlindungan risiko finansial
ketika warga menggunakan pelayanan kesehatan.19
Sistem pembiayaan kesehatan untuk cakupan semesta dapat dibagi menjadi
tiga kategori: (1) pembayar tunggal (single payer), (2) pembayar ganda (two-tier,
dual health care system), dan (3) sistem mandat asuransi.19
Pembayar Tunggal (Single Payer)
Pemerintah sebagai pembayar tunggal memberikan asuransi kepada semua
warga dan membayar semua pengeluaran kesehatan, meskipun mungkin terdapat
copayment dan coinsurance. Sistem pembayar tunggal merupakan bentuk
„monopsoni‟, karena hanya terdapat sebuah pembeli (pemerintah) dan sejumlah
penjual pelayanan kesehatan. Biaya kesehatan berasal dari anggaran pemerintah
yang diperoleh dari pajak umum (general taxation) atau pajak khusus (misalnya,
payroll tax). 19
31

Sistem Ganda (Two-Tier)


Dalam sistem dua lapis (two-tier) atau ganda (dual health care system),
pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan atau memberikan cakupan asuransi
katastrofik atau cakupan minimal untuk semua warga. Kemudian warga
melengkapinya dengan membeli pelayanan kesehatan tambahan di sektor swasta,
baik melalui asuransi sukarela atau membayar langsung. 19
Adanya sektor pemerintah dan sektor swasta dalam penyelenggaraan
kesehatan sangat mempengaruhi perhitungan total biaya kesehatan suatu negara.
Total biaya dari sektor pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana yang
dikeluarkan oleh pemakai jasa (income pemerintah), tapi dari besarnya dana yang
dikeluarkan oleh pemerintah (expence) untuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Total biaya kesehatan adalah penjumlahan biaya dari sektor
pemerintah dengan besarnya dana yang dikeluarkan pemakai jasa pelayanan untuk
sektor swasta. 19
Dalam membicarakan pembiayaan kesehatan yang penting adalah
bagaimana memanfaatkan biaya tersebut secara efektif dan efisien baik ditinjau
dari aspek ekonomi maupun sosial dengan tujuan dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat yang membutuhkan. Dengan demikian suatu pembiayaan kesehatan
dikatakan baik, bila jumlahnya mencukupi untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dengan penyebaran dana sesuai kebutuhan serta
pemanfaatan yang diatur secara seksama, sehingga tidak terjadi peningkatan biaya
yang berlebihan. 19

Implementasi Strategi Pembiayaan Kesehatan


Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan
kepada beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program
kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan (out of
pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi dan
efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta kualitas pelayanan yang
memadai dan dapat diterima pengguna jasa. 19
Strategi pembiayaan kesehatan
Identifikasi dan perumusan faktor utama pembiayaan kesehatan mencakup
aspek-aspek: 19
1. Kecukupan/adekuasi dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pada
tingkat pusat dan daerah yang dilakukan dalam langkah- langkah: 19
a. Mobilisasi sumber-sumber pembiayaan baik sumber-sumber
tradisional maupun non tradisional
b. Kesinambungan fiscal space dalam anggaran kesehatan nasional
c. Peningkatan kolaborasi intersektoral untuk mendukung
pembiayaan kesehatan
2. Pengurangan pembiayaan Out Of Pocket (OOP) dan meniadakan
hambatan pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama
kelompok miskin dan rentan (pengembangan asuransi kesehatan sosial)
yang dilakukan melalui: 19
32

a. Promosi pemerataan akses dan pemerataan pembiayaan dan


utilisasi pelayanan
b. Pencapaian universal coverage dan penguatan jaminan kesehatan
masyarakat miskin dan rentan.
3. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan yang
dilakukan melalui: 19
a. kesesuaian tujuan kesehatan nasional dengan reformasi
pembiayaan yang diterjemahkan dalam instrument anggaran
operasional dan rencana pembiayaan
b. penguatan kapasitas manajemen perencanaan anggaran dan
pemberi pelayanan kesehatan (providers),
c. pengembangan best practices

Pokok utama pembiayaan kesehatan


Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah: 19
1. Mengupayakan kecukupan/adekuasi dan kesinambungan pembiayaan
kesehatan pada tingkat pusat dan daerah.
2. Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan hambatan
pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok
miskin dan rentan melalui pengembangan jaminan.
3. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan.
Pengembangan jaminan kesehatan dilakukan dengan beberapa skema sebagai
berikut: 19
a. Pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin (JPK-
Gakin).
b. Pengembangan Jaminan Kesehatan (JK) sebagai bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
c. Pengembangan jaminan kesehatan berbasis sukarela:
 Asuransi kesehatan komersial
 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sukarela
4. Pengembangan jaminan kesehatan sektor informal:
 Jaminan kesehatan mikro (dana sehat)
 Dana sosial masyarakat
Prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin – mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak
terampas haknya selama ini. Untuk itu, sasaran dari subsidi pemerintah di bidang
kesehatan perlu dipertajam dengan jalan antara lain: 19
33

Pertama, meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak


berkaitan dengan penduduk miskin. Misalnya program pemberantasan penyakit
menular, pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan gizi masyarakat.
Kedua, meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin, yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, ruang
rawat inap kelas III di rumah sakit. Untuk itu, subsidi bantuan biaya operasional
rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik eksploitasi dan
‘pemalakan’ pasien miskin atas nama biaya perawatan.
Ketiga, mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung
membantu masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya. Contohnya
adalah pengadaan alat kedokteran canggih, program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya.
Keempat, mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan
yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin, misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke.

Pola Pembayaran serta Cara Pembiayaan Kesehatan


Pola pembiayaan kesehatan
Macam-macam pola pembiayaan kesehatan 19
1. Penataan Terpadu (managed care)
Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan
pelayanan kesehatan. Pada saat ini penataan terpadu telah banyak dilakukan di
masyarakat dengan program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau
JPKM. Managed care membuat biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa
lebih efisien. Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat
berhasil baik, antara lain: 19
a. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan harus sadar
bahwa kesehatannya merupakan tanggung jawab masing-masing atau
tanggung jawab individu. Perusahaan akan membantu upaya untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini perlu untuk
menghidari bahaya moral hazard.
b. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care menganut sistem
rujukan.
c. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas berobat,
misalnya obat yang digunakan adalah obat generik kecuali bila keadaan
tertentu memerlukan life saving.
d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan

2. Sistem reimbursement
Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services.
Sistem ini memungkinkan terjadinya over utilization. Penyelewengan biaya
kesehatan yang dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis
layanan oleh karyawan maupun provider layanan kesehatan. 19
3. Asuransi
34

Perusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya


melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan agar asuransi
yang diambil adalah asuransi kesehatan yang mencakup seluruh jenis pelayanan
kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif dan preventif. Asuransi tersebut
menanggung seluruh biaya kesehatan, atau group health insurance (namun kepada
pekerja dianjurkan agar tidak berobat secara berlebihan). 19
4. Pemberian Tunjangan Kesehatan
Perusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan
tunjangankesehatan atau memberikan lumpsum biaya kesehatan kepada
pegawainya dalam bentuk uang. Sakit maupun tidak sakit tunjangannya sama.
Sebaiknya tunjangan ini digunakan untuk mengikuti asuransi kesehatan (family
health insurance). Tujuannya adalah menghindari pembelanjaan biaya kesehatan
untuk kepentingan lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman beralkohol, dan
hal – hal lain yang malah merugikan kesehatannya. 19
5. Rumah Sakit Perusahaan
Perusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan lebih
diuntungkan apabila mengusahakan suatu rumah sakit untuk keperluan
pegawainya dan keluarga pegawai yang ditanggungnya. Dalam praktisnya, rumah
sakit ini bisa juga dimanfaatkan oleh masyarakat bukan pegawai perusahaan
tersebut. Menyangkut kesehatanpegawainya, rumah sakit perusahaan harus
menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap, dan perlu dievaluasi secara
periodik. Perlu diingatkan bahwa pelayanan kesehatan yang didapat dari rumah
sakit perusahaan diupayakan bisa lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh
rumah sakit lain. Dengan demikian, pegawai perusahaan yang dirawat akan
merasa puas dan bangga terhadap fasilitas yang disediakan. Rasa senang
menerima fasilitas kesehatan ini akan membuahkan semangat bekerja untuk
membalas jasa perusahaan yang dinikmatinya. 19
Cara Pembiayaan Kesehatan
Uang yang dibayarkan untuk pelayanan kesehatan dapat dibayarkan dalam
empat cara: 19
1. Out of Pocket (OOP)
Pada umumnya ketika melakukan pembayaran untuk layanan
kesehatan di rumah sakit, hanya ada dua pihak yang dilibatkan, yaitu
pasien atau keluarga sebagai penerima layanan dan rumah sakit akan
membayar langsung kepada pemberi layanan (rumah sakit). Dengan cara
ini pasien membayar langsung kepada dokter atau pembeli pelayanan
kesehatan lainnya untuk pelayanan kesehatan yang sudah diterima. Aspek
positif metoda ini, pasien menjadi lebihmenghargai nilai ekonomi dari
pelayanan kesehatan yang diteima sehingga menghindari penggunaan
pelayanan kesehatan secara berlebihan. Aspek negatif nya pasien dan
keluarga akan sangat rentan untuk mengalami pengeluaran bencana
(catastrophic expenditure), karena harus membayar biaya kesehatan yang
mahal pada suatu saat ketika sakit, sehingga bisa menyebabkan pasien
dan keluarganya jatuh miskin. 19
2. Asuransi atau pihak lain terdapat pihak lain yang campur tangan dalam
pemnayaram kesehatan pasien, yaitu perusahaan asuransiatau pihak
lainya.19
35

 Pasien membayar dahulu ke rumah sakit, lalu tagihan akan diklaim


ke perusahaan asuransi sehingga biaya yang ikeluarkan pasien akan
diganti.
 Rumah sakit langsung menagih biaya pelayanan yang dierikan
pada pasien kepada perusahaan asurasi
3. Pajak atau taxation
Pemerintah Indonesia telah menarik pajak umum, Pemer intah
membayar sebagian darai biaya pelayanan kesehatan pasien yang
diberikan pada fasilitas kesehatan pemerintah, misalnya Puskesmas dan
Rumah Sakit Pemerintah Pusat maupun Daerah. Pasien harus membayar
sebagian dari pelayanan kesehatan yang digunakan, disebut User fee (user
charge). Di Indonesia terdapat skema Jamkesmas yang membebaskan
semua biaya pelayanan kesehatan di tingkat primer maupun sekunder yang
disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. 19

4. Medical Saving Account (MSA, personal saving account)


Mengharuskan warga menabung uang untuk membiayai pelayanan
kesehatan sendiri. Sejauh ini hanya Singapore yang menggunakan sistem
ini. Sistem ini memproteksi generasi berikutnya dari biaya- biaya akibat
generasi kini. 19
Unsur pembiayaan Kesehatan
Subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama yaitu
penggalian dana, alokasi dana, dan pembelanjaan. 19
1. Penggalian dana adalah kegiatan menghimpuna dana yang
diperlukan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan dan atau pemeliharaan
kesehatan. Terdapat dua jenis penggalian dana, yaitu: 19
a. Penggalian dana untuk UKM
Sumber dana untuk UKM (Unit Kesehatan masyarakat) terutama berasal dari
pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui pajak umum, pajak khusus,
bantuan dan pinjaman, serta berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk
upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta
dihimpun dengan menerapkan prinsip publik- private partnership yang didukung
dengan pemberian sentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang
disumbangkan. 19
Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri
guna membiayai upaya kesehatan masyarakat misalnya dalam bentuk dana sehat,
atau dilakukan secara pasif, yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana
pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul dimasyarakam, misalnya dana sosial
keagamaan. 19
b. Penggalian dana untuk UKP
Sumber dana untuk UKP (Unit Kesehatan Perorangan) berasal dari masing-
masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat rentan dan
keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme
jaminan pemeliharaan kesehatan wajib. 19
36

2. Pengalokasian dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah


berhasil dihimpun, baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat, maupun
swasta. Terdapat dua jenis pengalokasian dana: 19
a. Alokasi dana dari pemerintah
Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM dan UKP
dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan belanja, baik
pusat maupun daerah, sekurang-kurangnya 5% dari PDB atau 15% dari
total anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
b. Alokasi dana dari masyarakat
Alokasi dana yang berasal dari masyarakat untuk UKM
dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan kemampuan.
Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program
jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
3. Pembelanjaan dana adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan dalam
anggaran pendapatan dan belanja sesuai dengan peruntukannya dana atau
dilakukan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan wajib atau sukarela. 19
Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan publik-private partnership
digunakan untuk membiayai UKM. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari
Dana Sehat dan Dana Sosial Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan
UKP. 19
Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan
kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
wajib. Sedangkan pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan keluarga mampu
dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib dan atau sukarela. 19
Di masa mendatang, biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap
digunakan seluruhnya untuk pembiayaan UKM dan jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat rentan dan keluarga miskin. 19

LO 4. Memahami dan menjelaskan asuransi kesehatan


2.4.1 Bentuk Asuransi
Asuransi Kesehatan adalah suatu sistem pengelolaan dana yang diperoleh
dari uang iuran secara teratur oleh anggota, suatu bentuk organisasi guna
membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan anggota.Dari segi ekonomi
asuransi kesehatan juga merupakan usaha bersama untuk menghindari adanya
kesulitan ekonomi dari para anggotanya apabila mereka sakit, atau suatu usaha
untuk memungkinkan seseorang membayar terlebih dahulu biaya kesehatannya
atas dasar spekulasi dari sebagian atau seluruh biaya kesehatannya yang mungkin
terjadi pada masa yang akan datang.20
Sistem asuransi kesehatan bagi banyak negara merupakan bagian dari
sistem jaminan sosial yang semakin lama semakin berkembang. Yang termasuk di
dalam jangkauan asuransi sosial meliputi: 20
1. Tabungan hari tua
2. Jaminan hari tua
3. Jaminan kesehatan
4. Jaminan kecelakaan
5. Jaminan kematian
37

Dengan demikian asuransi kesehatan ini dapat digolongkan sebagai asuransi


sosial. Pada asuransi kesehatan dikenal asas mempertimbangkan kemempuan
membayar premi dari para peserta asuransi. Karena itu dikenal azas yang kaya
membayar yang lebih besar dari yang kurang mampu (miskin). Biasanya dipakai
prosentase tertentu dari pendapatan mereka. Sekaligus ini mencerminkan adanya
sifat solidariras sosial atau kegotong-royongan. Mekipun demikian haruslah
diperhitungkan secara baik jumlah premi yang harus dibayar berdasarkan
prosentasi tersebut. Karena jumlah premi yang terlalu sedikit menyebabkan
perusahaan asuransi tidak mampu memenuhi kewajibannya memnayar biaya
kesehatan. Dengan demikian besarnya jumlah premi yang harus dibayar oleh
setiap anggota dan jenis pelayanan kesehatan yang ditanggung oleh perusahaan
asuransi harus jelas. 20
Badan penyelenggara asuransi juga harus menciptakan sistem pelayanan
kesehatan yang efisien, sehingga jasa pelayanan kesehatan yang diberikan kepala
peserta asuransi tidak terpakai secara salah, berlebihan serta kemungkinan
disalah-gunakan oleh orang lain. Dari segi peserta asuransi kesehatan maka
mereka tidak sematamata sebagai konsumen tetapi juga sebagai klien. Dengan
demikian mereka juga dapat mempengaruhi Badan Penyelenggara Asuransi
Kesehatan dalam menentukan tingkat atau jenis pelayanan yang harus diberikan.
Sebaliknya dari segi Badan Asuransi dia juga merupakan klien bagi penghasil jasa
pelayanan kesehatan (misalnya dokter, apotek, laboratorium klinik, rumah sakit
dan lain-lain). Karena itu Badan Asuransi akan merupakan badan penengah antara
peserta asuransi kesehatan dengan para pelaksana pelayanan kesehatan. Dengan
cara ini akan tercapai hubungan yang harmonis antara ketiganya dan saling
menguntungkan. 20
Khususnya dalam jaminan pelayanan kesehatan, pengembangan sistem ini
dimulai dengan diundangkannya Undang-undang Pokok-pokok Kesehatan Nomor
9 Tahun 1960, yang mengatur Pokok-pokok Pelayanan Kesehatan di Indonesia.
Jiwa dari Undang-undang ini sebenarnya adalah meskipun pemerintah
bertanggung jawab terhadap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
seluruh rakyat Indonesia, masyarakat wajib diikut sertakan di dalam usaha-usaha
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pemerintah melalui PT. ASKES
memberikan sistem pelayanan dalam usaha melindungi masyarakat atas gangguan
kesehatan karena sakit atupun kecelakaan yaitu: 20
1). Asuransi biaya rumah sakit (hospital expense insurance)
Asuransi ini merupakan bentuk asuransi yang paling luas dipakai dalam
asuransi kesehatan, di mana perusahaan asuransi akan membayar pengeluaran-
pengeluaran pada waktu tertanggung dirawat di rumah sakit baik karena sakit
maupun kecelakaan. 20
2). Asuransi atas biaya pembedahan (surgical expense insurance)
Biaya pembedahan biasanya juga termasuk biaya perawatan rumah sakit
pada umumnya ditutup asuransinya tersendiri, dalam hal ini ditentukan untuk
jenis pembedahan apakah serta berapa besar jumlah maksimum yang dapat diganti
dan jenisjenis biaya atau pengeluaran yang termasuk dalam perawatan rumah
sakit. 20
38

3). Asuransi atas biaya pengobatan biasa (regular medical expenses insurance)
Asuransi atas biaya pengobatan biasa, kadang disebut asuransi biaya
pengobatan dokter, yaitu biaya pemeriksaan doktr baik di rumah, dikantor ataupun
di rumah sakit tidak termasuk biaya pembedahan. 20
4). Asuransi atas biaya pengobatan medis utama (mayor medical expenses
insurance) Asuransi atas biaya pengobatan medis utama ini ditujukan biaya
kepada pengobatan yang membutuhkan proyeksi yang besar karena penyakit. 20
5). Asuransi ketidakmampuan berpenghasilan (disablelity Income insurance)
Penggantian penghasilan yang selam masa ketidakmampuan karena sakit atau
kecelakan mungkin lebih berperan dibandingkan dengan biaya penggantian
pengobatannya. 20
Dalam pelaksanaannya asuransi kesehatan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 20
1) Peserta bersifat wajib dan secara otomatis
2) Hubungan hukum antara penanggung dengan tertanggung diatur didalam
suatu Peraturan Perundang-undangan khusus (Keppres No. 230/ 1968 jo
Keppres No. 13/ 1981 jo PP No. 22 jo PP No. 23/ 1984)
3) Penyelenggaranya adalah satu badan atau lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah (PT. ASKES Persero Indonesia)
4) Tidak bersifat mencari untung
5) Mempergunakan prinsip solidaritas atau gotong-royong
6) Adanya pembatasan-pembatasan terhadap kualitas dan kuantitas klaim
Asuransi kesehatan di dalam pelaksanaannya tetap berpedoman pada azas-azas
sebagai berikut:20
1). Azas usaha bersama berdasarkan kekeluargaan
2). Azas adil dan merata
3). Azas keseimbangan dan kepentingan
4). Azas berdaya guna dan hasil guna
5). Azas musyawarah dan mufakat
6). Azas percaya diri
7). Azas tidak mencari keuntungan semata
Mengenai istilah Asuransi Kesehatan (ASKES) memang secara resmi
tidak dicantumkan didalam ketentuan perundang-undangan yang mengaturnya.
Jadi untuk istilah resmi untuk ini adalah (Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri
Sipil dan penerima pensiun serta anggota keluarganya. 20

Tujuan
Tujuan pemerintah menyelenggarakan semua pertanggungan sosial pada
azasnya adalah sama yaitu untuk memberikan jaminan sosial bagi masyarakat. Ini
merupakan tujuan khusus dalam pertanggungan, sedangkan apabila ditelaah lebih
jauh tujuan yang lebih luas lagi adalah supaya dengan terlaksananya tujuan
khusus itu tercapai juga suatu masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. 20
Demikian juga hal Asuransi Kesehatan, tujuannya adalah membayar biaya
rumah sakit, biaya pengobatan dan mengganti kerugian tertanggung atas
hilangnya pendapatan karena cedera akibat kecelakaan atau penyakit. Sedangkan
tujuan asuransi kesehatan adalah meningkatkan pelayanan pemeliharaan
kesehatan bagi peserta dan anggota keluarganya. Asuransi kesehatan yang
bertujuan memberikan bantuan kepada peserta dalam membiayai pemeliharaan
kesehatannya meliputi beberapa program tertentu : 20
39

1). Pengobatan, perawatan dan pemberian suntik pencegah (proventatif program)


seperti: 20
a. Oleh dokter umum, dokter gigi pemerintah atau swasta yang ditunjuk
b. Oleh suatu lembaga pengobatan atau rumah sakit pemerintah atau swasta
yang ditunjuk
2). Perawatan persalinan pada Rumah Sakit Bersalin Pemerintah atau Swasta yang
ditunjuk
3). Obat-obatan berdasarkan resep dokter yang ditunjuk
4). Pembelian kacamata menurut resep dokter yang ditunjuk dan lain lain
Maka apabila seseorang menghadapi resiko yang langsung menyangkut
penderitaan bagi kesehatan jasmaninya, lebih mudah ditanggulangi dengan
bantuan dari pemerintah melalui pertanggungan sosial ini atau asuransi kesehatan
pada khususnya. Bantuan pemerintah pada saat-saat itu hendaknya dapat
meringankan beban hidup, sehingga orang ini dapat diharapkan menghasilkan
atau produktifitasnya lebih besar dalam pekerjaannya. 20
Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus
berkembang sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal l34 ayat 2, yaitu
menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dengan dimasukkannya Sistem Jaminan Sosial dalam
perubahan UUD 1945, kemudian terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menjadi suatu bukti yang
kuat bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait memiliki komitmen
yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya.
Melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai salah satu bentuk
perlindungan sosial, pada hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. 21

2.4.2 Macam –macam asuransi


Jaminan Kesehatan Nasional

Tujuan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional


Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memberikan
perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. 21

Sasaran
Sasaran Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini
adalah seluruh komponen mulai dari pemerintah (pusat dan daerah), BPJS,
fasilitas kesehatan, peserta dan pemangku kepentingan lainnya sebagai acuan
dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 21

Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengaturan dalam Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) ini meliputi penyelenggaraan, peserta dan kepesertaan,
40

pelayanan kesehatan, pendanaan, badan penyelenggara dan hubungan antar


lembaga, monitoring dan evaluasi, pengawasan, dan penanganan keluhan. 21

Ketentuan Umum
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial yang bertujuan agar seluruh
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Perlindungan ini diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. 21

Unsur-unsur penyelenggaraan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


meliputi: 21
1. Regulator
Yang meliputi berbagai kementerian/lembaga terkait antara lain
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, dan Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN).

2. Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah seluruh
penduduk Indonesia, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
3. Pemberi Pelayanan Kesehatan
Pemberi Pelayanan Kesehatan adalah seluruh fasilitas layanan kesehatan
primer (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dan rujukan (Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut)
4. Badan Penyelenggara
Badan Penyelenggara adalah badan hukum publik yang menyelenggarakan
program jaminan kesehatan sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS).

Prinsip Prinsip Penyelenggaraan21


Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) mengacu pada
prinsip-prinsip sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu: 21
1. Kegotongroyongan
Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), prinsip gotong royong
berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu,
peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena
kepesertaannya bersifat wajib untuk seluruh penduduk.
2. Nirlaba
Dana yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS Kesehatan) adalah dana amanah yang dikumpulkan dari masyarakat
41

secara nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Tujuan
utamanya adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
3. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.
Prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang
berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
4. Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
5. Kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah, serta kelayakan penyelenggaraan
program.
6. Dana Amanah
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

Manfaat JKN
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat
medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi
dan ambulans.
Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan
kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.22
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan kebutuhan medis.
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan: 22
Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
a. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis
Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.
b. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan
tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga
berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar
disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
c. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko
penyakit tertentu.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada
manfaat yang tidak dijamin meliputi: 22
a. Tidak sesuai prosedur
b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
c. Pelayanan bertujuan kosmetik
42

d. General checkup
e. Pengobatan alternatif
f. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi
g. Pelayanan kesehatan pada saat bencana
h. Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk
menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.

Pengorganisasian
Lembaga Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
JKN diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum publik milik
Negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPJS
terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi. 22
Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang anggota: 2 (dua) orang unsur
Pemerintah, 2(dua) orang unsur Pekerja, 2 (dua) orang unsur Pemberi Kerja, 1
(satu) orang unsur Tokoh Masyarakat. Dewan Pengawas tersebut diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden.
Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur
profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. 22

a. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Dewan Pengawas


Dalam melaksanakan pekerjaannya, Dewan Pengawas mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pelaksanaan tugas BPJS dengan uraian sebagai
berikut: 22
- Fungsi Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan atas
pelaksanaan tugas BPJS.
- Dewan Pengawas bertugas untuk:
o Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan
kinerja Direksi
o Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan
pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi
o Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi
mengenai kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS
o Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan
Sosial sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden
dengan tembusan kepada DJSN.
- Dewan Pengawas berwenang untuk:
o Menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS
o Mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi
o Mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS
o Melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai
penyelenggaraan BPJS
o Memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai
kinerja Direksi. (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
72 tahun 2012)
43

Definisi BPJS
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan progam jaminan social.16
Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran,
meliputi:16
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI): fakir miskin dan orang
tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri
dari:16

 Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya

a) Pegawai Negeri Sipil;


b) Anggota TNI;
c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
f) Pegawai Swasta; dan
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima Upah.

Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. 16

 Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya

a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan


b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.

Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. 16

 Bukan pekerja dan anggota keluarganya

a) Investor;
b) Pemberi Kerja;
c) Penerima Pensiun, terdiri dari: 16

- Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;


- Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
- Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang
mendapat hak pensiun;
- Penerima pensiun lain; dan
44

- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang
mendapat hak pension. 16

d) Veteran;
e) Perintis Kemerdekaan;
f) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
g) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang mampu
membayar iuran.

Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsinya BPJS Kesehatan bertugas untuk:21
- melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;
- memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja;
- menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;
- mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;
- mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;
- membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan
- memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial
kepada Peserta dan masyarakat.

Wewenang BPJS
Dalam melaksanakan tugasnya, BPJS Kesehatan berwenang untuk: 21
- menagih pembayaran Iuran;
- menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
- melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan
Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;
- membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah;
- membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
- mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya;
- melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;dan
- melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program Jaminan Sosial.

Hak BPJS
Dalam melaksanakan kewenangannya, BPJS Kesehatan berhak untuk: 21
45

- memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang


bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
- memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program
Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.

Kewajiban BPJS
Dalam melaksanakan tugasnya, BPJS Kesehatan berkewajiban untuk: 21
- memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;.
- mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-
besarnya kepentingan Peserta;
- memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik
mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya;
- memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-
Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
- memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk
mengikuti ketentuan yang berlaku;
- memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;
- membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang
lazim dan berlaku umum;
- melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan
- melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,
secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan
kepada DJSN.

2.4.3 Manfaat asuransi20

1) Obat-obatan, rawat inap, sampai dengan tindakan operasi. Secara


umum, jenis perawatan atau program yang tersedia adalah manfaat
rawat jalan (outpatient), manfaat rawat inap (inpatient), manfaat
persalinan, dan manfaat perawatan gigi.
2) Manfaat rawat inap (inpatient) yang dapat dinikmati oleh peserta
asuransi kesehatan meliputi biaya rumah sakit, biaya laboratorium,
biaya melahirkan, biaya darurat (emergency service). Adapun
manfaat perawatan gigi terdiri dari pencegahan, perawatan gigi
dasar, perawatan gigi kompleks, dan pemasangan gigi palsu.
3) Manfaat rawat jalan (outpatient) meliputi beban konsultasi dokter
umum atau spesialis, obat menggunakan resep, biaya atas tindakan
pencegahan, serta biaya alat-alat bantu yang dianjurkan oleh
dokter. Terdapat batas maksimum penggunaan dana setiap
tahunnya dalam manfaat rawat jalan.

Ketiga manfaat perawatan tersebut diatas merupakan opsi tambahan yang bisa
kita ambil dengan mengikuti program dasar, yaitu manfaat rawat inap. Kita tidak
46

bisa hanya mengambil manfaat salah satu dari opsi tambahan tersebut tanpa
mengikuti program dasar yaitu manfaat rawat inap.20

Besaran nilai premi yang harus dibayarkan serta nilai pertanggungan dalam
asuransi kesehatan sangat tergantung dari program yang kita pilih. Berbagai
perusahaan asuransi memiliki jenis program dan premi yang berbeda-beda dengan
rincian manfaat pertanggungan yang berbeda-beda pula. 20

2.4.4 SJSN

Di Indonesia sudah lama beroprasi program jaminan sosial yang di


seleggarakan oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial seperti PT
Jamsostek,PT Askes PT Taspen, PT Asabri dan masih banyak lagi,tetapi cakupan
masih relatif rendah dan terbatas pada pekerja sektor formal.Badan-badan
penyelenggara .Dan badan-badan menyelenggarakannnya secara pasrsial undang-
undang terpisah atau peraturan yang terpisah,tumpang tindih dan
semrawut.Sementara itu ,di ketahui bahwa manfaat yag diterima peserta masih
terbatas sehingga peserta tidak terlindungi secara optimal.Pengelola lembaga juga
belum trasparan dan dengan manajemen yang profesionalitasnya perlu
ditingkatkan.23,24
Menyadari kekurangan diatas,pemerintah merasa perlu memiliki undang-
undang yang berlaku nasional dan mampu menyempurnakan undang-undang dan
peraturan yang mengatur substansi,kelembagaan maupun mekanisme
penyelenggaraan jaminan sosial.
Pada tanggal 19 oktober 2004 Pemerintahan mengesahkan Undang-
Undang No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial.UU SJSN akan
menyelaraskan penyelenggaraan yang ada sekarang sehingga lebih menjamin
tersenggaranya keadilan sosial. 23,24

I. Istilah SJSN (sistem Jaminan sosial Nasional)


Sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan konvensi
ILO No.102 tahun 1952.Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah sebuah sistem
jaminan nasional yang diberlakukan di Indonesia. Jaminan sosial ini adalah salah
satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara Republik
Indonesia guna menjamin warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup
dasar yang layak. 23,24

Pada 19 oktober 2004 UU yang mengatur tentang Sistem Jaminan Sosial


Nasional. Pada saat UU SJSN di undangkan ,di buat suatu cara khusus yang di
hadiri oleh menteri-menteri terkait dan tim inti SJSN.Alasannya adalah belum
banyak pejabat publik yang mengetahui hal tersebut dan UU itu juga termasuk
dalam penjabaran UUD 45 pasal 34. Meskipun UU SJSN sempat diajukan uji
materi ke MK, keputusannya adalah ke-empat BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial) sah sebagai badan penyelenggara tingkat nasional dan UU SJSN
telah memenuhi amanat UUD45. 23,24
47

II. Pelaksanaan SJSN dan Permasalahan


Pemerintahan seharusnya dan wajib menjalankan UU SJSN tersebut selambat-
lambatnya lima tahun setelah UU SJSN.Itu artinya , di tahun 2009 kita sudah
dapat menikmati sistem tersebut.Namun, berbeda dengan fakta yag sedang kita
jalani sekarang.Masih banyak sekali yang mengulur-ulur kepentingan dalam
menjalan kan sistem jaminan sosial tersebut,sehingga sampai sekarang SJSN
masih belum bisa terrealisasikan. 23,24
Banyak sekali masalah yang di perdebatkan hingga kini yaitu orang-orang
yang menganggap SJSN sebagai beban bagi rakyat,karena sistem pendanaan yang
mewajibkan iuran atau seperti sistem asuransi berskala nasiona,badan
penyelenggara jaminan sosial yang ideal,masalah kekuatan APBN Indonesia
untuk menajalankan sistem jaminan sosial dan semuanya termasuk masalah
kependudukan. 23,24
UU 40 tahun 2004 tentang SJSN disebutkan bahwa mekanisme pendanaan
adalah asuransi sosial.Asuransi sosial sendiri adalah mekanisme pengumpulan
dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindngan
atas resiko ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.Peserta
nya sendiri adalah setiap orang , termasuk orang asing yang bekerja paling singkat
6 (enam)bulan di Indonesia,yang telah membayar iuran .Dan Iuran adalah
sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta,pemberi kerja , dan atau
pemerintah.Mungkin kita orang yang tidak terlalu paham menganggap mekanisme
pendanaan tersebut hanya membebankan ekonomi rakyat.dan kita pun
mempunyai lapangan pandang bahwa mekanisme asuransi yang digunkaan oleh
SJSN tidak sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 28 H ayat 3 yang
memerintahkan setiap orang berhak atas jaminan sosial. 23,24

III. Pendapat Orang Tentang SJSN


Mereka beranggapan pemerintah yang seharusnya menanggung keseluruhan
biayanya. Mereka mengatakan SJSN hanya menguntungkan asuransi, termasuk
asuransi asing. Menurutnya optimalisasi pengelolaan jaminan kesehatan
masyarakat (Jamkesmas) masih lebih baik dilakukan oleh pemerintah. Karena
dengan Jamkesmas, masyarakat tidak perlu bayar iuran dan mendapatkan layanan
kesehatan tanpa diskriminatif.Tapi yang menjadi masalah adalah pada sistem yang
digunakan Jamkesmas adalah pembiayaannya hanya ditujukan kepada fakir
miskin, anak terlantar dan lain-lain yang mencapai 70 juta jiwa.Namun bagaimana
nasib 160 juta jiwa lainnya dari total penduduk Indonesia yang berkisar hingga
230 juta jiwa. Mereka juga memerlukan jaminan sosial. Belum lagi masyarakat
golongan menengah yang setiap harinya juga tidak lepas dari ancaman
mendapatkan sakit yang sewaktu-waktu merogoh kocek mereka dan tidak
mungkin hingga menyebabkan mereka jatuh miskin karena tidak ada jaminan atau
tabungan. Selain itu Jamkesmas sangat tergantung dengan APBN. 23,24
Lalu apakah SJSN hanya menguntungkan asuransi termasuk asuransi asing?
Sekali lagi anggapan yang tidak benar. Dalam SJSN memiliki prinsip-prinsip
yang tertuang dalam UU no 40 tentang SJSN yaitu, kegotong-royongan, nirlaba,
keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib,
48

dan amanat dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
IV. Pembahasan Prinsip-Prinsip SJSN
Dari prinsip-prinsip yang dibawa SJSN sudah jelas dikemukakan bahwa dana
SJSN untuk sebesar-besar kepentingan peserta serta bersifat nirlaba. Selain itu
dana iuran yang dibayarkan merupakan dana amanat yang harus dikelola secara
khusus yang diatur oleh UU atau peraturan pemerintah dan bukan milik pemegang
saham. SJSN tidak semata-mata "pooling of funds" (pengumpulan dana), tetapi
juga "pooling of risk" (pengumpulan risiko).Ia bukan tabungan, sebab
menerapkan mekanisme asuransi sosial, yang sarat dengan sifat
kegotongroyongan . Kalau "tabungan" kegotongroyongannya kurang sebab
haknya sesuai dengan besar kecilnya tabungan.Dalam mekanisme asuransi sosial,
meskipun iurannya kecil seseorang bisa tetap memperoleh manfaat ("benefit
package") yang besar sesuai dengan kebutuhannya. Dalam penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan, misalnya, peserta dapat memperoleh pelayanan "cuci darah"
dan bahkan "operasi jantung", meskipun iuarannya kecil. Dengan kata lain, bisa
dipahami, bahwa SJSN justeru akan mengoreksi praktek "neoliberalisme".23,24

V. Penerapan Program SJSN


Penerapan program Jaminan Sosial sendiri telah banyak diterapkan oleh
banyak negara, contohnya adalah di Perancis Program tersebut merupakan
program jaminan dasar.Pengumpulan iuran dilakukan secara terpadu dan terpusat
oleh semacam Badan Administrasi yang disebut ACOSS. di Perancis pembiyaan
jaminan sosial lebih banyak bersumber dari pemberi kerja. Untuk program
kesehatan, kecelakaan, dan cacad; pekerja hanya mengiur sebesar 2,45% dari
upah sedangkan pemberi kerja mengiur sebesar 18,2%.Sementara untuk program
pensiun, pekerja mengiur 6,55% sedangkan pemberi kerja mengiur sebesar 8,2%.
Secara keseluruhan, pekerja mengiur sebesar 9% dan pemberi kerja mengiur
sebesar 26,4% sehingga seluruh iuran menjadi 35,4% dari upah
sebulan.Sebenarnya masa saat ini adalah masa emas bagi Indonesia untuk
menerapkan SJSN, karena kenapa? Saat ini Indonesia sedang memasuki masa
emas karena sedang berada dalam stabilitas ekonomi yang baik dan juga memiliki
angkatan kerja yang potensial.Sayangnya, persoalan mendasar dari masalah ini
adalah ketiadaannya niat dari pemerintah untuk benar-benar menjamin
kesejahteraan sosial rakyatnya agar memiliki hidup yang layak dan sejahtera
sesuai amanat UUD 1945 yang merupakan konstitusi negara ini.saya kira SJSN
memang kebutuhan rakyat saat ini, bukan gedung para wakilnya yang menterang.
Sekali-kali belain orang miskin, rakyatmu melalui SJSN ini. Mengapa untuk
SJSN,Pemerintah tak juga bersuara? kami sebagai rakyat indonesia nbenar ingin
sekali menikmati SJSN ini dan memperingan beban kami sebagai rakyat. 23,24

Anda mungkin juga menyukai