DISUSUN OLEH:
o ADE DWI CAHYO
o AFIF AMMAR
o ULVA RIZAL FITRI
o TUTI ALAWIYAH
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik khususnya dibidang
keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dilema etik dan cara penyelesainnya
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan
penyelesainnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. pengertian
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia,
baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur
scalia, 1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan
kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan
sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Mimin. 2002).
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana
sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-
prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan buruk serta kewajiban dan
tanggung jawab
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik
merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan
untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya
dilakukan seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa etika
mengandung 3 pengertian pokok yaitu : nilai-nilai atau norma moral yang menjadi pegangan
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau nilai
moral, misalnya kode etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)
B. TIPE-TIPE ETIKA
1. Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada
pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi,
pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik
merupakan evaluasi etika pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu
pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi
pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan
kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan
yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi
C. TEORI ETIK
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu
tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang
berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai berikut :
1. Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa
latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada perbuatan yang
menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang banyak
memberikan kebahagiaan kepada banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan
harus sudah memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.
2. Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya kewajiban. Teori
ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas
pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan. Teori
ini tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan
terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)
C. PRINSIP-PRINSIP ETIK
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang
ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry hunt. 1994)
Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah
laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan
keperawatan yang bersifat professional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari
pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. Tujuan dari etika
keperawatan adalah :
E. DILEMA ETIK
Dilema etik adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku
yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu diperlukan
pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam pendekatan dapat
dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau menghindari
rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya, (2) jika legal maka
disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan
stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan
tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.
MenurutThompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan
atau tidak memuaskan sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh
para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan
masalah secara ilmiah, antara lain:
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang berarti bersama. Sedangkan
menurut kamus, definisi komunikasi dapat meliputi ungkapan-ungkapan seperti berbagai
informasi atau pengetahuan, memberi gagasan atau bertukar pikiran, informasi, atau yang
sejenisnya dengan tulisan atau ucapan.
Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus
berhubungan dengan klien dan keluarganya sejak kelahiran sampai kematian. Oleh karna itu,
dibutuhkan pembentukan komunikasi terapeutik. Perawat berkomunikasi dengan orang lain
yang mengalami tekanan, yaitu: klien, keluarga, dan teman sejawat ( Potter dan Perry, 2010 ).
Komter (komunikasi terapeutik) merupakan komunikasi yang direncanakan secar sadar,
tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan klien. Komter merupakan media
untuk saling memberi dan menerima antar perawat dengan klien. Komter berlangsung secara
verbal dan non verbal. Dalam komter ada tujuan spesifik, batas waktu, berfokus pada klien
dalam memenuhi kebutuhan klien, ditetapkan bersama, timbal balik, berorientasi pada masa
sekarang, saling berbagi perasaan (Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina, 2010:11-12)
Komunikasi Terapeurik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam
komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pasien
(Mahmud Machfoedz, 2009:104)
Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan
interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan
kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam
membina hubungan intim yang terapeutik.
Menurut Egan ada Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang
dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik
1. Sikap Berhadapan.
Maksud dari posisi ini adalah kita sudah siap melakukan sesuatu untuk klien.
2. Sikap Mempertahankan kontak mata.
Kontak mata berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Sikap Membungkuk ke arah klien.
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu.
4. Sikap Mempertahankan sikap terbuka
tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi, sebuah sikap
menerima kehadiran orang lain dalam komunikasi.
5. Sikap Tetap rileks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi
respon kepada klien
6. Jarak berinteraksi, ruang intim sampai 50 cm, ruang pribadi 50 – 120 cm, dan ruang
konsultasi sosial 275 – 365 cm. Komunikasi teraupetik pada umumnya terjadi di ruang
pribadi, tetapi antara pasien dengan perawat tidak dibatasi meja atau jeruji.
7. Diam
Dapat berguna uuntukmemfasilitasi pasien dalam mengexspresikan pikiran dan perasaannya.
Contohnya pada pasien menarik diri, setelah perawat mengajukan pertanyaan maka perawat
diam untuk memberi kesempatan pada pasien memikirkan tentang jawaban pertnyaan.
8. Volume nada dan suara Mempengaruhi penyampaian pesan.
Pada pasien lansia digunakan volume suara tinggi dengan nada rendah, pada pasien perilaku
kekerasan di gunakan volume dan nada suara rendah, tetepi tetap tegas.
Dalam hubungan perawat – klien ada 3 karakteristik penting : sharing perilaku, pikiran,
dan perasaan
Perawat harus mampu:
1.Melakukan penyingkapan diri
2.Merencanakan bagaimana memfokuskan percakapan
3.Apa topik yang dibicarakan (sudah tepat atau belum)
4.Melibatkan pengalaman dengan topik yang dibicarakan
5.Memperkirakan lamanya percakapan
6.Mengakui kekurangan diri
7.Mengakhiri percakapan dgn klien
Berbagai komponen tersebut dikembangkan oleh perawat dalam beberapa tahap yakni :
1.PRAINTERAKSI
Dimulai sebelum kontak pertama perawat-klien
Tugas perawat : mengeksplorasi diri
Pada pengalaman pertama, perawat masih memiliki miskonsepsi dan image pada umumnya
ditambah dengan berbagai perasaan dan ketakutan yang muncul seperti:
Analisi diri
a. Apakah saya menganggap klien sbg orang yang aneh?
b.Apakah harapan saya terlalu tinggi sehingga bila klien kasar, bermusuhan, atau tidak
kooperatif saya menjadi marah atau merasa terluka?
c. Apakah saya takut terhadap tanggung jawab yang dibebankan pada saya (dalam
hubungan dengan klien)?
d. Apakah saya harus menutupi rasa inferior dengan mengedepankan rasa superior?
e.Apakah saya harus bersimpati, memberikan kehangatan, dan perlindungan secara
berlebihan bila saya melakukan kekeliruan?
2.ORIENTASI
Perawat dapat menyadari kecemasan dan ketakutan klien, tetapi klien mungkin kesulitan
untuk menerima bantuan perawat. Kemungkinan hal ini disebabkan :
a.Sulit mengakui mempunyai kesulitan atau masalah .
b.Tidak mudah trust atau terbuka pada seseorang yang baru dikenal.
c.Masalah yang dihadapi terlihat sangat besar, rumit, atau unik untuk disharingkan pada
orang lain.
d.Mengutarakan masalah dapat mengancam rasa independen, otonomi, dan harga diri.
e.Dalam memecahkan suatu masalah melibatkan pemikiran tentang sesuatu yang mungkin
tidak menyenangkan, mereview kenyataan hidup, memutuskan suatu rencana, dan yang
terpenting adalah membawa suatu perubahan
3.KERJA
Selama fase ini
a. Perawat klien mengekplorasi stressor yang berkaitan dan terus meningkatkan
perkembangan insight klien (yang berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan)
b. Insights harus diwujudkan dalam tindakan dan diintegrasikan ke dalam pengalaman hidup
klien
c. Perawat membantu klien : menghilangkan kecemasan, meningkatkan rasa kebebasan dan
tanggung jawab terhadap diri sendiri mengembangkan mekanisme koping yang positif.
(Fokus fase ini : perubahan perilaku secara nyata)
4.TERMINASI
a. Pemahaman antara perawat-klien lebih dioptimalkan
b.Saling tukar pikiran dan memori
c.Mengevaluasi perkembangan klien (berkenaan dengan tujuan asuhan keperawatan)
d. Perawat-klien bersama-sama mereview perkembangan yang tercapai selama perawatan
e. Perasaan rejeksi, kehilangan, sedih, dan marah diekspresikan dan diekplorasi
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta
nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental
5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
6. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasiln maupun frustasi
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya
8. Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati
yang bukan tindakan terapeutik.
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik
10. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang
lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan
sehat fisik, mental, sosial, spiritual dan gaya hidup
11. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu
12. Perawat harus enciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang
tanpa rasa takut
13. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan
prinsip kesejahtraan manusia
15. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas
tindakan yang dikaukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan
interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga
keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan
terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang
dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak
ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan
dapat dipertahankan.
B. SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka
bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai
kode etiknya (kode etik keperawatan).
Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau
secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu
dilema etik.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
www. Asas-asas etika keperawatan .com
Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2146946-
asas-etika-keperawatan-dan-etika/#ixzz1aZ6DA7YV
ROLE PLAY
KASUS BUNUH DIRI
Pemeran :
Prolog
Pasien berusia 19 yang mencoba melakukan tindakan bunuh diri,karena nilai ujian tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan,dia mencoba melukai dirinya dengan menyayat tangan dengan benda
tajam,kemudian aksinya tersebut digagalkan oleh kakaknya.
Kakak : jangan dek,jangan ?!itu perbuatan dosa jangan di lakukan,kenapa kamu jadi
seperti ini
Pasien :pergi jangan mendekat,aku tidak tahan hidup di dunia yang kejam ini..semuanya
tidak ada yang adil kepadaku (menangis)
Kakak :sus..suster tolong saya sus,adik saya mau melakukan percobaan bunuh diri ,ayo cepat
sus
Perawat :iya dek.mari kita kesana ..halo dok ,ada pasien yang mau melakukan tindakan bunuh
diri di kamar No 19 ruangan melati,Tolong dok..
Pasien : biarin sus,saya tidak kuat mengalami derita ini,saya tidak tahan hidup lagi
Perawat : tapi tindakan adek ini tidak benar,jangan sampai kamu menyesal nanti nya,ingatlah
masih banyak orang orang di sekeliling mu yang menyayangimu
Pasien : biarkan sus..jangan ikut campur,biarkan aku mati,aku sudah tidak kuat.
Perawat : ini dok..pasien mencoba untuk melakukan bunuh diri dengan menyayat tangan nya
Dokter : benarkah yang dikatakan suster itu?
Pasien : iya dok..saya sudah tidak tahan dengan hidup ini
Dokter : Letak pisau itu dek,jangan sampai kamu melukai dirimu sendiri ,ingatlah masih ada
kakak dan keluarga adek yang menyayangi adek.mereka sendiri khawatir dengan
keadaan adek sekarang.
Perawat : ayo letakkan pisaunya dek..kita bisa bicarakan masalah adek baik baik,nanti biar di
carikan jalan keluarnya
Dokter : sus..singkirkan pisau ,gelas dan benda yang bisa membuat pasien melakukan
tindakan bunuh diri lagi
Perawat : (mendekati pasien ) adek ini obat diminum dulu biar keadaan adek tenang..
Dokter : adek apa yang adek lakukan tadi.. jangan di ulangi ya..
Pasien : iya dok,karena saya merasa putus asa dan merasa tidak adil dengan semua ini..
Dokter : kalau boleh tahu apa yang membuat adek putus asa dan merasa hidup tidak adil?
Pasien : saya putus asa karena hasil ujian saya turun dok..dari peringkat satu turun ke
peringkat dua ..saya merasa gagal dok..
Dokter : ouh jadi begitu?..adek tahu tidak dulu dokter seperti adek..merasa tidak puas jika
hasil ujian yang di peroleh tidak sesuai dengan apa yang diharapkan ,tapikan
peringkat adek kan masih bagus,coba bayangkan teman teman adek yang kepengan
pintar dan mendapat nilai seperti adek..apa mereka melakukan tindakan bunuh diri
seperti adek? karena mereka kurang pintar? tidak kan?
Dokter :Nah, berarti adek terlalu terobsesi, makanya adek kurang puas dengan hasil adek
Pasien :iya dok, saya tidak akan mengulanginya lagi, saya kurang bersyukur dengan apa
yang diberikan allah kepada saya, terimakasih dok karena dokter sekarang saya jadi
sadar.
Dokter :iya sama-sama, kalau begitu,, sus tolong adek ini ditemani dan dibimbing ya..
Dokter :sebelum saya pergi apakah ada yang ingin disampaikan oleh keluarga pasien..?
Kakak :tidak ada dok, sepertinya saya mengerti apa yang dialami oleh adek saya, nanti biar
saya coba melakukan pendekatan dan komunikasi secara kekeluargaan dok..
Dokter :ya sudah dek, saya permisi dulu. Nanti kalau ada apa-apa bilang saja sama suster,
nanti dia yang membantu.
Semua :wa’alaikumsalam
Kakak :sus, tolong bantu adek saya supaya dia seperti biasanya.
Perawat :ya dek, tenang saja saya akan berusaha semaksimal mungkin.
(mendekati pasien)
Perawat :selamat siang dek..?
Perawat :jadi bagaimana keadaan adek setelah dokter menjelaskan bahwa tindakan adek itu
salah.
Pasien :iya sus, saya sadar bahwa saya keliru, saya tidak berfikir panjang tentang tindakan
saya tadi.
Pasien :iya sus, saya mengerti saya tidak akan melakukan perbuatan itu lagi.
Perawat : ya sudah dek, nampaknya kondisi adek sudah agak mendingan, jadi saya mohon
permisi dulu mau kembali keruangan keperawatan, karena kebetulan juga waktu saya
berjaga sudah habis.
Semua :wa’alaikumsalam.