Anda di halaman 1dari 3

Pengertian`

Green Chemistry disebut juga sustainable chemistry, merupakan sebuah filsafat kimiawi
yang mendorong desain produk dan prosesnya untuk mengurangi atau menghilangkan
pemakaian dan generasi dari zat-zat berbahaya. Lingkungan kimiawi disini melingkupi
lingkungan alami dan green chemistry di lingkungan alami berfungsi untuk mengurangi dan
`mencegah polusi lansung dari sumbernya. Green Chemistry sangat efektif karena
mengakplikasikn solusi saintifik yang inovatif bagi situasi lingkungan dunia.
B. Sejarah Pada tahun 1990, dikeluarkan kebijakan nasional, the
Pollution Prevention Act of 1990, untuk mencegah atau mengurangi polusi dari sumbernya.
Dalam waktu singkat, setelah kebjikakan ini deikeluarkan, the Office of Pollution Prevention
and Toxics (OPPT) mengeksplorasi ide untuk mengembangkan atau meningkatkan produk
kimia dan prosesnya untuk membuatnya tidak terlalu berbaya bagi kesehatan manusia dan
lingkungan. Pada tahun 1991, OPPT meluncurkan sebuah program pendanaan model
penelitian yang disebut “Alternative Synthetic Pathways for Pollution Prevention”. Program
in menyediakan dana yang bekum pernah terjadi sebelumnya untuk proyek-proyek penelitian
yang meliputi pencegahan polusi dalam desain dan pensintesisan kimiawi. Pada tahun
1992, program ini berkembang melipuro topik-topik lain seperti greener solvent dan kimiawi
yang aman, dan dinamakan ulang menjadi “Green Chemistry”. Dari saat itu, Program Green
Chemisty telah bekerjasama dengan baik pihak akademik, agen pemerintahan, industri, dan
organisasi non-pemerintahan untuk meningkatkan kegunaan kimiawi yang mencegah polusi
lewat bantuan sukarela sepenuhnya maupun kerjasama yang tidak rutin.
C. Prinsip Paul Anastas dari United States Environmental Protection Agency dan
John C. Warner mengembangkan 12 prinsip grreen chemistry yang berfungsi sebagai
panduan pengaplikasian green chemistry dalam tindakan nyata. Green Chemistry: Theory and
Practice (Oxford University Press: New York, 1998). 12 Prinsip Green Chemistry:
1. Mencegah limbah: Mendesain sintesa kimiawi untuk mencegah limbah, tak
meninggalkan limbah untuk ditindaklanjuti atau dibersihkan. 2. Mendesain zat kimiawi
dan produk kimiawi yang aman: Mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat
kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya.
3. Mendesain sintesa kimii yang tidak terlalu berbahaya: Mendesain sintesa untuk
digunakan dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi
manusia dan lingkungannya 4. Menggunakan bahan baku yang bisa
diperbarui: Menggunakan material dan bahan baku yang bisa diperbarui dari pada yang tidak
bisa diperbarui. Bahan baku yang bisa diperbarui biasanya dibuat dari produk agrikultur atau
merupakan limbah dari proses, sedangkan bahan baku yang tidak bisa diperbarui berasal dari
fossil atau merupakan hasil tambang. 5. Menggunakan pengkatalis, bukan bahan reaksi
stoikometri: Meminimalkan limbah dengan reaksi katalik. Pengkatalis digunakan dalam
jumlah kecil dan membawa sebuah reaksi tunggal kecil secara berulang beberapa kali.
Pengkatalisi diutamakan dibandungkan dengan bahan reaksi stoikometri yang digunakan
secara berlebih dan hanya bekerja sekali. 6. Menghindari turunan kimiawi: Menghindari
penggunaan grup penghambat atau pelindung atau perubahan sementara jika memungkinkan.
Turunan menggunakan bahan reaksi tambahan dan menhasilkan limbah.
7. Memaksimalkan ekonomi atom: Mendesain sintesa agar produk akhir mengandung
proporsi maksimum dari materi awal yang digunakan. Kalau ada atom yang terbuang,
sebaiknya hanya sedikit. 8. Gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang aman: Hindari
penggunaan pelaruut, agen pemisahan, atau pelengkap kimia lain. Jika penting, gunakan zat
kimia yang tidak berbahaya. 9. Tingkatkan efisiensi energi: Jalankan reaksi kimia pada
suhu dan tekanan yang sesuai dengan lingkungan kapan pun bisa. 10. Mendesain zat kimia
dan produk yang dapat terurao setelah digunakan: Mendesain produk kimiawi yang terurai ke
dalam zat yang tidak berbahaya setelah digunakan supaya tidak terakumulasi dalm
lingkungan. 11. Menganalisa dalam waktu sesungguhnya untuk mencegah polusi:
Melakukan pemantauan dan pengontrolan waktu sesunggunya selama sintesa berlangsung
untuk meminimalkan atau menghilangkan pembentukan limbah. 12. Meminimalkan potensi
terjadinya kecelekaan: Mendesain zat kimia dan bentuknya untuk meminimalkan potensi
terjadinya kecelakaan kimiawi termasuk ledakan, kebakaran, dan pelepasan ke dalam
lingkungan. D. Penghargaan The Presidential Green Chemistry Challenge Awards
dimulai pada tahun 1995 oleh OPPT sebagai sebuah usaha untuk mengenal inovasi individu
dan bisinis dalam green chemistry. Penghargaan ini diberikan pada kesuksesan dalam
penelitian, pengembangan, dan alat teknologi industri yang mencegah poluasi dari sumbernya
selain memberikan kontribusi dalam pertandingan para inovator. Nominasi penghargaan
dinilai dari seberapa baik mereka memenuhi kriteria: seberapa baru, keuntungan bagi
lingkungan dan kesehatan manusia dan efek dan pengaplikasian dalam industri. Biasanya,
setiap tahun diberikan lima pengargaan, masing-masing satu setiap kategori: Akademik.
Bisnis Kecil, Greener Synthetic Pathways, Greener Reaction Conditions, dan Designing
Greener Chemicals. Nominaor akan dievaluasi oleh panel independen ahli-ahli kimia yang
dikumpulkan oleh American Chemical Society. Selain itu juga ada Australia’s Green
Chemistry Challenge Award, Canadian Green Chemistry Medal, INCA Award, GSC Award,
Green Chemical Technology Award, and The Nobel Prize for Chemistry.
E. Produk Carnegoe Mellon University’s for Green Oxidarion Chemistry berhasil
mengembangkan katalis yang bekerja sebagai enzim, tetra-amido macroocyclic ligand
activators(TAML). TAML bekerja sama dengan hidrogen peroksida (H2O2) dan dapat
meniru kerja enzim tubuh manusia untuk mengurai toksin yang berbahaya. Saat TAML larut
dalam air, hidrogen peroksida mengaktifkan TAML dengan menggantikan H2O dengan
H2O2 pada gugus TAML. Kemudian H2O2 yang tidak stabil terurai kembali menjadi H2O
menyisakan atom oksigen. Oksigen ini saling tolak menolak dengan atom besi (Fe) yang
terdapat pada pusat gugus TAML. Interaksi itulah yang membuat TAML aktif dan mampu
bekerja sebagaimana enzim ataupun scavenger radikal bebas yang dalam hal ini
polutan. TAML diyakini dapat merevolusi penggunaan klorin sebagai anti-polutan
yang sudah banyak digunakan masyarakat dan dunia industri. Pada tingkat laboratorium,
TAML dianggap cukup menjanjikan, tetapi pada tingkat industri lain lagi permasalahannya.
TAML masih harus diuji coba kembali untuk mengobservasi efeknya pada lingkungan bila
digunakan dalam jumlah yang tidak sedikit. Jangan sampai TAML justru menjadi polutan
baru yang tidak teratasi lagi. Tingkat aktivasi TAML yang cukup tinggi juga ditakuti dapat
merusak ekosistem yang ada sebab bakteri setingkat anthrax (Bacillus atropheus) mampu
dibunuh TAML dalam 15 menit. Selain itu, biaya adalah salah satu hal yang perlu
dipertimbangkan, baik biaya sintesis TAML hingga proses revolusi industri pun dapat
menarik reaksi keras dari kalangan industri. Mengganti suatu aplikasi kimia pada industri
tidak mudah dan murah. Aplikasi Green Chemistry ini pun masih menyisakan suatu
permasalahan tersendiri. Masyarakat yang tidak pikir panjang dengan mudah asal buang
limbah dengan angan bahwa TAML dapat mengatasinya. Beberapa kalangan berikhtiar
bahwa TAML dapat menjernihkan air yang tercemar dan setelah itu masyarakat dunia harus
dapat berkomitmen untuk lebih cinta lingkungan. F. Sumber Data -
http://www.chem-is-try.org/index.php?sect=artikel&ext=101 -
http://www.epa.gov/greenchemistry/pubs/whats_gc.html -
http://en.wikipedia.org/wiki/Green_chemistry Make Google view image button visible
again: https://goo.gl/DYGbub

Anda mungkin juga menyukai