Anda di halaman 1dari 10

DIFUSI INOVASI DALAM PROSES DIGITALISASI MASYARAKAT DESA TERHADAP

PENGGUNAAN DANA DESA

Makalah

Oleh:

M. Khoirul Fatihin

Moch. Tatlihin Aljabar

Robby Trisnawati

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGAM PASCASARJANA

S2 PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Latar Belakang

Zaman semakin maju sehingga terdapat istilah yang sudah tidak asing lagi untuk saat ini

adalah Industri 4.0. Berdasarkan Wikipedia, (a) Industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan

pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet

untuk segala, komputasi awan, dan komputasi kognitif. Sejak era industri 4.0 tersebut teknologi

digital semakin dikenal oleh masyarakat dunia melalui perkembangan internet. Bahkan sebagian

besar informasi, pertukaran data, dan kegiatan ekonomi, pendidikan tidak bisa lepas dari

penggunaan teknologi berbasis internet tersebut.

Internet of Thing adalah suatu istilah yang populer dalam menandai kemajuan industri 4.0

yang berarti komunikasi dan akses informasi skala besar berada dalam genggaman seseorang (b).

Melihat sebagian besar masyarakat Indonesia terutama pada generasi milenial saat ini sangat

besar pengaruh penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari aplikasi

berbasis chatting (whatsapp, facebook, twitter, dan Instagram), media penyedia informasi, game,

aplikasi transaksional, hingga literasi akademis. Memang dampak negatif dalam penggunaan

media sosial tersebut tidak bisa terelakan seperti berita Hoax, penipuan, dan tindakan kriminal

lainnya, namun terlepas dari itu dampak positif yang ditimbulkan sangat besar misalnya untuk

mengakses berita terbaru dari negara lain hanya membutuhkan waktu dalam hitungan detik.

Studi yang dilakukan Crowdtap, terhadap 1.000 orang tua milenial menunjukkan hasil

sebanyak 35 persen responden tergantung pada teknologi dan media sosial ketika menjalankan

peran sebagai orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak ©. Kesenjangan antara generasi

mileneal dan generasi tua di Indonesia hari ini dalam menghadapi perkembangan industri 4.0
sangat berbeda. Masih banyak orang tua yang “buta” akan teknologi sehingga berdampak pada

keterlambatan akses berita, kontrol terhadap anak, dll.

Literasi digital sangat penting di era saat ini, tidak hanya untuk generasi muda milenial

namun orang tua pun harus juga mengikuti perkembangan industri 4.0 tersebut. Ketika

masyarakat Indonesia “melek” literasi digital maka Indonesia akan mampu menjadi negara yang

hebat dalam kancah internasional.

Rumusan Masalah

1. Seberapa penting digital literasi bagi masyarakat?

2. Mengapa masyarakat perlu melek digital dalam program pelayanan publik?

3. Bagaimana peran digital literasi dalam pengawasan penggunaan dana desa?

Tujuan

1. Menjelaskan pentingnya digital literasi

2. Menjelaskan dampak masyarakat melek digital

3. Menjelaskan peran digital literasi masyarakat desa dalam pengawasan penggunaan dana

desa
A. Literasi digital
Digital Literacy atau literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan
media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi,
menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat,
padat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interakasi dalam kehidupan
sehari-hari. Literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan kognitif dan
teknikal. Perkembangan teknologi yang semakin maju juga disebut sebagai faktor terjadinya
revolusi industri 4.0.
Revolusi industri 4.0 bisa dikatakan berawal dari strategi pemerintah Jerman pada tahun
2011 dalam hal produksi, yang memfokuskan komputerisasi dalam proses manufakturnya.
Pemerintah Jerman mengingikan adanya cara yang lebih efisien dalam hal produksi barang
secara masal dengan menggandalkan dan mengaplikasikan teknologi. Terutama teknologi
otomatis (automation) yang tidak banyak membutuhkan campur tangan manusia dalam
operasinya. Revolusi industri pertama (1.0) terjadi pada awal abad ke 18. Faktor utama yang
menyebabkan revolusi industri 1.0 adalah ditemukannya teknologi mesin uap pada kala itu.
Proses manufaktur yang sebelumnya menggunakan tenaga manusia, kini dengan adanya
teknologi mesin uap dapat memproduksi barang dengan volume lebih besar. Distribusi barang
secara besar-besaran juga dapat dilakukan dengan bantuan kereta bertenaga uap.
Mendistribusikan barang antar kota menjadi lebih cepat dan efisien.
Revolusi industri 2.0 Revolusi kedua dimulai dengan ditemukannya listrik. Mesin-mesin
yang menggunakan tenaga listrik dapat beroperasi secara lebih efisien dibandingkan dengan
mesin bertenaga uap. Hal ini lah yang membuat lahirnya konsep mass production, yang
memungkinkan industri manufaktur memproduksi produknya dengan volume yang sangat besar
dibandingkan periode sebelumnya. Kemudian revolusi industri 3.0 adalah perubahan tang terjadi
pada awal tahun 1950an, dimana industri manufaktur memulai komputerisasi pada proses
produksinya hingga era sekarang yang disebut-sebut era revolusi industri 4.0.
Di era globalisasi, teknologi informasi berperan sangat penting. Dengan menguasai teknologi
dan informasi, kita memiliki modal yang cukup untuk menjadi pemenang dalam persaingan
global. Di era globalisasi, tidak menguasai teknologi informasi identik dengan buta huruf. Oleh
karena itu penting bagi masyarakat indonesia untuk melek literasi digital agar tidak menjadi
masyarakat yang tertinggal.

B. Kesadaran Masyarakat Untuk Melek Digital Dalam Program Pelayanan Publik


Penguasaan teknologi informasi di zaman ini sudah menjadi keharusan. Teknologi informasi
menjadi alat (tools) dalam berkomunikasi dan menambah pengetahuan di zaman globalisasi dan
era informasi ini. Lebih khusus lagi bagi institusi, termasuk juga kebutuhan memperlancar
pekerjaan administrasi pelayanan di pemerintahan. Pelayanan publik yang diberikan oleh instansi
pemerintah (Pusat, Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Kecamatan) kepada masyarakat
merupakan perwujudan fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat. Fungsi pelayanan publik
menjadi salah satu fokus perhatian dalam peningkatan kinerja instansi pemerintah daerah.
Peningkatan kinerja dapat dilakukan melalui sarana yang digunakan, salah satunya dengan
memanfaatkan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Suatau saat nanti,
seluruh pelayanan publik di desa bisa jadi akan di digitalisasi, terkoneksi dengan jaringan
nirkabel, memiliki command center, akun media sosial untuk promosi dan berita, sistem e-
commerce serta memiliki aplikasi yang sesuai dengan karakter dan potensi ekonomi di tiap desa.
Selain berfungsi sebagai alat pelayanan publik, teknologi informasi juga dapat dijadikan alat
program pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet dalam
pengembangan potensi desa, learning center, pemasaran dan percepatan akses serta pelayanan
informasidan peningkatan nilai produk.
Teknologi hadir bukan hanya memberikan layanan tapi juga memberikan lompatan dan
akselerasi terhadap perilaku. Jadi masyarakat yang awalnya tidak mendapatkan fasilitas yang
biasa dirasakan masyarakat kota, sekarang teknologi yang relevan ada disekitar mereka maka
akan menjadi bagian dari kesehariannya.
Beberapa daerah telah melaunching berbagai brand digital, dimulai dari model smart city
sampai yang paling bawah, desa digital. Semua upaya inovasi ini dilakukan agar memudahkan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya. Negara mencoba hadir dan
memberikan akses kepada masyarakat terhadap hak – hak dasar warganya.
Maka kesadaran masayarakat terhadap teknologi informasi harus ditumbuhkan, agara
masyarakat dapat menikmati buah manis dari teknologi. Tentu kita semua berharap bahwa
masyarakat akan mendapatkan dampak positif dari hadirnya teknologi, namun tidak dapat
dipugkiri bahwa dampak negatif mengikuti pula dalam setiap kehadiran teknologi. Masyarakat
kita akan terjebak dalam bahaya jika mereka tidak dengan sadar dan pintar memilih bagaimana
memanfaatkan teknologi secara bijak. Rilis media online dan cetak, menyebutkan bahwa
terdapat masyarakat kita yang terjerat UU ITE karena kurang bijaknya mengelola teknologi.
Di masa sekarang dengan mobilitas masyarakat yang tinggi pemerintah juga semakin dituntut
untuk mengarah ke pelayanan berbasis digital. Ketersediaan informasi oleh pemerintah pada
kenyataannya masih belum sesuai harapan masyarakat.Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa persentase masyarakat Indonesia masih rendah
dalam mengakses informasi publik seperti administrasi, peraturan/undang-Undang, pelayanan
dan pengaduan yaitu tidak lebih dari rata-rata 15%. Pertanyaannya, apakah angka tersebut
disebabkan oleh rendahnya kesadaran pemerintah dalam melakukan inovasi berbasis teknologi
atau rendahnya transparansi pemerintah dalam mengimplementasikan e-government. Hal ini
berbanding terbalik dengan pemanfaatan internet untuk keperluan lainnya.
Ternyata, tingginya pertumbuhan Internet di Indonesia salah satunya disebabkan oleh
besarnya pemanfaatan internet untuk keperluan gaya hidup. Sebesar 87,13% pengguna internet
tersebut memanfaatkannya untuk keperluan sosial media. Seperti kita ketahui semua, sosial
media memang menjadi favorit masyarakat dalam menyampaikan pesat untuk berkomunikasi
dan berpendapat. Seperti Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp dan media sosial lainnya. Hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
Produk pelayanan publik berbasis teknologi harus didorong dengan melakukan Inovasi.
Untuk melihat peluang meningkatnya penggunaan internet masyarakat, pemerintah seharusnya
mulai meninggalkan pelayanan konvensional yang terkenal dengan antri, lama dan berbelit-belit.
Keuntungan inovasi berbasis teknologi bagi pemerintah adalah:
a. Efisiensi biaya dan waktu, misalkan pelayanan konvensional menggunakan ketas
menjadi paperless dan durasi pelayanan menjadi ringkas,
b. Meningkatnya produktivitas, pelayanan yang meningkatkan output dan jumlah
pengguna pelayanan,
c. Media promosi pemerintah, sebagai sarana mensosialisasikan kinerja dan program
pemerintah,
d. Mengembalikan trust society. Dengan meningkatnyaindeks kepuasan masyarakat
maka masyarakat menjadi percaya kepada pemerintah.6
Sementara bagi masyarakat, keuntungan inovasi berbasis teknologi meliputi:
a. Menghemat biaya dan waktu, tidak perlu datang langsung ke tempat pelayanan,
b. Tidak perlu antri/tidak berbelit-belit, semua prosedur dan dokumen bisa diproses
secara online,
c. Akses cepat dan tepat, adanya peringkasan prosedur konvensional karena sudah
berbasis online,
d. Kepastian informasi. Informasi yang diberikan bersifat resmi dan informatif.
Akses e-government perlu memanfaatkan media sosial sebagai jalur akses. Pendekatan ini
sebagai bentuk komunikasi pemerintah dengan masyarakat. Ada esensi yang terdapat dalam
pelaksanaan e-government ini, yaitu :
Sementara bagi masyarakat, keuntungan inovasi berbasis teknologi meliputi:
a. Menghemat biaya dan waktu, tidak perlu datang langsung ke tempat pelayanan,
b. Tidak perlu antri/tidak berbelit-belit, semua prosedur dan dokumen bisa diproses
secara online,
c. Akses cepat dan tepat, adanya peringkasan prosedur konvensional karena sudah
berbasis online,
d. Kepastian informasi. Informasi yang diberikan bersifat resmi dan informatif.
Akses e-government perlu memanfaatkan media sosial sebagai jalur akses. Pendekatan ini
sebagai bentuk komunikasi pemerintah dengan masyarakat. Ada esensi yang terdapat dalam
pelaksanaan e-government ini, yaitu :
a. Mendukung pelaksanaan good governance, salah satu prinsipnya menurut UNDP
adalah adanya transparansi baik penggunaan anggaran maupun kegiatan
pembangunan,
b. Mengundang partisipasi masyarakat dalam bentuk aspirasi maupun pengawasan
pembangunan. Diharapkan adanya feedback dari masyarakat terhadap informasi yang
diberikan pemerintah sebagai bentuk pengawasan pembangunan,
c. Mengembalikan trust society kepada pemerintah. Dengan kesinambungan
keterbukaan informasi publik, maka masyarakat akan percaya terhadap pemerintah
yang terbuka.
Jadi, dengan melihat pertumbuhan pengguna internet masyarakat Indonesia, pemerintah
harus melihat ke arah mana kebutuhan masyarakat di zaman serba digital seperti sekarang
mengingat rendahnya persentase pemanfaatan internet dalam bidang pelayanan publik.
Memanfatkan peluang dengan meningkatkan pelayanan publik berbasis inovasi teknologi
diharapkan mampu meningkatkan kepuasan pelayanan. Sementara pelaksanaan e-
government juga memilik kesempatan besar dalam memberikan keterbukaan informasi publik
dalam penyerapan anggaran.

C. Peran Digital Literasi dalam Pengawasan Dana Desa


Indonesia memiliki 74.597 desa. Anggaran dana desa yang ditargetkan oleh pemerintah
yaitu sebesar 75 triliun , sedangkan anggaran tahun ini yaitu sebesar 70 triliun. Desa bisa
mendapatkan dana sebesar 1 miliar rupiah per tahun. Namun tidak semua desa mendapatkan
anggaran yang merata. Setiap dana diberikan ke suatu desa berdasarkan kriteria yang dimiliki.
Tiga ukuran yang menentukan jumlah dana desa yang diterima yaitu : (1) terdapat dana rata-rata
yang diterima setiap desa; (2) dana afirmasi yakni untuk desa yang tertinggal dan sangat miskin,
dan (3) dana berdasarkan variabel yang diukur dari luas wilayah, jumlah pendidik, kondisi
kemiskinan dan kondisi geografis. Menurut penuturan Sekjen Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Anwar Sanusi, tahun depan (2020)
untuk ukuran rata-rata sebesar 72%, afirmasi 3%, dan 25% berdasarkan variabel. Prinsip-prinsip
prioritas penggunaan dana desa terdapat dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia No 16 Tahun 2018 yaitu prinsip keadilan,
kebutuhan prioritas, terfokus, kewenangan desa, partisipatif, swakelola, berdikari, berbasis
sumber daya desa, dan tipologi desa.
Berdasarkan asas keuangan yaitu akuntabilitas, transparansi dan responsivitas perlu sekali
adanya pengawasan terhadap penggunaan dana desa yang nominalnya cukup besar.
Akuntabilitas berarti pertanggungjawaban pemerintah desa dalam mengelola keuangan desa
sesuai dengan amanah dan kepercayaan yang telah diberikan. Bertanggungjawab berarti
mngelola keuangan dengan baik, jujur, tidak melakukan penyelewengan terhadap dana desa.
Transparansi berarti pemerintah desa mengelola keuangan desa secara terbuka, sebab keuangan
tersebut adalah milik rakyat atau barang public yang harus diketahui oleh masyarakat.
Pemerintah desa wajib menyampaikan informasi secara terbuka APBDES kepada masyarakat.
Responsivitas Pengelolaan keuangan berarti daya tanggap pemerintah desa dan BPD terhadap
kebutuhan masyarakat yang perlu didanai. Tidak semua kebutuhan masyarakat yang didanai
karena kebutuhan masyarakat sangatlah banyak, pemerintah desa perlu menetapkan prioritas dari
kebutuhan yang ada.
Transparansi Pengelolaan dan Penggunaan Dana Desa didasari oleh Undang-undang No
14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik. Digitalisasi pada keuangan desa sangat
perlu karena masyarakat perlu mengetahui klarifikasi penggunaan dana yang diberikan kepada
desa. Hal ini sangat penting supaya tidak ada penyelewengan dana desa serta dapat mengajak
masyarakat menjadi aktif sebagai pengamat serta bisa turut serta dalam memanfaatkan dana yang
tersedia bagi kebutuhan masyarakat. Beberapa desa telah transparan dalam pelaporan
penggunaan dana desa yaitu dengan mengumumkan melalui spanduk yang dipasang di halaman
depan kantor desa, namun saat ini telah masuk pada era digitalisasi yang mana segala sesuatu
menjadi lebih mudah untuk diakses secara digital.
Rujukan

a. https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_4.0

b. https://www.kompasiana.com/adistiirma/5ca0b11d3ba7f71a73483c72/farmasi-di-era-

revolusi-industri-4-0?page=all

c. https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/orang-tua-milenial-sangat-tergantung-pada-media-

sosial

d. https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi_digital

Anda mungkin juga menyukai