Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TENTANG VIRUS MERUGIKAN

( PENYAKIT CAMPAK )

Guru Pembimbing
Dra.Lilik Supriyatin

Nama kelompok :
- Ainul Salsabila Al Farodisa ( 07 )
- Rahmatul Fitria ( 30 )

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 GRESIK


TAHUN PELAJARAN 2018 / 2019
Daftar isi
Kata pengantar ……………………………………………………………………..
Daftar isi ………………………………………………………………………………
Bab I pendahuluan …………………………………………………………………
A. Latar belakang ……………………………………………………………………
B. Rumusan masalah ………………………………………………………………
C. Tujuan penelitian ………………………………………………………………..
D. Manfaat penelitian ………………………………………………………………

Bab II tinjauan pustaka dan kerangka berfikir……………………………….


A. Tinjauan pustaka ………………………………………………………………..
B. Kerangka berpikir ………………………………………………………………..

Bab III Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………………..


A. Kesalahan fonologi ………………………………………………………………
B. Kesalahan morfologi …………………………………………………………….
C. Kesalahan sintaksis …………………………………………………………….
D. Kesalahan leksikon………………………………………………………………

Bab IV Kesimpulan dan Saran …………………………………………………..


A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………..
Daftar pustaka ……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dahulu, selama berabad-abad, campak ( rubeola, morbili ), merupakan penyakit
menular masa kanak-kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak umum
lagi di Negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan antara
Negara maju dan Negara lain yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi dan
anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan lebih dari 1 juta kematian
setahun disebabkan oleh campak dan komplikasinya pada anak di Negara
berkembang di seluruh dunia.
Menurut data SKRT ( 1996 ) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000.
angka tersebut jauh lebih rendah disbanding tahun 1982 sebelum program
imunisasi campak dimulai, yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1-15 tahun.
Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik untuk menurunkan insiden
campak. Sebagai dampak program imunisasi tersebut insiden campak
cenderung turun pada ssemua umur. Pada bayi ( < 1 tahun ) dan anak umur 1-4
tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14
tahun relative landai.
Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu
penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi
dan akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi,
penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya adalah
manusia.
Makalah ini akan membahas lebih jauh penyakit campak, manifestasi klinis dan
pemeriksaan penunjang, komplikasi penyakit campak, serta asuhan keperawatan
dari penyakit campak itu sendiri.

B. Tujuan penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa
medis campak.
b. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak.
b) Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak.
c) Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien
campak.
d) Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang telah
dibuat pada pasien campak.
e) Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
a. Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c
ata lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
b. Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan
tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. (
ilmu kesehatan anak 2:624 )
c. Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles ) adalah suatu infeksi
virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (
peradangan selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam kulit.
B. Etiologi
Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus.
Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan pemamah biak peste
des petiis adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat keterkaitan
imunologi yang jelas dengan campak, memberikesan adanya suatu jalur evolusi
bersama lebih awal dalam hal kemunculannya pada pejamu yang spesifik (
anjing, ternak, kambing, manusia ).

Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks
protein yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah
pleomorfik, dengan diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural telah
ditemukan dan fungsinya terlibat dalam beberapa sifat khas virus yang telah
diketahui ( table 2-1 ). Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam jangka
waktu lama pada temperature rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam
berbagai cara, baik dibiakan sel primer maupun dibarisan yang stabil; sel yang
berasal dari manusia dan monyet paling dapat dipercaya untuk isolasi virus
permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi, virus mudah berbiak dalam
biakan jaringan spesies lain.
Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak ditandai dengan
pembentukan sel raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan inklusi
sinsitium dan eusinofil didalam nucleus dan sitoplasma, yang sangat mirip
dengan yang diamati di specimen sitologi yang diambil dari secret traktus
respiraturius dan banyak jaringan penderita campak.
Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau
hewan percobaan. Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik,
memfiksasi komplemen dengan antigen virus dan menghambat hemaglutinasi
dan hemolisis oleh virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang
bermakna pada strain campak selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan
dengan sangat jarang terjadinya serangan kedua pada penyakit ini.

Table 2-1. protein virus campak


L
Protein interna ( Large )
P
Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.
NP
Nucleoprotein yang melindungi RNA virus.
F
Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
H
Hemaglutinasi dan adsorbs.
M
Protein matriks membrane interna.

C. Patologi
Reaksi seluler terutama monositik, hyperplasia limfoid yang tersebar luas di
adenoid, tonsil, timus, limpa, plak peyer, apendiks dan nodus limfatikus sangat
khas, di dalam focus yang sedang aktif ini ditemukan sel besar dengan nucleus
multiple. Sel yang mengandung inklusi juga ditemukan di trakea, bronkus dan
bronkiolus. Dengan dikenainya lapisan mukosa saluran pernapasan ini, maka
epitel yang terkena rontok kedalam saluran bersama dengan makrofag, lender
dan debris sel. Eksudat mononuclear peribronkus meluas keberbagai derajat
dengan pola intertisial dan terlihat makrofag di dinding alveolus.
Di kulit, nekrosis hialin dini sel epidermis diikuti oleh eksudasi serum
perivaskuler, proliferasi sel endotel dan nekrosis element epitel. Lesi di daerah
bukal ( bintik koplik ) terbentuk sebagai nekrosis setempat pada epitel basal
kelenjar sub mukosa, dengan berkumpulnya sel bundar dan pembentukan
vesikel.
Jika terjadi ensefalomielitis setelah campak, terjadi serangan dimielinasi
perivaskuler yang menonjol terutama di substantia alba juga dilapisan korteks
lebih dalam. Bedungan perivaskuler sel microglia, limfosit dan sel plasma jelas
terlihat disekitar vena kecil, yang sel endotelnya membengkak.
D. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak.
Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus
dari secret nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode
pendek perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia
primer singkat bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada agen
untuk menyebar ketempat lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri di
jaringan limfoid. Viremia sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan dengan
awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu ( kira-kira 9 sampai
10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus dapat
dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan
limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan
darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5
sampai 6 hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi
awal ), perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus,
kecuali di urine, tempat virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden
bersamaan dengan munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang
beredar dalam serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua
timbulnya ruam. Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa
pasien, dimulai beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang
disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus
respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat
hilangnya pertahanan normal setempat.
Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan serebrospinalis
dan 50% memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di puncak serangan
penyakit. Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala dan tanda
ensefalomielitis. Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat kelainan system
saraf pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat
dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik autoimun. Pada pasien SSPE,
hilangnya virus campak dari system saraf pusat beberapa tahun kemudian
setelah infeksi campak primer menekankan perlunya penjelasan lebih lanjut
tentang interaksi virus dengan system saraf pusat, baik secara akut maupun
kronis. SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan
imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang
dikandungnya. Kekebalan ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah
anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya
yang berusia dibwah 5 bulan ) yang menderita campak. Seseorang yang pernah
menderita campak akan menjadi kebal seumur hidupnya.

E. Manifestasi klinis
Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga
stadium, yaitu :

a. Stadium Kataral ( Prodromal ).


Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24
jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi
campak, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu,
sebesar jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis
berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan dibibir bawah tengah atau
palatum. Kadang-kadang terdapat macula halus yang kemudian menghilang
sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leucopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis
sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak
koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita campak dalam waktu 2
minggu terakhir.

b. Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula beercak koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk macula papula disertai menaiknya suhu
badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul
dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa
gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembersaran kelenjar
getah bening di sudut mandibula dan dibawah leher belakang. Pula terdapat
sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari
campak yang biasa ini adalah “ black measles” yaitu campak yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
c. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (
hiperpigmentasi ) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk campak. Pada
penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada
komplikasi.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya.
Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi
hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang
tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak
koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap),
bronkopneumonia ( dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).

G. Komplikasi
Bermacam-macam komplikasi bisa ditemukan selama stadium akut campak
atau segera sesudah itu. Yang terkena paling sering adalah traktus respiraturius,
tetapi gastroenteritis berat juga terjadi. Laringotrakeobronkitis berat ( croup )
bisa menyebabkan sumbatan aliran udara sehingga memerlukan trakeostomi,
terutama pada anak berusia dibawah 3 tahun. Bronkiolitis bisa menimbulkan
sumbatan jalan napas bagian bawah yang berat. Pneumonia yang jarang tetapi
selalu fatal, yaitu pneumonia interstisialis ( pneumonia sel raksasa ) telah
ditemukan pada anak dengan tanggap imun lemah, termasuk pada anak yang
menderita AIDS, yang menderita infeksi campak persisten progresif tanpa
eksantema yang khas dan disertai kegagalan yang unikuntuk membentuk
antibody campak yang spesifik. Gambaran radiografi yang menunjukkan
gambaran interstisial yang jelas keluar dari kedua daerah hilus. Virus campak
dapat diambil berulang kali dari sputum atau dari hapusan nasofaring diwarnai.
Usaha untuk mengobati atau mencegah komplikasi ini belum berhasil.
Keratokonjungtivitis asimtomatik jinak yang menyertai campak dapat memetap
selama 4 bulan ; lesi dapat dilihat hanya dengan biomikroskop lampu cerah.
Terjadi lesi kornea yang lebih berat pada pasien campak yang kurang gizi.
Kelainan elektrokardiografi yang sementara umum terjadi, tetapi jarang terjadi
miokarditis yang sebenarnya. Limfadenopati difus yang menyertai campak
mengenai nodus mesenterium dan dianggap menimbulkan nyeri abdomen yang
umum terjadi. Gejala dan tanda penyakit yang identik dengan apendiksitis akut
bisa mengakibatkan intervensi operasi selama periode prodromal.
Campak saat masa gestasi, walaupun jarang bisa mengindusi kelahiran
premature, bayi lahir mati atau abortus tetapi tidak dengan meningkatnya
insiden malformasi congenital.

H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang
tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus
campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo.
Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan
batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang
lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan untuk
mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang menimbulkan
tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang kurang gizi,
WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah
dengan defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah memperlihatkan
penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan laringotrakeobronkitis
akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus respiraturius bersilia. Pada
bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak 100.000 IU dan untuk
pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan segera setelah
diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda
kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1 sampai 4 minggu kemudian.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu sering
menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk sehingga mudah
sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien campak dengan
bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan perawatan yang yang
memadai ( kadang perlu infuse atau oksigen ). Masalah yang perlu diperhatikan ialah
kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya
komplikasi.

I. Pencegahan
a. Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah gambaran klinis dan
efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang rentan harus segera diberi IG 0,25 ml/kg
BB, untuk mencegah campak. Bila telah berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat
diandalkan untuk mencegah maupun memodifikasi penyakit. Pasien dengan campak yang
dimodifikasi globulin memperlihatkan gambaran klinis yang beragam dengan masa tunas
memanjang dan berbagai keluhan dan tanda penyakit campak, tetapi mereka tetap sebagai
sumber penular potensial pada individu yang berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat
kekebalan alaminya sementara, imunisasi pasif harus diikuti oleh iminisasi aktif dalam 3
bulan setelah itu. Karena dosis besar immunoglobulin saat ini sering deberikan untuk
pencegahan atau pengobatan sejumlah gangguan ( misal infeksi HIV, penyakit Kawasaki,
trombositopenia imun, hepatitis B dan profilaksis varisela ) interval yang lebih panjang
dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini bervariasi dari 3 sampai 11 bulan bergantung
pada produk dan jumlah globulin yang diberikan.

b. Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular dan tidak ada
hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin yang dilemahkan
menimbilkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada 5 sampai 15% anak
memberikan sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas atau ketidakmampuan. Eksantem yang
dimodifikasi dengan berbagai bentuk bisa terjadi setelah serangan demam pada kurang dari
5% pasien yang divaksinasi. Observaasi terus menerus pada anak yang mendapat vaksin
hidup 20 sampai 25 tahun yang lalu memperlihatkan antibody menetap dan efek protektif
yang lebih baik dibandingkan dengan yang menderita campak secara alami.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN “ CAMPAK ”

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang kurang
dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku
bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di
bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas,
enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak
tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema
serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien
campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan
campak.
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun
900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Ø Gizi buruk kurang dari 60%
Ø Gizi kurang 60 % - <80 %
Ø Gizi baik 80 % - 110 %
Ø Obesitas lebih dari 120 %

b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )


a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.
b)Kepala dan leher
Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah.
Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,
c) Mulut
Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di
palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.

d) Toraks
Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada
penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
Auskultasi
Bising usus.
Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau
pembengkakan.
e) Kulit
Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
Palpasi :
Turgor kulit menurun

2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa serta sintesa
data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif objektif.
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang
masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah sebagai berikut :
a. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
b. Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan
secret pada nasofaring.
c. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
d. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
e. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
f. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang normal.
Dengan criteria hasil :
a. Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b. Anak bebas dari demam.
Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Monitor perubahan suhu tubuh, denyut nadi.
Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat
diakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.
2
Lakukan tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh sperti lakukan kompres, berikan
pakaian tipis dalam memudahkan proses penguapan.
Upaya – upaya tersebut dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien serta meningkatkan
kenyamanan pasien.
3
Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu dan mengevaluasi
perubahan suhu tubuh.
Meningkatkan rasa nyaman anak.
4
Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga dan anak tentang hypertermia
Mengetahui kebutuhan infomasi dari pasien dan keluarga mengenai perawatan pasien dengan
hypertemia.
5
Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan antipiretik dan antibiotic sesuai dengan
ketentuan.
Antipiretik menurunkan/mempertahankan suhu tubuh anak.
Diagnose II
Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan
secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan criteria hasil :
a. Tidak mengalami aspirasi
b. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru.
Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan
penggunaan otot aksesori.
Ronci, mengi menunjukkan akumulasi secret/ ketidakmampuan untuk membersihkan jalan
napas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja
pernapasan.
2
Catat kemampuan untuk batuk efektif.
Pengeluaran secret sulit bila secret sangat tebal ( mis. Efek infeksi dan atau tidak adekuat
hidrasi ).
3
Berikan posisi semi fowler tinggi. Bantu klien untuk batuk dan latihan napas dalam.
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan.
4
Bersihkan secret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai keperluan.
Mencegah obstruksi atau aspirasi. Pengisapan dilakukan bila klien tidak mampu
mengeluarkan secret.
5
Pertahankan masukan cairan
Pemasukan tinggi cairan membantu untk mengencerkan secret.
6
Berikan lingkungan yang aman
Meningkatkan kenyamanan untuk anak

Diagnose III
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa.
Dengan criteria hasil :
a. Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b. Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Pantau kulit dari adanya: ruam dan lecet, warna dan suhu, kelembaban dan kekeringan yang
berlebih, area kemerahan dan rusak.
Mengetahui perkembangan penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi melalui deteksi
dini pada kulit.
2
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Mempertahankan kebeersihan tanpa mengiritasi kulit.
3
Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit.
Membantu mencegah friksi / trauma kulit.
4
Balikkan atau ubah posisi dengan sering
Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit / jaringan yang tidak perlu.
5
Ajarkan anggota keluarga / memberi asuhan tentang tanda kerusakan kulit, jika diperlukan.
Mengetahui terjadinya infeksi / komplikasi lebih cepat.
6
Konsultasi pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin.
Perbaikan nutrisi klien agar terhindar dari infeksi karena kulit dapat menjadi barier utama
yang dapat memperberat kondisi anak.

Diagnose IV
Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.
Dengan criteria hasil :
a. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Pantau berat badan, suhu, kelembaban pada rongga oral, volume konsentrasi urin.
Mengontrol keseimbangan output.
2
Ukur berat jenis urine
Menunjukkan status hidrasi dan perubahan pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan
terjadinya gagal ginjal akut pada respon terhadap hipovolemia.
3
Observasi kulit/membrane mukosa untuk kekeringan, turgor.
Hipovolemia, perpindahan cairan dan kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit.
4
Hilangkan tanda bau dari lingkungan
Menurunkan rangsangan pada gaster dan respon muntah.
5
Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit dengan sering dan pertahankan tempat
tidur kering dan bebas lipatan.
Adanya gangguan sirkulasi cenderung merusak kulit.
6
Berikan :
a. Bentuk-bentuk cairan yang menarik ( sari buah, sirup tanpa es, susu )
Menarik minat anak agar mau minum banyak.

Diagnose V
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan criteria hasil :
a. Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
b. Rewel berkurang.
Intervensi :
No
Intervensi
Rasional
1
Tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainya ( atas resep dokter )
Mengurangi rasa gatal.
2
Tidurkan anak ditempat yang agak jauh dari lampu ( jangan tepat dibwah lampu )
Mencegah silau dan menambah kenyamanan anak.

Diagnose VI
Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat penyembuhan.
Dengan criteria hasil :
a. Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
b. Penyakit anak tidak bertambah parah.
Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak perawatan dilakukan. Intruksikan klien / orang
terdekat untik memcuci tangan sesuai indikasi
Mengurangi risiko kontaminasi silang.
2
Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik.
Mengurangi pathogen pada system imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami
infeksi nosokomial.
3
Diskusikan tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan kesehatan pribadi.
Meningkatkan kerja sama dengan cara hidup dan mengurangi rasa terisolasi.
4
Pantau tanda-tanda vital
Memberikan informasi data-data dasar, awian atau peningkatan suhu secara berulang-ulang
dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi.
5
Kaji frekuensi /kedalaman pernapasan, perhatikan batuk spasmodic kering pada inspirasi
dalam, perubahan karakteristik sputum dan adanya mengi atau ronchi. Lakukan isolasi
pernapasan bila etiologi batuk produktif tidak diketahui.
Kongesti / distress pernapasan dapat mengindikasikan perkembangan PCP, penyakit yang
umum terjadi.meskipun demikian, TB paru mengalami peningkatan dan infeksi jamur
lainnya, viral, dan bakteri yang dapat terjadi yang membahayakan system pernapasan.
6
Ubah sikap baring beberapa kali sehari dan berikan bantal utnuk meninggikan kepala
Mencegah penyebaran infeksi bertambah parah dan mencegah terjadinya dekubitus.
7
Dudukkan anak pada waktu minum
Mencegah aspirasi
8
Berikan obat yang tepat
Mencegah penyakit bertambah parah
9
Bawa berobat kembali jika anak terlihat selalu tidur, tidak mau makan minum, semakin
lemah, suhu tetap tinggi, kesadaran menurun.
Untuk menentukan tindakan pengobatan selanjutnya.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Disamping itu evaluasi dapat
dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses berikutnya.
Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :
a. Berhasil
Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian
Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai
Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
pernyataan tujuan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk makulo
popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 380c atau lebih dan disertai salah satu
gejala batuk, pilek dan mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian belakang telinga,
dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala seperti flu disetai mata berair
dan kemerahan ( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari kemerahan mulai menghilang dan berubah
menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh kulit
akan tampak seperti bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius. Dengan
istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak ( pada kasus ringan ) dapat sembuh
dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Namun, bila anak dalam
kondisi yang yang tidak sehat dapat menyebebkan kematian pada anak.
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik yaitu antipeiretika
bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain
adalah pengobatan segera terhadap komplikasi ayng timbul.
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi campak pada
balita usia 9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).

B. Saran
1. Perawat
a. Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang angka
mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk semua perawat jika
menemukan kasus campak secepatnya dirujuk ke rumah sakit ssehingga anak secepatnya
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih baik.
b. Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat mengunakan asuhan
keperawatan secara tepat.

2. Keluarga
Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam perawatan anak serta
memperhatikan status gizi anak jika anak terkena penyakit campak tidak akan berdampak
buruk bagi kondisi ana

DAFTAR PUSTAKA

Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Universitas Indonesia.
Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai