Anda di halaman 1dari 84

PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE

PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA MATA PELAJARAN


EKONOMI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS X AKSELERASI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2009/2010

Oleh:
SETIYA PUTRI AMBARWATI
K 7406028

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah kunci perbaikan kualitas SDM sehingga perbaikan
kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Kebijakan di bidang
pendidikan harus melakukan terobosan secara konsisten dan berkelanjutan.
Indonesia harus segera melakukan strategi baru dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas bangsa melalui pendidikan yang berkualitas sehingga
diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang unggul, cerdas dan
kompetitif. Perbaikan kualitas pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh oleh
semua pihak baik pemerintah, guru, peserta didik, maupun orangtua siswa. Salah
satu aspek yang mempengaruhi kualitas pendidikan adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran penting untuk diperhatikan karena dengan model
pembelajaran yang tepat dapat membawa dampak positif dalam menciptakan
proses pembelajaran yang berkualitas dan hasil belajar yang optimal sehingga
berujung pada perbaikan kualitas pendidikan yang lebih baik.
Sejak Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) disahkan, secara otomatis peran guru harus berubah sesuai
tuntutan kurikulum yang telah diberlakukan. Dalam pasal 20b disebutkan bahwa:
”Guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni”. Berdasarkan pasal tersebut, guru perlu
memiliki kreatifitas agar dapat membuat suasana kelas dan pembelajaran menjadi
nyaman, menyenangkan, dan bermakna sehingga siswa merasa belajar merupakan
sesuatu yang menarik dan ditunggu-tunggu.
Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur pendidikan formal dan informal.
Pendidikan formal di Indonesia dimulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi. SMA Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah
menengah atas negeri di Kota Surakarta yang memiliki prestasi yang baik.
Sekolah ini mengajarkan dua bidang ilmu, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Salah satu kompetensi dari Ilmu Sosial yang diberikan di
Sekolah Menengah Atas adalah Ekonomi, yang diberikan di kelas X-RSBI, X-
Aksel, XI Ilmu Sosial dan XII Ilmu Sosial. Ekonomi merupakan mata pelajaran
inti sehingga siswa dituntut memiliki hasil belajar yang tinggi agar mampu
bersaing untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Observasi peneliti menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata
pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Surakarta cenderung masih bersifat
konvensional, guru memberi penjelasan dan siswa mencatat disertai tanya jawab
seperlunya kemudian dilanjutkan dengan latihan soal atau tugas. Penggunaan
metode ceramah dalam pembelajaran masih sangat dominan. Penggunaan metode
konvensional ini dapat menghambat daya kritis siswa karena segala informasi
yang disampaikan guru biasanya diterima secara mentah tanpa dibedakan apakah
informasi itu salah atau benar, dipahami atau tidak. Dengan demikian, sulit bagi
siswa untuk mengembangkan kreativitas yang dimilikinya secara optimal. Proses
pembelajaran demikian membuat sebagian besar siswa kurang berminat dalam
belajar ekonomi.
Situasi dan kondisi pembelajaran tersebut berpengaruh pada tingkat
pencapaian hasil belajar siswa yang rendah, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1
berikut ini:
Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Semester 1 Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas X Akselerasi
Rata-rata Nilai Ujian Semester 1
No. Kelas
Mata Pelajaran Ekonomi

1. X Aksel 1 68

2. X Aksel 2 64

Sumber: Data Primer SMA Negeri 1 Surakarta TP 2009/2010


Berdasarkan data di atas, peneliti menetapkan kelas X Aksel 2 sebagai subjek
penelitian karena di kelas tersebut terdapat masalah mengenai hasil belajar siswa.
Batas nilai ketuntasan di SMA Negeri 1 Surakarta adalah 75 namun rata-rata nilai
Ujian Akhir Semester I mata pelajaran ekonomi siswa di kelas X Aksel 2 hanya
64. Siswa-siswi akselerasi adalah siswa-siswi luar biasa yang memiliki tingkat
prestasi terbaik dari proses seleksi yang telah dilakukan namun siswa yang
dinyatakan tidak tuntas dalam Ujian Akhir Semester di kelas tersebut berjumlah
16 siswa dari 28 siswa atau jika diprosentasekan sebesar 57,14%.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas X Aksel 2
mengenai pembelajaran ekonomi pada kelas mereka dapat disimpulkan bahwa
adanya permasalahan hasil belajar tersebut disebabkan oleh:
1. Berdasarkan substansi materi, ekonomi merupakan pelajaran yang lebih
didominasi oleh materi yang sifatnya hafalan. Jika model pembelajaran yang
diterapkan bersifat konvensional akan menjadikan siswa hanya sebagai ”mesin
penghafal” yang masa pengingatnya bersifat jangka pendek. Padahal hasil
akhir dari pembelajaran yang diharapkan adalah siswa tidak hanya hafal akan
materi yang disampaikan namun siswa dapat memahaminya secara
menyeluruh. Oleh karena itu, untuk membentuk pemahaman yang sifatnya
jangka panjang diperlukan pembelajaran yang bermakna sehingga mengena
pada diri masing-masing siswa.
2. Kurangnya perhatian guru dalam meningkatkan kerja sama antar siswa
dalam proses pembelajaran, terutama dalam melatih keterampilan proses
pembelajaran, sehingga siswa masih bersifat individual dalam belajar.
3. Penyediaan fasilitas pembelajaran berupa sarana dan prasarana pada sekolah
ini sudah sangat baik. Hal ini terlihat dari tersedianya AC, komputer, dan LCD
yang ada pada masing-masing kelas sehingga harapannya kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang optimal.
Pada kenyataannya guru belum menggunakan sarana dan prasarana yang
tersedia dengan optimal, hal ini terbukti dengan sistem pembelajaran yang
diterapkan belum menggunakan komputer dan LCD sebagai alat bantu
pengembangan pembelajaran.
Banyak model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran, misalnya model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran kuantum, model pembelajaran terpadu, dan model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Adanya permasalahan
hasil belajar tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan
standar kompetensi dan efektif untuk proses pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan, salah satu model yang tepat untuk diterapkan adalah model
Quantum Learning.
Model Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang membuat
proses belajar menjadi sederhana (simple), menyenangkan (fun), dan efektif.
Model pembelajaran ini diharapkan dapat melahirkan siswa-siswa yang tidak
hanya memiliki keterampilan akademis, tetapi juga memiliki ketrampilan hidup
(life skill). Kelas diibaratkan sebagai sebuah konser musik yang menyingkirkan
hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah, dengan sengaja
menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling (ruang kelas) dengan
berbagai poster, dan melibatkan peran aktif seluruh siswa. Seperti sebuah konser
musik, semua siswa harus memainkan perannya masing-masing dengan terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengingat materi
pelajaran yang diberikan dalam waktu yang lama (ingatan jangka panjang) dengan
menggunakan berbagai asosiasi, mengetahui berbagai keterkaitan dan memahami
konsepnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran harus menciptakan lingkungan belajar yang mendorong
seoptimal mungkin berkembangnya potensi diri. Kelas harus mempresentasikan
masyarakat kecil, di mana siswa berinteraksi. Bentuk-bentuk kegiatan belajar
kolaboratif, bekerja dengan kelompok (team) dalam melakukan eksplorasi alam,
inkuiri dan tugas-tugas proyek berbasis masalah, merupakan aktivitas belajar yang
dapat menghidupkan kelas dan memberi kontribusi terhadap pembentukan
kepribadian anak secara utuh.
Pembelajaran ekonomi akan lebih menarik jika disajikan dalam suatu
bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan dalam upaya meningkatkan
hasil belajar siswa. Salah satunya adalah dengan model Quantum Learning yang
menggunakan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) agar dalam mempelajari
materi, siswa tidak terpaku pada hafalan yang sifatnya sesaat. Dengan variasi
simbol, warna, dan bentuk yang ada pada peta pikiran (mind mapping) diharapkan
siswa dapat lebih mudah mengingat dan memahami materi sehingga pembelajaran
bermakna dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model
Quantum Learning dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Mata
Pelajaran Ekonomi sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X
Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Belum diterapkannya beberapa model pembelajaran yang dapat
mempermudah pemahaman siswa terhadap materi melalui kegiatan yang
menarik dan dapat meningkatkan konsentrasi siswa.
2. Guru masih dominan dalam pembelajaran karena masih menerapkan model
pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) dari pada berpusat pada
siswa (student centered).
3. Proses pembelajaran yang diterapkan belum menggunakan sarana dan
prasarana secara optimal.
4. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan,
padahal penerapan metode pembelajaran konvensional kurang efektif dalam
kegiatan belajar mengajar.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian
untuk menghindari perluasan masalah. Subjek dari penelitian ini adalah siswa
kelas X Aksel 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Objek dari
penelitian ini meliputi:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Quantum Learning
dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping).
2. Hasil belajar siswa yaitu berkenaan dengan nilai kognitif mata pelajaran
ekonomi yang dicapai siswa melalui tes hasil belajar formatif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan model
Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada mata
pelajaran ekonomi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Akselerasi
SMA Negeri 1 Surakarta?”.
Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model Quantum Learning merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh
proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta
membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
2. Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) merupakan metode pembelajaran yang
memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam
diri seseorang.
3. Hasil belajar merupakan salah satu indikator siswa dalam menguasai dan
memahami pelajaran yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoris
namun ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai materi
pengajaran.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian disini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan dalam rumusan masalah di atas. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
meningkatkan hasil belajar siswa melalui model Quantum Learning dengan
metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada mata pelajaran ekonomi kelas X
Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian yang dapat dijadikan
dasar penelitian lebih lanjut.
b. Memberikan manfaat untuk mendukung teori-teori di bidang pendidikan
tentang penggunaan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran
(Mind Mapping) .

2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa :
Siswa termotivasi sehingga senang belajar Ilmu Pengetahuan Sosial,
khususnya mata pelajaran Ekonomi dan dapat memperoleh pengalaman
belajar.

b. Bagi Guru
Memberikan masukan bagi guru untuk menerapkan model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam proses belajar
mengajar di kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Bagi Sekolah
1) Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merealisasikan
tujuan pembelajaran bagi siswa dan juga sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan kebijakan selanjutnya.
2) Memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan
peningkatan mutu proses pembelajaran.

d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penggunaan model
Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) serta
pengaruh dan perkembangan siswa setelah penggunaan model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
Ilmu pengetahuan yang ada sekarang tidak lepas dari pengetahuan yang
ada sebelumnya. Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan alat untuk
mendapatkan pengetahuan baru ataupun menguji pengetahuan yang telah ada.
Agar dapat diketahui bagaimana hubungan dan dimana posisi pengetahuan yang
diperoleh dari penelitian, dalam kaitannya dengan pengetahuan yang telah ada,
perlu dilakukan kajian terhadap bahan pustaka yang relevan dengan topik
masalah.

1. Hakikat Model Quantum Learning


a. Definisi Model Pembelajaran
Winataputra dalam Sugiyanto (2008: 7) mengemukakan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang
pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran.

b. Jenis-jenis Model Pembelajaran


Sugiyanto (2008: 7-15) mengemukakan bahwa ada banyak model
pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha
mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut antara lain
terdiri dari:
1) Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa. Pembelajaran ini juga mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan
keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru ketika siswa belajar.
2) Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
3) Model Pembelajaran Kuantum
Model pembelajaran kuantum merupakan rakitan dari berbagai teori atau
pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi yang jauh
sebelumnya sudah ada.
4) Model Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik.
Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa
pokok bahasan.
5) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning – PBL)
Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning – PBL)
merupakan pembelajaran yang mengambil psikologi kognitif sebagai
dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang
dikerjakan siswa tetapi pada apa yang siswa pikirkan selama mereka
mengerjakannya. Guru memfungsikan diri sebagai pembimbing dan
fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berfikir dan menyelesaikan
masalahnya sendiri.

c. Model Quantum Learning


Akhmad Sudrajat (2008: 1) mengemukakan, ”Quantum Learning ialah
kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam
pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang
menyenangkan dan bermanfaat”. Dalam Quantum Learning, beberapa teknik
yang dipakai merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah
populer dan umum digunakan. Namun, teknik tersebut dikembangkan yang
sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan
bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas.
Bobby DePorter (2007: 14) mengatakan bahwa Quantum Learning
berakar dari upaya Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan
Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya sugesti (suggestology).
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi
belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif.
Untuk mendapatkan sugesti positif ada beberapa teknik yang dapat digunakan
seperti membuat siswa merasa nyaman berada di kelas, memperdengarkan
musik-musik klasik yang dapat meningkatkan daya konsentrasi siswa,
mendorong partisipasi siswa untuk lebih aktif, menempelkan poster besar
yang berisi informasi pada dinding kelas, dan menyediakan guru yang terlatih
baik dalam seni pengajaran maupun sugesti. Prinsip sugesti (suggestology)
hampir sama dengan proses pemercepatan belajar (accelerated learning), yaitu
proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya yang normal, dan diiringi dengan kegembiraan.
Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui percampuran antara unsur
hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa dalam Quantum learning pemberian sugesti positif berupa
penciptaan suasana belajar yang menyenangkan sangatlah diperlukan. Hal ini
bertujuan agar dalam waktu yang relatif singkat proses pembelajaran yang
berlangsung dapat mencapai efektifitas belajar yang maksimal yang ditandai
dengan perolehan hasil belajar yang baik.
Menurut Bobby DePorter (2007: 16), ”Quantum Learning sebagai
interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Mereka
menganggap kekuatan energi sebagai bagian penting dari setiap interaksi
manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, dimana: E = Energi
(antusiasme, efektivitas belajar mengajar, dan semangat), m = massa (semua
individu yang terlibat, situasi, materi, dan fisik), dan c = interaksi (hubungan
yang tercipta di kelas). Berdasarkan persamaan ini dapat diketahui bahwa
interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar
terhadap efektivitas dan antusiasme belajar para peserta didik (Falah Yunus,
2009: 1).
Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya. Jadi Quantum Learning menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan
belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Bobby DePorter
(2007: 6) mengatakan bahwa Quantum Learning bersandar pada konsep
bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.
Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Learning tidak
hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu,
siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik
dalam dan ketika belajar.
Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program
neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak
mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa
dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan
pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP
mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk
meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk
merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula
menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang,
dan menciptakan ”pegangan” dari saat-saat keberhasilan yang
meyakinkan (Bobby DePorter , 2007: 14-16).
Dengan Quantum Learning kita dapat mengajar dengan
memfungsikan kedua belahan otak, yaitu otak kiri dan otak kanan pada
fungsinya masing-masing. Eksperimen terhadap dua belahan otak tersebut
telah menunjukkan bahwa masing-masing belahan bertanggung jawab
terhadap cara berfikir, dan masing-masing mempunyai spesialisasi dalam
kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa pesilangan dan
interaksi antara kedua sisi. Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial,
linear, dan rasioanal. Walaupun berdasarkaan realitas, otak kiri mampu
melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berfikirnya sesuai untuk
tugas-tugas teratur seperti ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi
auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Cara
berfikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara
berfikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal
seperti perasaan, emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan,
kesadaran spasial, pengenalan bentuk, pengenalan pola, musik, seni, kepekaan
warna, kreativitas, dan visualisasi (Bobby DePorter, 2007: 36-38).
Penggunaan kedua belahan otak sangat penting artinya sehingga orang yang
memanfatkan kedua belahan otak ini cenderung seimbang dalam setiap aspek
hidupnya.
Sugiyanto (2008: 69) mengatakan bahwa beberapa karakteristik umum
yang tampak membentuk sosok pembelajaran kuantum adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif bukan fisika
kuantum. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan
pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari
berbagai teori psikologi kognitif bukan teori fisika kuantum.
2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-
empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar
menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya
motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang
secara maksimal atau optimal.
3) Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis, bukan positivistis-
empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. Oleh karena itu nuansa
konstruktivisme dalam pembelajaran kuantum relatif kuat. Pembelajaran
kuantum menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan
pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan
tujuan pembelajaran.
4) Pembelajaran kuantum berupaya memadukan, menyinergikan, dan
mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan
lingkungan sebagai konteks pembelajaran.
5) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu
dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Interaksi telah menjadi
kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum. Pembelajaran
kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan
akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna.
6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran bukan keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan
kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan
menyenangkan, sedangkan keadaan yang dibuat-buat menimbulkan
suasana tegang, kaku, dan membosankan.
8) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran.
9) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang
memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan
atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran
meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan
belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
10) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau
material.
11) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses
pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki
nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran.
12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam
proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat
pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
Bobby DePorter (2007: 7) mengatakan bahwa prinsip dari Quantum
Learning terdiri dari:
1) Segalanya berbicara
Lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran menyampaikan
pesan tentang belajar.
2) Segalanya bertujuan
Siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang diajarkan.
3) Pengalaman sebelum pemberian nama
Pengalaman guru dan siswa akan diperoleh banyak konsep.
4) Akui setiap usaha
Menghargai usaha siswa sekecil apa pun.
5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Guru harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada proses
pembelajaran, misalnya dengan memberi tepuk tangan dan berkata:
bagus!, baik!, dll.
Bobby DePorter (2007: 10) mengatakan bahwa kerangka rancangan
belajar Quantum Learning yang diterapkan dikenal dengan istilah TANDUR
yang meliputi:
1) TUMBUHKAN
Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat BagiKu
(AMBAK)” dan manfaatkan kehidupan pelajar.
2) ALAMI
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua
pelajar.
3) NAMAI
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah masukan.
4) DEMONSTRASIKAN
Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.
5) ULANGI
Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan “Aku tahu
dan memang tahu ini”.
6) RAYAKAN
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan
dan ilmu pengetahuan.
Bobby DePorter (2007: 64-78) mengatakan bahwa metode dan
strategi mengajar yang mengacu pada Quantum Learning meliputi:
1) Buat suasana kelas yang bisa membawa kegembiraan yang diatur
berdasarkan kesepakatan kelas, seperti :
a) Pengaturan meja dan kursi, tanaman, hiasan lain yang mendukung
proses belajar.
b) Pengecatan meja kursi yang yang menjadi keinginan dan kebanggaan
kelas.
c) Ruangan kelas dihiasi dengan poster.
2) Pemberian musik klasik dalam kegiatan belajar mengajar. Musik dapat
merangsang otak kiri dan kanan untuk berpikir dan berinspirasi. Musik
juga dapat sebagai perangsang untuk meningkatkan produktivitas
seseorang. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar,
baik secara sadar maupun tidak sadar. Disamping itu kebanyakan siswa
suka musik. Musik yang disarankan disini adalah musik klasik dan
instrumental. Namun bisa diselingi jenis musik lain untuk bersenang-
senang dan jeda dalam pembelajaran.
3) Pengalaman belajar hendaknya menggunakan sebanyak mungkin indera
untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran. Siswa belajar : 10% dari apa
yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50%
dari apa yang di lihat dan dengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90%
dari apa yang dikatakan dan lakukan (Vernon A. Magnessen, 1983). Ini
menunjukkan guru mengajar dengan ceramah, maka siswa akan mengingat
dan menguasai hanya 20% karena siswa hanya mendengarkan. Sebaliknya
jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya
maka akan mengingat dan menguasai sebanyak 90%.
4) Guru harus selalu menghargai setiap usaha dan hasil kerja siswa serta
memberikan stimulus yang mendorong siswa untuk berbuat dan berpikir
sambil menghasilkan karya dan pikiran kreatif. Ini memungkinkan siswa
menjadi pembelajar seumur hidup. Untuk itu guru bisa menggunakan
berbagai metode dan pengalaman belajar melalui contoh yang
konstekstual. Setiap kesuksesan dalam belajar siswa layak untuk dirayakan
5) Suasana belajar siswa, guru dapat mengarahkan kearah ke ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Suasana belajar juga melibatkan mental, fisik,
emosi sosial siswa secara aktif supaya memberi peluang siswa untuk
mengamati dan merekam data hasil pengamatan, menjawab pertanyaan
dan mempertanyakan jawaban, menjelaskan sambil memberikan
argumentasi, dan sejumlah penalaran.
Pada proses pembelajaran unsur-unsur yang terdiri dari suasana,
lingkungan, landasan, rancangan, penyajian dan fasilitasi harus disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan kesuksesan belajar siswa. Bobby
DePorter (2007: 14) mengatakan bahwa konteks menata panggung belajar
yang baik mempunyai empat aspek yang meliputi:
1) Suasana
Suasana kelas mencakup bahasa yang dipilih, cara menjalin simpati
dengan siswa, dan sikap guru terhadap sekolah serta belajar. Suasana yang
penuh kegembiraan akan membawa kegembiraan pula dalam belajar.
2) Landasan
Kerangka kerja yang terdiri dari tujuan, keyakinan, kesepakatan,
kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa
sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.
3) Lingkungan
Adalah cara guru menata ruang kelas meliputi pencahayaan, warna,
pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik, dan semua hal yang
mendukung proses belajar.
4) Rancangan.
Penciptaan terarah unsur-unsur penting yang dapat menumbuhkan minat
siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar-menukar
informasi.
Bobby DePorter (2007: 115) mengatakan bahwa guru sebagai
Quantum Teacher mempunyai ciri-ciri dalam berkomunikasi sebagai berikut:
1) Antusias : menampilkan semangat untuk hidup
2) Berwibawa : menggerakkan orang
3) Positif : melihat peluang dalam setiap saat
4) Supel : mudah menjalin hubungan dengan beragam siswa
5) Humoris : berhati lapang untuk menerima kesalahan
6) Luwes : menemukan lebih dari satu untuk mencapai hasil
7) Menerima :mencari di balik tindakan dan penampilan luar untuk
menemukan nilai-nilai inti
8) Fasih : berkomunikasi dengan jelas, ringkas, dan jujur
9) Tulus : memiliki niat dan motivasi positif
10) Spontan : dapat mengikuti irama dan tetap menjaga hasil
11) Menarik dan tertarik : mengaitkan setiap informasi dengan pengalaman
hidup siswa dan peduli akan diri siswa
12) Menganggap siswa “mampu” : percaya akan keberhasilan siswa
13) Menetapkan dan memelihara harapan tinggi : membuat pedoman kualitas
hubungan dan kualitas kerja yang memacu setiap siswa untuk berusaha
sebaik mungkin.
Dalam melakukan penilaian guru harus berorientasi pada :
1) Acuan/patokan.
Semua kompetensi perlu dinilai sesuai dengan acuan kriteria berdasarkan
indikator hasil belajar
2) Ketuntasan Belajar.
Ketuntasan belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian
kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawakan sebagai
prasyarat penguasaan kompetensi berikutnya
3) Metode penilaian dengan menggunkan variasi, antara lain :
a) Tes Terulis : pertanyaan-pertanyaan tertulis
b) Observasi : pengamatan kegiatan praktik
c) Wawancara : pertanyaan-pertanyaan langsung tatap muka
d) Portofolio : Pengamatan melalui bukti-bukti hasil belajar
e) Demonstrasi : Pengamatan langsung kegiatan praktik/pekerjaan
yang sebenarnya (Falah Yunus, 2009: 1).

d. Pembelajaran Model Quantum Learning dengan Metode Peta Pikiran


(Mind Mapping)
Mencatat merupakan salah satu aktivitas dalam proses belajar yang
bertujuan untuk menambah ingatan dan pemahaman siswa terhadap materi
yang dipelajari. Aktivitas mencatat yang sering dilakukan adalah dengan
menggunakan catatan tradisional atau catatan linear. Catatan tradisional
berbentuk tulisan-tulisan, menggunakan satu warna tinta, dan menyita banyak
waktu sehingga manfaatnya dirasa kurang efektif dan membosankan. Metode
mencatat yang baik harus membantu mengingat perkataan dan bacaan,
meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasikan
materi, dan memberikan wawasan baru. Oleh karena itu, untuk mempermudah
proses pembelajaran diperlukan cara mencatat yang efektif, salah satunya
yaitu dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping).
Tony Buzan dalam Wiwin Yuni Lestari (2009: 27) mengemukakan, ”
Mind Mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam
otak dan mengambil informasi keluar dari otak”. Menurut Bobby DePorter
(2007: 153), ”Peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak
dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk
membentuk kesan”. Sedangkan menurut Teti Rostikawati (2009: 5), ”Peta
pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan
gaya belajar visual”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peta
pikiran merupakan metode pembelajaran yang memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.
Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan
seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara
tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan
sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Aktivitas mencatat dengan menggunakan peta pikiran merupakan
latihan yang dapat mengoptimalkan fungsi belahan otak kiri dan otak kanan
sehingga sangat membantu siswa dalam memahami masalah dengan cepat dan
tepat karena telah terpetakan. Teknik mencatat dengan menggunakan peta
pikiran perlu untuk diterapkan karena banyaknya manfaat yang diperoleh
seperti fleksibel, memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman, dan
menyenangkan (Bobby DePorter, 2007: 173). Menurut Bobby DePorter
(2007: 156) langkah-langkah teknis penggunaan peta pikiran terdiri dari:
1) Mulai dengan menuliskan topik pada bagian tengah halaman
Tulis gagasan utama pada bagian tengah halaman kertas dan lingkupi
dengan lingkaran, persegi atau bentuk lain. Hal ini sebagai pendorong
untuk mendefinisikan gagasan inti subjek yang dipelajari sebagai titik
awal pembelajaran yang efektif. Tema pokok inti dibuat dengan ukuran
cukup kecil sehingga tersedia ruang untuk memperlihatkan dengan jelas
sub-sub tema di sekelilingnya. Sub-sub tema tersebut dapat dihubungkan
dengan tema pokok dengan menggunakan garis.
2) Buatlah cabang-cabangnya
Tambahkan cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap point atau
gagasan utamanya. Berpijak pada tema pokok buatlah cabangnya ke
semua arah. Jumlah cabangnya bervariasi tergantung jumlah segmennya.
Namun batasilah cabang utama antara lima sampai tujuh cabang dan
jangan terlalu banyak.
3) Gunakan kata-kata kunci
Tuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan
untuk lebih rinci. Kata kunci adalah kata yang menyampaikan inti sebuah
gagasan dan memudahkan memicu ingatan kita. Sasaran peta pikiran
adalah hanya menangkap fakta-fakta penting sehingga ketika ditinjau
ulang akan memicu ingatan terhadap semua subjek pelajaran. Gunakan
kata kerja atau kata benda kunci dengan huruf kapital tebal.
4) Tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan
ingatan yang lebih baik
5) Gunakan huruf kapital
Tulis dan ketik secara rapi dengan menggunakan huruf kapital.
6) Tuliskan gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar
Tulisan dengan huruf besar sehingga dapat membedakan konsep yang
lebih penting.
7) Hidupkan peta pikiran dengan hal-hak yang menarik
Gambarkan peta pikiran dengan hal-hal yang berhubungan dengan diri kita
sesuai dengan selera.
8) Garis bawahi kata-kata itu dan gunakan huruf tebal
9) Bersikap kreatif dan berani
Lakukan sendiri dan jangan takut salah atau jelek. Gunakan sebanyak
mungkin gambar yang memang membantu pemahaman.
10) Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan gagasan-gagasan.
11) Buatlah peta pikiran secara horizontal agar dapat memperbesar ruang bagi
setiap gagasan.
Penerapan awal model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran
(Mind Mapping) perlu dilakukan secara kelompok. Dalam kelompok siswa
dapat berdiskusi dengan teman yang lain agar hasilnya lebih maksimal karena
hasil dari pemikiran banyak orang. Pembuatan peta pikiran secara kelompok
pun bertujuan untuk melatih kebiasaan pada diri masing-masing siswa. Setelah
terbiasa, harapannya siswa dapat membuat peta pikiran untuk mencatat materi
secara mandiri. Menurut Sugiyanto (2008: 93), langkah-langkah pembelajaran
penggunaan peta pikiran secara klasikal terdiri dari:
1) Guru melakukan apersepsi dengan pertanyaan pada materi yang sedang
dipelajari.
2) Sajikan gambar/CD tentang materi yang sedang dipelajari.
3) Gunakan pertanyaan tentang dimensi-dimensi atau cakupan materi.
4) Seraya bertanya guru mencoba mentransfer jawaban siswa dalam bentuk
peta pikiran.
5) Perbaiki peta pikiran yang belum terstruktur menjadi terstruktur.
6) Setelah gambar peta pikiran jadi di papan tulis, guru meminta siswa untuk
membuat peta pikiran secara berkelompok berdasarkan sub-sub materi
yang ada atau menurut apa yang dipikirkan siswa tentang materi yang
sedang dipelajari.
7) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kemudian siswa kerja
kelompok untuk membuat peta pikiran.
Untuk ini perlu diberikan batasan waktu misal 15-20 menit. Jika siswa
sudah terbiasa membuat peta pikiran siswa dapat ditugaskan secara
individual atau kelompok kecil per dua orang.
8) Selama siswa menyusun peta pikiran guru keliling untuk memberikan
penjelasan jika ada kelompok yang bertanya.
9) Guru meminta siswa untuk membuat matrik peta pikiran, pengelompokan,
dan atributnya.
10) Setelah selesai wakil-wakil kelompok diminta maju untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya.
Sementara itu kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan
tanggapan dan masukan.
11) Jika diperlukan guru perlu memberikan penjelasan terhadap materi yang
belum dapat dipahami siswa.
12) Berikan masukan terhadap hasil pekerjaan siswa.
13) Lakukan postest tentang peta pikiran yang dikuasai.
14) Berikan siswa untuk memberikan masukan terhadap cara pembelajaran
yang dilakukan guru sebagai evaluasi untuk pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya.
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini
disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri
siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika
berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan
peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana
yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses
pembuatan peta pikiran (mind mapping).
2. Hakikat Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar
karena merupakan petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa
dalam belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Sebagai cara untuk menilai
kemampuan individual, diwujudkan dalam bentuk nilai yang diberikan kepada
siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Nana
Syaodih Sukmadinata (2004: 102), hasil belajar merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang. Di sekolah, hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan
mata-mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau
hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan
angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan
menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi.
Nana Sudjana (2009: 3) mengungkapkan “Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris”.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yakni penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan pola
hidup. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek, yaitu gerakan terbiasa, kesiapan,
persepsi, penyesuaian pola gerakan, gerakan kompleks, dan kreativitas. Dari
ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para
guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran. Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada
hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar formatif.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari
dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Slameto (2003: 54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar digolongkan menjadi faktor internal
dan faktor eksternal.
1) Faktor-faktor internal
a) Faktor jasmaniah
(1) Faktor kesehatan
(2) Cacat tubuh
b) Psikologis
(1) Intelegensi
(2) Perhatian
(3) Minat
(4) Bakat
(5) Motif
(6) Kematangan
(7) Kesiapan
c) Faktor kelelahan
2) Faktor-faktor eksternal
a) Faktor keluarga
(1) Tingkat pendidikan orang tua
(2) Hubungan antara anggota keluarga
(3) Penyediaan fasilitas belajar
(4) Keadaan ekonomi keluarga
b) Faktor sekolah
c) Faktor masyarakat
Ngalim Purwanto (2002: 106) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah:
1) Faktor yang ada pada diri orang itu sendiri yang disebut faktor
individual, meliputi:
a) faktor pertumbuhan
b) kecerdasan
c) latihan
d) motivasi
e) faktor pribadi
2) Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial,
meliputi:
a) faktor keluarga
b) guru
c) alat mengajar
d) lingkungan dan kesempatan
e) motivasi

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa di


dalam melaksanakan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik dari dalam diri siswa itu sendiri maupun dari luar. Faktor-faktor
yang menyangkut keadaan diri siswa baik keadaan fisik maupun psikologis
serta keadaan yang berada di luar diri siswa seperti lingkungan, sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai.

c. Fungsi Hasil Belajar


Penyelenggaraan penilaian hasil belajar yang bertujuan mengidentifikasi
hasil belajar siswa tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan nasional,
tujuan institusional, tujuan kurikuler serta tujuan pengajaran, materi
pengajaran dan metode pengajaran serta sumber-sumber lain. Melalui evaluasi
tersebut akan diperoleh informasi tentang hasil belajar yang secara tidak
langsung dapat berfungsi sebagai indikator tentang baik buruknya
konseptualisasi dan operasionalisasi komponen-komponen pengajaran
menjadi sistem pengajaran, yang proses kegiatannya merupakan upaya untuk
mewujudkan kurikulum.
Menurut Waridjan (1991: 4) pemanfaatan informasi tentang hasil
belajar siswa sebagai berikut:
1) Dengan mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat mendesain program
pengajaran yang apabila dilaksanakan akan mengisi selisih antara apa yang
telah dicapai oleh siswa dengan apa yang dikehendaki oleh tujuan
pengajaran.
2) Dengan mengetahui hasil belajar siswa dari waktu ke waktu, proses
kemajuan dan kemunduran belajar siswa dapat diikuti dengan tujuan untuk
memberikan motivasi belajar.
3) Dengan mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat mengidentifikasi
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dan konselor pengajaran dapat
mendiagnosis kesulitan belajar siswa dalam rangka memberikan
bimbingan dan konseling pengajaran.
4) Dengan mengetahui hasil belajar siswa dapat diramalkan keberhasilan
belajar siswa di masa depan.
5) Dengan mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat menetapkan siswa
dalam kualifikasi tertentu (lulus dan tidak lulus atau tuntas dan tidak
tuntas), menetapkan peringkat siswa dalam prestasi belajar siswa
(rangking atau kelompok kurang pandai) serta menyeleksi siswa untuk
tujuan-tujuan tertentu (memenuhi syarat atau tidak).
6) Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa termotivasi untuk belajar
secara lebih bersemangat, tekun dan teliti.

d. Evaluasi Hasil Belajar


Usaha untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dapat dilakukan
melalui evaluasi. Menurut Slameto (2001: 15-16) evaluasi dapat berfungsi
untuk:
1) Mengetahui kemajuan kemampuan belajar siswa.
2) Mengetahui status akademis seorang siswa dalam kelompok atau kelasnya.
3) Mengetahui penguasaan, kekuatan, dan kelemahan seoarang siswa atas
suatu unit pelajaran.
4) Mengetahui efesiensi metode mengajar yang digunakan guru.
5) Menunjang pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang
bersangkutan.
6) Memberi laporan kepada siswa dan orang tua siswa.
7) Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan promosi siswa.
8) Hasil evalusai dapat digunakan keperluan pengurusan.
9) Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan perencanaan pendidikan.
10) Memberi informasi kepada masyarakat yang memerlukan.
11) Merupakan bahan masukan bagi siswa, guru, dan program pengajaran.
12) Sebagai alat motivasi belajar mangajar.
Tujuan evaluasi hasil belajar dapat terwujud sesuai dengan prinsip-
prinsip yang mendasari serta syarat-syarat yang diperlukan. Pelaksanaannya
perlu menyesuaikan prosedurnya dengan menggunakan teknik yang cocok
menurut jenis yang diperlukan.
Materi yang disampaikan guru telah dapat dikuasai dengan baik oleh
siswa dapat diketahui dengan melihat hasil belajarnya yang diambil melalui
tes hasil belajar. Menurut Ngalim Purwanto (2006: 33), “Tes hasil belajar atau
achievement test adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil
pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya , atau oleh
dosen kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu”. Sedangkan menurut
Slameto (2001: 30), “Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau
tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan
untuk mengukur kemajuan belajar siswa”. Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah teknik atau cara dalam rangka
melaksanakan kegiatan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menjawab dan menyelesaikan pertanyaan yang berkaitan dengan sesuatu yang
dipelajarinya.
Menurut Anas Sudijono (2005: 68-91) teknik penilaian hasil belajar
dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Teknik Tes
Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu
ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang
harus dikerjakan oleh testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari
hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan
tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana yang dapat dibandingkan
dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan
dengan nilai standar tertentu. Jenis-jenis tes sebagai berikut:
a) Menurut fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan/kemajuan
belajar peserta didik
(1) Tes seleksi, sering dikenal dengan istilah ujian saringan masuk atau
ujian masuk.
(2) Tes awal, sering dikenal dengan istilah pre-test yaitu tes yang
dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta
didik.
(3) Tes akhir, sering dikenal denga istilah pos-test yang dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajran
yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-
baiknya oleh para peserta didik.
(4) Tes diagnostik, yaitu tes yang dilaksanakan untuk menentukan
secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik
dalam suatu mata pelajaran tertentu.
(5) Tes formatif, yaitu tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik”telah
terbentuk”(sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan)
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
(6) Tes sumatif, yaitu tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan.
b) Menurut aspek psikis yang ingin diungkap
(1) Tes intelegensi, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
(2) Tes kemampuan, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki
oleh testee.
(3) Tes sikap, yaitu salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk
mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk
melakukan suatu respon tertentu terhadapa dunia sekitarnya, baik
berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
(4) Tes kepribadian, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan
mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya
bersisfat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara,
hobi atau kesenangan, dll.
(5) Tes hasil belajar, yaitu tes yang biasa digunakan untuk
mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.
c) Menurut banyaknya orang yang mengikuti tes
(1) Tes individual, yaitu tes dimana tester hanya berhadapan dengan
satu orang testee saja.
(2) Tes kelompok, yaitu tes dimana tester berhadapan dengan lebih
dari satu orang testee.
d) Menurut waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes
(1) Power test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi testee
untuk menyelesaiakan tes tersebut tidak dibatasi
(2) Speed test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi testee
untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
e) Menurut bentuk respon
(1) Verbal test, yaitu suatu tes yang menghendaki respon (jawaban)
yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik
secara lisan maupun secara tertulis.
(2) Nonverbal test, yaitu tes yang menghendaki respon (jawaban) dari
testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan
berupa tindakan atau tingkah laku.
f) Menurut cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaban
(1) Tes tertulis, yaitu jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-
butir pertanyaan atau soal dilakukan secara tertulis dan testee
memberikan jawaban secar tertulis.
(2) Tes lisan, yaitu tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-
pertanyaan atau soal dilakukan secara lisan, dan testee memberikan
jawaban secara lisan pula.
2) Teknik Non Tes
Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar tidaklah selalu dapat
diukur dengan alat tes sebab masih banyak aspek kemampuan siswa yang
sukar diukur secara kuantitatif dan objektif, misalnya aspek afektif dan
psikomotor yang mencakup sifat, sikap, kerajinan, kejujuran, tanggung
jawab, kerja sama, dan lain-lain. Untuk mengukur kedua aspek itu perlu
alat penilaian yang sesuai dan memenuhi syarat. Alat khusus untuk
melaksanakan teknik non tes ini dapat dilakukan melalui:
a) Observasi
Observasi merupakan cara menghimpun data yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
b) Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun data yang dilaksanakan dengan
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak , berhadapan muka, dan
dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
c) Angket
Angket adalah cara pengumpulan data berupa penghimpunan jawaban
dari responden melalui lembar observasi yang diberikan.
d) Pemeriksaan dokumen
Pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen dapat dilakukan untuk
evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan peserta
didik.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis dapat digunakan sebagai
referensi dalam membantu kelancaran proses penelitian. Penelitian sejenis yang
penulis pakai dalam referensi penelitian ini adalah:
”Pattaufi. 2008. Penerapan Model Quantum Learning dalam Hubungannya
dengan Kemampuan Siswa Berbahasa Inggris” menyimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Quantum Learning mempunyai hubungan yang signifikan
dengan kemampuan siswa berbahasa Inggris bagi peserta supercamp di lembaga
kursus Britania Makassar serta siswa, keaktifan dan prestasi belajar siswa.
”Wiwin Yuni Lestari. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis
Cerita dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping): Penelitian Tindakan Kelas di
Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mlilir 01 Madiun” menyimpulkan bahwa
penerapan metode peta pikiran dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
menulis cerita dan kemampuan siswa dalam menulis cerita.

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada
penelitian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Untuk
mengetahui keberhasilan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar perlu
dilakukan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara kontinyu. Untuk
mencapai hasil belajar yang optimal diperlukan langkah-langkah nyata untuk
mencapainya.
Pembelajaran konvensional yang diterapkan seperti guru masih dominan
dalam pembelajaran karena masih menerapkan model pembelajaran teacher
centered dari pada student centered, aktivitas siswa hanya meliputi mencatat
disertai tanya jawab dari guru seperlunya kemudian dilanjutkan dengan
pengerjaan latihan soal atau tugas, dan proses pembelajaran yang diterapkan
belum menggunakan sarana dan prasarana secara optimal berdampak pada
pencapaian hasil belajar siswa yang rendah. Hal ini ditandai dengan pencapaian
hasil nilai rata-rata kelas dibawah batas tuntas keberhasilan belajar yaitu 64
sementara nilai batas tuntas keberhasilan belajar yaitu 75. Siswa yang dinyatakan
tidak tuntas di kelas tersebut berjumlah 16 siswa dari 28 siswa atau jika
diprosentasekan sebesar 57,14%.
Permasalahan rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat diatasi dengan
pemilihan model dan metode pembelajaran yang tepat. Model dan metode
pembelajaran yang dipilih harus mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dan
tidak menimbulkan kejenuhan. Oleh karena itu, guru harus membuat variasi atau
kombinasi model dan metode mengajar inovatif yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Beberapa dekade terakhir ini mulai dikembangkan model pembelajaran
yang lebih bervariatif, yaitu model Quantum Learning. Model Quantum Learning
merupakan model pembelajaran yang membuat proses belajar menjadi sederhana
(simple), menyenangkan (fun), dan efektif. Dalam penerapan model Quantum
Learning, ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu peta pikiran (mind
mapping), membaca cepat (speed reading), dan mengoptimalkan daya ingat
(super memory system).
Pembelajaran ekonomi akan lebih menarik jika disajikan dalam suatu
bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan dalam upaya meningkatkan
hasil belajar siswa. Salah satunya adalah dengan model Quantum Learning yang
menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) agar dalam mempelajari
materi, siswa tidak terpaku pada hafalan yang sifatnya sesaat. Dengan variasi
simbol, warna, dan bentuk yang ada pada peta pikiran (mind mapping) diharapkan
siswa dapat lebih mudah mengingat dan memahami materi sehingga pembelajaran
bermakna dapat tercapai.
Model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
akan menimbulkan rasa kegembiraan karena diskusi kelompok yang membahas
materi pelajaran dalam bentuk peta pikiran dan permainan (games) yang bersifat
menyenangkan sehingga terkadang peserta didik tidak merasa secara tidak
langsung sedang melakukan pembelajaran. Dengan model Quantum Learning
dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), siswa akan merasakan suasana yang
lebih menyenangkan, minat dan motivasi siswa untuk belajar pun meningkat
sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Oleh karena itu, dengan
diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan hasil
belajar siswa.

Bagan berikut ini menjelaskan kerangka pemikiran di atas:

Pembelajaran konvensional

Guru masih dominan Aktivitas siswa hanya Proses


dalam pembelajaran meliputi mencatat pembelajaran
karena masih disertai tanya jawab yang diterapkan
menerapkan model dari guru seperlunya belum
pembelajaran kemudian dilanjutkan menggunakan
teacher centered dari dengan pengerjaan sarana dan
pada student latihan soal atau prasarana
centered. tugas. secara optimal.

Pencapaian hasil belajar siswa rendah yang ditandai dengan nilai


rata-rata dibawah batas tuntas keberhasilan belajar yaitu 64
sementara nilai batas tuntas keberhasilan belajar yaitu 75.

Penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran


(Mind Mapping) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi dalam bentuk peta pikiran
2. Siswa diminta berdiskusi secara kelompok membahas materi
per sub bab dalam bentuk peta pikiran.
3. Salah satu siswa dari masing-masing kelompok mewakili
Peningkatan hasil belajar siswa pada tes formatif ditandai dengan
tercapainya nilai batas tuntas keberhasilan belajar, yaitu 75.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: penerapan model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1
Surakarta.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik,
hasilnya dimanfaatkan sebagai alat pengembangan prestasi, kurikulum, sekolah,
ketrampilan mengajar, dan sebagainya. Penelitian tindakan kelas menghubungkan
antara teori dan praktek, yang secara kolaboratif pendidik dapat melakukan
penelitian terhadap proses dan produk pembelajaran secara reflektif di kelas.

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Surakarta yang beralamat di
Jalan Kol. Sutarto 62 Surakarta. Kelas yang dipilih adalah kelas X Aksel 2.
Alasan pemilihan sekolah dan kelas X Aksel 2 karena:
a. Terdapat permasalahan rendahnya hasil belajar siswa kelas X Aksel 2 pada
mata pelajaran Ekonomi.
b. Sekolah SMA Negeri 1 belum pernah digunakan sebagai obyek penelitian
sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang.

2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncakan untuk kegiatan penelitian ini adalah mulai bulan
November 2009. Kegiatan tersebut meliputi persiapan sampai penyusunan laporan
penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian


Jenis Kegiatan November Desember Januari Februari
1. Persiapan Penelitian
a. Pengajuan Judul
b. Penyusunan proposal
c. Perijinan
2. Perencanaan Tindakan
3. Implementasi Tindakan
a. Siklus I
b. Siklus II
4. Review
5. Penyusunan Laporan

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu kelas X Aksel 2 karena:
a. Terdapat permasalahan rendahnya hasil belajar siswa kelas X Aksel 2 SMA
Negeri 1 Surakarta.
b. Kelas X Aksel 2 belum pernah digunakan sebagai obyek penelitian sejenis
sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang pada subjek,
waktu dan objek yang sama.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan tujuan
penelitian, penelitian ini tidak menguji hipotesis secara kuantitatif, tetapi lebih
bersifat mendeskripsikan data, fakta dan keadaan yang ada.
Menurut Rochiati Wiriaatmadja (2006: 13), ”Penelitian tindakan kelas
adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek
pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”. Guru dapat
mencobakan suatu gagasan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat
pengaruh nyata dari upaya tersebut.
Kegiatan penelitian diawali dari permasalahan yang dialami guru di dalam
kelas. Permasalahan ini muncul dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung dan menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap siswa maupun
pembelajaran itu sendiri. Adanya permasalahan dalam kelas ini oleh guru
direfleksikan dalam suatu tindakan perbaikan yang terencana dan terukur dengan
pengamatan maupun ukuran kuantitatif melalui peningkatan hasil belajar yang
dicapai siswa.
Pengertian dan karakteristik Penelitan Tindakan Kelas (PTK) itu sendiri
perlu diketahui, untuk lebih memahami apa yang disebut Penelitan Tindakan
Kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 2-3) ada tiga kata yang
membentuk pengertian Penelitian Tindakan Kelas, maka ada tiga pengertian yang
dapat diterangkan:
1. Penelitian; menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan; menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk siswa.
3. Kelas; dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti sudah lama dikenal dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah
sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama
dari guru yang sama pula.
Menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2)
tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru dilakukan
oleh siswa.
Hopkins dalam Rochiati Wiriaatmadja (2006: 25) mengatakan bahwa
karakteristik penelitian tindakan kelas bersifat emansipatoris dan membebaskan
karena penelitian ini mendorong kebebasan berpikir dan berargumen pada pihak
siswa, dan mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti, dan menggunakan
kearifan dalam mengambil keputusan (judgment). Kasihani Kasbolah (2001: 15-
17) menyebutkan karakteristik Penelitan Tindakan Kelas (PTK) meliputi:
1. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru.
2. Munculnya penelitian tindakan kelas karena ada permasalahan praktik faktual
permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang
dihadapi oleh guru.
3. Adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.
4. Penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif.
Suharsimi Arikunto (2009: 108-109) menyebutkan karakteristik Penelitan
Tindakan Kelas (PTK) meliputi:
1. Problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi oleh guru di kelas.
2. Penelitan Tindakan Kelas (PTK) akan dapat dilaksanakan jika pendidik sejak
awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan
produk pembelajaran yang dihadapai di kelas.
3. Tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitan Tindakan
Kelas (PTK) memiliki karakteristik dimana guru dan siswa saling bekerja sama
dalam memperbaiki proses belajar mangajar di kelas sehingga permasalahan
pembelajaran di kelas dapat terselesaikan dengan baik.

D. Teknik Pengumpulan Data


Data yang relevan dengan permasalahan diperlukan untuk memecahkan
masalah dalam penelitian, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu
digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-
benar valid dan dapat dipercaya. Data penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi
Observasi merupakan proses perekaman dengan mengamati semua
peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama penelitian tindakan kelas berlangsung.
Menurut Kart Popper dalam Rochiati Wiriatmadja (2006: 104) observasi adalah
tindakan yang merupakan penafsiran dalam teori. Sedangkan menurut Nana
Syaodih (2008: 220), observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu
teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
a. Observasi partisipatif
Dalam observasi partisipatif, pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung sehingga pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta
pelatihan.
b. Observasi nonpartisipatif
Dalam observasi nonpartisipatif, pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan
sehingga pengamat hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam
kegiatan.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
nonpartisipatif karena peneliti atau pengamat berperan pasif dalam aktifitas
pembelajaran dan hanya melakukan pengamatan langsung. Data yang
dikumpulkan dalam pengamatan adalah penerapan model Quantum Learning
dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dengan berpedoman pada lembar
observasi yang telah dipersiapkan.

2. Wawancara
Menurut Denzim dalam Goetz dan LeCompte dalam Rochiati Wiriatmadja
(2006: 177) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau
penjelasan hal-hal yang dianggap perlu. Jenis wawancara yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah wawancara terstruktur, dimana bahan wawancara telah
dipersiapkan terlebih dahulu. Wawancara dilakukan oleh interviewer kepada guru
mata pelajaran ekonomi dan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar, yang
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran ekonomi, penentuan tindakan dan respon yang
timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

3. Tes Hasil Belajar


Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar
siswa berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Tes ini dilaksanakan dalam rangka mengetahui hasil dari kegiatan
pembelajaran siswa setelah pelaksanaan tindakan.

4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana
sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran
saat penelitian dilaksanakan.

E. Teknik Analisis Data


Data yang tersedia dari pengumpulan data perlu dianalisis, sedangkan
untuk menganalisis data tersebut perlu digunakan teknik analisis data sehingga
data yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Data penelitian ini dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif komparatif
Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan antara
kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan dengan hasil yang diperoleh
pada siklus I dan siklus II sehingga dapat dilihat adanya perbedaan sebelum
dan sesudah dilakukannya tindakan.
2. Analisis data kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengolah hasil belajar siswa yang
diperoleh dari tes formatif. Data kuantitatif yang digunakan adalah kuantitatif
sederhana yang berupa penghitungan nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai
terendah, dan persentase jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Dari
informasi ini dapat diketahui sampai sejauh manakah keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar.
3. Analisis data kualitatif
Analisis kualitatif berupa catatan lapangan yang disajikan secara rinci dan
lengkap selama proses penelitian berlangsung. Analisis data kualitatif
diperoleh berdasarkan hasil observasi, refleksi dari tiap-tiap siklus, dan
membandingkan kinerja siswa maupun guru dalam hasil pengamatan dengan
parameter atau teori tertentu.

F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam
penelitian dari awal sampai akhir secara urut. Prosedur penelitian ini melalui suatu
siklus, dengan tahap kegiatan sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus mata pelajaran
ekonomi dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Merancang penataan kelas yang sesuai dengan model Quantum Learning.
Kelas ditata sesuai dengan ciri dalam model Quantum Learning seperti:
1) Letak tempat duduk siswa yang ditata sesuai dengan keinginan siswa agar
siswa merasa nyaman dalam belajar.
2) Pemberian tanaman hias di setiap sudut ruangan agar kelas terasa asri dan
dapat memberikan kesegaran dalam belajar.
3) Pemberian pengharum ruangan pada AC yang telah tersedia.
4) Pemberian poster-poster motivasi yang ditempel pada dinding kelas agar
lebih memotivasi siswa dalam belajar.
Penataan kelas dilakukan sebelum penerapan skenario pembelajaran agar
ketika proses pembelajaran berlangsung siswa sudah berada pada lingkungan
yang nyaman untuk belajar.
c. Rancangan skenario penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta
Pikiran (Mind Mapping) yang akan dilaksanakan selama 4 pertemuan (4 X 45
menit) adalah sebagai berikut:
Pertemuan Pertama:
1) Guru membuka kelas dengan memberi salam dan siswa menjawab salam.
2) Guru meminta siswa untuk mengeluarkan contoh uang yang mereka bawa.
3) Guru bertanya kepada siswa apa pendapat mereka tentang definisi uang.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini.
5) Guru menjelaskan materi tentang pengertian uang dan fungsi uang melalui
peta pikiran (mind mapping) yang ditayangkan dalam slide.
6) Guru membagi siswa ke dalam kelompok dimana satu kelompok terdiri
dari 4 orang. Jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 28 orang sehingga
kelompok yang ada berjumlah 7 kelompok.
7) Siswa diminta duduk bergabung dengan anggota kelompoknya masing-
masing.
8) Guru membagikan kertas HVS pada masing-masing kelompok.
9) Guru meminta siswa secara berkelompok untuk membuat peta pikiran
pada kertas yang sudah dibagikan dengan materi kelompok meliputi:
 Kelompok 1 : Jenis Uang
 Kelompok 2 : Definisi Jumlah Uang yang Beredar
 Kelompok 3 : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang
Beredar
 Kelompok 4 : Hubungan antara Jumlah Uang yang Beredar dan
Inflasi
 Kelompok 5 : Definisi Permintaan dan Penawaran Uang serta
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang
 Kelompok 6 : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran
Uang
 Kelompok 7 : Skedul Penawaran Uang
10) Selama proses pembelajaran kelompok ini berlangsung, pembelajaran
dilakukan dengan iringan musik klasik.
11) Guru memantau masing-masing kelompok dan memberikan bimbingan
kepada siswa mengenai peta pikiran yang mereka buat.
12) Masing-masing kelompok diberi pekerjaan rumah untuk memindahkan
peta pikiran yang mereka buat di kertas ke dalam bentuk slide.
Pertemuan Kedua dan Ketiga:
1) Masing-masing kelompok melalui perwakilannya diminta
mempresentasikan peta pikiran yang mereka buat.
2) Guru memberikan tanggapan terhadap presentasi siswa, tanggapan bisa
berupa pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang tepat dan tambahan
materi dari apa yang siswa belum jelaskan.
3) Guru memberikan permainan (games) berupa permainan acak kata (word
square) sebagai evaluasi awal dan penyegaran (refresh) untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Pelaksanaan
permainan (games) ini pun dengan diiringi musik klasik.
4) Guru dan siswa secara bersama menyimpulkan pelajaran pada bab ini
5) Siswa sesuai dengan kelompoknya masing-masing diberi pekerjaan rumah
untuk merangkum materi Bab Uang dalam bentuk peta pikiran berupa
hasil ketikan (print out).
Pertemuan Keempat:
1) Guru memberikan tes sebagai evaluasi hasil belajar.
2) Guru dan siswa bersama-sama merayakan keberhasilan proses belajar
dengan memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
d. Menyusun instrumen penelitian dan menetapkan indikator ketercapaian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.
Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui penerapan model
Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).

Tabel 3. Indikator Ketercapaian


Permasalahan Indikator Ukuran Cara Penilaian
Kinerja Keberhasilan
Rendahnya Meningkatnya 80 % siswa Nilai diperoleh siswa
hasil belajar hasil belajar memperoleh dari tes siklus I yang
siswa dalam siswa pada hasil belajar di dihitung dari
mata pelajaran mata atas batas
= ∑ siswa tuntas
ekonomi, hal ini pelajaran ketuntasan
∑seluruh siswa
terlihat dari: ekonomi
( > 75)
Siswa yang
tuntas sebesar
42, 86 % dan
siswa yang
tidak tuntas
sebesar 57,14 %

e. Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan


kompetensi dasar.
Standar Kompetensi : Memahami konsep uang, jumlah uang beredar, serta
permintaan dan penawaran uang.
Kompetensi Dasar:
1) Menyimpulkan konsep uang
2) Menjelaskan jumlah uang yang beredar
3) Menjelaskan permintaan dan penawaran uang
Indikator:
1) Mendeskripsikan pengertian uang
2) Mengidentifikasi fungsi uang
3) Menyebutkan jenis uang
4) Mendeskripsikan definisi jumlah uang yang beredar
5) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar
6) Mengemukakan hubungan antara jumlah uang beredar dan inflasi
7) Mendeskripsikan definisi permintaan dan penawaran uang
8) Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang
9) Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang
10) Menjelaskan skedul penawaran uang
f. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario
pembelajaran.
g. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes untuk mengetahui tingkat hasil belajar
siswa setelah diterapkannya model Quantum Learning dengan metode Peta
Pikiran (Mind Mapping)

2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini merupakan implementasi rancangan strategi dan skenario
pembelajaran yang telah dibuat. Tindakan dalam penelitian ini berupa
pembelajaran mata pelajaran ekonomi dengan model Quantum Learning dengan
metode Peta Pikiran (Mind Mapping) agar dapat menarik minat belajar siswa yang
pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap tindakan yang
dilaksanakan tersebut selalu diikuti dengan pemantauan dan evaluasi serta analisis
dan refleksi.

3. Pengamatan/ Observasi
Observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya
berlangsung dalam waktu bersamaan. Peneliti pada tahap ini mengadakan
pemantauan apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi masalah yang ada.
Pemantauan dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan diolah untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Hal yang diobservasi
yaitu suasana belajar saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, peran serta
siswa dan hasil belajar siswa.
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai partisipan pasif dimana peneliti
berada dalam lokasi penelitian namun tidak berperan aktif. Peneliti hanya
mengamati dan mencatat segala aktivitas dalam proses pembelajaran.

4. Refleksi
Kegiatan refleksi mencakup analisis, interpretasi dan evaluasi atas
informasi yang diperoleh dari kegiatan pengamatan. Peneliti bekerja sama dengan
guru sebagai kolaborator dalam melakukan refleksi. Peneliti dan guru
mengadakan diskusi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan dalam
pelaksanaan tindakan. Setelah itu, dilakukan penarikan kesimpulan apakah
penelitian yang dilakukan berhasil atau tidak sehingga dapat disusun langkah-
langkah berikutnya dalam pelaksanaan tindakan.
Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 2. Model Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto,


2009: 16).
Prosedur penelitian tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai
berikut:
a. Siklus I
1) Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus I
2) Melaksanakan observasi terhadap tindakan kegiatan belajar mengajar
3) Membuat refleksi pada siklus I oleh peneliti dan guru
4) Melakukan evaluasi dan perbaikan
b. Siklus II
Apabila indikator hasil yang ditetapkan pada siklus I belum dapat tercapai
dengan baik, maka perlu dilakukan penyempurnaan, yaitu dengan melakukan
pembelajaran siklus II.
1) Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus II yang mendasarkan
pada perbaikan siklus I
2) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah diperbaiki pada
siklus I
3) Melaksanakan observasi terhadap tindakan kegiatan belajar mengajar
4) Melakukan evaluasi dan perbaikan

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


Penerapan model Quantum Learning dalam penelitian ini hanya
dikhususkan dalam penciptaan suasana pembelajaran saja. Kerangka rancangan
belajar dalam model Quantum Learning yang dikenal dengan istilah TANDUR
tetap diterapkan dalam pelaksanaan penelitian ini yang secara implisit dimasukkan
ke dalam skenario pembelajaran. Suasana belajar yang menyenangkan
dilaksanakan dengan penataan kelas yang dibuat santai dan sesuai dengan
keinginan siswa seperti:
5) Letak tempat duduk siswa yang ditata sesuai dengan keinginan siswa agar
siswa merasa nyaman dalam belajar
6) Pemberian tanaman hias di setiap sudut ruangan agar kelas terasa asri dan
dapat memberikan kesegaran dalam belajar
7) Pemberian pengharum ruangan pada AC yang telah tersedia
8) Pemberian poster-poster motivasi yang ditempel pada dinding kelas agar lebih
memotivasi siswa dalam belajar.
Peneliti menggunakan model Quantum Learning dengan metode Peta
Pikiran (Mind Mapping). Penggunaan metode ini bertujuan untuk memudahkan
siswa dalam memahami materi. Pelajaran ekonomi identik dengan materi yang
sifatnya hafalan sehingga terkadang membuat siswa jenuh dan malas untuk
membaca. Kejenuhan ini timbul karena penggunaan buku-buku teks dan catatan
yang guru berikan yang berisi tulisan-tulisan yang banyak dan kurang adanya
unsur-unsur yang bersifat pembeda sehingga sumber belajar cenderung monoton.
Dengan penerapan metode pembelajaran peta pikiran (mind mapping), siswa
diminta membuat ringkasan-ringkasan dari materi yang dipelajari ke dalam bentuk
peta pikiran yang berisi simbol-simbol beranekaragam warna sehingga dapat
mempermudah belajar dan membantu mempercepat siswa dalam mengingat dan
memahami pelajaran.
Penggunaan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) juga diisi dengan
kegiatan diskusi, presentasi, dan pengerjaan latihan soal dalam bentuk permainan
(games). Kegiatan diskusi dilakukan untuk melatih kerjasama di antara siswa,
keberanian mengeluarkan pendapat, kemampuan memecahkan masalah, dan dapat
membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan presentasi perlu
dilakukan untuk melatih keberanian siswa tampil di muka umum dan
mengemukakan pendapat baik melalui kemampuan bertanya maupun
menjelaskan. Sedangkan pemberian latihan soal dalam bentuk permainan (games)
dilakukan untuk memberikan sedikit penyegaran kepada siswa sehingga belajar
seperti suasana bermain yang edukatif dan menyenangkan. Pada beberapa
kegiatan dalam proses pembelajaran seperti pada saat diskusi dan permainan
(games) dilakukan dengan memasukkan iringan musik klasik di dalamnya. Hal ini
dilakukan untuk membuat suasana belajar menjadi lebih santai dan menambah
daya konsentrasi siswa dalam belajar.
Model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
memiliki beberapa kelebihan meliputi:
1. Lingkungan belajar yang ditata sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga
suasana belajar menjadi nyaman dan menyenangkan untuk belajar.
2. Pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa dapat secara aktif
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
3. Penggunaan musik klasik dan peta pikiran dalam ringkasan materi dapat
menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan siswa sehingga dapat
menambah daya konsentrasi dan mempermudah pemahaman siswa terhadap
materi.
4. Diskusi dan presentasi dapat dijadikan sebagai sarana siswa untuk melatih
keberanian dan kemampuan berfikir kritis.
5. Permainan (games) sebagai penyegaran siswa dalam proses belajar sehingga
belajar terasa menyenangkan.
Penilaian terhadap siswa pada model Quantum Learning dengan metode
Peta Pikiran (Mind Mapping) dilakukan dengan menilai kerja sama dalam diskusi
pembuatan materi dalam bentuk peta pikiran, ketepatan hasil peta pikiran yang
telah dibuat, kemampuan menjelaskan dalam presentasi materi yang dibuat
dengan peta pikiran, kemampuan bertanya/mengeluarkan pendapat, dan
kemampuan dalam menjawab soal permainan (games). Setelah pembelajaran
selesai, guru memberikan penilaian dengan menggunakan tes formatif berupa soal
objektif dan uraian.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yaitu Siklus I dan
Siklus II dengan menerapkan model Quantum Learning dengan metode Peta
Pikiran (Mind Mapping). Pengukuran peningkatan hasil belajar siswa melalui tes
hasil belajar berupa tes objektif dan uraian.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Senin, 7
Desember 2009 di ruang guru SMA Negeri 1 Surakarta. Guru bersama
peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam
penelitian ini. Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan pada
siklus I akan dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, yakni tiap hari Rabu
dan Sabtu, mulai tanggal 16 Desember 2009 hingga 26 Desember 2009.
Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut :
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran
Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran ekonomi kelas
X, kemudian guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan mendiskusikan skenario pembelajaran
ekonomi menggunakan model Quantum Learning dengan metode Peta
Pikiran (Mind Mapping). Skenario pembelajaran yang direncanakan
sebagai berikut:
Pertemuan 1 (Rabu, 16 Desember 2009)
Alokasi waktu : 1 x 45 menit
a) Sosialisasi model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran
(Mind Mapping) dan materi yang akan dipelajari kepada siswa.
b) Penyajian materi pengantar dengan menggunakan peta pikiran.
c) Pembentukan kelompok diskusi, dari 28 siswa dibagi kedalam 7
kelompok sehingga masing-masing kelompok beranggotakan 4
siswa.
d) Diskusi kelompok membahas materi dan membuat ringkasan materi
dalam bentuk peta pikiran.
e) Guru menginformasikan bahwa pertemuan yang akan datang akan
diadakan presentasi dari masing-masing kelompok, siswa diminta
mempersiapkan diri.
Pertemuan 2 (Sabtu, 19 Desember 2009)
Alokasi waktu : 1 x 45 menit
a) Presentasi materi oleh kelompok 1 - kelompok 4.
b) Diskusi melalui sistematika tanya jawab pada kelompok yang
presentasi.
c) Tanggapan dari guru baik pelurusan maupun tambahan materi dari
apa yang sudah dijelaskan siswa.
Pertemuan 3 (Rabu, 23 Desember 2009)
Alokasi waktu : 1 x 45 menit
a) Presentasi materi oleh kelompok 5 - kelompok 7.
b) Diskusi melalui sistematika tanya jawab pada kelompok yang
presentasi.
c) Tanggapan dari guru baik pelurusan maupun tambahan materi dari
apa yang sudah dijelaskan siswa.
d) Pelaksanaan Permainan Acak Kata (Games Word Square).
Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Guru membagikan lembaran kegiatan berupa soal dan kotak
jawaban yang berisi huruf acak.
(2) Siswa secara berkelompok menjawab soal kemudian mengarsir
huruf dalam kotak sesuai jawaban.
(3) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
e) Pemberitahuan bahwa pertemuan yang akan datang akan diadakan
tes hasil belajar, siswa diminta mempersiapkan diri..
Pertemuan 4 (Sabtu, 26 Desember 2009)
Alokasi waktu : 1 x 45 menit
a) Pelaksanaan tes hasil belajar.
b) Pengumuman kelompok terbaik
c) Pemberian penghargaan kepada kelompok terbaik
2) Menyiapkan instrumen penelitian
Peneliti menyusun instrumen penelitian, yaitu berupa pedoman
wawancara dan lembar observasi tentang penerapan model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).
3) Menyiapkan materi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Materi pokok yang digunakan dalam penerapan model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada siklus I
adalah uang.
Standar Kompetensi : Memahami konsep uang, jumlah uang beredar,
serta permintaan dan penawaran uang.
Kompetensi Dasar:
a) Menyimpulkan konsep uang
b) Menjelaskan jumlah uang yang beredar
c) Menjelaskan permintaan dan penawaran uang
4) Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui
tingkat hasil belajar siswa setelah penerapan model Quantum Learning
dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 4 kali
pertemuan dan masing-masing pertemuan selama 45 menit. Namun, karena
pada kalender terdapat libur perayan Natal, maka waktu pelaksanaan
tindakan kurang berjalan sesuai rencana. Pelaksanaan tindakan I
dilaksanakan pada tanggal 16, 19, 23, dan 30 Desember 2009.
Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah uang. Pada awal
pelaksanaan tindakan diberikan suatu pengarahan tentang model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) kepada siswa. Hal
ini bertujuan agar pelaksanaan model pembelajaran tersebut berjalan lancar.
Pengarahan tersebut berisi langkah-langkah model Quantum Learning
dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), yang meliputi :
mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan guru, diskusi kelompok
membahas materi dan merangkum materi dalam bentuk peta pikiran,
prsesentasi dan tanya jawab, serta pengerjaan soal dalam games word
square secara berkelompok. Dengan adanya pengarahan tersebut maka
siswa akan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), sehingga siswa
dapat melaksanakan dengan baik kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
pada masing-masing tahapannya. Selain itu, guru juga memberikan
penjelasan tentang aspek-aspek yang dinilai selama model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dilaksanakan, yaitu:
kerja sama dalam diskusi pembuatan materi dalam bentuk peta pikiran,
ketepatan hasil peta pikiran yang telah dibuat, kemampuan menjelaskan
dalam presentasi materi yang dibuat dengan peta pikiran, kemampuan
bertanya/mengeluarkan pendapat, kemampuan dalam menjawab soal dalam
permainan (games) dan terakhir nilai dari tes hasil belajar siswa. Guru juga
menjelaskan bahwa akan ada penghargaan bagi kelompok terbaik sehingga
akan menambah antusiasme siswa untuk bekerja sama dalam kelompok.
Pertemuan pertama, guru mempresentasikan materi pengantar
dengan menggunakan peta pikiran kemudian menempatkan siswa kedalam
kelompok yang telah dibentuk untuk mendiskusikan materi pelajaran dan
merangkumnya dalam bentuk peta pikiran. Pertemuan kedua dilaksanakan
dengan mengadakan presentasi dan tanya jawab dari masing-masing
kelompok siswa. Pertemuan ketiga dilaksanakan dengan melanjutkan
presentasi dan tanya jawab yang belum terselesaikan pada pertemuan
sebelumnya dan dilanjutkan dengan pengerjaan soal pada games word
square secara berkelompok. Pertemuan keempat dilaksanakan dengan
memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan pencapaian
belajar siswa.
Tabel 4. Urutan pelaksanaan tindakan pada Siklus I
No. Uraian Kegiatan Keterangan
Pertemuan Pertama (Rabu, 16 Desember 2009)
1) Guru membuka kelas dengan memberi salam
dan siswa menjawab salam
2) Guru menciptakan situasi pembelajaran yang
kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kehadiran dan kondisi
siswa. Siswa yang tidak masuk berjumlah dua
orang yaitu Annisa Nurhafika dan Diniar Putri
Santosa dikarenakan sakit dan ada kepentingan
lain.
3) Guru menjelaskan kepada siswa bahwa mulai
hari ini proses belajar mengajar dilakukan
dengan model Quantum Learning dengan
metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Siswa
memperhatikan penjelasan guru dengan
seksama karena ini merupakan hal baru bagi
mereka.
4) Guru meminta siswa untuk mengeluarkan Tumbuhkan
contoh uang yang mereka bawa dan
mengamatinya.
5) Guru bertanya kepada siswa apa pendapat Tumbuhkan
mereka tentang definisi uang. Siswa secara
aktif merespon pertanyaan yang guru ajukan
dengan berusaha menjawab pertanyaan
tersebut dengan baik. Pertanyaan tersebut
dijawab oleh tiga siswa yaitu Aulia Desy
Parwati, Amira Hanan Humaira, dan Miko
Hadi Wijaya.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada Tumbuhkan
hari ini.
7) Guru menjelaskan materi tentang pengertian Tumbuhkan
uang dan fungsi uang melalui peta pikiran
(mind mapping) yang ditayangkan dalam slide.
Materi yang disampaikan sebagai penjelasan
kepada siswa sebagai tindak lanjut dari
pertanyaan pra pembelajaran yang dilakukan di
awal pembelajaran. Pada saat guru
menyampaikan materi, hanya sebagian besar
siswa saja yang memperhatikan, sebagian kecil
siswa khususnya enam siswa yang duduk di
deretan kursi paling belakang kurang
memperhatikan penjelasan yang guru
sampaikan. Mereka tidak fokus sehingga
terkadang ngobrol dengan teman sebangku dan
menggambar di buku tulis mereka.
8) Guru membagi siswa ke dalam kelompok
dimana satu kelompok terdiri dari 4 orang.
Jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 28
orang sehingga kelompok yang ada berjumlah
7 kelompok. Pembagian siswa dilakukan
secara acak berdasarkan posisi tempat duduk
karena pada dasarnya semua kemampuan
siswa sama dan masing-masing siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk mengembangkan
diri.
9) Siswa diminta duduk bergabung dengan
anggota kelompoknya masing-masing. Posisi
duduk siswa dirubah sesuai dengan keinginan
siswa untuk mempermudah diskusi kelompok
yang berlangsung dan tercipta kenyamanan
dalam belajar.
10) Guru membagikan kertas HVS dan petunjuk
pembuatan peta pikiran pada masing-masing
kelompok.
11) Guru meminta siswa secara berkelompok Amati
untuk membuat peta pikiran pada kertas yang Namai
sudah dibagikan dengan materi kelompok
meliputi:
Kelompok 1 : Jenis Uang
Kelompok 2 : Definisi Jumlah Uang yang
Beredar
Kelompok 3 : Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Jumlah Uang
Beredar
Kelompok 4 : Hubungan antara Jumlah Uang
yang Beredar dan Inflasi
Kelompok 5: Definisi Permintaan dan
Penawaran Uang serta Faktor-
faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Uang
Kelompok 6 : Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penawaran
Uang
Kelompok 7 : Skedul Penawaran Uang
12) Selama proses pembelajaran kelompok ini Amati
berlangsung, pembelajaran dilakukan dengan Namai
iringan musik klasik. Secara keseluruhan,
proses diskusi berjalan dengan lancar.
Sebagian besar kelompok aktif berdiskusi
tentang materi dan peta pikiran yang mereka
buat. Namun, ada satu kelompok yaitu
kelompok 4 yang kurang antusias dalam proses
diskusi sehingga yang bekerja hanya sebagian
dari anggota kelompok saja sementara
sebagian anggota kelompoknya lagi bersikap
acuh.
13) Guru memantau masing-masing kelompok dan
memberikan bimbingan kepada siswa
mengenai peta pikiran yang mereka buat.
14) Guru memberi tugas (pekerjaan rumah) kepada Amati
masing-masing kelompok untuk memindahkan Namai
peta pikiran yang mereka buat di kertas ke
dalam bentuk slide yang pada pertemuan
selanjutnya akan dipresentasikan.
15) Guru menutup pelajaran.
Pertemuan Kedua (Sabtu, 19 Desember 2009)
1) Guru membuka kelas dengan memberi salam
dan siswa menjawab salam.
2) Guru menciptakan situasi pembelajaran yang
kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kehadiran dan kondisi
siswa. Semua siswa hadir dalam proses
pembelajaran.
3) Guru menyampaikan rencana kegiatan yang
akan dilakukan dalam pembelajaran.
4) Guru bersama peneliti menjelaskan tata cara
presentasi kelompok dimana masing-masing
kelompok mempunyai waktu presentasi dan
tanya jawab selama 10 menit.
5) Masing-masing kelompok melalui Demonstrasikan
perwakilannya diminta mempresentasikan
peta pikiran yang mereka buat.
6) Presentasi kelompok dari kelompok 1 – Demonstrasikan
kelompok 4. Namun, karena ternyata
kelompok 4 belum siap maka presentasi
kelompok 4 digantikan oleh kelompok 5.
Siswa sangat antusias dalam bertanya kepada
masing-masing kelompok yang presentasi.
Namun, karena terbatasnya waktu hanya lima
orang siswa yang mendapat kesempatan
bertanya yaitu Aulia Desy Parwati, Diniar
Putri Santosa, Elisabeth Dea Resitarani, Dyah
Rizky Pratiwi, dan Naomi Ratna Sari.
7) Guru memberikan tanggapan terhadap
presentasi siswa, tanggapan bisa berupa
pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang
tepat dan tambahan materi dari apa yang
siswa belum jelaskan.
8) Guru menginformasikan bahwa presentasi
akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya.
9) Guru menutup pelajaran.
Pertemuan Ketiga (Rabu, 23 Desember 2009)
1) Guru membuka kelas dengan memberi salam
dan siswa menjawab salam.
2) Guru menciptakan situasi pembelajaran yang
kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kehadiran dan kondisi
siswa. Semua siswa hadir dalam proses
pembelajaran.
3) Guru menyampaikan rencana kegiatan yang
akan dilakukan dalam pembelajaran.
4) Presentasi kelompok dari kelompok 4, 6, dan Demonstrasikan
7. Presentasi berjalan lancar, tidak jauh
berbeda dengan presentasi pada pertemuan
sebelumnya. Siswa cukup aktif mengikuti
proses diskusi, dengan waktu yang terbatas
maka jumlah siswa yang memiliki
kesempatan bertanya sebanyak tiga orang
yaitu Aulia Desy Parwati, Dyah Rizky
Pratiwi, dan Diona Ayu Melinda.
5) Guru memberikan tanggapan terhadap
presentasi siswa, tanggapan bisa berupa
pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang
tepat dan tambahan materi dari apa yang
siswa belum jelaskan.
6) Guru memberikan permainan (games) berupa Demonstrasikan
permainan acak kata (word square) sebagai
evaluasi awal dan penyegaran (refresh) untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap
materi yang telah disampaikan. Pelaksanaan
permainan (games) ini pun dengan diiringi
musik klasik. Dalam pelaksanaan permainan (
games) ini siswa sangat antusias, hal ini
terlihat dari kekompakan mereka dalam
kerjasama kelompok untuk menyelesaikan
soal-soal yang ada.
7) Guru dan siswa secara bersama
menyimpulkan pelajaran pada bab ini.
8) Siswa sesuai dengan kelompoknya masing- Ulangi
masing diberi pekerjaan rumah untuk
merangkum materi Bab Uang dalam bentuk
peta pikiran berupa hasil ketikan (print out).
9) Guru meminta soft file peta pikiran (tugas 1
dan tugas 2) yang dibuat oleh semua
kelompok dikumpulkan dalam satu keping
CD.
10) Guru menginformasikan bahwa pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan tes
formatif.
11) Guru menutup pelajaran
Pertemuan Keempat (Rabu, 30 Desember 2009)
1) Guru membuka kelas dengan memberi salam
dan siswa menjawab salam.
2) Menciptakan situasi pembelajaran yang
kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kehadiran dan kondisi
siswa. Semua siswa hadir dalam proses
pembelajaran.
3) Guru meminta siswa mengumpulkan tugas
yang telah diberikan.
4) Guru menyampaikan aturan pengerjaan soal
dalam tes formatif.
5) Guru bersama peneliti membagikan soal dan
meminta agar siswa mengerjakan secara
mandiri untuk menunjukkan apa yang telah
siswa pelajari selama proses pembelajaran
berlangsung.
6) Guru bersama peneliti mengawasi dengan
baik agar tes hasil belajar dapat
mencerminkan kemampuan mereka dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan soal dengan tertib dan tenang.
Selama tes berlangsung, siswa mengerjakan
soal tersebut secara mandiri.
7) Guru bersama peneliti meminta lembar jawab
siswa.
8) Guru mengumumkan dan memberikan Rayakan
penghargaan kepada kelompok terbaik.
Penghargaan yang diberikan oleh guru berupa
ucapan selamat dan sertifikat kepada
kelompok yang berhasil menjadi kelompok
terbaik. Kelompok dengan predikat terbaik
diberikan kepada kelompok 7 dengan anggota
kelompoknya yang terdiri dari Annisa
Nurhafika, Diniar Putri Santosa, Miko Hadi
Wijaya, dan Setiya Wahyu Nugraha.
9) Guru meminta siswa mempersiapkan diri
untuk materi selanjutnya.
10) Guru menutup pelajaran

c. Observasi dan Evaluasi


Pelaksanaan tindakan penelitian ini bersamaan dengan
dilakukannya observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan
oleh peneliti, mengacu pada lembar observasi yang telah disusun.
Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model
Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dan
untuk mengetahui kemampuan siswa menerima materi pembelajaran
dengan adanya model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran
(Mind Mapping). Pada saat observasi berlangsung, kegiatan peneliti adalah
memantau pelaksanaan model Quantum Learning dengan metode Peta
Pikiran (Mind Mapping). Guru melakukan penyajian kelas tentang
pelaksanaan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind
Mapping) dan penjelasan konsep materi tentang uang. Guru juga
melakukan penilaian terhadap peran serta siswa selama kegiatan
pembelajaran, yang meliputi kerja sama dalam diskusi pembuatan materi
dalam bentuk peta pikiran, ketepatan hasil peta pikiran yang telah dibuat,
kemampuan menjelaskan dalam presentasi materi yang dibuat dengan peta
pikiran, kemampuan bertanya/mengeluarkan pendapat, kemampuan
menjawab soal dalam permainan (games) dan terakhir nilai dari tes hasil
belajar siswa.
Awal pembelajaran atau pertemuan pertama, pada saat guru
menjelaskan, sebagian besar siswa sudah fokus memperhatikan, hanya
beberapa siswa pada bagian belakang kelas yang terlihat kurang
memperhatikan. Mereka cenderung acuh pada penjelasan guru dan sibuk
mengobrol dengan teman sebelah. Ketika diskusi kelompok mulai
dijalankan siswa terlihat antusias dalam belajar, hal ini terlihat dari
kerjasama mereka di masing-masing kelompok dalam menyelesaikan peta
pikiran yang dibuat. Namun, masih ada pula satu kelompok yang kurang
aktif dalam diskusi. Hal ini terlihat dari tidak semua anggota kelompok
turut berpartisipasi dalam diskusi yang berlangsung. Pada pertemuan
kedua dan ketiga, keaktifan siswa semakin meningkat dalam presentasi
dan tanya jawab. Meskipun masih ada satu kelompok yang bersikap tidak
koperatif dalam mekanisme diskusi. Pada pertemuan keempat, semua
siswa mengerjakan soal tes dengan baik dan mandiri.

d. Analisis dan Refleksi


Hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind
Mapping) mampu meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas. Sebelum
penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind
Mapping), rata-rata kelas adalah 64 namun setelah diterapkannya metode
ini, rata-rata kelas menjadi 91. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai
diatas standar ketuntasan 75 sebanyak 27 siswa dari jumlah keseluruhan
28 siswa. Dengan kata lain, indikator ketercapaian pada siklus I telah
tercapai, yaitu 96,43 % siswa telah memperoleh nilai diatas 75 dari 80%
target yang direncanakan.
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus I,
peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Guru kurang menguasai kelas, hal ini terlihat dari posisi guru
menjelaskan yang selalu berada di depan kelas sehingga siswa yang
bagian belakang kurang diperhatikan. Hal ini berdampak pada siswa
yang duduk di bagian belakang kelas kurang memperhatikan
penjelasan guru dan cenderung mengobrol dengan teman sebelah.
2) Masih terdapat kelompok yang bersikap tidak koperatif baik dalam
diskusi maupun presentasi.
Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka tindakan refleksi
yang dapat dilakukan adalah :
1) Ketika sedang mengajar, guru harus menguasai kelas dengan baik
sehingga pengajaran dan perhatian guru tidak berfokus pada satu
posisi saja namun bisa merata kepada seluruh siswa baik yang di
depan, tengah, maupun belakang. Dengan demikian fokus dan
konsentrasi siswa bisa terkontrol dengan baik.
2) Guru harus bersikap tegas dan melakukan pendekatan kepada
kelompok siswa yang kurang koperatif. Pendekatan dilakukan dengan
memotivasi dan memberikan perhatian dalam proses pembelajaran
sehingga siswa terpacu semangatnya dalam belajar.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, untuk memperbaiki kekurangan yang
terjadi dan lebih memantapkan hasil yang diperoleh pada siklus I maka
dilaksanakan siklus II.

2. Siklus II
a.Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari
Rabu, 30 Desember 2009 di ruang guru SMA Negeri 1 Surakarta. Guru
bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan
dalam penelitian ini. Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan
pada Siklus II akan dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, yakni pada tanggal
31 Desember 2009, 6, 7, dan 9 Januari 2010. Tahap perencanaan tindakan II
meliputi kegiatan sebagai berikut :
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran
Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran ekonomi kelas
X, guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan mendiskusikan skenario pembelajaran ekonomi menggunakan
model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).
Skenario pembelajaran yang direncanakan sebagai berikut:
Pertemuan 1 (Kamis, 31 Desember 2009)
Alokasi waktu : 1 x 45 menit
a) Penyajian materi pengantar dengan menggunakan peta pikiran.
b) Pembentukan kelompok diskusi, dari 28 siswa dibagi kedalam 4
kelompok sehingga masing-masing kelompok beranggotakan 7 siswa.
c) Diskusi kelompok membahas materi dan membuat ringkasan materi
dalam bentuk peta pikiran.
d) Pemberitahuan bahwa pertemuan yang akan datang akan diadakan
presentasi dari masing-masing kelompok, siswa diminta
mempersiapkan diri.
Pertemuan 2 (Rabu, 6 Januari 2010)
Alokasi waktu : 1 x 45 menit
a) Presentasi materi oleh kelompok 1 dan kelompok 2.
b) Diskusi melalui sistematika tanya jawab pada kelompok yang
presentasi.
c) Tanggapan dari guru baik pelurusan maupun tambahan materi dari apa
yang sudah dijelaskan siswa.
Pertemuan 3 (Kamis, 7 Januari 2010)
Alokasi waktu : 1 x 45 menit
a) Presentasi materi oleh kelompok 3 dan kelompok 4.
b) Diskusi melalui sistematika tanya jawab pada kelompok yang
presentasi.
c) Tanggapan dari guru baik pelurusan maupun tambahan materi dari
apa yang sudah dijelaskan siswa.
d) Pelaksanaan Games Word Square.
e) Pemberitahuan bahwa pertemuan yang akan datang akan diadakan tes
hasil belajar, siswa diminta mempersiapkan diri.
Pertemuan 4 (Sabtu, 9 Januari 2010)
Alokasi waktu : 1 x 45 menit
a) Pelaksanaan tes hasil belajar.
b) Pengumuman kelompok terbaik.
c) Pemberian peghargaan kepada kelompok terbaik.
2) Menyiapkan instrumen penelitian
Peneliti menyusun instrumen penelitian, yaitu berupa pedoman
wawancara dan lembar observasi tentang penerapan model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).
3) Menyiapkan materi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
Standar Kompetensi : Memahami konsep perbankan dan kebijakan
moneter
Kompetensi Dasar :
a) Menjelaskan pengertian bank
b) Menjelaskan jenis – jenis bank
c) Menjelaskan layanan bank dan manfaatnya
d) Menjelaskan kebijakan moneter
4) Menyiapkan media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan skenario
pembelajaran.
5) Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui
tingkat hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran model
Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak 4 kali
pertemuan dan masing-masing pertemuan selama 45 menit. Pelaksanaan
tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal pada tanggal 31 Desember
2009, 6, 7, dan 9 Januari 2010 dengan materi bank dan kebijakan moneter.
Pertemuan pertama, guru mempresentasikan materi pengantar dengan
menggunakan peta pikiran kemudian menempatkan siswa kedalam kelompok
yang telah dibentuk untuk mendiskusikan materi pelajaran dan
merangkumnya dalam bentuk peta pikiran. Pertemuan kedua dilaksanakan
dengan mengadakan presentasi dan tanya jawab dari masing-masing
kelompok siswa. Pertemuan ketiga dilaksanakan dengan melanjutkan
presentasi dan tanya jawab yang belum terselesaikan pada pertemuan
sebelumnya dan dilanjutkan dengan pengerjaan soal pada games word
square secara berkelompok. Pertemuan keempat dilaksanakan dengan
memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan pencapaian
belajar siswa.

Tabel 5. Urutan pelaksanaan tindakan pada Siklus II


No. Uraian Kegiatan Keterangan
Pertemuan Pertama (Kamis, 31 Desember 2009)
1) Guru membuka kelas dengan memberi salam
dan siswa menjawab salam.
2) Guru menciptakan situasi pembelajaran yang
kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa.
Semua siswa hadir dalam proses pembelajaran.
3) Guru bertanya kepada seluruh siswa bahwa Tanamkan
siapakah diantara mereka yang sudah
berkunjung ke bank dan sudah memanfaatkan
produk – produk perbankan yang ada. Mereka
ramai secara serentak menjawab pertanyaan
tersebut.
4) Guru bertanya kepada siswa apa pendapat Tanamkan
mereka tentang definisi bank. Siswa secara aktif
merespon pertanyaan yang guru ajukan dengan
berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan
baik. Pertanyaan tersebut dijawab oleh empat
siswa yaitu Aulia Desy Parwati, Diniar Putri
Santosa, Alma Marikka Geraldina, dan Miko
Hadi Wijaya.
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada Tanamkan
hari ini.
6) Guru menjelaskan materi tentang pengertian Tanamkan
pengertian bank dan tujuan jasa perbankan
melalui peta pikiran (mind mapping) yang
ditayangkan dalam slide. Materi yang
disampaikan sebagai penjelasan kepada siswa
sebagai tindak lanjut dari pertanyaan pra
pembelajaran yang dilakukan di awal
pembelajaran. Pada saat guru menyampaikan
materi, sebagian besar siswa sudah cukup
memperhatikan penjelasan yang disampaikan
bahkan di sela-sela penjelasan mereka aktif
mengajukan pertanyaan kepada guru sehingga
membuat suasana kelas menjadi ramai namun
tetap masih bisa dikendalikan.
7) Guru membagi siswa ke dalam kelompok
dimana satu kelompok terdiri dari 4 orang.
Jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 28
orang sehingga kelompok yang ada berjumlah 7
kelompok. Pembagian siswa dilakukan secara
acak berdasarkan posisi tempat duduk karena
pada dasarnya semua kemampuan siswa sama
dan masing-masing siswa memiliki kesempatan
yang sama untuk mengembangkan diri.
8) Siswa diminta duduk bergabung dengan
anggota kelompoknya masing-masing. Posisi
duduk siswa dirubah sesuai dengan keinginan
siswa untuk mempermudah diskusi kelompok
yang berlangsung dan tercipta kenyamanan
dalam belajar.
9) Guru membagikan kertas HVS dan petunjuk
pembuatan peta pikiran pada masing-masing
kelompok.
10) Guru meminta siswa secara berkelompok untuk Alami
membuat peta pikiran pada kertas yang sudah Namai
dibagikan dengan materi kelompok meliputi:
Kelompok 1 : Jenis-Jenis Bank (Bank Sentral
dan Bank Umum)
Kelompok 2 : Jenis -Jenis Bank (Bank
Syariah dan BPR)
Kelompok 3 : Layanan Bank dan Manfaatnya
Kelompok 4 : Kebijakan Moneter
11) Selama proses pembelajaran kelompok ini Alami
berlangsung, pembelajaran dilakukan dengan Namai
iringan musik klasik. Secara keseluruhan,
proses diskusi berjalan dengan lancar. Sebagian
besar kelompok aktif berdiskusi tentang materi
dan peta pikiran yang mereka buat, hal ini
ditandai dengan adanya tanya jawab sesama
anggota kelompok jika ada materi yang kurang
dapat dipahami dan saling mengajukan
pendapat tentang model peta pikiran yang akan
dibuat oleh kelompoknya. Jika dalam siklus
pertama sumber belajar mereka hanya dari buku
paket dan LKS, pada siklus kedua ini siswa
sudah memanfaatkan fasilitas yang sudah
sekolah sediakan dengan mencari tambahan
materi dari internet melalui google.
12) Guru memantau masing-masing kelompok dan
memberikan bimbingan kepada siswa mengenai
peta pikiran yang mereka buat.
13) Guru memberi tugas (pekerjaan rumah) kepada Alami
masing-masing kelompok untuk memindahkan Namai
peta pikiran yang mereka buat di kertas ke
dalam bentuk slide yang pada pertemuan
selanjutnya akan dipresentasikan.
14) Guru menutup pelajaran
Pertemuan Kedua (Rabu, 6 Januari 2010)
1) Guru membuka kelas dengan memberi salam
dan siswa menjawab salam.
2) Guru menciptakan situasi pembelajaran yang
kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa.
Semua siswa hadir dalam proses pembelajaran.
3) Guru menyampaikan rencana kegiatan yang
akan dilakukan dalam pembelajaran.
4) Guru bersama peneliti menjelaskan tata cara
presentasi kelompok dimana masing-masing
kelompok mempunyai waktu presentasi dan
tanya jawab selama 20 menit.
5) Masing-masing kelompok melalui Demonstrasikan
perwakilannya diminta mempresentasikan peta
pikiran yang mereka buat.
6) Presentasi kelompok dari kelompok 1 dan Demonstrasikan
kelompok 2. Presentasi berjalan lancar, hal ini
terlihat dari pelaksanaan presentasi yang
berjalan sesuai dengan urutannya, tidak seperti
pada bab sebelumnya. Pada kelompok 1 materi
disampaikan oleh Febrian Nurdyani. Setelah
penjelasan materi selesai, dibuka sessi
pertanyaan dimana bagi kelompok 1 ini ada dua
pertanyaan yang diajukan, yaitu oleh Aulia
Desy Parwati dan Diona Ayu M. Pertanyaan ini
dijawab oleh anggota kelompok yaitu Febrian
Nurdyani dan Devi Ratna SKP. Presentasi
dilanjutkan oleh kelompok 2. Materi
disampaikan oleh Aulia Desy Parwati. Setelah
penjelasan materi selesai, dibuka sessi
pertanyaan dimana bagi kelompok 2 ini ada
empat pertanyaan yang diajukan, yaitu oleh
Enno Monica, Amira Hanan H., Febrian
Nurdyani, dan Dyah Rizky P. Pertanyaan ini
dijawab oleh anggota kelompok yaitu Aulia
Desy Parwati dan Diniar Putri Santosa.
7) Guru memberikan tanggapan terhadap
presentasi siswa, tanggapan bisa berupa
pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang
tepat dan tambahan materi dari apa yang siswa
belum jelaskan.
8) Guru menginformasikan bahwa presentasi akan
dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya.
9) Guru menutup pelajaran
Pertemuan Ketiga (Kamis, 7 Januari 2010)
1) Guru membuka kelas dengan memberi salam
dan siswa menjawab salam.
2) Guru menciptakan situasi pembelajaran yang
kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa.
Semua siswa hadir dalam proses pembelajaran.
3) Guru menyampaikan rencana kegiatan yang
akan dilakukan dalam pembelajaran.
4) Presentasi kelompok dari kelompok 3 dan Demonstrasikan
kelompok 4. Pada kelompok 3 materi
disampaikan oleh Ardirani Rensyta, Enno
Monica, Irfan Nur Afif, Amira Hanan H., dan
Maryam Hanifah. Setelah penjelasan materi
selesai, dibuka sessi tanya jawab dimana bagi
kelompok 3 ini ada lima pertanyaan yang
diajukan, yaitu oleh Devi Ratna SKP, Annisa
Nur Hafika, Dyah Rizky P., Diona Ayu M,
Miko Hadi W. Pertanyaan ini dijawab oleh
anggota kelompok yaitu Ardirani Rensyta,
Enno Monica, dan Irfan Nur Afif. Pada
kelompok 4 materi disampaikan oleh Elisabeth
Dea dan Diona Ayu M.. Setelah penjelasan
materi selesai, dibuka sessi tanya jawab dimana
bagi kelompok 4 ini ada empat pertanyaan yang
diajukan, yaitu oleh Amira Hanan H, Ahmad
Jazmi B, Naomi Ratna Sari, dan Annisa Nur
Hafika. Pertanyaan ini dijawab oleh anggota
kelompok yaitu Elisabeth Dea, Diona Ayu M,
dan Dyah Rizky P. Penguasaan materi dari
kelompok yang bertugas presentasi sudah
bagus, hal ini terlihat dari mereka dengan sigap
menjawab pertanyaan dari teman mereka yang
mengajukan pertanyaan kepada kelompoknya.
5) Guru memberikan tanggapan terhadap
presentasi siswa, tanggapan bisa berupa
pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang
tepat dan tambahan materi dari apa yang siswa
belum jelaskan.
6) Guru memberikan permainan (games) berupa Demontrasikan
permainan acak kata (word square) sebagai
evaluasi awal dan penyegaran (refresh) untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
yang telah disampaikan. Pelaksanaan
permainan (games) ini pun dengan diiringi
musik klasik. Dalam pelaksanaan permainan
(games) ini siswa sangat antusias, hal ini
terlihat dari kekompakan mereka dalam
kerjasama kelompok untuk menyelesaikan soal-
soal yang ada.
7) Guru dan siswa secara bersama menyimpulkan
pelajaran pada bab ini.
8) Siswa sesuai dengan kelompoknya masing- Ulangi
masing diberi pekerjaan rumah untuk
merangkum materi Bab Bank dan Kebijakan
Moneter dalam bentuk peta pikiran berupa hasil
ketikan (print out).
9) Guru meminta soft file peta pikiran (tugas 1 dan
tugas 2) yang dibuat oleh semua kelompok
dikumpulkan dalam satu keping CD.
10) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan
selanjutnya akan diadakan tes formatif.
11) Guru menutup pelajaran.

Pertemuan Keempat (Sabtu, 9 Januari 2010)


1) Guru membuka kelas dengan memberi salam
dan siswa menjawab salam.
2) Menciptakan situasi pembelajaran yang
kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa.
Semua siswa hadir dalam proses pembelajaran.
3) Guru meminta siswa mengumpulkan tugas yang
telah diberikan.
4) Guru menyampaikan aturan pengerjaan soal
dalam tes formatif.
5) Guru bersama peneliti membagikan soal dan
meminta agar siswa mengerjakan secara
mandiri untuk menunjukkan apa yang telah
siswa pelajari selama proses pembelajaran
berlangsung.
6) Guru bersama peneliti mengawasi dengan baik
agar tes hasil belajar dapat mencerminkan
kemampuan mereka dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
soal dengan tertib dan tenang. Selama tes
berlangsung, siswa mengerjakan soal tersebut
secara mandiri.
7) Guru bersama peneliti meminta lembar jawab
siswa.
8) Guru mengumumkan dan memberikan Rayakan
penghargaan kepada kelompok terbaik.
Penghargaan yang diberikan oleh guru berupa
ucapan selamat dan sertifikat kepada kelompok
yang berhasil menjadi kelompok terbaik.
Kelompok dengan predikat terbaik diberikan
kepada kelompok 2 dengan anggota
kelompoknya yang terdiri dari Ahmad Jazmi B,
Annisa Nur Hafika, Alviansyah Zinka A, Aulia
Desy Parwati, Diniar Putri Santosa, Naomi
Ratna Sari, dan Setiya Wahyu N.
9) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk
materi selanjutnya.
10) Guru menutup pelajaran

c. Observasi dan Evaluasi


Pelaksanaan tindakan penelitian ini bersamaan dengan dilakukannya
observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh peneliti,
mengacu pada lembar observasi yang telah disusun. Observasi tersebut
dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model Quantum Learning dengan
metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dan untuk mengetahui kemampuan
siswa menerima materi pembelajaran dengan adanya model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Pada saat observasi
berlangsung, kegiatan peneliti adalah memantau pelaksanaan model
Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Guru
melakukan penyajian kelas tentang pelaksanaan model Quantum Learning
dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dan penjelasan konsep materi
tentang uang. Guru juga melakukan penilaian terhadap peran serta siswa
selama kegiatan pembelajaran, yang meliputi kerja sama dalam diskusi
pembuatan materi dalam bentuk peta pikiran, ketepatan hasil peta pikiran
yang telah dibuat, kemampuan menjelaskan dalam presentasi materi yang
dibuat dengan peta pikiran, kemampuan bertanya/mengeluarkan pendapat,
kemampuan dalam menjawab soal permainan (games) dan terakhir nilai dari
tes hasil belajar siswa.
Peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami
peningkatan pada Siklus II. Siswa yang semula kurang antusias dalam
belajar dan menjadi kelompok yang kurang koperatif berubah menjadi
semangat dalam belajar. Hal ini terlihat dari meningkatnya keaktifan mereka
dalam diskusi kelompok dan presentasi. Ini disebabkan guru terus
memberikan motivasi kepada para siswa agar dapat ikut aktif dalam proses
pembelajaran.

d. Analisis dan Refleksi


Berdasarkan hasil observasi siklus II yang telah dilakukan dapat
dilihat bahwa penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta
Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran ekonomi. Siswa sudah jelas dan paham mengenai bagaimana
penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind
Mapping) karena siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang
digunakan. Hal ini tentu saja menyebabkan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan model Quantum Learning dengan metode
Peta Pikiran (Mind Mapping) menjadi lebih efektif. Rata-rata nilai ulangan
harian siswa kelas X Aksel 2 pada siklus II mengalami peningkatan.
Sebanyak 100% siswa dinyatakan tuntas, karena pencapaian hasil belajar
mereka siswa diatas standar batas tuntas nilai, yaitu 75. Dari hasil refleksi
tersebut dapat diketahui bahwa penerapan model Quantum Learning dengan
metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada siklus II dinilai telah berhasil dan
dianggap sudah memuaskan sehingga tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus
berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus II,
peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Guru sudah lebih bisa menguasai kelas sehingga ketika mengajar
perhatiannya bisa tersebar pada seluruh bagian kelas.
2) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mengalami
peningkatan. Siswa tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak perlu dan
jauh lebih bersemangat saat diskusi dan presentasi berlangsung.
Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan
analisis yang telah dilakukan adalah :
1) Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
2) Guru lebih inovatif dalam menggunakan berbagai model dan metode
pembelajaran pada saat mengajar sehingga siswa lebih bersemangat
dalam mengikuti pelajaran dan tidak cepat bosan.

B. Pembahasan
Penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind
Mapping) merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa. Penelitian yang dilakukan dengan
menerapkan dua siklus pembelajaran dengan model yang sama pada tiap
siklusnya, yaitu model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind
Mapping). Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat
pada grafik berikut:
100
90
80
70 Siklus II
60
50
40 Siklus I
30
20 Sebelum Penerapan
10 Tindakan
0
Sebelum Siklus I Siklus II
Penerapan
Tindakan

Gambar 3. Grafik hasil belajar siswa

Tabel 6. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa


Kriteria Jumlah Siswa Persentase
Sebelum Siklus Siklus Sebelum Siklus I Siklus
Penerapan I II Penerapan II
Tuntas 12 27 28 42,86 % 96,43 % 100%
Tidak 16 1 0 57,14 % 3,57 % 0%
Tuntas
(Sumber: data primer yang diolah, 2010)
Penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind
Mapping) menjadikan siswa lebih mudah dalam memahami materi. Berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh data bahwa model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) mengandung variasi
pembelajaran, tidak hanya ceramah materi namun juga terdapat diskusi kelompok,
presentasi dan tanya jawab, serta permainan (games). Pada metode sebelumnya
yaitu ceramah, siswa hanya diberi penjelasan sebentar, siswa diminta menulis, dan
siswa diminta menjelaskan kembali sehingga materi yang dipelajari kurang dapat
diterima dan menimbulkan kebingungan bagi siswa. Dalam model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), siswa dilibatkan secara
langsung dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa lebih mudah memahami
materi secara terperinci dan siswa dapat dengan bebas mengutarakan pendapat.
Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi siswa karena suasana belajar
yang santai dan tidak formal sehingga siswa bebas belajar pada posisi duduk
seperti apapun yang mereka inginkan yang membuat mereka nyaman dalam
belajar. Penggunaan peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran telah
mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran karena mereka jadi
mengetahui arah pembelajaran yang dilakukan kemana dan mengetahui kaitan
atau hubungan antara materi satu dengan materi yang lain. Dengan pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student center) akan membantu siswa dalam mengingat
dan memahami materi dalam jangka panjang sehingga pembelajaran bermakna
dalam proses pendidikan dapat tercapai.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terlihat bahwa nilai Ujian Akhir
Semester siswa sebelum penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta
Pikiran (Mind Mapping) berkisar antara 42 – 84 dengan nilai rata-rata kelas 64.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih kurang baik sebab masih
banyak siswa yang belum mencapai nilai 75 yang merupakan nilai batas tuntas
keberhasilan siswa. Masih rendahnya nilai ulangan siswa disebabkan siswa
kurang memahami sepenuhnya materi yang diberikan oleh guru dan siswa kurang
antusias dalam kegiatan belajar mengajar.
Penyajian materi dengan menggunakan model Quantum Learning dengan
metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
ini terbukti pada siklus I nilai ulangan harian siswa berkisar antara 73 - 98 dengan
nilai rata-rata kelas sebesar 91 sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas
dari sebelum adanya penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta
Pikiran (Mind Mapping) yaitu sebesar 27 (nilai sebelum siklus 64 dan nilai siklus
I 91). Hal ini menunjukkan siswa lebih memahami materi yang diberikan oleh
guru dengan adanya penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta
Pikiran (Mind Mapping). Pada siklus II nilai ulangan harian siswa berkisar antara
75 - 100 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 94 sehingga terjadi peningkatan nilai
rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 3 (nilai siklus I 91 dan nilai siklus
II 94). Dibandingkan dengan sebelum penerapan model Quantum Learning
dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), nilai rata-rata siswa pada siklus II
mengalami peningkatan angka sebesar 30 (nilai sebelum penerapan 64 dan nilai
siklus II 94).
Berdasarkan data siklus I dan siklus II diperoleh hasil belajar yang selalu
mengalami peningkatan. Model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran
(Mind Mapping) berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran ekonomi. Hal
ini terbukti pada peningkatan peran serta siswa pada pembelajaran dan hasil
belajar siswa. Temuan yang muncul selama kegiatan belajar mengajar antara lain:
1. Kegiatan belajar mengajar di kelas yang berpusat pada siswa (student center)
sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi kelompok,
presentasi, tanya jawab, dan permainan (games). Kegiatan ini dapat melatih
siswa dalam bekerja sama dan menumbuhkan semangat kebersamaan di dalam
kelompok belajar.
2. Suasana pembelajaran santai, menyenangkan, dan sesuai dengan keinginan
siswa sehingga membuat siswa nyaman dalam belajar. Hal ini terlihat dari
semangat dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran terus mengalami
peningkatan.
3. Penggunaan peta pikiran dalam merangkum materi dapat mempermudah siswa
dalam mengingat dan memahami materi yang dipelajari sehingga
pembelajaran efektif dapat tercapai.
4. Penerapkan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind
Mapping) dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan pencapaian
hasil belajar. Hasil belajar tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum
pencapaian hasil belajar siswa berada di atas standar batas tuntas yaitu 75. Hal
ini menunjukkan bahwa secara umum siswa telah memahami materi yang
disajikan dengan baik pada proses belajar mengajar yang menggunakan model
Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
pada penelitian ini telah dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan
dalam 4 kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan berlangsung selama
45 menit. Penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind
Mapping) telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari
pencapaian nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa yang mencapai batas
ketuntasan. Pada siklus I nilai ulangan harian siswa berkisar antara 73 - 98 dengan
nilai rata-rata kelas sebesar 91 sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas
dari sebelum diadakannya tindakan yaitu sebesar 27 (nilai sebelum siklus 64 dan
nilai siklus I 91). Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 27 orang
dari 28 siswa. Pada siklus II nilai ulangan harian siswa berkisar antara 75 - 100
dengan nilai rata-rata kelas sebesar 94 sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata
kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 3 (nilai siklus I 91 dan nilai siklus II 94).
Dibandingkan dengan sebelum diadakannya tindakan, nilai rata-rata siswa pada
siklus II mengalami peningkatan angka sebesar 30 (nilai sebelum penerapan 64
dan nilai siklus II 94). Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 100 %.
Pada penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran
(Mind Mapping), siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran,
tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan variasi pembelajaran
yang terdiri dari diskusi kelompok, presentasi, dan permainan (games) membuat
siswa merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan materi yang
disajikan dalam bentuk peta pikiran menjadi lebih mudah dipahami siswa
sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan
suatu proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan
satu sama lain. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa.
Faktor dari pihak guru antara lain kemampuan guru dalam mengembangkan dan
menjelaskan suatu materi, kemampuan guru dalam mengembangkan model dan
metode pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat proses
pembelajaran berlangsung, serta kemampuan guru dalam meningkatkan minat dan
semangat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan faktor yang
berasal dari siswa antara lain minat dan antusias belajar siswa serta keaktifan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan model Quantum
Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru untuk
menerapkan model pembelajaran ini dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari
yang disesuaikan pula dengan materi pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas baik proses
maupun hasil dari pembelajaran ekonomi. Untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, guru dapat menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran yang
baru, inovatif dan menyenangkan yang dapat memacu siswa untuk ikut aktif
terlibat dalam proses pembelajaran.

C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah :
a. Kepala Sekolah lebih memberikan kesempatan kepada guru-guru mata
pelajaran untuk mengikuti workshop yang berhubungan dengan model dan
metode pembelajaran inovatif.
b. Sekolah mengadakan pertemuan MGMP pada tingkat sekolah yang
diadakan rutin untuk mendiskusikan permasalahan pendidikan dan
pembelajaran.
2. Bagi Guru:
a. Guru meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan dan
menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas dengan menerapkan
pembelajaran inovatif, sehingga proses dan hasil pembelajaran dapat terus
meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya.
b. Guru mengembangkan model dan metode pembelajaran yeng mendorong
siswa untuk aktif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.
c. Guru yang belum menerapkan model Quantum Learning dengan metode
Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat menerapkan model tersebut dalam
pembelajaran ekonomi dengan variasi pembelajaran yang menarik
sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian dan motivasi siswa untuk
memahami materi yang disajikan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
d. Guru lebih optimal dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah
disediakan oleh pihak sekolah sebagai alat bantu dalam pengembangan
media pembelajaran.
e. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan
sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kodusif dan siswa dapat
lebih mudah memahami materi pembelajaran.
3. Bagi siswa :
a. Siswa meningkatkan kerja sama dalam arti yang positif, baik dengan guru
maupun dengan siswa yang lain dalam proses belajar mengajar.
b. Siswa meningkatkan ketrampilan berkomunikasi yang baik dimana hal ini
pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi siswa dalam menjalani
kehidupan di masa yang akan datang.
c. Siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran.
d. Siswa membuka diri dan tidak menganggap pusat informasi adalah guru,
namun bisa berasal dari teman, buku, televisi maupun internet.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. 2008. Quantum Learning. Artikel. Tersedia pada


http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/quantum-learning/.
Diunduh tanggal 11 Oktober 2009.

Anas Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. 2007. Quantum Learning Membiasakan


Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie. 2007. Quantum
Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas.
Bandung: PT Mizan Pustaka.

Falah Yunus. 2009. Quantum Teaching Melejitkan Prestasi. Artikel. Tersedia


pada http: //falahyunus.com/2009/04/28/quantum-teaching-melejitkan-
prestasi/. Diunduh tanggal 11 Oktober 2009.

Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Univesitas Negeri


Malang.

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

______________________. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

______________. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pattaufi. 2008. Penerapan Model Quantum Learning dalam Hubungannya dengan


Kemampuan Siswa Berbahasa Inggris. Jurnal. Tersedia pada http://
pkab.wordpress.com/2008/07/18/penerapan-model-quantum-learning/.
Diunduh tanggal 11 Oktober 2009.
Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

______. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia


Sertifikasi.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Teti Rostikawati. 2009. Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning: Mind
Mapping dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya Terhadap
Prestasi Belajar dan Kreatifitas Siswa. Jurnal. Tersedia pada
http://pkab.wordpress.com/2008/04/02/metode-quantum-learning/.
Diunduh tanggal 11 Oktober 2009.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 dan Nomor 20


Tahun 2003. 2006. Tentang Guru dan Dosen serta Sisdiknas. Bandung:
Citra Umbara.

Waridjan. 1991. Tes Hasil Belajar Gaya Objektif. Semarang: IKIP Semarang
Press.

Wiwin Yuni Lestari. 2009. Tesis. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis


Cerita dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping): Penelitian Tindakan
Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mlilir 01. Madiun.

Anda mungkin juga menyukai