OLEH :
KELOMPOK VI
WINDAWATI G3A018098
IRNAWATI G3A019005
ARMAN UMAWAITINA G3A019006
ARFAN ABDULLAH G3A019007
M, SUTRIYANTO G3A019010
A. LATAR BELAKANG
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan, baik
dengan tujuan maupun tanpa tujuan. Bermain juga merupakan kebutuhan anak-anak bisa
dilakukan kapan saja, dimana saja dengan siapa saja, menggunakan apa saja, anak bahkan
bisa menikmati kesenangan bermain hanya dengan menggunakan imaginasinya.
Kebahagian dan manfaat bermain untuk anak hanya didapat apabila anak senang
melakukannya, dan agar anak senang melakukannya, inisiatif untuk melakukan aktifitas
bermain itu harus datang dari anak. Suatu aktifitas hanya dapat dikatakan aktifitas bermain
apabila anaklah yang memutuskan apa yang akan dia mainkan dan bagaimana
memainkanya.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak di rawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Tujuan bermain di Rumah
Sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan
secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak dan anak dapat beradaptasi lebih efektif
terhadap stress. Oleh karena itu, pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang
anak dan mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi, maka akan dilaksanakan terapi
bermain pada anak usia pra sekolah terutama pada anak yang menjalani hospitalisasi
dengan cara bermain puzzle.
Di Ruang anak lantai 1 RSUP Dr. Kariadi tanggal 17 Agustus 2019 di dapatkan 35
anak yang di rawat, 9 anak usia sekolah, 12 anak usia prasekolah, 10 anak usia todler dan
4 adalah bayi. Anak-anak pada usia sekolah maupun prasekolah senang bermain dengan
mewarnai sesuai dengan imaginasi, oleh karena itu, mewarnai 2oci menjadi alternative
untuk mengembangkan kreatifitas anak. Selain itu dengan media tersebut dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat.
B. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak usia pra sekolah selama 35 menit, anak
diharapkan bisa mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya, merasa
tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga
anak bisa merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit, serta dapat melanjutkan tumbuh
kembang anak yang normal atau sehat.
C. TUJUAN KHUSUS
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu
1. Bisa merasa tenang selama dirawat.
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat.
4. Gerakan 3ocial3 halus pada anak lebih terarah.
5. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat
diruang yang sama.
6. Ketakutan dan kejenuhan selama dirawat di rumah sakit menjadi berkurang.
7. Mengembangkan nilai dan moral anak dengan berdoa sebelum dan sesudah
kegiatan.
8. Dapat melatih koordinasi mata dan tangan
9. Melatih 3ocial emosi anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak
akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong,
2000).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan
alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan
stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell
dan Glaser, 1995).
B. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang
mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia
toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik
kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya
terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini,
anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering
anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan
aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan
prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain,
anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak
akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini
penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam
kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada
dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan
etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut
mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan
sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap
tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi
anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena
itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas
bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
7. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena
dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain,
termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat
mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan
selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan
orang tua dan teman kelompok bermainnya.
d. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
Mengembangkan kemampuan berbahasa.
Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
Membedakan benda dengan permukaan.
Menumbuhkan sportivitas.
Mengembangkan kepercayaan diri.
Mengembangkan kreativitas.
Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian
mengenai terapung dan tenggelam.
Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
BAB III
PENERAPAN
A. PELAKSANAAN
1. Jenis Program Bermain
Jenis program bermain yang dilakukan adalah bermain aktif, dimana dalam bermain
aktif anak akan memperoleh kesenangan dari apa yang dibuat sendiri dan dapat melatih
motorik halus sekaligus koordinasi mata dan tangan dalam bermain puzzle.
2. Karakteristik Bermain
Karakteristik dalam permainan ini adalah melatih motorik halus dan ketelitian.
3. Karakteristik Peserta
Peserta : Anak usia pra sekolah
Jumlah : 2-4 anak dengan didampingi orang tua
Kriteria :
a. Anak dalam kondisi baik/cukup baik
b. Anak bisa/boleh duduk
c. Anak kooperatif dan bersedia mengikuti terapi bermain
4. Metode
Petugas memberi contoh, anak meniru dan memperoleh reward jika melakukan dengan
baik.
5. Media
a. Puzle Warna
B. SETTING TEMPAT
Keterangan
2
1. Anak usia prasekolah
1 3
2. Pemandu
3. Fasilitator
4 4. Observer
Keterangan ;
Anak diajak bermain di ruang bermain yang telah disediakan, dengan didampingi
oleh orang tua dan pemandu. Pemandu membagikan alat permainan berupa puzzle
bergambar. Masing-masing anak mendapat permainan yang sama. Anak diberikan
kebebasan dalam memilih gambar yang ada di puzzle bergambar sesuai dengan
keingiinannya sendiri. Observer berada di sekitar anak sambil mengamati jalannya proses
bermain. Dengan adanya proses bermain anak akan senang sehingga akan mengurangi
stress hospitalisasi. Dengan adanya proses bermain juga akan membantu proses
kesembuhan penyakit dan membantu proses tumbuh kembang anak.
C. PEMBAGIAN KELOMPOK
A. Pemandu : Arman Umawaitina
Muhammad Sutriyanto
Arfan Abdullah
Observer : Clinic Instructur (CI) Anak Lantai 1
B. Fasilitator : Windawati
C. Dokumentasi : Irnawati
D. PROSES STRATEGI PELAKSANAAN
2. Proses
a. Kegiatan Terapi Bermain yang telah dilaksanakan berjalan dengan lancar dan
sesuai harapan.
b. Pada saat terapi bermain terjadi interaksi antara mahasiswa dan sasaran
c. Sasaran yang hadir 100% mengikuti terapi bermain dengan baik dan tidak ada yang
meninggalkan tempat sampai kegiatan akhir
3. Hasil
a. 100% sasaran mampu mengikuti kegiatan terapi bermain dengan perasaan senang
dan bahagia, serta menghasilkan karya dari permainan
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Dian. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika