Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai individu memiliki kondisi kesehatan tubuh yang berbeda-
beda. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor seperti, cuaca, lingkungan, dan
sistem imun pada masing-masing tubuh individu. Individu yang memiliki sistem
imun yang tidak kokoh mudah tertular penyakit dan dapat menularkannya kepada
individu lain. Penyakit menular disebabkan oleh berbagai macam mikroba seperti
bakteri, jamur, parasit, dan virus yang dapat menginfeksi individu melalui kontak
langsung dengan individu yang sedang sakit. Oleh sebab itu, individu sehat
namun rentan penyakit (susceptible) akan terinfeksi virus penyebab penyakit
menular yang dibawa oleh individu yang sedang sakit (infected) saat
melakukankontak langsung. Penularan penyakit dengan dua kelompok individu
tersebut disajikan ke dalam model susceptible infected (SI). Individu susceptible
yang telah terinfeksi dapat sembuh dan memiliki kekebalan terhadap virus
penyebab penyakit menular tersebut. Individu yang telah memiliki kekebalan
dapat dipastikan tidak dapat tertular penyakit kembali. Sistem imun yang dimiliki
masing-masing individu menyebabkan individu infected akan sembuh (recovered)
dari penyakit menular. menyajikan kriteria penularan penyakit tersebut melalui
model susceptible infected recovered (SIR).
Untuk mengetahui gambaran lebih nyata tentang pola penyebaran penyakit,
titik kesetimbangan, dan kestabilan titik kesetimbangan, diberikan penerapan
penularan penyakit severe acute respiratory syndrome (SARS). Penyakit SARS
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Coronavirus. Menurut
Harimoto, virus SARS dapat menyebabkan epidemi pada manusia karena mudah
bermutasi. Mutasi tersebut mengakibatkan terbentuknya varian-varian baru yang
lebih patogen.
Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang definisi dari SARS hingga
contoh asuhan keperawatan untuk penyakit SARS.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah pada makalah ini.
1. Apa definisi dari SARS?
2. Apa etiologi dari SARS?
3. Apa tanda dan gejala dari SARS?
4. Apa Manifestasi Klinis dari SARS?
5. Apa patofisiologi dari SARS?
6. Apa komplikasi yang disebabkan oleh SARS?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari SARS?

1.3 Tujuan
Berikut ini tujuan penulisan makalah.
1. Untuk mengetahui definisi dari SARS.
2. Untuk mengetahui etiologi dari SARS.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari SARS.
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari SARS.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari SARS.
6. Untuk mengetahui komplikasi yang disebabkan oleh SARS.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari SARS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi SARS


Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan penyakit yang
menginfeksi saluran pernapasan yg disebabkan oleh virus coronavirus (SARS-
CoV) dengan sekumpulan gejala klinis yg berat . (Chen & Rumende, 2007).
SARS merupakan penyakit menular dan dapat mengenai siapa saja, terutama
orang tua.

2.2 Etiologi
Penyakit SARS disebabkan oleh kelompok virus corona, yang merupakan
penyebab influenza. Diperkirakan virus ini bermula dari penyebaran melalui
hewan mamalia ke manusia di China. Penularan virus terjadi secara airborne
(melalui perantara udara), kontak yang erat dan kontak langsung dengan alat yang
terkontaminasi.
Yang dimaksud dengan kontak erat adalah tinggal bersama dengan pasien,
atau mempunyai kemungkinan melakukan kontak dengan cairan tubuh pasien.
Contoh seperti berciuman, menggunakan alat makan bersama, berbicara dalam
jarak dekat (dalam jarak 1 meter).
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun
tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
1. Pneumonia
2. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
3. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
4. Beberapa transfusi darah
5. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
6. Emboli paru
7. Cedera pada dada
8. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
9. Trauma hebat
10. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).

3
2.3 Tanda dan Gejala SARS
Pada awal terjangkitnya SARS, para penderita biasanya mengalami ciri-
ciri keluhan seperti flu biasa, yakni: demam di atas 38 derajat Celcius lalu diikuti
dengan meriang, tubuh gemetar, nyeri otot, sakit kepala, batuk tidak berdahak,
kelelahan, sesak nafas, dan tidak enak badan.
Beberapa keluhan yang lebih serius biasanya berupa pneumonia yang
parah dan berkurangnya kadar oksigen pada darah. Gejala lainnya sakit kepala,
otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul bintik-bintik merah pada
kulit, dan badan lemas beberapa hari.

2.4 Manifestasi Klinis SARS


Manifestasi klinis SARS itu berupa demam dengan suhu badan lebih dari
38oC terutama pada malam hari, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas
pendek-pendek, nyeri sendi. Gejala-gejala ini memberat beberapa hari kemudian
disertai dengan viraemia, 10 hari setelah onset. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu
dan pernah berkontak dekat dengan pasien penyakit ini, orang bisa disebut suspect
SARS. Kalau setelah di rontgen terlihat ada pneumonia (radang paru-paru) atau
terjadi gagal pernapasan, orang itu bisa disebut probable SARS atau bisa diduga
terkena SARS. Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak
kunjung henti, timbul bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa
hari. Ini semua adalah gejala yang kasat mata bisa dirasakan langsung oleh orang
yang diduga menderita SARS itu.
Tapi gejala itu tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan
pasien. Tetap diperlukan pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan
terkena penyakit ini. Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun,
trombositnya mungkin juga menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah
menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat
dengan alat medis. Tapi semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus
dilangsungkan sampai sekarang. (Brunner & Suddarth. 2002)

4
2.5 Patofisiologi SARS
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family
paramoxyviridae) yang pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini
stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan
lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat
udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu
berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-
paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode penularannya
melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien.
Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan
juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi. Cara penularan : SARS
ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat penderita, tinggal
satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau cairan
tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara, misalnya
penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung
diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan
penderita SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat
demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan
sembuh.
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang
kontak langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-
lebih pada petugas yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti
melakukan intubasi atau nebulasi.

5
Pathway
Tinja, droplet, udara
(terkontaminasi coronaV)
Kurang Informasi
Kontak/invasi saluran
Reaksi pertahanan
pernapasan
Kurang pengetahuan
1. Batuk
2. Bersin Masuk saluran
pernapasan Cemas
bawah
Masuk Aktifan antibody

Antigen Reaksi
keluar Proses reflikasi
antibody inflamasi
cepat
Pelepasan Suhu tubuh
Proses radang mediator
kimia Metabolisme Resiko
meningkat kekurangan
Sekresi mukus cairan

Inefektifitas bersihan jalan nafas

Tidak seimbang suplai O2 Intoleransi


aktifitas
Kerusakan pertukaran gas Tidak mampu memenuhi
kbutuhan nutrisi
Pnurunan O2 k’jaringan
Perubhn nutrisi <
Klebihan CO2 Metabolisme anaerob kbutuhan

Asam laktat
Asidosis
respiratori
Predisposisi edema
selebral
Perubahan RR
Penekanan SSP

Kesadaran

6
2.6 Komplikasi
Pada Servere acute respiratory syndrome (SARS) komplikasinya meliputi
pneumia progresif, pneuotoraks spontan, pneumomediastinum spontan, dan
kematian. (Greenberg, 2008).

2.7 Penatalaksanaan
Status penderita sangat berperan terhadap penatalaksaan yang akan diberikan.
Pada suspect dan probable cases tindakan yang dilakukan adalah:
1. isolasi penderita di Rumah Sakit,
2. pengambilan sampel (sputum, darah, serum, urin) dan foto toraks untuk
menyingkirkan pneumonia yang atipikal,
3. pemeriksaan hitung lekosit, trombosit, kreatinin fosfokinase, tes fungsi hati,
ureum dan elektrolit, C reaktif protein dan serum pasangan (paired sera), iii) saat
dirawat berikan antibiotika untuk pengobatan pneumonia akibat lingkungan
(community-aquired pneumonia) termasuk penumonia atipikal,
4. pada SARS berbagai jenis antibiotika sudah digunakan namun sampai saat ini
hasilnya tidak memuaskan, dapat diberikan ribavirin dengan atau tanpa streoid,
dan
5. perhatian khusus harus diberikan pada tindakan yang dapat menyebabkan
terjadinya aerolization seperti nebuliser dengan bronkodilator, bronkoskopi,
gastroskopi yang dapat mengganggu sistem pernapasan.
6. Berbagai upaya pengobatan dengan antibiotika telah di coba pada penderita-
penderita SARS. Oseltamivir secara oral bersama-sama dengan antibiotika
berspektrum luas dan ribavirin intravena dalam dosis yang di rekomendasikan,
juga memberikan hasil yang kurang meyakinkan.
7. Pada saat ini, penanganan penderita SARS yang dianggap paling penting adalah
terapi suportif, yaitu mengupayakan agar penderita tidak mengalami dehidrasi dan
infeksi ikutan

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian pada pasien SARS


1. Identitas
SARS dapat terjadi pada seseorang yang sebelumnya mempunyai paru-
paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma gawat pernapasan akut
dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak (Frdaus J. Kunoli, 2012, p.
171).
2. Status kesehatan saat ini
2.1 Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh demam dengan suhu tubuh >38ºC dengan
rasa menggigil dan kaku-kaku di tubuh (Chen, 2014, p. 729).
2.2 Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengalami sesak napas secara mendadak dengan frekuensi
napas 30 kali / menit. Kenaikan suhu tubuhnya setiap 8 jam sekali, dan
bila dalam dua kali pengukuran terjadi kenaikan suhu tubuh mencapai
38ºC (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 229).
2.3 Riwayat penyakit sekarang
Kronologis dari penyakit SARS diawali dengan gejala panas, menggigil
atau panas dingin, sakit kepala, nyeri otot, dan lemah. Virus Corona
stabil pada tinja dan urin pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat
bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Masa penularan
berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak
langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular,
lebih-lebih pada petugas yang melakukan tindakan pada sistem
pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi (Firdaus, 2012, p.
172).
3. Riwayat kesehatan terdahulu
3.1 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat penyakit sebelumnya pada SARS yaitu flu, adanya batuk
ringan sampai berat (batuk yang diasosiasikan dengan SARS cenderung

8
batuk kering), satu atau lebih gejala saluran pernapasan bagian bawah
yaitu napas pendek, kesulitan bernapass , sakit kepala, kaku otot,
anoreksia, lemah, bercak merah pada kulit, bingung dan diare (Nurarif
& Kusuma, 2016, p. 228).
3.2 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga dilihat dari salah satu anggota keluarga yang
sudah diketahui menderita penyakit SARS dan anggota keluarga
lainnya kemungkinan tertular jika melakukan kontak langsung dengan
penderita secara langsung dan alat makan dan minumnya dipisahkan
dari alat makan dan minum anggota keluarga yang lain (Nurarif &
Kusuma, 2016, p. 229).
3.3 Riwayat pengobatan
Riwayat pengobatan pada penyakit SARS khususnya yang membantu
sistem kekebalan tubuh dalam menjinakkan virus corona berupa
antibiotik atau anti bakteri. Dan dapat dilakukan terapi supportif umum
yang bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin seperti terapi oksigen, humidifikasi
dengan nebulizer, fisioterapi dada, pengaturan cairan, pemberian
korkosteroid pada fase sepsis berat, obat inotropik, ventilasi mekanis,
drainase empiema (Firdaus, 2012, p. 174).
4. Pemeriksaan Fisik
4.1 Keadaan umum
 Kesadaran
Kesadaran umum lemah, terpasang ventilator untuk mengurangi gejala sesak
napas yang secara mendadak (Chen, 2014, pp. 729-733)
 Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 90/40 mmHg
Nadi : 100 kali/menit
RR : 30 kali /menit
Suhu : 38ºC (Chen, 2014, p. 733)

9
5. Sistem Pernapasan
Batuk akut yang disebabkan oleh virus dianggap sebagai penyebab
terjadinya perubahan sistem pernapasan, seperti pneumonia . Pneumonia
menyebabkan batuk kering nonproduktif, dan batuk terkait adalah sesak napas,
demam dan penurunan berat badan (Douglas dkk, 2014, pp. 139-140) .
Suara napas tambahan seperti ronkhi yaitu bunyi nonmusical terputus-
putus yang disebabkan kolapsnya saluran napas perifer saat ekspirasi. Dan
ditandai dengan konsolidasi paru (Douglas dkk, 2014, pp. 155-156).
6. Sistem Kardiovaskular
50% dari pasien SARS mengalami hipotensi (sistolik <100 mmHg dan
diastolik <50 mmHg, rendahnya tekanan darah tersebut akan timbul rasa pusing.
40% pasien SARS mengalami takikardia (Chen, 2014, p. 731).
7. Sistem Persyarafan
Klien dengan SARS yang mengalami pusing akibat batuk dan hipotensi
sehingga sistem saraf pusat terjadi penekanan (Douglas dkk, 2014, p. 241).
8. Sistem Perkemihan
Terjadi peningkatan kreatinin kinase , penurunan dalam pengeluaran urine
(Chen, 2014, p. 730).
9. Sistem Pencernaan
Terjadi perubahan pola defekasi yaitu diare yang berupa feses cair.
Frekuensi normal defekasi bervariasi antara tiga kali sehari hingga setiap 3 hari
(Douglas dkk, 2014, p. 173).
10. Sistem Integument
Dari hasil pemeriksaan ditemukan kulit, bibir serta kuku penderita tampak
kebiruan (sianosis) karena kekurangan oksigen (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 227).
11. Sistem Muskuloskeletal
Pasien SARS mengalami kaku otot (mialgia) dan rasa kaku- kaku ditubuh,
pasien juga sering merasa sangat lelah disertai nyeri otot di sekujur tubuh (Chen,
2014, p. 729).
12. Sistem Endokrin

10
tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien SARS, karena pada
pasien SARS pmeriksaan hanya timbul kelainan pada paru-paru dan tidak
ditimbulkan tanda abnormal pada endokrin (Chen, 2014, p. 732).
13. Sistem Reproduksi
tidak ada perubahan pada sistem reproduksi pasien SARS, karena pada
manifestasi klinis hanya ditemukan infiltrate yang sesuai dengan pneumonia atau
sindrom distress pernapasan akut (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 226).
14. Sistem Penginderaaan
Pada pasien SARS tidak mengalami perubahan pada sistem penginderaan
karena sasaran penyakit SARS hnaya menuju pada saluran napas bawah dan
asinus (Chen, 2014, p. 729).
15. Sistem Imun
Virus corona dapat menimbulkan infeksi saluran pernapasan atas dan
bawah sehingga mengakibatkan imunitas pernafasan menjadi turun dan berakibat
batuk yang lama dan akan mengakibatkan kerusakan epitel dan gerakan silia
berkurang (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 226)
16. Pemeriksaan Penunjang
Secara garis besar pemeriksaan penunjang tersebut dikelompokkan
menjadi dua yaitu, pemeriksaan non spesifik dan pemeriksaan spesifik SARS.
Pemeriksaan penunjang yang non spesifik adalah pemeriksaan yang
ditujukan untuk menilai kondisi tubuh pasien pada saat itu. Hasil pemeriksaan ini
dapat di gunakan uintuk memperkuat kecurigaan kearah SARS, namun tidak dapat
di gunakan untuk diagnosis pasti.
Sedangkan pemeriksaan penunjang yang sepesifik adalah pemeriksaan
yang definitif dan dapat di gunakan untuk mendeteksi langsung penyebab
penyakit. Selanjutnya, pemeriksaan darah perifer lengkap untuk menilai
komposisi sel darah dan pemeriksaan SGOT/SGPT sebagai cerminan dari fungsi
hati, dapat berguna dalam menunjang tegaknya diagnosis (Chen, 2014, pp. 731-
732).
Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara), CT-scan toraks menunjukkan gambaran Bronkiolitis
Obieterans Organizing Pneumonia (BOOP) (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 227).

11
Untuk pemeriksaan sepesifik CoV SARS, yang dapat di gunakan ialah
pemeriksaan RT-PCR pada sepesimen dahak, feses dan darah perifer pasien.
Selain RT-PCR untuk mendeteksi CoV SARS dapat di lakukan pemeriksaan
deteksi antigen dan serum dan kulturs virus. Deteksi anti bodi terhadap CoVSARS
adalah pemeriksaan diagnostic yang pertama kali tersedia dan tetap menjadi gold
standard untuk konfirmasi diagnosis SARS (Chen, 2014, p. 732).

3.2 Daftar Diagnosa yang Mungkin Muncul


No. Diagnosa Diagnosa Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
dan obstruksi jalan nafas.
2 Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak
adekuat takipneu, demam.
3 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan (faktor
biologis)
4 Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi (kerusakan organ)
5 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi (RR
>24x/menit) atau hipoventilasi (RR <16x/menit)

3.3 Rencana Asuhan Keperawatan pada Pasien SARS


N NO NOC NIC RASIONAL TTD
O .
DX
1 1 Tujuan:  Kaji  Takipnea,
frekuensi/kedalaman pernapasan dangkal,
 TU : Bersihan jalan pernapasan dan gerakan dan gerakan dada tak
napas efektif dada simetris sering
 TK :  Auskultasi area paru, terjadi
jumlah karena
pernapasan dalam catat area penurunan ketidaknyamanangar
batas normal, dan bunyi napas akan dinding dada
frekuensi  Bantu pasien  mengetahui
latihan adanya

12
pernapasan normal napas dalam penumpukan secret
 Pengisapan
dan ekspansi dada  napas
sesuai dalam
normal indikasi memudahkan
 Berikan cairan ekspansi maksimum
Kriteria Hasil : sedikitnya 2500 ml/hari paru-paru
(kecuali  merangsang batuk
 Mendemonstrasika kontraindikasi).Tawark untuk membersihkan
n batuk efektif dan an air hangat daripada jalan napas
suara nafas yang dingin.  cairan (khususnya
bersih, tidak ada yang hangat)
sianosis dan memobilisasi dan
dyspnea mengeluarkan sekret
 Menunjukkan jalan
nafas yang paten
 Mampu
mengidentifikasika
n dan mencegah
factor yang dapat
menghambat jalan
nafas

2 2 Tujuan:   kekurangan/perpinda
Observasi TTV, catat
 TU : volume cairan perubahan mental, han cairan
terpenuhi turgor kulit, hidrasi dan meningkatkan
 TK : intake dan membran mukosa. frekuensi jantung,
output  Ukur/hitung
seimbang, masukan, menurunkan TD dan
tidak ada tanda- pengeluaran, dan mengurangi volume
tanda dehidrasi dan keseimbangan cairan. nadi
turgor kulit baik  Timbang berat badan  memberikan
 Kolaborasi : berikan informasi tentang
Kriteria Hasil: cairan IV dalam status cairan umum
 perubahan BB cepat
observasi ketat/dengan

13
 Mempertahankan alat kontrol sesuai menunjukkan
urine output sesuai indikasi gangguan dalam air
dengan usia dan tubuh total
BB  memperbaiki atau
 Tekanan darah, mempertahankan
nadi, suhu tubuh volume sirkulasi dan
dalam batas normal tekanan.
 Tidak ada tanda
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor
kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan

3 3 Tujuan:   pasien
Kaji kebiasaan diet, dan distres
 TU : nutrisi masukan makanan saat pernapasan sering
terpenuhi ini. anoreksia karena
  Auskultasi bising usus
TK : tidak ada dispnea, produksi
tanda-tanda  Berikan perawatan oral sputum, dan obat
malnutrisi, sesering  penurunan/hipoaktif
mungkin,
menghabiskan diet buang sekret, berikan bising usus
yang ditentukan, wadah khusus untuk menunjukkan
intake dan output sekali pakai dan tissue penurunan mobilitas
seimbang  Hindari makanan gaster dsn konstipasi
penghasil gas  rasa tidak enak, bauh
dan
Kriteria Hasil : bikarbonat dan penampilan
  Kolaborasi
Pemasukan nutrisi : adalah pencegah
yang adekuat memberikan makanan utama terhadap nafsu
 Pasien mampu yang mudah dicerna, makan dan dapat
menghabiskan diet secara nurisi seimbang membuat mual dan

14
yang dihidangkan muntah dengan
 Tidak ada tanda- peningkatan kualitas
tanda malnutrisi napas
 Nilai laboratorim,  suhu ekstrim dapat
protein total 8-8 mencetus/meningkat
gr%, Albumin 3.5- kan spasme batuk
5.4 gr%, Globulin  metode makanan dan
1.8-3.6 gr%, HB kebutuhan kalori
tidak kurang dari didasarkan pada
10 gr % situasi/kebutuhan
 Membran mukosa individu untuk
dan konjungtiva memberikan nutrisi
tidak pucat maksimal
4 4 Tujuan:   nyeri
Tentukan karakteristik dada yang
 TU : nyeri nyeri timbul komplikasi
berkurang  Pantau tanda-tanda vital SARS seperti
  Berikan
TK : nilai GCS tindakan pericarditis
kembali normal, nyaman : relaksasi,  perubahan frekuensi
ekspresi  Kolaborasi
wajah : berikan jantung atau TD
tenang, dan klien analgetik dan antitusif menunjukkan pasien
tidak meringis sesuai indikasi mengalami nyeri.
 tindakan non-
Kriteria hasil: analgetik diberikan
 Nyeri berkurang dengan sentuhan
 Nilai GCS normal lembut dapat
menghilangkan
ketidaknyaman
 obat ini dapat
menurunkan rasa
nyeri dan digunakan
untuk menekan
batuk produktif

15
5 5 Tujuan:  Kaji  kecepatan
frekuensi, biasanya
 TU : pola napas kedalaman pernapasan meningkat, dispnea
efektif dan ekspansi dada dan terjadi
  Auskultasi bunyi napas
TK : pasien tampak peningkatan kerja
 Tinggikan kepala dan napas
tenang, dan sesak
berkurang bantu mengubah posisi bunyi napas
 Observasi pola batuk menurun/tidak ada
Kriteria hasil: dan karakter secret bila janan napas
  Kolaborasi
Menunjukkan pola : berikan obstruksi sekunder
napas efektif oksigen tambahan dan terhadap perdarahan
dengan frekuensi nebulizer  kepala tinggi
dan kedalaman memungkinkan
dalam rentang ekspansi paru dan
normal dan paru memudahkan
jelas/bersih pernapasan
 kongestif alveolar
mengakibatkan
batuk kering/iritasi
 memaksimalkan
bernapas dan
menurunkan kerja
napas
3.4 Implementasi pada Pasien SARS
Melakukan tindakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dan
mencatat setiap tindakan yang dilakukan pada pasien dengan tujuan untuk
kesejahteraan dan kesehatan klien.

3.5 Evaluasi pada Pasien SARS


Mengevaluasi semua tindakan yang telah diberikan pada pasien.Jika
dengan tindakan yang diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik.
Maka tindakan dapat dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih
buruk, kemungkinan besar tindakan harus mengalami perubahan atau perbaikan.

16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan penyakit yang
menginfeksi saluran pernapasan yg disebabkan oleh virus coronavirus (SARS-
CoV) dengan sekumpulan gejala klinis yg berat . Penyakit SARS disebabkan oleh
kelompok virus corona, yang merupakan penyebab influenza. Bermula dari
penyebaran melalui hewan mamalia ke manusia di China. Virus Corona menyebar
lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu
berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-
paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. penderita biasanya
mengalami ciri-ciri keluhan seperti flu biasa, yakni: demam di atas 38 derajat
Celcius lalu diikuti dengan meriang, tubuh gemetar, nyeri otot, sakit kepala, batuk
tidak berdahak, kelelahan, sesak nafas, dan tidak enak badan. Manifestasi klinis
SARS itu berupa demam dengan suhu badan lebih dari 38oC terutama pada malam
hari, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-pendek, nyeri sendi.

4.2 Saran
 Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memanfaakan makalah ini
untuk menambah pengetahuan tentang penanganan pada pasien dengan
penyakit SARS yang berguna bagi profesinya dan dirinya sendiri.
 Bagi masyarakat diharapkan dapat memanfaakan makalah ini untuk menambah
pengetahuan tentang penanganan kejang demam pada anak dan dewasa yang
berguna bagi kesahatan

17
DAFTAR RUJUKAN

Djamal. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Klien SARS,


(https://www.academia.edu/25512256/Asuhan_Keperawatan_Pada_Klien_
SARS), diakses pada 15 Oktober 2018.
Donny, H. 2010. Pathway SARS.
(https://www.scribd.com/doc/39742396/Pathway-SARS), diakses pada
tanggal 15 oktober 2018
Evibernadetha. 2013. Askep SARS,
(https://evibernadetha.wordpress.com/2013/01/10/askep-sars/), diakses
pada tanggal 15 oktber 2018
Julius. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien SARS,
(http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Julius.pdf), diakses
pada 15 Oktober 2018
Kerjanya.net. SARS (Sars Severe Acute Respiratory Syndrome),
(http://www.kerjanya.net/faq/6604-sars-severe-acute-respiratory-
syndrome.html), diakses pada 15 Oktober 2018
Lika, A. 2016. Apa Itu SARS?, (https://hellosehat.com/penyakit/sars/), diakses
pada tanggal 15 oktober 2018
Samoke. 2018. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan SARS,
(https://samoke2012.wordpress.com/2018/08/29/asuhan-keperawatan-
pasien-dengan-severe-acute-respiratory-syndrome-sars/), diakses pada 15
Oktober 2018

18

Anda mungkin juga menyukai