ABSTRAK
Dermatofitosis atau tinea adalah penyakit infeksi jamur superficial yang menyerang kulit,
rambut dan kuku yang disebabkan oleh suatu infeksi dermatofita. Infeksi jamur dermatofita
yang terjadi pada badan, tungkai dan lengan, tetapi tidak termasuk lipat paha, tangan dan
kaki disebut tinea korporis, sedangkan tinea kruris adalah infeksi jamur dermatofita pada
daerah kulit lipat paha, daerah pubis, perineum dan perianal. Dilaporkan satu kasus tinea
korporis et kruris yang kronis dan meluas pada separuh tubuh seorang remaja, dengan
riwayat penggunaan kortikosteroid yang lama, gambaran klinisnya adalah bercak
kemerahan pada dada,perut,lipatan paha dan tungkai ditemukan effloresensi macula
eritema batas tegas, tepi aktif meninggi, central healing dan ditutupi skuama halus, pada
pemeriksaan KOH 20% dari bagian aktif lesi ditemukan hifa panjang bersepta dan
bercabang. Diagnosis ditegakkan bedasarkan anamnesis dan KOH, terapi yang diberikan
adalah terbinafin 1 x 250 mg selama 2 minggu dengan prognosis yang baik.
tungkai dan lengan, tetapi tidak termasuk yang lebih muda atau lebih tua.
lipat paha, tangan dan kaki. Sedangkan Kemungkinan karena segmen usia
istilah tinea kruris digunakan untuk tersebut lebih banyak mengalami faktor
kulit lipat paha, daerah pubis, perineum pekerjaan basah, trauma, banyak
dan perianal.1,2,3 Tinea korporis dan tinea berkeringat, selain pajanan terhadap
kruris dapat digolongkan menjadi tinea jamur lebih lama.4 Walaupun demikian
glabrosa karena keduanya terdapat pada tidak terdapat perbedaan secara khusus
kulit yang tidak berambut. Walaupun gambaran klinis tinea korporis dan tinea
secara klinis terdapat murni tinea kruris kruris baik pada remaja, anak-anak
atau korporis, namun bisa ditemukan maupun orang dewasa. Secara umum
tinea kruris et korporis bersamaan.3 gambaran klasik lesi tinea korporis dan
masih cukup tinggi. Dari data beberapa central clearing dan tepi eritema yang
rumah sakit di Indonesia pada tahun 1998 aktif. Lesi yang berdekatan dapat
pada tahun 2008 terdapat 274 (7,02%) mentagrophytes, Microsporum canis dan
ini sering menimbulkan lesi yang bersifat pemberian preparat antijamur sistemik
secara tidak langsung, dan untuk dapat pustakapun yang menyebutkan batasan
untuk melekat pada kulit host (pejamu), istilah tersebut banyak digunakan pada
variabilitas host, seperti umur, jenis umumnya digunakan pada penyakit yang
kelamin, ras, budaya dan imunitas dapat telah berlangsung selama lebih dari 3
kasus tinea korporis dan tinea kruris multifaktorial dan semua faktor yang
berespon baik dengan preparat anti jamur terlibat merupakan suatu keadaan yang
digunakan diantaranya alilamin (naftitin, suatu kasus tinea korporis et kruris yang
siklopiroks dan salep whietfield, sulfur seorang remaja, yang disebabkan oleh
lesi yang luas, tidak dapat mentoleransi mempengaruhi manifestasi klinis dan
obat topikal, gagal dengan pengobatan perjalanan penyakit ini. Pengetahuan ini
dikonsulkan dari subdivisi Morbus tappering of. Sejak bulan april sampai
penderita adalah timbul bercak- bercak Riwayat peyakit yang sama pernah
kemerahan dan bersisik pada ketiak kiri, dialami sekitar 1 tahun yang lalu.
pelipatan paha kanan dan kiri serta Penderita mengeluh timbul bercak-
bokong yang disertai rasa gatal. Keluhan bercak kemerahan di pelipatan paha
ini dirasakan sejak satu minggu yang lalu. kanan dan kiri. Penderita berobat ke
Awalnya muncul bercak merah dengan poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
sisik putih sebesar uang logam pada Sanglah dan diberikan satu macam
daerah pelipatan paha dan bokong. penyakit yang sama pada teman
berkeringat dan udara panas. Riwayat tidak memelihara anjing, kucing atau
Penderita didiagnosis Morbus Hansen pada lokasi ketiak kiri tampak makula
tipe LL sejak bulan Juni 2010 dan eritema berbatas tegas, bentuk bulat,
seri. Penderita kontrol secara teratur ke halus diatasnya. Bagian tepi lesi tampak
adalah kultur dari kerokan tepi lesi yang dunia dengan distibusi yang luas. Pada
meninggi pada agar Saboraud’s dextrose kasus, dari anamnesis didapatkan lesi
agar yang diinkubasi pada suhu 26ºC. awal muncul pada tungkai, lesi tersebut
per hari selama 2 minggu, untuk dengan lesi yang terdapat dipaha,
naphadisilat 2 x 50 mg jika gatal, dan Penderita juga mengeluh rasa gatal pada
terapi topikal diberikan ketokonazol lesi tersebut, terutama bila udara panas
shampoo dioleskan 3 kali seminggu. Pada dan berkeringat. Perluasan lesi pada
penderita diberikan KIE agar minum obat kasus ini kemungkinan disebabkan
secara teratur, menjaga kulit tetap kering, karena penggunaan kortikosteroid topikal
memakai pakaian yang longgar dan dari dan pemakaian pakaian yang tertutup.
Tinea korporis merupakan istilah untuk tersebut tidak ada perbaikan bahkan lesi
menunjukkan adanya infeksi jamur bertambah luas. Selain itu saat bekerja,
dapat menyebabkan tinea korporis, tetapi jeans yang ketat yang biasanya dicuci
tubuh yang tertutup, lesi berupa makula seperti anjing maupun kucing, dan juga
diatasnya, dan pada beberapa tempat korporis dan tinea kruris seringkali cukup
tampak skuama agak tebal. Bagian tepi hanya dengan klinis. Namun beberapa
lesi tampak meninggi terdiri dari papul penyakit kulit lain juga dapat menyerupai
milier eritema. Gambaran lesi ini sesuai tinea korporis ataupun tinea kruris
dengan gambaran tinea korporis dan tinea sehingga diperlukan konfirmasi infeksi
candidiasis pada pelipatan paha adalah (KOH) dan/atau kultur jamur.9 Pada tinea
maserasi di bagian sentral dengan adanya sebaiknya diambil dengan mengerok tepi
lesi satelit. Pada kasus gambaran klinis lesi yang meninggi atau aktif.3
healing dengan tepi meninggi sesuai KOH adalah sebesar 50-60%. Walaupun
kortikosteroid. Pada kasus lesi meluas hasil negatif palsu sehingga kultur jamur
penyebab infeksi pada kasus berasal dari menunjukkan gambaran hifa panjang
spesies antropofilik, selain itu penderita bersepta, dan dari pemeriksaan kultur
dari bagian tepi lesi dalam media agar berpendar merah koral terang. Tes ini
Sabouroud dektrose pada hari ke-7 memiliki sensitivitas yang rendah dan
putih kekuningan, dengan bagian sentral menggambarkan bahwa secara klinis lesi
meninggi dan bertumpuk, dikelilingi tinea korporis yang kronis berupa makula
lipatan konsentris berwarna putih. Secara atau plak hiperpigmentasi yang berbatas
mikroskopis tampak gambaran hifa tanpa tegas dengan skuama yang halus hingga
gambaran koloni yang tumbuh dan dari psoriasiform. Umumnya lesi yang kronis
hasil pemeriksaan mikroskopis ini disertai tinea kruris dan tinea pedis.12
pada kasus ini adalah Trichophyton suatu penyakit dikatakan kronis bila
kultur, pada kasus juga dilakukan selama lebih dari 3 bulan.8 Kronisitas
sinar Wood. Pada kasus pemeriksaan penyakit ini bersifat multifaktorial dan
dengan sinar Wood tidak menunjukkan identifikasi faktor- faktor tersebut penting
memberikan hasil yang positif pada kronis antara lain atopi, penyakit
kuning pudar sampai putih dan eritrasma (limfoma, thymoma, sarkoma kaposi),
minutissimum yang
kasus, keluhan lesi kulit yang disertai rasa noninflamasi; 4) pada penderita terdapat
gatal telah dialami penderita sejak 3 tahun atopik diatesis, hal ini dapat dilihat dari
yang lalu. Selain dari lamanya perjalanan kulit penderita yang kering dan
penyakit, gambaran kronisitas pada kasus peningkatan kadar IgE. Juga dari
ini dapat dilihat dari morfologi lesi yaitu anamnesis didapatkan riwayat rhinitis
tegas dengan skuama putih halus serta keluhan sering gatal bila
tampak skuama agak tebal. Lesi yang umumnya terjadi kulit yang kering
kronis ini juga disertai oleh tinea kruris. (xerosis) akibat berkurangnya ceramide
Luasnya lesi dan perjalanan penyakit pada stratum korneum. Hal ini
yang kronis pada kasus ini kemungkinan menyebabkan fungsi barrier kulit
terjadi karena beberapa hal antara lain, 1) terganggu sehingga bakteri, virus dan
higine personal yang kurang, ini terlihat dermatofit lebih mudah menempel dan
penggunaan pakaian yang ketat dan memilih antara pengobatan topikal atau
tertutup dalam waktu yang lama dan sistemik. Faktor-faktor yang dapat
kurang, ini dapat dilihat dari beratnya infeksi, daerah yang terlibat,
respon penderita serta keluarganya dalam pengobatan, biaya dan akses pengobatan
dari hasil kultur, dapat diidentifikasi dengan infeksi jamur yang terbatas pada
bahwa spesies penyebab pada kasus ini kulit glabrosa biasanya paling baik
Trichophyton tonsurans dikenal sebagai anti jamur topikal yang ideal setidaknya
samping minimal/tidak ada dan murah.16 dinding sel artrokonidial diikuti dengan
Tinea korporis atau tinea kruris dengan penghancuran sitosol dan organel
lesi terlokalisir pada kulit tak berambut intrasel. Pemberian terbinafin oral sangat
memberi respon yang baik dengan baik diarbsorbsi (70%) dan tidak
whietfield, sulfur presipitatum 4-10% dan minggu adalah efektif dalam pengobatan
asidum salisilikum 2-3% yang tinea korporis dan tinea kruris.16-18 Hal
terapi yang tinggi (70-100%) dan jarang 22 pasien tinea korporis dan tinea kruris
diberikan dua kali sehari selama 2 sampai perhari selama 1 minggu, didapatkan
4 minggu.1 Terapi ini dioleskan sampai 3 100 persen kesembuhan klinis dan
cm di luar batas lesi dan diteruskan mikologi pada minggu keenam.17 Pada
diberikan pada infeksi yang luas, lesi dengan griseofulvin dalam pengobatan
yang lebih inflamasi, tidak dapat tinea korporis dan tinea kruris didapatkan
mentoleransi obat topikal, gagal dengan perbaikan respon klinis dan angka
pengobatan topikal dan penderita dengan perbaikan mikologi lebih tinggi pada
sistemik yang dapat diberikan antara lain dengan terbinafin dengan angka
obat anti jamur kelas alilamin yang ini ditoleransi dengan baik dengan
terbinafin 1 x 250 mg perhari secara oral Disarankan kepada penderita untuk tidak
hasil pada pasien didapatkan hasil yang (Accessed: 2013, Oktober 28th)
12. High WA, Fitzpatrick JE. Topical Tinea Corporis and Tinea Cruris
BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Comparative Study. J Med Assoc
General Medicine, 7th Ed. New 17. Del Palacio HA, Lopez GS,
Dermatomikosis Superfisialis,
2nd Ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 2004, p : 108-118
14. Lee-Bellantoni MS, Konnikov N.
Oral Antifungal Agent. In : Wolff
K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrist BA, Paller AS,