Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Masa Remaja

a. Definisi Masa Remaja

Masa remaja (Adolescense) merupakan masa dimana menjadi

transisi masa kanak-kanak menjadi dewasa, biasaya antara usia 13-20

tahun. Istilah adolescence merujuk kepada kematang psikologis

individu, sedangkan pubertas merujuk kepada saat dimana telah ada

kmampuan reroduksi. Pada masa sebelumnya, masa adolescence

dianggap masa yang penuh dengan masalah, namun saat ini diketahui

sebagian besar remaja mampu menghadapi tantangan masa

adolescence dengan baik. Adolesence merupakan istilah dalam bahasa

Latin yang menggambarkan remaja, yang artinya “tumbuh atau

tumbuh untuk mencapai kematangan”. Adolescence sebenarnya

merupakan istilah yang memiliki arti yang luas yang mencakup

kematangan mental, sosial, emosional, dan fisik (Hurlock, 2010).

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari

saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya

sampai saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011).

11
b. Tahapan Remaja

Menurut Sarwono (2011), ada tiga tahap perkembangan remaja,

yaitu :

1) Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun

Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan

perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah

terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk

mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas

dan mulai berfikir abstrak.

2) Remaja Madya (middle adolescence) usia 14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja

merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada

kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan

menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada

dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan

karena ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja

madya ini mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan

jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja

mulai mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.

3) Remaja akhir (late adolesence) usia 17-20 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa

yang ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

12
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri).

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan publik.

c. Tahap – tahap perkembangan pada Remaja

Menurut Potter & Perry (2010), akan banyak terjadi perubahan-

perubahan fisik maupun psikis.

1) Perubahan fisik

Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada masa remaja.

Kematangan seksual terjadi seiring perkembangan karakteristik

seksual primer dan sekunder. Berikut ini merupakan 4 fokus utama

perubahan fisik :

a. Peningkatan pertumbuhan tulang rangka, otot dan organ dalam

b. Perubahan yang spesifik untuk tiap jenis kelamin, seperti

perubahan lebar bahu dan panggul

c. Perubahan distribusi otot dan lemak

d. Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks

sekunder

Terdapat banyak variasi pada masa perubahan fisik yang

dihubungkan dengan pubertas antara lawan jenis dan sesama jenis.

13
2) Perubahan kognitif

Perubahan pada pikiran dan lingkungan sosial remaja akan

menghasilkan tingkat perkembangan intelektual tertinggi. Tanpa

pendidikan yang cukup individu yang memiliki perkembangan

saraf yang memenuhi syarat tidak akan selalu mampu akan

mencapai tingkat intektualitas tersebut. Para remaja memperoleh

kemampuan memperkirakan suatu kemungkinan, mengurutkannya,

memecahkan masalah dan mengabil keputusan melalui pemikiran

logis.

3) Perubahan psikososial

Pada perkembangan psikososial, pencarian jati diri merupakan

tugas utama remaja. Mereka dapat membentuk hubungan

kelompok yang erat atau memilih untuk tetap terisolasi. Remaja

berusahan memisahkan unsur emosional dari pihak orang tua

sambil tetap mempertahankan hubungan keluarga. Selain itu

mereka akan membangun sistem etis yang berdasarkan nilai-nilai

pribadi. Mereka akan membuat keputusan mengenai karier,

pendidikan di masa depan, dan gaya hidup.

d. Kebutuhan pola tidur normal pada Masa Remaja

Menurut Potter & Perry (2010), rata-rata remaja mendapatkan

istirahat sekitar 7,5 jam tidur sehari. Tipikal remaja yang khas

dikarenakan sejumlah perubahan seperti kebutuhan sekolah, kegiatan

sosial setelah sekolah, dan pekerjaan paruh waktu yang mengurangi

14
waktu untuk tidur. (Nasional Sleep Foundation, 2006a). Waktu tidur

yang sering disingkat menghasilkan EDS. Mengurangi kinerja sekolah,

kerentanan terhadap kecelakan, masalah perilaku dan suasana hati, dan

peningkatan pengguanaan alkohol adalah hasil dari EDS karena

kurangnya tidur.

2. Konsep Tidur

a. Definisi tidur

Tidur adalah proses fisiologis yang berputar dan bergantian

dengan periode jaga yang lebih lama. Siklus tidur-bangun

memengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respons perilaku

(Perry & Potter, 2010).

Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh

keterangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang

berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan

badaniah yang beda (Tarwoto & wartonah, 2010).

b. Fungsi tidur

Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak

dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat

menyegarkan kembali aktivitas tingkatan normal dan aktivitas normal

pada jaringan otak. Sehingga tidur berfungsi untuk mengembalikan

tenaga untuk beraktivitas sehari-hari, memperbaiki kondisi yang

sedang sakit, tubuh menyimpan energi selama tidur dan penurunan laju

15
metabolik basal penyimpanan persediaan energi tubuh (Harsono,

2010).

c. Fisiologis dasar tidur

Fisiologis tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang

melibatkan hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar

mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun

(Potter & Perry, 2010). Pengaturan mekanisme tidur dan bangun

tersebut dipengaruhi oleh sistem aktivasi retikuler yang selanjutnya

disingkat SAR. Sistem Aktivasi Retikular (SAR) berlokasi di batang

otak teratas, dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahakan

kewaspadaan dan terjaga. Bila aktivasi SAR meningkat, orang tersebut

akan keadaan sadar. Bila aktivasi menurun, orang tersebut dalam

keadaan tidur. Aktivasi SAR sangat dipengaruhi oleh aktivitas

neurotransmitter. Aktivasi SAR juga dipengaruhi oleh beberapa

hormone seperti ACTH, TSH, dan LH. Mekanisme serebral secara

bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tertidur

dan bangun. Aktivasi tidur diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis

yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan

susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.

pengaturan aktiviatas kewaspadaan dan tidur terletak dalam

mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, Reitular activating

system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran

16
nyeri, dan parabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri

termasuk rangsangan emosi dan proses pikir (Hidayat, 2008).

Reticular Aktivating sistem (RAS) dibagian batang otak

mempertahankan kewaspadaandan kesadaran serta memberikan

stimulus visual, auditori, nyeri, dan sensorik raba. Pada keadaan sadar

mengakibatkan neuron-neuro dalam RAS melepaskan katekolamin,

misalnya norepinefrine untuk tetap siaga, mencoba untuk tidur

menutup mata dan berusaha dalam posisi rileks dengan ruangan gelap

dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu bulbar synchronizing

regional (BSR) mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah,

2010).

d. Jenis dan Tahapan tidur

Menurut Hidayat (2008), dalam prosesnya, tidur dibagi

menjadi dua jenis. Pertama, jenis tidur yang disebabkan oleh

penurunan kegiatan dalam sistem pengaktivasi reticularis, disebut

dengan tidur gelombang lambat (slow wave sleep) karena gelombang

otak bergerak sangat lambat, atau disebut juga tidur non rapid aye

movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh

peyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak mungkin tidak

tertekan secara berarti, disebut dengan jenis tidur paradox, atau disebut

juga dengan rapid eye movement (REM).

17
1) Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)

Tidur NREM atau tidur gelombang lambat dikenal

dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, atau juga dikenal tidur

yang nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih

lambat disebut juga tidur gelombang delta, dengan ciri-ciri; betul-

betul istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi nafas

menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkuarang dan

metabolisme menurun. Ada empat tahapan tidur Non Rapid Eye

Movement (NREM)

a) NREM tahap 1. Tahap ini merupakan tahapan antar bangun dan

tahap awal tidur dengan ciri sebagai berikut; rileks, sadar

dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak

dari samping kesamping, frekuensi nadi da nafas sedikit

menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung

selama 5 menit. Memasuki tahap ini, gambaran EEG

memperhatikan gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan

bervoltase rendah.

b) NREM tahap 2. Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan

proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai berikut; mata

pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas

menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit dan

gambaran EEG memperhatikan istirahat tenang pada

gelombang alfa.

18
c) NREM tahap 3. Tahap ini merupakan tahap tidur dengan cirri;

denyut nadi dan frekuensi nafas dan proses tubuh lainnya

lambat, disebabkan oleh adanya dominasi sistem saraf

parasimfatis, sulit untuk bangun dan gambaran EEG

memperlihatkan tidur ringan karena terjadi perlambatan

gelombang alfa ke jenis atau delta yang bervoltase rendah.

d) NREM tahap 4. Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan

ciri; kecepatan jantung dan pernafasn menurun, jarang bergerak

dan sulit dibangunkan, gerakan bola mata cepat, sekresi

lambung menurun dan gambaran EEG memperlihatkan tidur

nyenyak karena gelombang lambat dan gelombang delta

bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2 per detik.

2) Tidur Rapid Eye Movement (REM)

Menurut Hidayat (2008), Tidur REM ini berlangsung pada

tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90

menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, akan tetapi

apabila kondisi sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan

jenis tidur ini tidak ada.

Ciri-ciri tidur REM adalah sebagai berikut :

a) Biasanya disertai mimpi yang aktif

b) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak

gelombang lambat

19
c) Tonus otot selama tidut nyenyak sangat tertekan, menunjukan

inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis

d) Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur

e) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak

teratur

f) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular,

tekanan darah meningkat atau berfluktasi, sekresi gaster

meningkat, dan metabolism meningkat

g) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga

berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.

Menurut Potter & Perry (2010), selama tidur otak menyaring

informasi yang tersimpan tentang kegiatan hari itu. Manfaat tidur

dalam perilaku sering tidak diketahui sampai seseorang

mendapatkan masalah akibat kurang tidur. Hilangnya tidur REM

menyebabkan perasaan bingung dan curiga. Berbagai fungsi tubuh

(misalnya: suasana hati, performa, motorik, memori, dan

keseimbangan) berubah sat kehilangan tidur lama terjadi (Nasional

Sleep Foundation, 2002a). Perubahan dalam fungsi imun alami dan

seluler juga juga muncul akibat kurangnya tidur tingkat sedang

sampai berat.

e. Gangguan pola tidur

Gangguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati.

Umunya menyebabkan tidur yang terganggu yang menghasilkan salah

20
satu dari tiga masalah insomnia, yaitu; gerakan yang abnormal atau

sensasi saat tidur atau ketika terbangaun di malam hari, atau kantuk

yang berlebihan di siang hari (Potter & Perry, 2010). Gangguan pola

tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya gangguan

dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu

(Harsono, 2010). Adapun gangguan pola tidur antara lain :

1) Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan

tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam

yaitu Insomnia transient, jangka pendek dan kronis (Susilo &

Wulandari, 2011)

2) Hipersomnia

Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia

merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari dan

biasanya berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau

kegilisahan, kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan pada

ginjal, hati atau gangguan metabolisme.

3) Parasomnia

Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang

mempengaruhi tidur yang dapat menghilang sendiri dalam

penghidupan masa dewasa tengah dan selanjutnya. Mengigau,

mimpi yang aneh serta seram, somnabulisme atau automatisme

21
tidur, bruksisme, dan paralisis tidur dapat disajikan sebagai

keluhan, yang dapat ditanggulangi oleh setiap medikus praktikus.

4) Narkolepsia

Narkolepsia adalah serangan mengantuk yang mendadak pada

beberapa kali sehari. Sering disebut sebagai serangan tidur.

Penyebabnya tidak di ketahui tetapi tidak diperkirakan akibat

kerusakan genetik sitem sarap pusat.

3. Konsep Insomnia

a. Definisi insomnia

Insomnia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami

kesulitan untuk memulai tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur,

dan rasa tidak puas dengan tidurnya (Kozier & Erb, 2010). Insomnia

dapat disimpulkan sebagai kondisi dimana seseorang sulit untuk

memulai tidur dan mempertahankan tidurnya. Walaupun mereka

memiliki waktu tidur yang cukup, namun tidur yang mereka lakukan

tidak memiliki kualitas akan menimbulkan kelelahan dipagi harinya.

Gangguan insomnia dapat bersifat sementara ataupun menetap.

b. Jenis insomnia

Menurut Susilo & Wulandari (2011), ada 3 macam insomnia,

yaitu :

1) Insomnia transient (Insomnia Sementara)

Ini merupakan insomnia yang berlangsung beberapa lama dan

biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang

22
berlangsung sementara. Kondisi ini biasanya menimbulkan stress

dan dapat dikendalikan dengan mudah oleh penderita yang

bersangkutan.

2) Insomnia jangka pendek

Ini adalah insomnia yang terjadi dalam jangan pendek. Gangguan

tidur ini terjadi dalam waktu 2-3 minggu. Kondisi ini akan

menyerang orang-orang yang sedang mengalami stress, berada

dilingkungan yang selalu ramai dan bising, berada dilingkungan

yang mengalami perubahan suhu secara ekstream, masalah

perubahan jadwal kerja yang drastis, maupun efek samping dari

pengobatan.

3) Insomnia kronis

Kondisi ini merupakan gangguan tidur yang dialami hampir setiap

malam selama satu bulan atau lebih. Salah satu penyebab insomnia

kronia adalah depresi, gangguan fisik seperti arthritis (infeksi

sendi), gangguan ginjal, gagal jantung, sleep apnea (sesak pada

saat tidur), sindrom restless leg (kelemahan kaki), Parkinson

(gangguan fungsi syaraf otak), dan hypertryroidism (hormon tiroid

yang meningkat). Selain itu, insomnia kronis juga disebabkan

perilaku penderita dengan adanya kebiasaan buruk, seperti

penyalagunaan kafein, alkohol dan subtansi lainnya.

23
c. Faktor penyebab insomnia

Menurut Susilo & Wulandari (2011), insomnia dapat

disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut adalah beberapa faktor yang

merupakan penyebab insomnia:

1) Obat dan Substansi

Kantuk, insomnia, dan kelelahan yang sering terjadi sebagai akibat

langsung dari obat umum yang diresepkan. Obat ini mengubah

pola tidur dan menurunkan kewaspadaan disiang hari, yang

kemudian maslah bagi individu. Obat yang diresepkan untuk tidur

sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada manfaat

(Potter & Perry, 2010).

2) Faktor psikologi

Stress yang berkepanjangan paling sering menjadi penyebab dari

insomnia kronis. Tingkat tuntutan yang tinggi atau keinginan tidak

tercapai, hingga berita-berita kegagalan sering memicu terjadinya

insomnia transient.

3) Problem psikiatri

Depresi paling sering ditemukan di kehidupan masa kini. Banyak

pola hidup instan yang memicu depresi. Tuntutan presentasi yang

semakin tinggi dan gaya hidup yang tidak sehat, semakin membuat

orang terus-menerus berlomba menjadi yang terbaik.

24
4) Sakit fisik

Pada saat sesesorang mengalami sakit fisik, sebenarnya proses

metabolisme dan kinerja di dalam tubuh tidak berjalan normal atau

terjadi gangguan.

5) Lingkungan

Lingkungan memegang peranan terbesar terhadap terjadinya

insomnia seseorang. Lingkungan yang bising, seperti lingkungan

lintasan pesawat terbang, lintasan kereta api, pabrik dengan mesin-

mesin yang terus beroperasi sepanjang malam atau suara TV yang

keras dapat menjadi faktor penyebab kesulitan tidur.

6) Gaya hidup

Gaya hidup yang tidak sehat juga dapat memicu munculnya

insomnia. Kebiasaaan mengonsumsi alkohol, rokok, kopi (kafein),

obat penurun badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat

menjadi faktor penyebab sulit tidur.

d. Tanda dan Gejala insomnia

Menurut Widya (2010), ada lima belas tanda-tanda umum

insomnia yaitu adanya gangguan tidur yang bervariasi dari ringan

sampai parah, sulit jatuh kedalam fase tidur, sering terbangun dimalam

hari, saat terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun terlalu pagi,

terbangun terlalu cepat, tidur yang tidak memuluhkan, pikiran seolah

dipenuhi oleh berbagai hal, selalu kelelahan disiang hari, penat,

25
mengatuk, sulit berkonsentrasi, lekas marah atau emosi, merasa tak

pernah mendapatkan tidur yang cukup, sering sakit atau nyeri kepala.

Penderita insomnia biasanya mengalami gejala-gajala selalu

letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus-menerus (leboh dari

sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di

tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Sering kali penderita

terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali

tidur (Makmus, 2009). Sedangkan menurut (Susilo & Wulandari,

2011), Gejala –gejala insomnia yang umum dialami oleh penderita

insomnia adalah sebagai berikut:

1) Perasaan sulit tidur

Adanya banyak perasaan insomnia yang selalu merasa dirinya sulit

tidur, walaupun sebenarnya pada malam hari mereka sempat

tertidur beberapa saat. Selain itu, penderitanya akan selalu merasa

sulit tidur dan kurang tidur. Jika terus seperti ini dalam waktu lama

dan terus-menurus dapat dipastikan terkena insomnia.

2) Bangun tidak diinginkan

Salah satu gejala insomnia adalah seseorang yang tidur di malam

hari, sering terbangun lebih awal dan bangun yang tidak

direncanakan. Setelah itu, umumnya mereka akan sulit untuk tidur

kembali dalam waktu cepat.

26
3) Wajah selalu kelihatan letih dan kusam

Kurang tidur akan berdampak langsung pada wajah. Orang yang

kurang tidur akan terlihat kusam, pucat, maupun mata merah dan

terlihat sembab. Dalam jangka panjang, semua itu akan merusak

penampilan secara keseluruhan.

4) Kurang energi dan lemas

Orang yang mengalami gejala-gejala insomnia adalah perasaan

yang tidak menentu disiang hari. Mereka selalu lemas, mudah

mengantuk, dan tidak mood. Bawanya menguap terus dan selalu

ingin tidur.

5) Cemas berlebihan tanpa sebab

Cemas maupun khawatir adalah hal yang normal dan manusiawi.

Terlebih jika kita sedang menunggu sesuatu yang tidak pasti,

seperti hasil ujian, penempatan kerjadan lain-lain.

6) Gangguan emosional

Kondisi fisik yang tidak prima menyebabkan kinerja syaraf dan

otot tidak sinkron lagi. Orang yang mengalami insomnia biasanya

akan ditunjukan adanya gangguan emosional. Biasanya mereka

mudah marah, tersinggung, kehilangan memori jangka pendek,

sulit kosentrasi, pikiran pacah-pecah pada banyak urusan dan

perasaan depresi.

27
7) Mudah lelah

Gangguan tidur dan kurangnya jam tidur akan menyebabkan

seseorang kekurangan energi dan terganggunya metabolisme

tubuh.

8) Pengelihatan kabur

Akibat kurang tidur, kinerja syaraf menjadi tidak normal, termasuk

kinerja saraf yang mengatur pengelihatan.

9) Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu

Kurang tidur akan merusak urat syaraf. Rusaknya urat saraf ini

akan menyebabkan koodinasi gerakkan anggota tubuh teganggu.

Jika sudah demikian, satu sama lain reaksi gerak tubuh menjadi

tidak normal seperti biasanya.

10) Berat badan turun drastis

Tidak tidur menyebakan seluruh otot dan otak tetap bekerja terus-

menerus

11) Gangguan pencernaan

Selama tidak tidur, otot-otot dan syaraf tetap bekerja. Ini

menyebabkan apa yang semetinya dapat beristirahat menjadi tidak

dapat. Metabolisme menjadi terganggu.

12) Fobia malam hari

Orang dengan insomnia akan merasa takut akan malam hari.

Karena merasa sulit tidur. Mereka tidak bisa tidur di malam hari

dan cenderung tidur di siang hari.

28
13) Ketergantungan obat tidur

Obat tidur di jual secara bebas dan dapat diperoleh secara bebas

tanpa resep dokter. Jika ketergantungan obat ini sangat tidak sehat.

14) Ketergantungan zat penenang

Alkohol, kafein (kopi), nikotin (rokok), sering di gunakan oleh

banyak orang untuk dapat tidur. Padahal kenyataanya

mengkonsumsi obat-obatan tersebut akan membuat tubuh tetap

terjaga.

e. Komplikasi insomnia

Menurut Susilo & Wulandari (2011), Penderita insomian dalam

jangka panjang dapat terkena berbagai penyakit yang disebabkan oleh

komplikasi insomnia. Berikut uraian secara detail.

1) Efek fisiologis

Pada umumnya, kasus insomnia terjadi akibat stres pada kondisi ini

akan terjadi peningkatan hormon-hormon noradrenalin serum,

peningkatan ACTH, dan kortisol, serta penurunan produksi

hormone melatonin. Akibat insomnia akan memicu terjadinya

kasus-kasus penyakit fisiologis.

2) Efek psikologis

Efek psikologis dapat berupa gangguan memori, gangguan

konsentrasi, irritable (mudah marah), kehilangan motivasi hidup,

mudah depresi, dan sebagainya.

29
3) Efek fisik atau Efek somatik

Efek fisik yang disebakan oleh insomnia adalah berupa kelelahan,

nyeri otot, memperparah hipertensi, penglihatan, menjadi kabur,

konsentrasi berkurang (tidak fokus), dan sebagainya.

4) Efek sosial

Efek sosial yang disebakan oleh insomnia adalah berupa kualitas

hidup yang terganggu, seperti sulit berprestasi, kurang menikmati

hubungan sosial dengan keluarga dan lingkungan sekitar, sering

minder, tidak muda bersosialisasi, dan lain-lain.

5) Kematian

Orang yang kurang tidur dari lima jam setiap malamnya memiliki

angka harapan hidup yang lebih sedikit dibandingkan mereka yang

biasanya tidur 7-8 jam setiap malam.

f. Dampak insomnia

Menurut Siregar (2009), penderita insomnia pada jangka

panjang mempunyai dampak sebagai berikut :

1) Tidak produktif

Akibat turunya produktifitas pada penderita insomnia, dapat

mengganggu kegiatan.

2) Tidak fokus

Penderita insomnia sering mangatuk di siang hari dan tidak biasa

memusatkan pikiran secara detail.

30
3) Pelupa

Orang insomnia sering pelupa bahkan, hal yang baru saja

dialaminya.

4) Pemarah

Tubuh lelah akibat tidak tidur semalaman membuat penderita

insomnia mudah terusik.

5) Depresi

Hal ini berdampak pada mereka yang mengalami insomnia

menetap. Stres yang menghantui menjadi faktor-faktor pencetus

yang semakin dalam.

6) Meningkatkan resiko kematian

Hal ini dikaitkan berbagai acam penyakit yang bisa ditimbulkan

dari insomnia seperti beresiko terserang hipertensi, diabetes

mellitus, penyakit jantung dan lain-lain.

7) Menyebabkan tubuh rentan dari berbagai penyakit

Dari tidur, tubuh akan memperoses asam laktat yang berfungsi

untuk mengakumulasikan rasa capek. Jadi itulah yang

menyebabkan setelah bangun tidur dan sebaliknya.

g. Alat ukur insomnia

Alat ukur yang digunakan dalam mengukur insomnia yaitu

Insomnia Rating Scale yang telah dibakukan oleh KSPBJ (Kelompok

Studi Psikiatri Biologik Jakarta). Kuesioner KSPBJ-IRS ini berisi 11

item pertanyaan mengenai : kesulitan untuk memulai tidur, terbangun

31
pada malam hari, terbangun lebih awal atau dini hari, merasa

mengantuk pada siang hari, sakit kepala pada siang hari, merasa

kurang puas terhadap tidur, merasa kurang nyaman atau gelisah saat

tidur, mendapati mimpi buruk, badan terasa lemah, letih, kurang tenaga

setelah tidur, jadwal jam tidur sampai bangun tidak beraturan, tidur

selama enam jam dalam semalam.

Cara penilaian kuesioner KSPBJ-IRS yaitu : jawaban tidak

pernah diberikan nilai = 0, kadang-kadang = 1, sering = 2 dan selalu =

3. Pengukuran insomnia dilakukan dengan menjumlahkan skor dari

pertanyaan 1-11. Kemudian didapatkan skor 0-33, skor 0 merupakan

skor yang paling rendah dan 3 merupakan skor yang tertinggi. Adapun

penentuan nilai derajat insomnia yaitu 0 = tidak mengalami insomnia,

11-17 adalah insomnia ringan, 18-24 adalah insomnia sedang, 25-33

adalah insomnia berat.

4. Konsep Merokok

a. Definisi Merokok

Menurut Tukiran, Agus & Kutanegara (2010), pengertian

merokok sendiri adalah menghisap rokok yang diartikan sebagai

gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus

(daun kertas rokok) kemudian jika dibakar akan menghasilkan asap

dan asap itu sendiri yang dinikmati dari aktivitas merokok (Soalmole,

2004). Sedangkan menurut Ferdiferdi (2009), merokok adalah suatu

kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan dalam kehidupan sehari-

32
hari dan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dielakkan lagi

bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap rokok.

b. Kategorik perokok

Menurut Atikah & Eni (2012), kategorik perokok ada 2 yaitu:

1) Perokok aktif

Orang yang konsumsi rokok secara rutin sekecil apapun walaupun

itu cuma 1 batang dal am sehari. Atau orang yang menghisap rokok

walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba- coba cara

memgisap rokok cuma sekedar mengembuskan asap walau tidak

diisap masuk ke dalam paru-paru.

2) Perokok pasif

Orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain

atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang

yang sedang merokok.

c. Jenis-jenis Rokok

Menurut Wiarto (2013), rokok dibedakan menjadi beberapa

jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembukus rokok, bahan

baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan pengguanaan filter

pada rokok.

1) Rokok berdasarkan bahan pembungkus:

a) Klobot adalah rokok yang bahan pembungkusnya daun jagung.

b) Kawung adalah rokok yang bahan pembungkusnya daun aren.

33
c) Sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa

kertas

d) Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

tembakau.

2) Rokok berdasarkan bahan baku :

a) Rokok putih adalah rokok yang bahan baku atau isinya hanya

daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa

dan aroma tertentu.

b) Rokok kretek adalah rokok yang bahan baku atau isinya

berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c) Rokok klembak adalah rokok yang bahan baku atau isinya

berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi

saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3) Rokok berdasarkan proses pembuatannya :

Berdasarkan proses pembuatannya, rokok dibedakan menjadi:

a) Sigaret kretek tangan (SKT) adalah rokok yang proses

pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan

menggunakan tangan dan alat bantu sederhana.

b) Sigaret kretek mesin (SKM) adalah rokok yang proses

pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material

rokok dimasukkan kedalam mesin pembuat rokok, berupa

34
rokok batangan. Sigaret Kretek Mesin sediri dapat

dikategorikan kedalam 2 bagian :

(1) Sigaret Kretek Mesin Full Flavor adalah rokok yang dalam

proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas.

(2) Sigaret Kretek Mesin Light Mild adalah rokok mesin yang

mengguankan kandungan tar dan dikotin yang rendah.

Rokok jenis jarang mengguankan aroma rasa yang khas.

4) Rokok berdasarkan penggunaan filter:

a) Rokok filter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya

terdapat gabus.

b) Rokok Non filter (RNF) adalah rokok yang pada bagian

pangkalnya tidak terdapat gabus.

d. Komponen racun dalam rokok

Menurut Atikah & Eni (2012), ada beberapa komponen racun

dalam rokok:

1) Zat kimia

Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku

pembuatannya, yakni tembakau. Di Indonesia, tembakau ditambah

cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek.

Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok

linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap

(chewing tobacco atau tembakau kunyah). Komponen gas asap

rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat,

35
nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol,

nikotin, karbarzol, dan kresol.

Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker

(karsinogen). Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi

atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side

stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang

dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping (side

stream smoke) merupakan asap tembakau yang disebarkan ke

udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.

2) Nikotin

Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang,

meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan

penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang

dihisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat

seseorang ketagihan. Di Indonesia kadar nikotin 1,5-2,0 mg

perbatang rokok. Dan berdasarkan SNI 0766-1989-A PP No.

38/2000 yang menetapkan standar kadar nikotin untuk rokok

kretek filter adalah maksimum 2,0% perbatang rokok (Tirtosastro,

S. and Murdiyati, A S, 2010).

Menurut Tirtosastro, S. and Murdiyati, A S (2010) pada

Sigaret kretek tangan (SKT): Gol 1 kandungan nikotin 2,0-2,2

mg/batang, SKT: Gol 3 kandungan nikotin 1,9/batang dan pada

36
Sigaret kretek mesin (SKM) : Gol 1 kandungan nikotin 1,8/batang,

SKM: Mild kandungan nikotin 1,0/batang. Bila diasumsikan

bahwa rata-rata orang merokok per hari 10 batang, dan

diasumsikan semua nikotin yang terdapat dalam asap rokok

terserap seutuhnya ke dalam tubuh, maka jumlah nikotin yang

masuk ke dalam tubuh per hari dapat dihitung. Meskipun dosis

yang dihisap per harinya masih di bawah dosis toksik (0,5–1,0

mg/kg BB atau sekitar 30 – 60 mg), bila ini berlangsung dalam

waktu yang lama maka akan dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan. Salah satu gangguan kesehatan yang dialami adalah

insomnia, karena nikotin sendiri membuat seseorang akan

kecanduan, ketergantungan dan tidak hanya itu nikotin pada rokok

termasuk dalam kelompok zat stimuli yang menekan saraf pusat

pada manusia. Nikotin juga memicu pengeluaran hormon

dopamine yang akan merangsang otak, bersamaan dengan nikotin

yang akan diteruskan ke otak yang merangsang hipotalamus

dimana salah satu fungsi mengatur pola tidur pada manusia.

3) Timah Hitam (Pb)

Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak

0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam

satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas

bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per

hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-

37
rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini

masuk ke dalam tubuh.

4) Gas karbonmonoksida (CO)

Karbon monoksida memiliki kecenderungan yang kuat

untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah.

Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan dengan oksigen yang

sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO

lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya

“di sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin berikatan dengan gas

CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1

persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4-15 persen,

karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin,

menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh

tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di

hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat

aterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding pembuluh

darah). dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik,

meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah

penggumpalan darah.

Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok

terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan

mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Asap rokok

mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok,

38
kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low densisty lipoprotein),

dan trigliserida dalam perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol

HDL (High densisty lipoprotein) lebih rendah.

5) Tar

Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam

komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat

rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat.

Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan

berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan

paru-paru. Kandungan tar dalam rokok maksimum 1,5 mg / batang

rokok.

e. Klasifikasi perokok

Klasifikasi perokok berdasarkan jumlah batang menurut Bustan

(2015) yaitu :

a) Perokok ringan

Perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.

b) Perokok sedang

Perokok sedang apabila merokok 10-20 batang per hari

c) Perokok berat

Perokok berat apabila merokok lebih dari 20 batang per hari.

Derajat Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman (IB)

39
Indeks Brinkman adalah perkalian jumlah rata-rata batang rokok

yang dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun (Debora,

2005). Rumus Indeks Brinkman :

Indeks Brinkman (IB) = Jumlah rata-rata rokok yang dihisap sehari

x lama merokok (tahun)

Tabel 2.1 Klasifikasi perokok menurut Debora (2005)

Nilai Derajat Perokok


0 Tidak merokok
1-50 Perokok Ringan
51-100 Perokok Sedang
>100 Perokok Berat

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok

Menurut Poltekes Depkes Jakarta I (2010), faktor yang

mempengaruhi kebiasaan merokok adalah :

1) Pengaruh orang tua

Karena kesibukan dalam hal sosial dan ekonomi yang tinggi,

sehingga banyak anak-anak dibawah umur sangat mudah

mendapatkan rokok. Hal ini disebabkan para orang tua

membiarkan anak-anaknya bergaul dengan bebas, serta tidak

memperhatikan apa kebiasaan yang dilakukan oleh anaknya setiap

hari. Selain itu mungkin juga karena dipengaruhi oaring tua yang

memiliki kebiasaan merokok.

2) Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja

yang merokok maka kemungkinan besar teman-temannya adalah

40
perokok dan demikian sebaliknya. Mungkin karena remaja

dipengaruhi olah teman-temannya hingga akhirnya mereka semua

menjadi perokok.

3) Faktor kepribadian

Orang memcoba merokok karena alasan ingin tau atau ingin

melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan

diri dari kebosanan.

4) Pengaruh iklan

Melihat iklan di media masa atau elektronik yang menampilkan

gambaran bahwa perokok adalah lambing kejantanan atau

glamour, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti

perilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut.

g. Bahaya perokok aktif dan perokok pasif

Menurut Atikah & Eni (2012), Merokok baik secara aktif

maupun secara pasif membahayakan tubuh, seperti :

1) Menyebabkan kerontokan rambut, seperti katarak

2) Kehilang pendengaran lebih awal awal dibandingkan bukan

perokok

3) Menyebabkan paru-paru kronis

4) Merusak gigi dan bau mulut tidal sedap

5) Menyebabkan stroke dan serangan jantung

6) Tulang lebih mudah patah

7) Menyebabkan kanker kulit

41
h. Hubungan Merokok Dengan Kejadian Insomnia

Pada Usia Remaja kebutuhan waktu tidur yang diperlukan

dalam setiap hari 7 ½ jam. Tetapi remaja seringkali mengalami

gangguan tidur salah satunya gangguan tidur yang dialami remaja

adalah insomnia. Insomnia merupakan keadaan dimana seseorang

mengalami kesulitan untuk memulai tidur, kesulitan untuk

mempertahankan tidur, dan rasa tidak puas dengan tidurnya (Kozier &

Erb, 2008). Orang yang memiliki pola tidur terganggu dapat

mengalami irama tidur tebalik. Mereka tertidur bukan pada waktunya

tidur dan bangun pada saatya tidur. Selain itu insomnia dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu : obat dan substansi, faktor psikologis,

problem psikiatrik, sakit fisik, lingkungan, gaya hidup (Susilo &

Wulandari, 2011).

Salah satu faktor yang memnyebabkan remaja mengalami

kesulitan untuk tidur adalah gaya hidup (merokok), karena merokok

dapat mengakibatkan kecanduan pada para remaja. Kenapa rokok

dapat menyebabkan kecanduan pada remaja dan mengganggu pola

tidur remaja, karena rokok didalam terkandung zat racun yang disebut

nikotin, banyak zat yang terkandung di dalam rokok tetapi yang

berperan penting adalah nikotin.

Nikotin adalah cairan berminyak tidak berwarna, ketika remaja

mengisap kadar nikotin 4-6 mg setiap harinya sudah bisa membuat

remaja ketagihan. Pengaruh nikotin dalam rokok dapat membuat

42
seseorang menjadi pecandu atau ketergantungan pada rokok. Remaja

yang sudah kecanduan merokok tidak dapat menahan keinginan untuk

tidak merokok, mereka cenderung sensitif terhadap efek dari nikotin.

Ketergantungan nikotin menyebabkan seorang perokok harus

menghisap rokok terus-menerus dan menimbulkan berbagai akibat

terhadap tubuh, salah satunya adalah insomnia. Karena nikotin dapat

memicu pengeluaran hormon dopamine yang akan merangsang otak,

bersamaan dengan nikotin yang akan diteruskan ke otak, yaitu

menghilangkan rasa kantuk, sehingga menyebabkan gangguan tidur.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Mushoffa and

Husein (2016) didapatkan angka kejadian perilaku merokok pada

mahasiswa sebanyak 33 orang (30,56%). Mahasiswa perokok yang

mengalami insomnia sebanyak 5 orang (15,15%) dan mahasiswa

bukan perokok yang mengalami insomnia sebanyak 2 orang (2,67%).

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Brook et al (2015)

bahwa merokok berat sebagai kontribusi terhadap insomnia.

Didapatkan hubungan lintasan merokok dan insomnia dewasa (16,0%

untuk perokok berat, 11,7% untuk perokok sesekali, 5,9% untuk

quitters / decoder dan 5,4% bukan perokok.

43
B. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


merokok pada remaja :
Merokok
1. Pengaruh orang tua
2. Pengaruh teman sebaya
3. Faktor kepribadian
4. Pengaruh iklan
Zat racun dalam
Faktor penyebab insomnia : rokok :

1. Obat dan substansi 1. Zat kimia


Insomnia
2. Faktor psikologi, 2. Nikotin
problem psikiatri
3. Timah hitam
3. Sakit fisik
4. Lingkungan (Pb)
Dampak insomnia :
5. Gaya hidup 4. Karbon
- 1. Tidak produktif
- Rokok monoksida
- 2. Tidak focus
- Alkohol 3. Pelupa 5. Tar
- Kafein 4. Marah
5. Depresi
6. Meningkatkan resiko
Keterangan : kematian
7. Menyebabkan tubuh
rentan dari berbagai
penyakit
: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Poltekes Depkes Jakarta 1 (2010), Giri Wiarto (2013), Atikah & Eni
(2012), Kozier & Erb (2008), Susilo & Wulandari, (2011), Siregar (2009)

44
C. Kerangka Konsep

Variabel Indeoendent Variabel Dependent

Merokok Kejadian insomnia pada remaja

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil

sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan

merokok dengan kajadian insomnia pada remaja di Kelurahan Candirejo

Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten semarang.

45

Anda mungkin juga menyukai