Indikator Mutu Rumah Sakit Jiwa
Indikator Mutu Rumah Sakit Jiwa
INDIKATOR MUTU
Sebuah rumah sakit dikatakan bermutu apabila layanan yang diberikan sesuai
standar, mempunyai tolok ukur, diakui dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Indikator mutu (centre of exellence) mengandalkan pada mutu layanan yang berasal dari
perpaduan antara kompetensi sumber daya manusia berkualitas, teknologi tinggi dan
komitmen untuk menjadikannya sebagai layanan yang terbaik.
Rumah sakit jiwa sebagai pusat rujukan layanan jiwa dengan jumlah terbatas
dan tidak semua provinsi memilikinya, harus dapat memberikan layanan yang bermutu
dikekhususannya (good clinical governance dan good corporate governance). Disamping
itu, menjalankan pendidikan dan penelitian serta mengembangkan layanan jiwa unggulan
sebagai centre of excellence. Penyakit atau gangguan yang berbasis jiwa dapat dirawat
di rumah sakit jiwa, baik jiwa sebagai diagnosis primer atau diagnosis sekunder.
Dengan demikian, sudah selayaknya standar/pedoman indikator mutu bagi
seluruh rumah sakit jiwa dipermenkeskan, sehingga dapat memayungi indikator mutu
yang ditargetkan oleh rumah sakit jiwa sesuai kemampuannya. Diharapkan seluruh
rumah sakit jiwa dapat memberikan berbagai layanannya mengikuti rambu-rambu yang
telah dirumuskan oleh Kementerian Kesehatan RI.
Saya menyambut baik diterbitkannya buku standar/pedoman indikator mutu RS
Jiwa beserta instrumennya. Oleh karena dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya,
selaku Menteri Kesehatan bertanggung jawab untuk melakukan penilaian teknologi
kesehatan (health technology assessment); pertimbangan klinis (clinical advisory);
manfaat jaminan kesehatan; perhitungan standar tarif; monev sebagai pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan nasional yang efektif dan
efisien.
Diharapkan jangkauan akses rujukan layanan jiwa di RS Jiwa turut membantu
terwujudnya kepesertaan semesta (universal health coverage) di tahun 2019. Oleh
karena banyak orang dengan gangguan jiwa yang tidak bekerja dengan status ekonomi
buruk, belum terdaftar sebagai penerima bantuan iuran (PBI). Hal ini membutuhkan
kerjasama dari lintas program dan sektor terkait seperti Dinas kesehatan dan Dinas
Sosial serta lintas kementerian.
Saya berharap standar/pedoman indikator mutu rumah sakit jiwa beserta
instrumen penilaiannya dapat dimanfaatkan sebagai acuan bagi rumah sakit jiwa dalam
memberikan layanan dan meningkatkan mutu pelayanan di kekhususannya.
Penetapan standar indikator mutu di rumah sakit yang dalam hal ini di Rumah
Sakit Jiwa, sangat diperlukan untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu layanan
terhadaporang dengan masalah kejiwaan dan orang dengan gangguan jiwa. Tentunya
standar indikator mutu rumah di sakit jiwa agak lebih spesifik karena tidak semua standar
indikator mutu layanan di rumah sakit bisa disamakan dengan rumah sakit jiwa.
Pada dasarnya dalam menilai standar indikator mutu di RS Jiwa yang sesuai
dengan standar, diperlukan instrumen yang dapat mengukur indikator mutu rumah sakit
jiwa, apakah sudah sesuai sumber dayanya, standar pelayanan kedokteran yang
dijalankan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku saat ini dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap pasien (patient safety) agar terhindar dari
pelanggaran hak azazi manusia dan menurunkan antara lain angka kekambuhan dan
lamanya rawat inap di rumah sakit jiwa.
Sehingga standar indikator mutu di rumah sakit jiwa dapat mengukur tingkat
efisiensi RS melalui kendali mutu dan biaya. Secara tidak langsung akan menurunkan
stigma dan memberikan kepuasan kepada pelanggan rumah sakit jiwa.
Diharapkan buku ini terdistribusi dengan baik bagi yang berkepentingan untuk
diketahui terutama ke seluruh RS Jiwa di Indonesia. Harapan saya dapat segera
diterapkan sebagai acuan dalam menyelenggarakan layanan di rumah sakit jiwa.
Indikator ini selain sebagai acuan, akan digunakan pula untuk menilai secara objektif
pada saat tim pusat melakukan monitoring dan evaluasi dengan menggunakan
instrument monitoring dan evaluasi.
Saya ucapkan terima kasih kepada para narasumber dan kontributor yang telah
berupaya menyediakan waktu untuk memberikan pengetahuannya dengan penuh
dedikasih bagi seluruh RS Jiwa di Indonesia.
DAFTAR KONTRIBUTOR
HAL
KATA PENGANTAR
KATA SAMBUTAN
DAFTAR PENYUSUN
DAFTAR KONTRIBUTOR
DAFTAR ISI
DEFINISI OPERASIONAL
BAB l PENDAHULUAN (Ditkeswa)
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Sasaran Pedoman
BAB II LAYANAN KESEHATAN JIWA DAN INDIKATOR MUTU LAYANAN
A. Konsep Layanan
1. Konsep , prinsip dan kriteria Layanan di RS Jiwa
2. Jenis Layanan di RS Jiwa
B. Konsep Indikator Mutu Layanan
1. Konsep, Prinsip dan Kriteria Indikator Mutu Layanan
2. Jenis-jenis Indikator mutu Layanan
3. Pengukuran Indikator mutu Layanan
C. Standar Indikator Mutu di RS Jiwa
D. Administrasi dan Manajemen
E. Pembinaan dan Pengawasan
BAB III STANDAR INDIKATOR MUTU LAYANAN RUMAH SAKIT JIWA
A. Layanan IGD
B. Layanan Rawat Jalan
C. Layanan Rawat Inap
D. Layanan Rehabilitasi
E. Layanan Keswamas
F. Layanan Farmasi
G. Layanan Laboratorium
H. Layanan Rekam Medik
24. Beban untuk pengumpulan data: ini termasuk juga pertimbangan ketersediaan data,
biaya, ketepatan waktu sehingga didapatkan data yang berkualitas, dan derajat
kemudahan untuk pengumpulan data. Indikator (misalnya kejadian sentinel) tidak harus
dieksklusi hanya karena data yang dibutuhkan tidak akurat atau sering hilang. Justru
adanya pengukuran ini dapat dipergunakan sebagai kesempatan untuk mengidentifikasi
dan menanggapi kebutuhan akan pendidikan dan peningkatan untuk menunjang sistem
informasi yang efektif. Demikian pula untuk indikator yang berdasarkan data yang
dikumpulkan secara manual tidak harus dieksklusi karena malah dapat menjadi sarana
latihan dan belajar bagi staf dan meningkatkan kualitas pengumpulan data.
25. Face validity: Apakah kumpulan indikator tersebut dapat diterima oleh para
penggunanya?
26. Content validity: Apakah semua dimensi dijangkau dengan tepat?
27. Construct validity: Bagaimana indikator-indikator tersebut saling terkait satu
dengan yang lainnya? Apakah indikator dari dimensi yang berbeda saling berhubungan
(discrimination criteria)? Apakah indikator dari dimensi yang sama saling berhubungan
(convergence kriteria)?
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan berbagai fungsinya, rumah sakit Jiwa sebagai pusat layanan jiwa
rujukan, sudah selayaknya berupaya memberikan layanan jiwa yang bermutu diberbagai
tingkatan layanannya. Agar mampu melaksanakan fungsi tersebut, rumah sakit jiwa harus
memiliki sumber daya yang profesional di bidang teknis medis maupun administrasi dan
manajemen kesehatan disamping kelengkapan sarana dan prasarana serta penilaian
teknologi kesehatannya (health technology assessment).
Menurut Juran dan Deming, mutu secara umum dapat diartikan sebagai kecocokan
penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan atau pasar.
Sedangkan Crosby berpendapat bahwa mutu adalah sesuai dengan yang distandarkan.
Dengan demikian, untuk dapat terus meningkatkan dan mempertahankan mutu layanannya,
kinerja rumah sakit jiwa harus mempunyai tolak ukur yang terstandardisasi di berbagai
tingkatan layanannya. Indikator merupakan fenomena yang dapat diukur.
Untuk mengukur mutu jasa layanan yang diberikan oleh RS Jiwa, maka kinerja rumah
sakit jiwa secara nyata dapat diukur dengan menggunakan instrumen standar indikator mutu
layanan yang tercermin dari capaian tingkat akreditasinya. Instrumen ini dapat digunakan pula
untuk RSU dengan layanan jiwa.Untuk dapat memahami hal tersebut diatas, perlu diketahui
pengertian tentang indikator, kriteria, dan standar.
Indikator merupakan tolak ukur / petunjuk / suatu ukuran yang digunakan untuk
menilai suatu perubahan dengan menggunakan alat ukur (instrumen). Indikator mutu
pelayanan rumah sakit ini sangat bermanfaat bagi pengelola rumah sakit karena dapat:
1. Mengukur kinerja rumah sakit (self assessment)
2. Alat kendali manajemen
Indikator berpotensi untuk dapat digunakan (dan disalahgunakan) dan rumah sakit
harus dapat menindaklanjuti permasalahan yang muncul dari hasil indikator yang diperoleh.
Dengan demikian, rumah sakit harus memiliki tanggung jawab, kontrol substansial, dan
kemampuan untuk mengimplementasikan strategi untuk peningkatan kinerja
Indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat mengacu pada aspek yang
berkaitan dengan indikator struktur, proses dan keluaran (outcome). Aspek indikator struktur
meliputi tenaga kesehatan profesional, perlengkapan dan peralatan kedokteran.
Saat ini belum tersusun NSPK Fasyankes tentang indikator mutu untuk RS Jiwa
secara nasional. Sehingga Direktorat Bina Kesehatan Jiwa memandang perlu untuk membuat
program penyusunan standar indikator mutu bagi RS Jiwa.
B. Tujuan
Tujuan Umum:
Merupakan acuan standar indikator mutu layanan kesehatan jiwa di rumah sakit jiwa Tujuan
Khusus :
1. Tersedianya acuan mengenai standar indikator mutu di RS Jiwa Commented [1]: Semua kata standar dihilangkan
C. Ruang Lingkup
1. Konsep Layanan
a. Prinsip dan kriteria layanan
b. Jenis layanan
D. Sasaran
BAB II
A. Konsep Layanan
Rumah Sakit Jiwa harus memiliki layanan yang fokus dalam bidang yang terkait
dengan layanan jiwa. Layanan spesialistik dan subspesialis rumah sakit ini diharapkan dapat
lebih efektif dan bermutu serta menjadi tolok ukur bagi rumah sakit lainnya. Mutu layanan
yaitu tingkat (level) layanan yang diberikan kepada seseorang atau masyarakat sehingga
luaran kesehatan yang didapat sesuai dengan yang dinginkan dan juga sesuai dengan
pengetahuan profesional terkini (karena ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
berkembang sangat pesat, layanan yang diberikan haruslah yang terkini)
Dalam mengembangkan layanan dan indikator mutu layanan, ada prinsip dan
kriteria yang perlu dipenuhi oleh rumah sakit jiwa tersebut.
1. Prinsip Layanan
Layanan kesehatan yang diperlukan harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
Dalam rangka memberikan pelayanan bermutu, kualitas layanan dapat diukur dengan
menggunakan suatu indikator. Mutu layanan yang diberikan seseorang dan atau
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan yang diinginkan sesuai dengan pengetahuan
profesional terkini. Adapun jenis layanan di RS Jiwa sesuai dengan hasil revisi
Permenkes No 340 tentang Klasifikasi Rumah Sakit serta mengacu pada permenkes no
56 thn 2014 ttg klasifikasi dan perizinan RS.
Undang Undang nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa menyatakan upaya
kesehatan jiwa dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif , kuratif dan rehabilitatif
sehingga rumah sakit harus mengembangkan jenis layanan yang sesuai
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta semakin beragamnya layanan kesehatan
dan masalah kesehatan jiwa yang semakin kompleks telah menuntut untuk terus
meningkatkan kualitas layanan dan memperluas cakupannya dengan harapan meningkatnya
kepuasan pelanggan internal (dokter, perawat dan pegawai lainnya) dan pelanggan eksternal
(pasien dan keluarga/masyarkat).
Rumah sakit Jiwa yang berkualitas adalah yang mampu menyediakan layanan sesuai
dengan harapan pengguna jasanya baik itu pemakai internal maupun eksternal. Oleh karena
itu, rumah sakit dituntut untuk terus melakukan perbaikan dalam berbagai sistem mulai dari
suplai input, proses, output dan outcomenya. Dalam rangka upaya memberikan layanan
terbaik, maka rumah sakit harus mempunyai indikator mutu dapat diukur untuk mengukur
kualitas layanannya
Indikator mencakup elemen-elemen penting dan tidak hanya catatan sederhana yang mudah
diukur. Data yang mendasari indikator harus sahih dan handal, kuantitatif, tepat dan efektif.
Mempunyai nilai statistik yang mengindikasikan kondisi atau arah performa sepanjang waktu.
Indikator dibuat dengan jelas sehingga dapat digunakan sebagai tuntunan yang tidak berdiri
sendiri, memberikan bukti definitif tentang keberhasilan dan kegagalan serta harus dapat
membangkitkan pertanyaan bukan memberikan jawaban.Hasil-hasilnya harus
dipresentasikan dalam bentuk yang mudah dimengerti dengantidak mengeluarkan biaya.Oleh
karena itu, harus diperhatikan prinsip dan kriteria indikator mutu. Commented [2]: dipersingkat
2. Proses
Merujuk kepada apa yang dilakukan (aktivitas yang terjadi)selama memberikan
layanan yang menjadi dasar untuk mengevaluasi kualitas layanan.Kualitas proses
terdiri dari dua aspek: kepantasan (yaitu apakah tindakan yang dilakukan sudah
tepat), dan keterampilan (seberapa baik suatu tindakan dilakukan dan berapa
lama waktunya).
3. Hasil (Output)
Adalah sesuatu yang dihasilkan, bisa dalam bentuk barang ataupun selesainya
pekerjaan jasa. Misalnya jumlah pasien yang dilayani.
4. Luaran (outcome)
Adalah pencapaian tujuan layanan kesehatan dan biasanya merupakan ukuran
sesuatu yang dirasakan oleh pelanggan atau konsumen. Biasanya merupakan
persepsi pelanggan terhadap pemanfaatan layanan. ukuran luaran biasanya
meliputi dua hal yaitu biaya perawatan dan kepuasan konsumer terhadap layanan.
5. Manfaat (Benefit)
Adalah ukuran terhadap manfaat bagi pelanggan ataupun bagi pemberi
pelayanan.
6. Dampak (impact)
Berdasarkan rancangan peta strategi Balanced scorecard yaitu menggambarkan jalinan sebab
akibat berbagai sasaran strategis dalam kurun waktu periode tertentu, yang
dikelompokan dalam perspektif :
1. Perspektif pelanggan
Kemampuan institusi untuk menghasilkan nilai bagi pelanggan baik internal dan eksternal
2. Perspektif Proses bisnis internal
Kemampuan institusi untuk membangun proses layanan yang produktif, bermutu & cost
effective
3. Perspektif pengembangan personil dan organisasi
Kemampuan institusi untuk membangun kapabilitas & komitmen karyawan
4. Perspektif keuangan
Kemampuan institusi untuk menghasilkan nilai bagi stakeholder
2. Petugas 100% Inst Rekam 1. Buah standar terpenuhi = nilai 25 Petugas khusus yang
Pendaftaran Medik 2. Buah standar terpenuhi = nilai 50 dimaksud adalah staf RS
3. Buah standar terpenuhi = nilai 75 yang telah mendapatkan
terlatih 4. Buah standar terpenuhi = nilai pelatihan / sosialisasi untuk
100 pendafataran pasien dan
● Point ke 3 standar : paham mampu menggunakan
SPO pendaftaran perangkat komputer dengan
terampil.
● Point ke 4 standar :
pendaftaran berbasis IT
3. Waktu tunggu 100% Inst Rekam Jumlah pasien yang menerima waktu yang dibutuhkan
registrasi<3 Medik registrasi <3 menit dibagi dengan petugas dalam pembuatan
seluruh pasien yang mendaftar registrasi yaitu sejak pasien
menit mendaftar di loket sampai
pasien menerima lembar
registrasi < 5 menit
2 Layanan Gawat 1. Pelayanan IGD 100% Ka IGD Apabila : Sudah jelas
Darurat di 24 jam - Ada : 100
Instalasi Gawat - Tidak ada : 0
Darurat (IGD
3–5:
≥6 :
2. Waktu Tenang ≥ 90 % Ka. IGD Rumus Perhitungan : Pasien yang menjadi tenang
pasien gaduh dalam waktu ≤ 4 jam sejak
gelisah di IGD ≤ 4 Σ pasein tenang ≤ 4 jam x 100% datang di IGD
Jam Jumlah pasien datang ke IGD
0 – 30 % : buruk 25
31 – 60 % : kurang50
61 – 89 % : cukup75
≥ 90 % : baik100
3. Ketersediaan Tim 1 TIM Komite Mutu Tidak ada : 0 Tim yang dibentuk di RS
Penanggulangan Ada : 100 dengan tujuan untuk
Bencana penanggulangan akibat
bencana yang mungkin
terjadi sewaktu – waktu yang
terdiri dari tenaga
bersertifikat, yang terdiri dari
: tenaga kesehatan, psikolog
klinis, pekerja sosial
4. Kepuasan ≥ 80 % Humas Numerator : Jumlah kumulatif pernyataan tentang persepsi
Pelanggan rerata penilaian pasien terhadap pelayanan
terhadap kepuasan pasien yang di berikan
pelayanan di IGD Gawat Darurat yang di
survey
Standar penilaian :
≥ 80% : Sangat puas
Standar penilaian :
> 3 jam = nilai 0
2 – 3 jam = nilai 50
1 – 2 jam = nilai 100
2. Tersedia dokter 100 % Ka Inst sudah jelas Ketersediaan dokter
spesialis Radiologi spesialis Radiologi yang
mempunyai kompetensi
radiologi / untuk melakukan
Ketersediaan pembacaan foto rontgen/
SDM pelaksana hasil pemeriksaan radiologi.
ekspertisi hasil
pemeriksaan
Standar penilaian :
≥ 80% : Sangat puas
61 – 79 % : Puas
31 – 60 % : Tidak puas
0 – 30 % : Sangat tidak puas
4. Kejadian < 2% KaInst Cara perhitungan : Jumlah foto rontgen yang
kegagalan rontgen Radiologi Numerator : Jumlah foto rontgen tidak dapat dibaca
≤ 2% yang tidak dapat
dibaca dalam 1 bulan
Denominator : Jumlah foto rontgen
yang dilakukan selama
1 bulan
Laporan : setiap bulan
Analisa : setiap 3 bulan
Cara Penilaian :
< 2% : 100
> 2% : 0
Standar penilaian :
> 2 jam = nilai 0
1 – 2 jam = nilai 50
≤ 1 jam = nilai 100
2. Kesalahan
pemeriksaan / 0% Ka Inst Lab Sudah jelas Pemberian hasil
pemberian hasil laboratorium pada orang
pemeriksaan yang salah
laboratorium
Standar penilaian :
≥ 80% : Sangat puas
61 – 79 % : Puas
31 – 60 % : Tidak puas
0 – 30 % : Sangat tidak puas
4. Tersedia dokter 100 % Ka.Inst Lab sudah jelas Ketersediaan dokter
spesialis patologi spesialis PK yang
mempunyai kompetensi
klinik untuk melakukan
pembacaan hasil
pemeriksaan lab.
c. FARMASI 1. Waktu tunggu ≤ 30 menit Ka Inst Farmasi Cara perhitungan : Waktu saat
resep obat jadi Numerator : pasien mulai
Jumlah kumulatif waktu tunggu menyerahkan resep
pasien pelayanan farmasi resep sampai dengan menerima
obat jadi yang disurvey obat jadi
Denominator :
Jumlah seluruh pasien yang
mendapatkan pelayanan farmasi
resep obat jadi yang disurvey
Standar penilaian :
> 60 menit = 25
> 45 – 60 menit = 50
Cara penilaian :
> 120 menit = 25
> 90 – 120 menit = 50
> 60 – 90 menit = 75
≤ 60 menit = 100
3. Penulisan resep 100% Ka Inst Farmasi Cara perhitungan : Formularium obat adalah
sesuai formularium Numerator : standarisasi obat yang
RS / nasional Jumlah resep yang diambil sebagai tersedia di rumah sakit
sample yang sesuai formularium pada tahun berjalan
dalam satu bulan.
Denumerator :
Jumlah seluruh resep yang diambil
sebagai sampel dalam satu bulan
Cara penilaian :
< 25 % = 25
25 – 50 % = 50
50 – 75 % = 75
75 – 100 % = 100
4. Kejadian 0% Ka Inst Farmasi Cara Perhitungan: Kesalahan pemberian obat
kesalahan Numerator: meliputi :
pemberian obat Pemberian obat tidak sesuai resep 1. Salah dalam memberikan
Denumerator: jenis obat
Jumlah seluruh resep yang diambil 2. Salah dalam memberikan
sebagai sampel dalam satu bulan dosis
3. Salah orang
Cara Penilaian: 4. Salah jumlah
Kesalahan: 0
Sesuai : 100
5. Tersedianya 100% Dirmed Sudah jelas Sudah jelas(indikator utk
tenaga manajerial)
apoteker/asist
apoteker (sesuai
kelas)
d. REHABILITASI 1. Tim pemberi 100% Ka.Inst Rehab Apabila ada : Tim pemberi pelayanan
PSIKOSOSIAL pelayanan Psikososial - A, C, D : 25% rehabilitasi psikososial
rehabilitasi - A, B, C, D, F : 50% adalah petugas yang
Psikososial terdiri memiliki kompetensi
dari : - A, B, C, D, E, F : 75% bersertifikat yang sesuai
a. Dokter dengan profesi untuk
Spesialis Lengkap : 100% pelayanan rehabilitasi
Kedokteran mental
Jiwa
Cara penilaian :
- Tercapai : 80
- Tidak tercapai : 0
1. Kejadian pasien ≤ 50 % Ka. Unit Rehab Cara perhitungan : Pelayanan rehabilitasi medik
drop out dari Medik Numerator : Jumlah pasien yang yang dimaksud adalah
pelayanan tidak menyelesaikan pelayanan rehabilitasi yang
rehabilitasi medik paket rehabilitasi medik diberikan kepada pasien
Denumerator : Total pasien yang yang membutuhkan bantuan
mengikuti paket dalam melakukan kegiatan
rehabilitasi medik dasar sehari-hari
-
Laporan : setiap bulan
Analisa : setiap 3 bulan
Cara penilaian :
- ≤ 50 % : 100
0% :0
2. Tidak adanya 100% Ka. Unit Rehab Cara perhitungan : Kesalahan tindakan
kesalahan tindakan Medik Numerator : Jumlah PASIEN yang rehabilitasi medik adalah
rehabilitasi medik mengalami kesalahan memberikan atau tidak
tindakan rehabilitasi memberikan tindakan
medik dalam 1 bulan rehabilitasi medik yang
Denominator : Jumlah seluruh Sudah direncanakan dalam
PASIEN yang terapi
deprogram rehabilitasi
medik dalam 1 bulan
Laporan : setiap bulan
Analisa : setiap 3 bulan
Cara Penilaian :
- Tidak ada kesalahan : 100
Ada kesalahan :0
2. Ketersediaan
instrumen
-
3. Waktu tunggu hasil <2hari
pemeriksaan kerja
psikologi
<14 hari Psikiater & <14 hari : 100 Waktu yang dibutuhkan sejak
2. Waktu tunggu kerja Dirut 15 – 21 hari : 75 pasien dilakukan pelayanan
22 – 28 hari : 50 Visum et repertum
hasil pemeriksaan
≥ 28 hari : 0 psychiatricum sampai
Visum et repertum menerima hasil pemeriksaan
psychiatricum
Standar penilaian :
≥ 80% : Sangat puas
61 – 79 % : Puas
31 – 60 % : Tidak puas
- 0 – 30 % : Sangat
tidak puas
1. Pemberi pelayanan 100% Ka. Inst Apabila ada : Tim pemberi pelayanan
kesehatan jiwa Keswamas - A, C, D : 30% kesehatan jiwa berbasis
berbasis - A, B, C, D, F : 70% masyarakat adalah petugas
masyarakat yang memiliki kompetensi
a. Dokter - A, B, C, D, E, F : 100% bersertifikat yang sesuai
Spesialis dengan profesi
Kedokteran
Jiwa
b. Dokter
Umum yang
sudah
mendapat
sertifikat
yang masih
berlaku
c. Psikolog /
psikolog
klinis
d. Perawat
bersertifikat
e. Pekerja sosial
Sarjana Psikologi
Cara penilaian :
≤ 4 jam : 100
≥ 4 jam : 0
Cara Penilaian :
0% : 100
1 - 2 % : 75
3 – 4% : 50
≥5% :0
Cara penilaian
≥ 80 % : 100
61 – 79 % : 75
41 – 60 % : 50
21 – 40 % : 25
0 – 21 % : 0
5. Kepuasan
Pelanggan
II. MANAJERIAL f. Struktur 100 % Manajerial a) Struktur organisasi Dokumen kebijakan dan
Organisasi pengelola dan tatakelola prosedur yang dijadikan
dan Tata pedoman RSJ dalam
Kelola (SOTK) diuraikan dalam mempertanggungjawabkan
tertuang dokumen tertulis, dan akuntabilitas kinerja RSJ
dalam mereka yang berdasarkan SOTK
dokumen bertanggungjawab untuk
tertulis
memimpin/mengendalikan
dan mengelola diidentifikasi
dengan jabatan atau nama
(nilai25)
b) Tanggungjawab dan
akuntabilitas pengelola
dimuat dalam dokumen
tersebut (nilai50)
6. Kecelakaan kerja 0% Ketua Tim kecelakaan dengan skala resiko Pengukuran persentase
petugas P2K3 moderat keatas dibandingkan kecelakaan yang terjadi
dengan ∑ karyawan pada bulan dikarenakan oleh pekerjaan
berjalan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan
yang menimbulkan kematian,
sakit, cedera pada karyawan
serta mengakibatkan
karyawan tidak masuk kerja
setelah 1x24 jam terjadinya
kecelakaan
Manajemen 4) Karyawan Dan 100 % Ketua Tim P2K3 ( Karyawan, pasien, dan seluruh Pengukuran keberhasilan
dan Pengunjung pengunjung yang terevakuasi / dalam melakukan evakuasi
Administrasi RS
Terevakuasi d) ∑ seluruh karyawan, terhadap karyawan, pasien,
pasien, dan seluruh dan seluruh pengunjung RS
Pada Saat Drill pada saat dilakukannya drill
Kebakaran pengunjung pada saat drill ) kebakaran menuju ke titik
x 100 % kumpul
5) Penyakit akibat 0% Ketua Tim P2K3 (karyawan yang dapat penyakit Suatu penyakit yg diderita
kerja akibat kerja/ ∑ karyawan pada bulan atau didapat oleh karyawan
berjalan) x 100 % akibat dari hubungan kerja.
d) Atau penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja.
6) Petugas 0% Ketua Tim P2K3 ( kejadian petugas mendapat Pengukuran persentase
mengalami prilaku kekerasan fisik pasien kejadian petugas mendapat
psikiatri / total karyawan pada perilaku kekerasan fisik
kekerasan pasien psikiatri yang terjadi
bulan berjalan ) x 100%
pasien jiwa d) selama melakukan
pekerjaan.
Ketersediaan tim 1 Tim Ketua Tim P2K3 d)
penanggulangan
kesehatan jiwa
akibat bencana
7) Ketersediaan 100 Manajerial a) Apabila Jenis Pelayanan Jumlah Jenis Pelayanan
Jenis yang ada telah sesuai RSJ yang ada dibandingkan
dengan jumlah Jenis
Pelayanan dengan kriteria kelas RSJ < Pelayanan yang sesuai
sesuai dengan 40% (25); kriteria kelas RSJ
kriteria kelas b) Apabila 40% <Jenis
RSJ Pelayanan yang ada telah
sesuai dengan kriteria kelas
RSJ < 80% (50);
c) Apabila 80% <Jenis
Pelayanan yang ada telah
sesuai dengan kriteria kelas
RSJ < 90% (75);
d) Apabila 90% <Jenis
Pelayanan yang ada telah
sesuai dengan kriteria kelas
RSJ <100% (100);
Ketersediaan Peralatan 100 Manajerial a) Apabila Peralatan yang ada Persentase Jumlah
sesuai dengan telah sesuai dengan kriteria Peralatan RSJ yang ada
dibandingkan dengan jumlah
kriteria kelas kelas RSJ < 40% (25); Peralatan yang sesuai
RSJ b) Apabila 40% <Peralatan kriteria kelas RSJ
yang ada telah sesuai
dengan kriteria kelas RSJ <
80% (50);
c) Apabila 80% <Peralatan
yang ada telah sesuai
dengan kriteria kelas RSJ <
90% (75);
b) Apabila 90% <Peralatan
yang ada telah sesuai
dengan kriteria kelas RSJ
<100% (100);
100 %
Instalasi Waktu yang dibutuhkan dari
4. Waktu penyediaan Rekam Medik pasien mendaftar sampai
dokumen rekam keluar rekam medis di rawat
medik pelayanan jalan
rawat jalan ≤ 10
menit
100%
Instalasi Waktu yang dibutuhkan
Rekam Medik sejak pasien dinyatakan
5. Waktu penyediaan indikasi rawat inap sampai
dokumen rekam proses administrasi selesai
medik pelayanan
rawat inap ≤ 15
menit
A. Pencatatan
Pencatatan merupakan kegiatan pendataan layanan di RS Jiwa. Semua hal yang
berkaitan dengan standar indikator mutu di RS Jiwa mulai dari konsep layanan, jenis
layanan, tujuan layanan, alur dan prosedur layanan, keselamatan pasien (patient
safety) dan K3, konsep, prinsip dan kriteria indikator Mutu, jenis-jenis indikator mutu,
pengukuran indikator mutu, pelayanan IGD, pelayanan Rawat Inap , pelayanan rawat
jalan, pelayanan farmasi, pelayanan laboratorium, pelayanan rekam medik,
pelayanan radiologi, pelayanan gizi, pelayanan binatu (Laundry), pelayanan
ambulans, pelayanan pemularasan jenazah, pelayanan keamanan (Security)
B. Pelaporan
Pelaporan layanan standar indikator mutu di RS Jiwa merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting di dalam proses pelayanan kesehatan jiwa di RS Jiwa.
Kegiatan pelaporan dilakukan untuk memberikan data dan informasi yang cepat, tepat
dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan,
sesuai dengan kondisi yang terjadi serta penentuan kebijakan yang relevan. Didalam
pelaksanaannya, pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang.
Sistem ini dimaksudkan agar didapat informasi yang mutakhir yang selanjutnya
dipergunakan dalam perencanaan kebijakan, program maupun kegiatan pembinaan.
Pencatatan dan pelaporan kasus gangguan jiwa dibuat untuk kepentingan internal
(RSJ) dan eksternal (ke Dinkes atau Kemenkes) sebagai dasar pembinaan.
Hal-hal yang perlu dilaporkan sesuai dengan data pelayanan dan format yang
dikeluarkan oleh dinas kesehatan/Kemenkes.
1. Jenis Laporan
Pelaporan yang dilakukan oleh rumah sakit jiwa berdasarkan pelayanan yang
diberikan, sesuai dengan ketentuan laporan untuk pelayanan rehabilitasi
psikososial yaitu Sistem Informasi Kesehatan Jiwa (SIK Kesehatan jiwa) yang
memuat segala hal berupa laporan tentang :
a. Pelayanan Rawat Inap (lampiran form 1)
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
BAB VI
PENUTUP
Peran Layanan Standar Indikator Mutu di RS Jiwa dalam memberikan mutu layanan
yang diakui dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. RS Jiwa dapat
mengembangkan indikator mutu sesuai dengan kemampuan dan pilihan yang
LAMPIRAN
8. Pasien jiwa yang dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam (khusus untuk rumah sakit
dengan pelayanan jiwa)
Judul Pasien jiwa yang dapat ditenangkan dalam waktu ≤
48 jam
Dimensi Mutu Efektifitas dan Keselamatan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan
mampu menenangkan dan menyelamatkan pasien
jiwa dalam pelayanan gawat darurat kesehatan jiwa
Definisi Operasional Pasien dapat ditenangkan adalah pasien dengan
gangguan jiwa yang dengan intervensi medis
tidaklagi menunjukkan gejala dan tanda agresif yang
dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain
sebagai akibat gangguan jiwa yang diderita.
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan
Periode Analisa Tiga bulan
Numerator Jumlah pasien gangguan jiwa yang dapat
ditenangkan
Denominator Jumlah seluruh pasien gangguan jiwa yang
menunjukkan gejala dan tanda agresif yang
ditangani di Gawat Darurat
Sumber Data Rekam Medik
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat
Pengumpulan data
11. Pasien rawat inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS
Judul Pasien rawat Inap tuberkulosis yang ditangani dengan
strategi DOTS
Dimensi Mutu Akses, efisiensi
Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat Inap bagi pasein
tuberkulosis dengan strategi DOTS
Definisi Operasional Pelayanan rawat inap tuberkulosis dengan strategi DOTS
adalah pelayanan tuberculosis dengan 5 strategi
penanggulangan tuberculosis nasional. Penegakan
diagnosis dan follow up pengobatan pasien tuberculosis
harus melalui pemeriksaan mikroskopis tuberculosis,
pengobatan harus menggunakan paduan obat anti
tuberculosis yang sesuai dengan standar
penanggulanagn tuberculosis nasional, dan semua
pasien yang tuberculosis yang diobati dievaluasi secara
kohort sesuai dengan penanggulangan nasional
Frekuensi Pengumpulan Data Tiap tiga bulan
Periode Analisa Tiap tiga bulan
Numerator Jumlah semua pasien rawat inap tuberculosis yang
ditangani dengan strategi DOTS
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap tuberculosis yang
ditangani di rumah sakit dalam waktu tiga bulan
Sumber Data Register rawat inap, register TB 03 UPK
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala Instalasi rawat inap
Pengumpulan data
12. Ketersediaan pelayanan rawat di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa
Judul Ketersediaan pelayanan rawat di rumah sakit yang
memberikan pelayanan jiwa
Dimensi Mutu Akses
Tujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat inap yang minimal
harus ada di rumah sakit jiwa
Definisi Operasional Pelayanan rawat inap adalah pelayanan rumah sakit
jiwa yang diberikan kepada pasien tidak gaduh gelisah
tetapi memerlukan penyembuhan aspek psiko
patologis.
Frekuensi Pengumpulan Data 3 bulan
13. Tidak adanya Kematian Pasien gangguan jiwa karena bunuh diri
Judul Tidak adanya Kematian Pasien gangguan jiwa
karena bunuh diri
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya pelayanan pasien rawat inap di
rumah sakit jiwa yang aman dan efektif
Definisi Operasional Kematian pasien jiwa karena bunuh diri adalah
kematian yang terjadi pada pasien gangguan jiwa
karena perawatan rawat inap yang tidak baik
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisa 1 bulan jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam
satu bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu
bulan dikurangi jumlah kejadian kematian pasien
gangguan jiwa bunuh diri dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluru pasien yang dirawat dalam satu
bulan
Sumber Data Rekam medis
Standar 100 %
Penanggung jawab Komite medik/mutu
14. Kejadian (re-admision) pasien gangguan jiwa tidak kembali dalam perawatan dalam
waktu ≤ 1 bulan
Judul Kejadian (re-admision) pasien gangguan jiwa
tidak kembali dalam perawatan dalam waktu ≤ 1
bulan
Dimensi Mutu Efektifitas, Kompetensi tehnis
VII. RADIOLOGI
1. Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto
4. Kepuasan pelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan radiologi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
pelanggan terhadap pelayanan radiology
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien yang disurvei yang menyatakan puas
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50)
Sumber data Survei
Standar > 80 %
Penanggung jawab Ketua komite mutu/tim mutu
4. Kepuasan pelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan laboratorium
3. Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan rehabilitasi medik
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas
oleh pelanggan terhadap pelayanan rehabilitas
medik.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari
pasien yang disurvei (dalam prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50)
Sumber data Survei
Standar >80 %
Penanggung jawab Kepala Instalasi Rehabilitas Medik
3. Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan farmasi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas
oleh pelanggan terhadap pelayanan farmasi.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari
pasien yang disurvei (dalam prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50)
Sumber data Survey
Standar >80%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi
XI. Gizi
1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
6. Cost Recovery
3. Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat waktu sesuai
dengan ketentuan kalibrasi.
Judul Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang
lain) yang terkalibrasi tepat waktu sesuai
dengan ketentuan kalibrasi.
Dimensi mutu Keselamatan dan efektivitas
Tujuan Tergambarnya akurasi pelayanan laboratorium
Definisi operasional Kalibrasi adalah pengujian kembali terhadap
kelayakan peralatan laboratorium oleh Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)
Frekuensi pengumpulan data 1 tahun
Periode analisis 1 tahun
Numerator Jumlah seluruh alat laboratorium yang dikalibrasi
tepat waktu dalam satu tahun
Denominator Jumlah alat laboratorium yang perlu dikalibrasi
dalam 1 tahun
Sumber data Buku register
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium
Keterangan :
ILO : Infeksi Luka Operasi
ILI : Infeksi Luka Infus
VAP : Ventilator Associated Pneumonie
ISK : Infeksi Saluran Kemih
B. RAWAT INAP
1. Kegiatan penegakan diagnosis Tuberculosis (TB)