Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AGAMA ISLAM

IMAN DAN TAQWA


KELOMPOK 2
Disusun Oleh:

1. Asd
2. Asd
3. Asd
4. Asd
5. Asd
6. Asd
7. Asd
8. Asd
9. Asd
10. Asd

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Kami berterima kasih kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya bahwa kami dapat
menyelesaikan tugas ini baik dalam bentuk presentasi maupun makalah secara tepat waktu. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih terutama fakultas kami Pak _____________ sebagai fakultas yang
selalu membantu kami. Kepada para siswa yang selalu mendukung kami, kami juga berterima
kasih kepada Anda sebagai rekan kerja dalam mendapatkan pendidikan di Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya.

Makalah ini berjudul "IMAN DAN TAQWA" diajukan sebagai persyaratan untuk
penugasan mata kuliah pendidikan agama islam pada tahun 2019.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga kita dapat
menambah pengetahuan dan wawasan. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami menantikan semua saran dan kritik dari para pembaca, yang sifatnya
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, kami hanya bisa berharap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi
pembaca. Terima kasih.

Indralaya, 21 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
I.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2
I.4 Kerangka Penulisan .......................................................................................................... 2
LANDASAN TEORI ...................................................................................................................... 3
II.1 Pengertian Iman dan Taqwa ............................................................................................. 3
II.1.1 Pengertian Iman ........................................................................................................ 3
II.1.2 Pengertian Takwa..................................................................................................... 4
II.2 Perujudan Iman dan Taqwa .............................................................................................. 5
II.3 Tanda-Tanda Orang yang Beriman dan Bertaqwa ........................................................... 5
II.3.1 Tanda-tanda Orang Beriman ..................................................................................... 5
II.3.2 Tanda-tanda Orang Bertaqwa ................................................................................... 6
II.4 Keterkaitan Iman dan Taqwa ........................................................................................... 6
II.5 Pengertian Rukun Iman .................................................................................................... 8
II.6 Implementasi Konsep Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan Sehari-hari ....................... 13
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 16
III.1 Permasalahan .............................................................................................................. 16
III.2 Pembahasan ................................................................................................................ 17
III.2.1 Peran Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern................................................. 17
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................... 20
IV.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 20
IV.2 Saran ........................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk mencari nilai-
nilai kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia dihadapkan berbagai
macam persoalan yang membutuhkan penyelesaian. Dengan perkembangan iptek yang
pesat ini persoalan hidup menjadi lebih kompleks dan manusia pun semakin sulit mengatasi
persoalan hidupnya. Di saat kita manusia tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi
persoalan hidup. Kita pasti lebih memilih lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal
yang menyimpang seperti minuman-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit
dari mereka yang melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan
kehidupan.

Di sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar atau solusi
untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika seseorang telah bisa
memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa tersebut kedalam kehidupannya
maka ia dapat mengatasi permasalahan hidupnya. Jadi iman dan taqwa itu sangat penting
bagi manusia khususnya bagi kita pemeluk agama islam, agar mendekatkan kita kepada
Allah SWT. Dan menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat


dirumuskan permasalahan dari judul makalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian iman dan taqwa dan hubungan antara keduannya?


2. Apa tanda dan wujud iman dan takwa tersebut?
3. Bagaimana cara menerapkan konsep iman dan taqwa di kehidupan sehari-hari?
4. Apa peran iman dan taqwa dalam menjawab problema kehidupan modern?
5. Bagaimana implementasi iman dan takwa dalam kehidupan?

1
I.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah agama
islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Manfaat penulisan
makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulisan dan pembaca tentang
konsep iman dan taqwa, cara mengimplementasikannya ke kehidupan sehari-hari serta
mengetahui bahwa imtaq dapat menjawab problema kehidupan kita di masa yang modern
ini

I.4 Kerangka Penulisan

Berikut ini merupakan kerangka penulisan pada makalah ini:

BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan kerangka
penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI


Berisi pengertian iman dan taqwa, perwujudan iman dan taqwa, tanda-tanda orang yang
beriman dan bertaqwa, keterkaitan antara iman dan taqwa, pengertian rukun iman, dan
implementasi konsep iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III : PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN


Berisi permasalahan dan pembahasan.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi kesimpulan beserta saran dari makalah.

DAFTAR PUSTAKA
Berisi sumber data yang diperoleh untuk makalah ini.
2
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Pengertian Iman dan Taqwa

II.1.1 Pengertian Iman

Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'manu – amanan yang
berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati. Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan
berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar,
inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk
agama Islam.

Secara sempurna pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai) Allah


dan segala apa yang datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui rasul-rasul-Nya
dengan kalbu, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan perbuatan.

Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena
itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena
itu beriman kepada Allah berarti amat sangat menaati ajaran Allah yaitu Al-Quran
dan sunnah rasul.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman


didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu 'aqdun bil qalbi waiqraarun
billisaani wa'amalun bil arkaan).

Istilah iman dalam al-qur'an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang
memberikan corak dan warna tentang suatu yang diimani, seperti dalam surat an-
Nisa': 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan thaghut
(realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan
kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili. Bathil berarti tidak benar
menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman dirangkaikan dengan
kata ajaran yang diturunkan oleh Allah.

3
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau
ajaran nya, dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan
selainnya dinamakan iman bathil.

Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai


pokok dan cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw.
Yang kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman,
kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman,
bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang
dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara
cabang - cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.

II.1.2 Pengertian Takwa

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa
dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan
ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Seorang muslim yang
bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi
segala laranganNya dalam kehidupan ini.

Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat


dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.

1. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata
lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang –
orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang
yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya.
Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama
umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
3. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara
ibadah formal.
4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan
diri.
5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata
lain memiliki semangat perjuangan.

4
II.2 Perujudan Iman dan Taqwa

Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman.Seseorang dinyatakan beriman bukan


hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan
melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.Oleh karena itu lapangan iman sangat luas.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan
aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti
meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.

Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang
agama, merupakan salah satu bentuk wujud seorang muslim yang bertaqwa. Karena taqwa
adalah sebaik–baik bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia

II.3 Tanda-Tanda Orang yang Beriman dan Bertaqwa

II.3.1 Tanda-tanda Orang Beriman

Al-Qur'an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

1. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali
imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (al-
anfal: 3, Al-mu'minun: 2, 7)
4. Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun:
2, 7)
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan. (Al-
mukminun: 3, 5)
6. Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)
7. Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)

5
II.3.2 Tanda-tanda Orang Bertaqwa

1. Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam pelaksanaannya.


2. Tampak wibawanya karena seuma aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran dan
kejujuran.
3. Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan
kemampuannya.
4. Senantiasa bersih dan berhias walaupun miskin.
5. Selalu cermat dalam perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun kaya.
6. Murah hati dan murah tangan.
7. Tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan yang tidak bermanfaat.
8. Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah.
9. Disiplin dalam tugasnya.
10. Tinggi dedikasinya.
11. Terpelihara identitas muslimnya (setiap perbuatannya berorientasi kepada
terciptanya kemaslahatan/kemanfaatan masyarakat).
12. Tidak pernah menuntut yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang lain.
13. Kalau ditegur orang segera intropeksi. Kalau ternyata teguran tersebut benar
maka dia menyesal dan mohon ampun kepada Allah swt. serta minta maaf
kepada orang yang tertimpa oleh kesalahannya itu.
14. Kalau dimaki orang dia tersenyum simpul sambil mengucapkan: "Kalau makian
anda benar saya bermohon semoga Allah swt. mengampuniku. Kalau teguran
anda ternyata salah, saya bermohon agar Allah mengampunimu.

II.4 Keterkaitan Iman dan Taqwa

Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan
iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah puasa hanya
dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi
maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini
pulalah maka tujuan dari puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan.

Iman dan taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan
dan bahkan kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak
akan pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak
akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat ketaqwaan.

6
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa
manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket
kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan
seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah.

Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman
memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat
melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan
perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena
berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman'
selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya
keberadaan iman terkesan lebih energik. Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik
ini menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga
keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat
labil jika masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang
yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju
kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga
perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu
'menjaga'.

Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-
aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang
ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan
baik.

Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman


agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali
'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18.
Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya
tanpa mendapatkan nilai taqwa.

Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator
yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan
bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk
memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah.

7
II.5 Pengertian Rukun Iman

Menurut bahasa iman artinya percaya, sedangkan menurut bahasa di yakini dengan
sepenuh hati, di ucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan anggota badan . orang yang
beriman disebut MU'MIN.

Berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadits rukun iman ada 6, yaitu :

1. Iman kepada Allah

Yaitu percaya sepenuh hati bahwa Allah adalah Rabb Tuhan pencipta alam,
Maha Kuasa, Maha Penyayang dan segala sifat Maha lainnya. Untuk itu kita wajib
beribadah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah.

2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah

Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur (cahaya). Malaikat
selalu tunduk dan patuh atas perintah Allah dan tidak pernah sedikitpun
membantahnya. Malaikat merupakan makhluk ghaib, artinya tidak dapat dilihat
dengan panca indera manusia, namun kita wajib iman dan percaya kepadanya.
Jumlah malaikat sangatlah banyak, hingga tak ada yang mengetahui jumlahnya,
kecuali Allah.

3. Iman kepada Kitab-kitab Allah

Allah menurunkan kitab-kitabNya kepada para Nabi sebagai pedoman umat


manusia untuk hidup didunia agar selamat dunia dan akhirat. Ada 4 kitab yang Allah
turunkan kepada para Nabi, yaitu :
a) Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa A.S
b) Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS
c) Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS
d) Kitab Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

4. Iman kepada Nabi & Rasul-rasul Allah

Nabi adalah orang yang mendapat wahyu hanya untuk dirinya sendiri,
sementara Rasul artinya utusan, Rasul Allah adalah utusan Allah yang mendapatkan
wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.

8
Tugas utama para rasul adalah menyampaikan dan megajarkan agama Allah
kepada manusia, serta memberikan petunjuk agar tidak tersesat. Nabi dan Rasul
yang wajib kita ketahui ada 25 orang. Yaitu : Adam AS, Idris AS, Nuh AS, Hud AS,
Sholeh AS, Ibrahim AS, Luth AS, Ismail AS, Ishak AS, Yakub AS, Yusuf AS, Ayub
AS, Suaeb AS, Musa AS, Harun AS, Zulkifli AS, Daud AS, Sulaiman AS, Ilyas AS,
Ilyasa AS, Yunus AS, Zakariya AS, Yahya AS, Isa AS, Muhammad SAW.

Di antara 25 nabi dan rasul tersebut 5 di antaranya mendapat gelar 'Ulul


Azmi, yaitu para Nabi yang mendapat ujian sangat berat dari Allah, namun mereka
tetap tegar, tabah dan sabar menghadapinya. Mereka adalah NUH, IBRAHIM,
MUSA, ISA dan MUHAMMAD. Atau disingkat NIMIM.

5. Iman kepada Hari akhir

Yaitu kita harus meyakini dengan sepenuh hati bahwa hari kiamat pasti
terjadi. Namun kapan terjadinya adalah rahasia Allah, semua manusia tak ada
satupun yang mengathuinya bahkan Nabi Muhammad sekalipun tak tahu kapan akan
terjadinya kiamat.

Ketika beliau SAW. Ditanya oleh Malaikat Jibril tentang hari kiamat, belaiau
tak tahu kapan terjadinya, namun beliau memberikan tanda-tanda kiamat yang
mendahului terjadinya kimat.

Di antara tanda-tadanya adalah :

a) Banyak orang minum-minum keras


b) Banyak terjadi perzinahan
c) Banyak gedung-gedung tinggi
d) Matahari terbit dari barat dan terbenam di timur
e) Keluarnya Ya'juz dan Ma'juz
f) Keluarnya Dajjal

6. Iman kepada Qodho dan Qodhar

Beriman kepada Qodho dan qodhar adalah meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah telah memnentukan dan menetapkan segalanya untuk manusia. Qodho
& Qodar adalah ketetapan Allah bagi makhluk Nya. Ketetapan Allah kadang berupa
hal-hal yang baik dan kadang berupa hal-hal yag buruk. Maka seorang mu'min akan
meyakini dan tunduk pada ketetapan Allah baik maupun buruknya.

9
Beriman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman di mana
kita wajib mengimaninya agar iman kita menjadi sah dan sempurna. Ibnu Abbas
pernah berkata, "Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang
mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan
barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya
merusakkan tauhidnya" (Majmu' Fataawa Syeikh Al-Islam).

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai iman kepada qada dan qadar,
terlebih dahulu akan dibahas mengenai qada dan qadar itu sendiri. Qada menurut
bahasa berarti hukum, perintah, memberikan, menghendaki, dan
menjadikan. Sedangkan qadar berarti batasan atau menetapkan ukuran.

Secara etimologi, qada dapat diartikan sebagai pemutusan, perintah, dan


pemberitaan. Imam az-Zuhri berkata, "Qadha secara etimologi memiliki arti yang
banyak. Dan semua pengertian yang berkaitan dengan qadha kembali kepada makna
kesempurnaan…." (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits, Ibnu Al-Atsir). Sedangkan
qadar berasal dari kata qaddara, yuqaddiru, taqdiiran yang berarti penentuan.

Dari sudut terminologi, qadha adalah pengetahuan yang lampau, yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT pada zaman azali. Adapun qadar adalah terjadinya suatu
ciptaan yang sesuai dengan penetapan (qadha). Sedangkan arti terminologis qada
dan qadar menurut Ar-Ragib ialah :
"Qadar ialah menentukan batas (ukuran) sebuah rancangan; seperti besar dan
umur alam semesta, lamanya siang dan malam, anatomi dan fisiologi makhluk
nabati dan hewani, dan lain-lain; sedang qada ialah menetapkan rancangan tersebut."

Atau secara sederhana, qada dapat diartikan sebagai ketetapan Allah yang
telah ditetapkan tetapi tidak kita ketahui. Sedangkan qadar ialah ketetapan Allah
yang telah terbukti dan diketahui sudah terjadi. Dapat pula dikatakan bahwa qada
adalah ketentuan atau ketetapan, sedangkan qadar adalah ukuran. Dengan demikian
yang dimaksud dengan qada dan qadar atau takdir adalah ketentuan atau ketetapan
Allah menurut ukuran atau norma tertentu.

Firman Allah mengenai qada dan qadar terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 36,
yaitu:

10
Arti : Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata.

Beriman kepada qada dan qadar berarti mengimani rukun-rukunnya. Iman


kepada qada dan qadar memiliki empat rukun, antara lain :

a. Ilmu Allah SWT

Beriman kepada qada dan qadar berarti harus beriman kepada Ilmu
Allah yang merupakan deretan sifat-sifat-Nya sejak azali. Allah mengetahui
segala sesuatu. Tidak ada makhluk sekecil apa pun di langit dan di bumi ini
yang tidak Dia ketahui. Dia mengetahui seluruh makhluk-Nya sebelum
mereka diciptakan. Dia juga mengetahui kondisi dan hal-hal yang sudah
terjadi maupun yang akan terjadi di masa.

b. Penulisan Takdir

Sebagai mukmin, kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang


terjadi, baik di masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang,
semuanya telah dicatat dalam Lauh Mahfuzh dan tidak ada sesuatu pun yang
terlupakan oleh-Nya.

c. Masyi'atullah (Kehendak Allah) dan Qudrat (Kekuasaan Allah)

Seorang mukmin yang telah mengimani qada dan qadar harus


mengimani masyi`ah (kehendak Allah) dan kekuasaan-Nya yang
menyeluruh. Apapun yang Dia kehendaki pasti terjadi meskipun manusia
tidak menginginkannya. Begitu pula sebaliknya, apa pun yang tidak
dikehendaki pasti tidak akan terjadi meskipun manusia memohon dan
menghendakinya. Hal ini bukan dikarenakan Allah tidak mampu melainkan
karena Allah tidak menghendakinya.

11
d. Pencipta Allah

Ketika beriman terhadap qada dan qadar, seorang mukmin harus


mengimani bahwa Allah-lah pencipta segala sesuatu, tidak ada Khaliq
selain-Nya dan tidak ada Rabb semesta alam ini selain Dia.

Inilah empat rukun beriman kepada qada dan qadar yang harus
diyakini setiap muslim. Maka, apabila salah satu di antara empat rukun ini
diabaikan atau didustakan, niscaya kita tidak akan pernah sampai kepada
gerbang keimanan yang sesungguhnya. Sebab, mendustakan rukun-rukun
tersebut berarti merusak bangunan iman terhadap qada dan qadar dan ketika
bangunan iman itu rusak, maka hal tersebut juga akan menimbulkan
kerusakan pada bangunan tauhid itu sendiri.

Ada empat macam takdir, antara lain :

1) Takdir Umum (Takdir Azali)

Takdir mengenai segala sesuatu yang ditetapkan sebelum penciptaan langit,


bumi, dan seluruh isinya.

2) Takdir Umuri

Takdir yang diberlakukan atas manusia pada masa awal penciptaannya dan
bersifat umum. Meliputi rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan.

3) Takdir Samawi

Takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap tahun.

4) Takdir Yaumi

Takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi dalam
satu hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan,
mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan sebagainya.

12
Allah berfirman dalam surat Ar Rad ayat 11 :

Arti : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di


muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah Islam yang


terangkum dalam Rukun Iman merupakan landasan bagi setiap umat Islam dalam
mempelajari dan mengimplementasikan agama Islam dalam kehidupan sehari-
hari.

Selain itu, penerapan akidah yang baik dan benar dapat mendatangkan
manfaat bagi kita, misalnya memberikan ketenteraman jiwa, mewujudkan
kehidupan yang baik, melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen serta dapat
meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.

II.6 Implementasi Konsep Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan Sehari-hari

Iman sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa iman, ibadah yang
dilakukanakan sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak akan sampai kepada Allah SWT,
sepertiyang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nabia ayat 94, yang artinya

"Barang siapa yang megerjakan amal sholeh, sedang ia beriman, maka usahanya tak akan
terabaikan. Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalan itu untuknya"

Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya


haruslah disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal, misalnya
13
disamping menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga menjalankan ibadah
sunnah,misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.

Berikut penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut :

A. Menjalankan keenam rukun iman.


B. Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah
C. Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)
D. Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia.
E. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama. Ada sebuah hadist yang
menyatakan,bahwa Rosulullah SAW bersabda:
"Barang siapa bisa menjamin diantara kedua mulut (bibir)nya (bibir atas dan
bawah),niscaya aku akan menjadi surganya".
F. Menjaga amanah dan menepati janji. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa haruslah bisa
menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya dan berusahalah untuk selalu
menepati janji selagi masih mampu.
G. Menjaga sholat wajib. Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan persoalan
yang mudah. Menjaga sholat ini berarti orang tersebut bisa menjaga waktunya, dia
selalu sholat tepat waktu dan tidak menunda-nunda sholatnya. Disamping sholat
tepat waktu orang tersebut juga menjaga cara dan bacaannya dengan benar sesuai
dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Disamping itu juga
harus bisa menjaga efek positif dari sholat, yaitu dengan benar-benar menghayati
dan melaksanakan apa yang telah dibaca dalam melaksanakan sholat.
H. Selalu siap untuk menghadapi kematian sebagaimana dari rukun iman.

Penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan di atas, memang telah dilakukan oleh
sebagian anak muda. Namun,sebagian darinya masih juga kurang sepenuhnya menerapkan
iman dan taqwanya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah yang muncul akibat kurang kokohnya
iman dan taqwa yang tertanam dalam diri masing-masing individu. Ada beberapa faktor penyebab
munculnya masalah berkurangnya kekuatan iman dan taqwa dalam diri, sebagai berikut:

a) Tidak mengenal siapa Allah SWT.

b) Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama.

Tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukum-hukumNya, baik yang bersifat


kauni maupun syar'i.Sesungguhnya kelalaian dan sikap tidak mau tahu semacam itu
pasti akan membuat hati menjadi sakit atau bahkan mati karena belitan syubhat dan
jeratan syahwat yang merasuki hati dan sekujur tubuhnya.

14
c) Berbuat atau mengutarakan ucapan maksiat.

Oleh karena itulah iman akan turun,melemah dan surut sebanding dengan
tingkatan maksiat, jenisnya, kondisi hati orang yang melakukannya serta kekuatan
faktor pendorongnya. Iman akan banyak sekali berkurang dan menjadi sangat
lemah apabila seorang hamba terjerumus dalam dosa besar, jauh lebih parah dan
lebih mengenaskan daripada apabila dia terjerembab dalam dosa kecil.
Berkurangnya keimanan karena kejahatan membunuh tentu lebih besar daripada
akibat mengambil harta orang.

Sebagaimana iman akan lebih banyak berkurang dan lebih lemah karena
dua buah maksiat daripada akibat melakukan satu maksiat. Demikianlah seterusnya.
Oleh sebab itulah orang miskin yang sombong dan orang tua bangka yang berzina dosanya
lebih besar daripada dosa orang kaya yang sombong dan perbuatan zina seorang yang
masih muda. Hal itu sebagaimana dikisahkan di dalam hadits,

Ada tiga golongan orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan tidak
akan diperhatikan oleh-Nya pada hari kiamat´.Dan di antara mereka itu adalah orang
tua beruban yang berzina dan orang miskin yang sombong.

d) Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan fisik.

Sebab iman akan semakin banyak berkurang apabila ketaatan yang


ditinggalkan juga semakin besar. Apabila nilai suatu ketaatan semakin penting dan
semakin prinsip maka meninggalkannya pun akan mengakibatkan penyusutan dan
keruntuhan iman yang semakin besar dan mengerikan. Bahkan terkadang dengan
meninggalkannya bisa membuat pelakunya kehilangan iman secara total,
sebagaimana orang yang meninggalkan shalat sama sekali

Perlu diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi menjadi


dua. Pertama, ada yang menyebabkan hukuman atausiksa yaitu apabila yang
ditinggalkan adalah berupa kewajiban dan tidak ada alasan yang hak untuk
meninggalkannya. Kedua, sesuatu yang tidak akan mendatangkan hukuman dan
siksa karena meninggalkannya, seperti : meninggalkan kewajiban karena udzur
syar'i (berdasarkan ketentuan agama) atau hissi (berdasarkan sebab yang terindera),
atau tidak melakukan amal yang hukumnya mustahab/sunnah.Contoh untuk orang
yang meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i atau hissi adalah perempuan yang
tidak shalat karena haidh. Sedangkan contoh orang yang meninggalkan amal
mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan shalat Dhuha.

15
BAB III
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Permasalahan

Di kehidupan yang sangat modern ini perkembangan iptek sangat pesat tetapi walau
perkembangan iptek ini sudah maju, permasalahan hidup manusia bukan lebih sedikit atau
lebih mudah tapi malah menjadi lebih kompleks dan ragam permasalahannya pun
bertambah banyak. Terdapat beberapa contoh problem dalam kehidupan modern di antara:

 Perekonomian
 Putus asa
 Kegelisahan atau bimbang
 Kekecewaan

Permasalahan di kehidupan dapat dikategorikan menjadi 4 jenis factor, yaitu:

1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.

Faktor Ekonomi, faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah


sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana
dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan.
Inilah yang menimbulkan masalah keputusasaan

2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.

Faktor Budaya, Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat
ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang
berdampak negatif seperti narkoba

3. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll.

Faktor Psikologis, Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan


meresahkan masyarakat itu semua karena kegelisahan dan kebimbangannya di
jiwa mereka.

16
III.2 Pembahasan

III.2.1 Peran Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern

Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan
problema dan tantangan kehidupan modern tersebut. Peran Iman dan Takwa dalam
Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini


dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia:

1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan


Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu
kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak
menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup
menahan dan mencegahnya.

Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat


mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan,
menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat,
mengikis kepercayaan pada khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya.
Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-
7

2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut.


Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran,
karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya
bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal
hidup dan mati adalah firman Allah:

Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan


kamu kendatipun kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)

3. Iman menanamkan sikap selfhelp dalam kehidupan

17
Rezeki memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Banyak orang yang melepaskan pendirian bahkan tidak segan-segan
melepaskan prinsip,menjual kehormatan,bermuka dua,menjilat dan
memperbudak diri karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman
dalam hal ini adalah firman Allah:

Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-


lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab
yang nyata (lauhul mahfud) (Hud, 11:6)

4. Iman memberikan kententraman jiwa

Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh
keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai
keseimbangan , hatinya tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah),
seperti dijelaskan firman Allah:

…..(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi


tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah
hati menjadi tentram (Ar-Ra'd,13:28)

5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)\

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu


melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah:

Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki


maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahal yang lebih baik dari apa
yang mereka kerjakan. (An Nahl, 16:97)

18
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas,


tanpa pamrih , kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa
konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya
maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berfirman pada firman Allah:

Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan


matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'aam, 6:162)

7. Iman memberikan keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena
Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki.
Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam
hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,


dan merekalah orang-orang yang beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)

8. Iman mencegah penyakit

Ahlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi


biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Jika seseorang
jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral dan ahlak,
merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah
ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai
oleh kepanikan dan ketakutan.

Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan


persenyawaan kimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh
yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas.
Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan
terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia.
Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan
psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.

19
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Agama islam bukanlah hambatan untuk perkembangan iptek tapi justru


agama islam bisa lebih mengembangkan dan memperbaiki iptek itu. Dan dengan
adanya agama islam permasalahan-permasalahan yang muncul seiring dengan
perkembangan iptek ini dapat diatasi atau diselesaikan. Dengan cara tetap
menerapkan konsep iman dan taqwa tersebut dalam kehidupan kita, dengan begiu
kemajuan iptek tidak membuat kemerosotan moral pada diri manusia.

Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama dan modernitas,


maka diperlukan upaya untuk menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama
dan modernitas. Pemahaman orang terhadap agama akan melahirkan sikap
keimananan dan ketaqwaan (Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era modernisasi dan industrialisasi mutlak
diperlukan. Dengan demikian sesungguhnya yang diperlukan di era modern ini
tidak lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek sekaligus.

Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman Imtaq dan penguasaan


Iptek sekaligus adalah melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan
sebagai sebuah sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk manusia
yang seutuhnya. Yakni manusia yang tidak hanya menguasai Iptek melainkan juga
mampu memahami ajaran agama sekaligus mengimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

20
IV.2 Saran

Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa
terlepas dari iman dan taqwa. Karena dengan kita beriman dan bertaqwa, kita dapat
mencegah dan menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari segala
sesuatu yang tidak baik. Selain itu, kita juga dapat menentukan apakah modernisasi
tersebut dianggap sebagai suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak,
diperlukan atau sebaliknya perlu dihindari.

21
DAFTAR PUSTAKA

Tim dosen PAI UB (2010) Pendidikan Agama islam. Percetakan Citra Mentari : Malang

Ali, M. Daud (1998) Pendidikan Agama islam. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta

Supriadi (2009) Pengertian Akidah Serta Iman Kepada Qada dan Qadar,

recyclearea.wordpress.com; 16 September 2009

Anshori Mujahid (2011) Pengertian dan Rukun Iman, anshorimujahid.wordpress.com;

21 Februari 2011

Gusti Prabangasta (2010) Masalah-masalah Sosial Yang Terjadi Di Indonesia,

gustiprabangsa.blogspot.com; 24 September 2010

22

Anda mungkin juga menyukai