Anda di halaman 1dari 27

Minggu ini Abi sedang berada di

rumah. Najla dan Hanif mengajak Abi


untuk berlibur ke wisata Bukit Kelinci.
Letaknya tidak terlalu jauh dari rumah.
Sekitar 30 - 40 km atau lebih kurang satu
jam perjalanan. Mereka belum pernah
mengunjungi tempat itu dan hanya sekedar
mendengar cerita dari teman-temannya di
sekolah.
Wisata Bukit Kelinci termasuk
objek wisata yang baru dibangun. Sehingga
banyak wisatawan yang berlibur ke sana.
Najla dan Hanif juga tidak mau
ketinggalan. Mereka juga ingin mengisi
waktu liburan bermain di Bukit Kelinci.
“Bi...hari ini kita main ke mana, Bi?”
tanya Najla kepada Abi yang sedang
mengerjakan tugas kantor. Abi
menghentikan pekerjaan sejenak dan
mendengarkan permintaan Najla.

43
“Kakak maunya ke mana?” balas Abi
bertanya.
“Mmmmm, Kakak terserah Abi
aja...” jawabnya malu.
“Kok terserah Abi, yang mau
liburan kan Kakak ” jawab Abi. Najla belum
mau mengutarakan keinginannya sendiri.
Kemudian dia mengajak Hanif untuk
ngomong berdua kepada Abi.
“Dek, ke sinilah?” ajak Najla
kepada Hanif yang sedang asik bermain
sendiri di ruang tamu.
“Ada apa Kak?” tanya Hanif.
“Adek ke sini aja dulu” tegas Najla.
Hanif meninggalkan mainannya dan
menemui Najla. “Dek, tadi Abi tanya mau
pergi liburan ke mana? Kita minta ke Bukit
Kelinci aja yuk..?” Najla berbisik mengajak
Hanif supaya sepakat dengannya.

44
“Bukit Kelinci...Adek sukaaa...”
Hanif berteriak kegirangan sambil
melompat-lompat.
“Husyyy..diam dulu. Kita bilang ke
Abi sekarang yuk,” ajak Najla.
“Yuk Kak..” balas Hanif. Kemudian
mereka mendekati Abi yang sedang
mengetik di ruang keluarga. Abi terlihat
sibuk dengan pekerjaan kantor walaupun di
hari libur.
“ Bi...” dengan suara pelan mereka
menyapa Abi.
“Ya Nak...” balas Abi sambil
menoleh.
“Kakak dan Adek pengen liburan ke
Bukit Kelinci Bi...” pinta Najla dan Hanif.
“Oiya,,,dari mana Kakak dan Adek
tau tentang Bukit Kelinci?” tanya Abi.
“Dari teman Kakak di sekolah.
Katanya di situ banyak sekali kelincinya.

45
Dan kita bisa bermain dan mengejar
kelinci. Digendong juga boleh. Kata teman
Kakak, kelincinya berkelirian aja..Kakak
sudah ngak sabar mau ke sana Bi..?” harap
Najla.
“Kalau Adek sudah tau tentang
Bukit Kelinci?” Abi bertanya kepada Hanif.
“Belum, barusan aja Kakak yang
ngasih tau. Tapi Adek juga jadi penasaran
pengen liat langsung Bi...” jelas Hanif.
“Wokeh...kita ke sana,” sambut Abi
sambil mengacungkan jempol. Abi ingin
melihat mereka bahagia dan menyempatkan
waktu bisa bermain bersama.
“Alhamdulillah...” ucap mereka
sambil mengusapkan kedua tangannya ke
wajah. Mereka melompat-lompat
kegirangan dengan meneriakan ”Bukit
Kelinci...Bukit Kelinci...kita ke Bukit
Kelinci...Asyiik..”

46
“Yuk Dek, mandi dan tukar
baju...Adek biasanya agak lama berkemas-
kemas,” kata Najla.
“Iya..iya,...Kakak juga lah jangan
suruh Adek aja,” balas Hanif cemberut.
“ Iya...Kakak juga, kalau cepat
berangkat kita bisa main lebih lama di sana.
Let’s go...siap-siap...” Mereka mengambil
handuk dan mandi di kamar mandi masing-
masing.
“Selesai...segar...” kata Najla.
“Jangan lupa shalat Dhuha dulu ya
Nak..,” pesan Ummi kepada anak-anaknya.
“Ya Mi...” sahut Najla dan Hanif.
Mereka segera bersiap-siap,
termasuk menyiapkan bekal untuk di sana.
Hanif tidak lupa membawa topi agar
kepalanya terlindungi dari panas. Selain itu,
Najla sudah mengisi botol minum untuk
dibawa agar tidak kehausan.

47
“Bi..boleh Adek bawa mainan yoyo?”
Hanif memelas kepada Abi agar dibolehkan
membawanya.
“Boleh..asalkan Adek bisa
menjaganya”, jawab Abi
“Oke siap Bos..” canda Hanif sambil
hormat kepada Abi. Hanif mengambil
yoyonya dan menyimpan di saku celana.

“Perjalanan menuju Bukit Kelinci


sangat menyenangkan. Najla dan Hanif
asyik bercerita tentang rencana mereka
selama di sana. Hanif yang biasanya pusing
ketika naik mobil, saat itu enjoy dan
menikmati perjalanan.
“Dek...lihat..itu Bukit Kelincinya,”
teriak Najla menunjukkan tempat wisata
Bukit Kelinci yang semakin dekat.
“ Iya Kak..kita dah sampai,” sahut
Hanif dengan riang.

48
Setelah mobil berhenti di tempat
parkir, Najla dan Hanif segera turun. “Ayo
cepat Kak,” kata Hanif mendesak Najla.
“Iya sabar, tunggu dulu,” balas
Najla.
“Hati-hati turunnya ya..,” pesan Abi
agar mereka tidak terburu-buru.
“Ya Bi...,”jawab mereka.
Setelah membeli tiket dan menaiki
tangga demi tangga, akhirnya Najla dan
Hanif sampai di atas bukit. Mereka melihat
banyak kelinci yang berkeliaran. Najla ingin
segera menggendong kelinci-kelinci itu.
“Ayo Dek..kita ke sana..Kakak mau
gendong kelinci putih itu.” Ajak Najla
kepada Hanif dengan menarik tangan
Hanif. Seketika itu, Hanif menarik kembali
tangannya. Hanif belum berani memegang
apalagi mengendong kelinci.

49
“Kakak aja..Adek takut,” jawab
Hanif.
“Ya udah,” balas Najla berlari
menangkap kelinci.
“Bi..ke sana yuk Bi..” Hanif menarik
tangan Abi ke arah orang yang menjual
makanan kelinci. “Adek mau ngasih makan
kelinci Bi?” pinta Hanif. Abi hanya
tersenyum dan menuju tempat penjualan
makanan kelinci itu.
“Sekotak wortelnya hanya lima ribu
Pak,” sapa si penjual makanan kelinci itu.
“Beli dua ya Bi? Boleh ya Bi? untuk Adek
satu dan untuk Kakak satu?” pinta Hanif
sambil memelas dan menggoyang-goyangkan
tangan Abi.
Kemudian Abi membeli dua kotak
wortel itu dan memberikan kepada Hanif.
Hanif berlari memanggil kakaknya.

50
“Kakaaaak... ini makanan
kelincinya.” Hanif memberikan satu kotak
wortel kepada Najla yang sudah diiris kecil
oleh si penjual.
“Makasih ya Dek...” Najla tidak lupa
berterima kasih kepada Hanif yang selalu
melebihkan sesuatu untuknya.
Ketika Hanif memberanikan diri
memberi makan kelinci, Abi tidak lupa
mengambil fotonya.
“Ayo kasih lagi Dek, “ ajak Abi
sambil mengambil gambar. Namun, Hanif
masih khawatir kalau tangannya di gigit
kelinci.
“Abi mau ngasih juga?” tanya Hanif
dengan menyodorkan wortelnya kepada
Abi.
“Boleh” jawab Abi mantap.
Abi mengajarkan Hanif cara
memberi makan kelinci supaya Hanif berani

51
dan tidak takut lagi. Melihat kelincinya
berebut makanan, Hanif teringat
memanggil kakaknya.
“Kakak..sini Kak..,”ajak Hanif sambil
melambaikan tangan. Najla berlari
menghampiri Hanif dan Abi.
“Kelinci ini sepertinya kelaparan.
Ayo kasih wortel Kakak untuk mereka,”
pinta Hanif.
“Iya..ini nci...silahkan dimakan,”
kata Najla sambil menyodorkan wortel ke
mulut kelinci. “Kamu lapar ya?” tanya Najla
kepada kelinci.
Akhirnya semua wortel habis
dimakan kelinci. Kemudian karena cuaca
sudah mulai panas, Abi mengajak anak-anak
untuk pulang dan shalat Dzuhur di Mushalla
dekat rumah.
“Sudah mainnya ya..., kita pulang
lagi...,” pinta Abi.

52
“Belum Bi...,” jawab Najla karena
belum puas bermain dan ingin berlama-lama
di sana.
“Kakak...Adek... lain kali Insya Allah
kita ke sini lagi,” jelas Abi membujuk
mereka. Karena sudah terasa capek dan
panas, mereka mengikuti nasehat Abi dan
turun menuju mobil.
Dalam perjalanan pulang, Najla dan
Hanif masih bercerita tentang kelinci yang
mereka lihat tadi.
“Dek, moga lain kali kita ke Bukit
Kelinci lagi ya, harap Najla yang duduk di
sebelah Hanif. Sebenarnya Kakak ngak
sabar mau main sama kelinci lagi,” ungkap
Najla.
“Bi...boleh Kakak pelihara kelinci?”
tiba-tiba Najla memelas. Kakak suka sekali
sama kelinci, bulunya lembut dan lucu.
Kakak janji akan merawatnya Bi. Tapi

53
Kakak ngak bisa bikin kandangnya. Abi aja
yang bikinin ya?” bujuk Najla.
“Gimana nanti makanannya?” Bisa
Kakak mencari makanan kelinci?” Abi balik
bertanya.
“Insya Allah bisa Bi, jawab Najla
yakin.
“Emangnya makanan kelinci apa aja
selain wortel Bi?” Najla baru terpikir jenis
makanan kelinci lainnya.
“Makanannya bisa rumput, namun
tidak semua jenis rumput. Karena kalau
sembarangan, kelincinya bisa sakit.” Jelas
Abi sambil mencari di google tentang
makanan kelinci.
“Trus, apa nama rumputnya Bi?
tanya Najla belum puas. Abi sedang cari
tau di internet ya..? nanti kasih tau Kakak
ya Bi..he.. he..he...,” balas Najla tersenyum.

54
“Dengarkan ya Kak, namanya
rumput sintrong, rumput legetan, rumput
bandotan, rumput gulma tegalan dan jenis
lainnya,” jelas Abi sambil melihatkan
kepada Najla gambar rumput dari di HP
Abi.
“Ya Bi,” nanti Kakak mau mencari
rumputnya. Sepertinya rumput itu ada di
kebun nenek dekat rumah. “Jadi kapan
kita beli kelincinya, Bi? desak Najla.
“Sabar dong Nak..Abi pikir-pikir
dulu. Kita ngak boleh tergesa-gesa
mengambil keputusan. Dan Kakak juga
harus tau dulu ilmu ternak kelinci,” jelas
Abi.
“Ya Bi..” jawabnya pelan sambil
melirik Hanif.
Beberapa saat suasana di mobil
menjadi sunyi. Najla dan Hanif terdiam.
Mereka masih berharap segera dibelikan

55
kelinci. Ketika melihat keluar jendela
mobil, Hanif melihat toko yang menjual
kandang kelinci.
“Kak, liat..disana ada di jual
kandang kelinci.., Hanif menunjuk ke arah
toko yang menjual kandang kelinci. Mobil
terus melaju, Najla menoleh ke belakang
kurang antusias.
“Kelincinya aja belum ada, untuk
apa kandangnya?” jawab Najla ketus.
“Iya...Adek tau. Adek cuma beri
tau kalau di sana ada yang jual kandang
kelinci. Mana tau Abi belikan besok
kelincinya. Kan bisa langsung beli
kandangnya di sana,” timpa Hanif.
“Kita do’akan aja, Abi belikan
besok.” Kata Najla berbisik kepada Hanif.

Keesokan harinya, Najla dan Hanif


diantar Abi ke sekolah. Seperti biasa

56
ketika sampai di sekolah Abi berpesan,
“belajar sungguh-sungguh ya Nak..Jadi
anak yang baik ya...,” Mereka bersalaman
dan memeluk Abi.
“Ya Bi...,” jawabnya serentak.
Dalam perjalanan pulang, Abi masih
terpikir keinginan Najla untuk memelihara
kelinci. Abi memutar arah, dan mencari
informasi tempat penjualan kelinci. Setelah
lama mencari, Abi menemukan orang yang
menjual kelinci. Lama negosiasi harga, Abi
pun membeli sepasang kelinci, jantan dan
betina.
Sementara kandang kelinci sedang di
buat oleh Om Ray, kelinci tadi di masukkan
dalam kurungan ayam. Abi juga memesan
beberapa bilah bambu sesuai ukuran yang
dibutuhkan ke rumah Pak Yanto yang
lokasinya tidak jauh dari rumah.

57
Selesai membuat kerangka kandang,
Abi datang membawa beberapa bilah
bambu yang sudah di raut dan siap untuk di
pasang. Abi dan Om Ray sibuk
menyelesaikan kandang kelinci sebelum
Najla dan Hanif pulang. Tepat pukul 12.30
WIB adzan Dzuhur berkumandang.
Pekerjaan dihentikan. Abi dan Om Ray
beristirahat dan mendirikan shalat Dzuhur
dilanjutkan dengan makan siang.
Abi membeli kekurangan alat dan
bahan ke toko bangunan terdekat.
Sementara itu, Om Ray tetap melanjutkan
apa yang bisa dikerjakan. Jam sudah
menunjukkan pukul 14.50 WIB, saatnya Abi
berangkat menjemput Najla dan Hanif ke
sekolah. Kandang kelincipun hampir selesai.
Tinggal memasang pintu masuk kandang
kelinci bagian bawah.

58
“Jemput anak-anak dulu ya Om,” sapa
Abi meninggalkan Om Ray yang sedang
bekerja.
“Yop,” balas Om Ray.
Abi memacu sepeda motor menuju
sekolah Najla karena khawatir mereka
menunggu terlalu lama. Sampai di sekolah
ternyata mereka sedang asik bermain.
“Kakak...Adek...Ayo pulang,” Abi
memberi kode dari jarak kejauhan.
Selama perjalanan pulang, Abi
menanyakan kegiatan anak-anak di sekolah,
dengan siapa berteman, belajar apa aja,
bekal yang dibawa habis apa tidak. Mereka
menjawab apa adanya. Dan tak terasa
sudah sampai di rumah.
Mata Najla tertuju pada kandang
kelinci yang dibikin Abi. Dia belum tau dan
terheran, kandang apa yang ada disamping
pintu masuk itu. Dengan mengajak Hanif,

59
mereka mendekati kandang itu tanpa
bertanya kepada Abi yang sedang
memarkirkan motor.
Terdengar suara teriakan. “Ada
kelinci Deeek...,” teriak Najla kegirangan
sambil melompat-lompat. Hanif masih
belum bisa melihat karena tinggi.
“Mana nih Kak.., Adek kok ngak liat
ada kelinci di dalamnya.” Sambil mengintip
di sela-sela bambu.
“Itu lho Dek, di pojok kanan,” jawab
Najla.
Najla kemudian menggendong Hanif.
Akhirnya Hanif bisa melihatnya.
“Iya Kak...ada dua ekor besar-
besar,Alhamdulillah...” sahut Hanif
gembira. Kemudian mereka berlari ke arah
Abi.

60
“Abiiiii...., kenapa Abi gak bilang-
bilang,” kata Najla sambil menarik-narik
baju Abi.
Abi hanya tersenyum dan tertawa
kecil.
“Katanya Kakak dan Adek mau
pelihara kelinci, dan janji mau ngasih
makannya, khan?” jelas Abi.
“Iya Bi..” jawab Najla.
“Makasih ya Bi, sudah belikan Kakak
dan Adek kelinci,” sambung Najla.
“Ya Nak...tapi janji ya..dipelihara,
diberi makan, dibersihkan kandangnya,
diganti air minumnya,” jelas Abi.
“Insya Allah Bi..,” jawab Najla.
“Abi sudah belikan pelet kelinci, nanti
Kakak tambah dengan rumput atau wortel,
supaya kelincinya sehat,” jelas Abi.
“Langsung di kasih semua Bi?” tanya
Najla penasaran.

61
“Ngasihnya ya bergantian, hari ini
wortel, besok rumput, lusa pelet,” jelas
Abi.
“Ooo, gitu ya Bi,” sahut Najla sambil
mengangguk-angguk.
“Trus, untuk sekarang di kasih apa
Bi? Rumputnya belum ada,” tanya Najla.
“Ya udah, Kakak cari rumputnya di
kebun nenek,” jawab Abi menguji kegigihan
anaknya beternak kelinci.
“Tapii, kakak takut sendiri, Abi
temani Kakak ya?” bujuk Najla sambil
menarik tangan Abi ke kebun nenek.
Najla, Abi dan Hanif mencari dan
mengumpulkan rumput untuk makanan
kelinci di kebun nenek. Hanif semangat
mencabutnya.
”Ini kak..rumputnya?” teriak Hanif
dari kejauhan.

62
“Sini masukkan ke karung dek,” sahut
Najla sambil memotong rumput.
“Banyak sekali nyamuknya Bi?” Kakak
sudah banyak digigitnya,” keluh Najla
sambil menggaruk-garuk tangan dan
kakinya.
“Ngak boleh mengeluh Nak..memang
begini tantangan kalau kita bekerja. Ada
senang ada susah. Senangnya, kita bisa
bermain dengan kelinci, yang susahnya
mencari makanannya,” nasehat Abi.
“Iya Bi..” Najla melanjutkan mencari
rumput untuk kelincinya.
“Sudah penuh karungnya Bi,” kata
Najla terengah-engah mengangkat karung
berisi rumput ke dekat Abi. Najla
memanggil Hanif yang masih asyik mencari
rumput.
“Sudah penuh Dek, pulang lagi..,”
panggil Najla.

63
“Ya Kak,” sahut Hanif berlari ke arah
Najla.
Mereka pulang membawa sekarung
rumput untuk pakan kelinci beberapa hari.
“Tahan berapa hari ini Bi? tanya
Najla sambil mengangkat karung berdua
dengan Abi ke kandang kelinci.
“Besok sore mungkin sudah habis
Nak..” atau sudah layu,” jelas Abi.
“Trus besok kita cari lagi?” sambung
Najla.
“Iya lah Nak,” jawab Abi.
“Haaa...” dengan mata melotot. Cari
rumput lagi?” tanya Najla. Trus nanti
digigit nyamuk lagi dong Bi? Ya
Allah...banyak sekali pengorbanan
memelihara kelinci ini,” ucap Najla sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
“Jadi gimana, di jual lagi kelincinya?”
tanya Abi tantang Najla.

64
“Gak Bi...gak Bi...,” balas mereka
berdua.
“Kakak dan Adek janji akan cari
makanan kelinci pulang sekolah setiap hari
Bi, ya khan Dek? “ janji Najla dengan gaya
khasnya sambil nyolek Hanif.
“Yaa..” jawab Hanif pelan dan ragu-
ragu.

Keesokan harinya, Abi berangkat


kerja ke luar kota. Abi meninggalkan pesan
agar kelincinya di rawat. Abi juga bilang
kalau 21 hari lagi kelincinya akan
melahirkan anaknya.
“Kakak jaga anaknya ya..,” pesan Abi.
“Insya Allah Bi,” jawab Najla.
Hari terus berlalu, tanpa terasa dua
hari lagi tepat 21 hari. Najla dan Hanif
tidak sabar menunggu kelincinya
melahirkan.

65
“Mi, dua hari lagi kelincinya akan
beranak Mi.” Apa perlu kita persiapkan Mi?
“ tanya Najla tidak sabar.
“Apa yaa,..?” Jawab Ummi sambil
mikir.
“Mungkin kandangnya perlu
dibersihkan dulu Kak,”jelas Ummi.
“ Oke, Mi, sekarang aja Kakak
bersihkan”, jawabnya semangat.
“Ayo Dek...bantu Kakak bersihkan
kandang kelinci,” ajak Najla.
Najla membungkus tangannya dengan
kantong plastik dan mengeluarkan kotoran
serta rumput sisa-sisa makanan kelinci.
Sampailah pada hari yang
ditunggu..sudah sore..namun kelinci belum
juga beranak. Najla merungut tidak sabar.
“Mi, kata Abi kelincinya melahirkan
hari ini? Rupanya belum juga. Kok gitu Mi?”
tanya Najla

66
“Sabar ya Nak..bisa jadi perkiraan
kita salah karena yang tau kapan kelinci itu
melahirkan hanya Allah. Kita hanya
memperkirakan sesuai ilmu manusia”, jelas
Ummi.
“Ooo..iya lah Mi,” kakak tunggu aja.

Selesai shalat Shubuh Najla teringat


dengan kelincinya.
“Mi..Kakak mau liat kelinci, boleh Mi?”
tanya Najla.
“Masih pagi sekali Nak...nanti
kelincinya kedinginan. Sebentar lagi ya..,”
jawab Ummi.
Ketika Najla selesai berkemas-kemas
mau berangkat sekolah. Dia masih
menyempatkan melihat kandang kelinci.
Ternyata...

67
“Mi... ayo ke sini Mi...Adek..sini
Dek...Kelincinya sudah melahirkan,” teriak
Najla.
“Alhamdulillah ya Kak, ucap Hanif
ketika melihat anaknya yang imut-imut.
Mereka sangat bahagia ketika keinginan
memelihara kelinci terkabul dan akhirnya
kelinci itu berkembang.

68

Anda mungkin juga menyukai