Anda di halaman 1dari 12

2.2.

LANDASAN TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS REMAJA

2.2.1 Definisi

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak – kanak ke dewasa .batasan usia
remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun, jika pada usia remaja
seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya,
jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka
tetap dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

Remaja merupakan tahapan seseorang di masa ia berada di anatara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi. Untuk
mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu memang berubah sesuai perkembangan zaman.
Ditinjau dari segi pubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri mendapatkan jaid pertama
semakin berkurang dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun, demikian pula remaja pria. Kebanyakan
orang menggolongkan remaja dari usia 12 – 24 tahun dan beberapa literatur yang menyebutkan
15 – 24 tahun. Hal yang terpenting adalah seseorang mengalami perubahan pesat dalam
hidupnya di berbagai aspek.

2.2.2. Kesehatan Reproduksi Remaja

Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut:

1. Konseling dan informasi keluarga berencana (KB)


2. Pelayanan kehamilan dan persalinan, termasuk pelayanan aborsi yang aman serta
pelayanan bayi baru lahir dan neonatal
3. Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual (PMS),
termasuk pencegahan kemandulan
4. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
5. Konseling, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai kesehatan reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Remaja perlu mengetahui kesehatan
reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta sebagai
faktor yang ada di sekitarnya. Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar
mereka mempunyi kesehatan reproduksi yang baik adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan mengenai sistem, proses. Dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja)
2. Perlunya remaja mendewasakan usia menikah serta bagaimana merencanakan
kehamilan agar sesuai dengan keinginan dirinya dan pasangan
3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi agar
reproduksi
4. Bahaya narkotika dan obat – obatan terlarang (narkoba juga minuman keras (miras)
pada kesehatan reproduksi.
5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
7. Kemampuan berkomunikasi termasuk kepercayaan diri agar mampu menangkal hal –
hal yang bersifat negatif
8. Hak hak reproduksi

Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab
bersama antara pihak pria maupun wanita. Oleh karena itu, baik pihak pria maupun wanita
harus tahu dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan reproduksi.

2.2.3 Kesehatan Reproduksi dan Kependudukan

Persoalan yang banyak dihadapi para remaja adalah persoalan kesehatan reproduksi. Kesehatan
reproduksi sendiri dapat diartikan sebagai suatu kondisi sehat yang bukan saja bebas dari
penyakit atau kecatatan, namun sehat baik secara mental maupun sosial yang berkaitan dengan
sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Angka kejadian remaja melakukan hubungan seksual
sebelum menikah, kehamilan yang tidak diharapkan, angka pengguna narkoba, angka pengidap
PMS/HIV-AIDS, serta kasus – kasus aborsi di kalangan remaja menunjukkan gejala yang
cukup mengkhawatirkan. Berikut ini merupakan penyebab terjadinya hal – hal tersebut.

a. Berdasarkan hasil survei dasar yang dilakukan oleh BKKBN provinsi jawab barat
menunjukkan bahwa 83% remaja tidak tahu tetang konsep kesehatan reproduksi yang
benar, 61,8% tidak tahu persoalan di sekitar masa subur dan masalah haid, 40,6 % tidak
tahu resiko kehamilan remaja dan 42,4% tidak tahu tentang risiko PMS.
b. Remaja tidak memperoleh infrmasi yang cukup dan benar tentang kesehatan
reproduksi. Penelaahan terhadap 35 penelitian yang dilakukan di negara maju dan
berkembang menyimpulkan, pendidikan seksual berbasis sekolah tidak menyebabkan
terjadinya hubungan seksual lebih dini, jugatidak menyebabkan bertambahnya kegiatan
seksual remaja. Sebaliknya justru berdampak pada penundaan kegiatan seksual dini
(PATH UNFPA, 2000)
c. Remaja belum menyentuh pelayanan kesehatan reprodukai (informasi, konseling,
playanan medis) karena terhambat oleh beberapa faktor seperti belum tersedianya
pelayanan, kondisi geografis, ekonomis, dan psikologis, petugas yang tidak akrab
dengan remaja, dan kurangnya informasi temapt pelayanan. Hasil survei menunujukkan
bahwa 97, 2 % remaja menyatakan butuh pusat konsultah kesehatan remaja dan 65,3%
mereka mengharapkan pusat konsultasi berada juga di desa.

2.2.4 Hak Remaja atas Kesehatan Reproduksi

Di indonesia, kelompok yang rentan terhadap pengabaian hak – hak kesehatan reproduksi
adalah remaja. Mereka adalah korban diam yang sering dihakimi secara tidak adil. Padahal usia
remaja adalah usia dimana organ reproduksi rentan terhadap infeksi saluran reproduksi,
kehamilan, dan penggunaan obat – obatan. Jika menghitung kualitas penduduk remaja,
jumlahnya tidak dapat diremehkan. Berdasarkan data profil kesehatan indonesia pada tahun
2000, jumlah dan persentase penduduk indonesia golongan usia 10 – 24 tahun (definisi WHO
untuk young people) adalah 64 juta atau sekitar 31% dari total seluruh populasi, sedangkan
khusus untuk remaja usia 10 – 19 tahun (WHO, 2007), berjumlah 44 juta atau 21%.

Aset yang potensial ini bukanlah prioritas indikator kesehatan yang penting bagi pemerintah
karena tidak satupun program pemerintah yang memiliki daya penegakan terukur dalam
mencapai target kuantitas kesehatan reproduksi remaja. Yayasan lembaga konsumen indonesia
(YLKI) bekerja sama dengan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melakukan penelitian persepsi
seksualbebas dan kesehatan reproduksi remaja SMU se – DKI jakarta pada bulan maret sampai
mei 2002. Pemilihan sekolah dilakukan secara purposive random, berdasarkan lima wilayah
DKI Jakarta. Penelitian ini melibatkan 500 responden dengan usia responden 15 – 19 tahun,
terdiri atas 59% pria dan 41% wanita. Karakteristik responden terbesar adalah usia 17 tahun
(36%), kelas 3 (50,6%), berasal dari SMU swasta (65%) dan uang jajan lebih dari Rp 150.000
per bulan sebesar 62%.

Dari hasil penelitian ini juga terungkap bahwa perilaku seksual responden yang pernah
melakukan hubungan seksual sebesar 4,2% dengan wilayah terbesar di Jakarta Timur, yaitu
sebesar 7%. Angka yang cukup kecil ini terjadi karena 50% dari siswa SMU swasta yang
menjadi responden adalah SMU yang bercorak agama. Selain itu, ketika YLKI melakukan
kampanye ke sekolah mengenai kesehatan reproduksi dengan memanfaatkan masa orientasi
sekolah (MOS) nurid baru SMU pada bulan Juli 2002, terdapat lima peserta MOS yang pernah
mengalami hamil di luar nikah dan empat peserta yang telah pernah menggugurkan
kandungannya (aborsi), tanpa sepengetahuan sekolah.

Komitmen yang dibuat pemerintah pada international conference on population and


development (ICPD) di kairo (1994) antara lain pemenuhan remaja terhadap kekerasan,
hubungan seksual yang aman, pelayanan KB, kesehatan reproduksi, PMS, prevensi HIV/AIDS,
serta program prevensi dan perawatan pelecehan seksual remaja. Tetapi sayang, pemenuhan
komitmen ini tidak berjalan sistematis dan menyeluruh, mengingat belum ada kebijakan yang
memiliki daya penegakan hukum dan pelaksanaan yang terukur untuk mengintegrasikan hak
remaja dalam memperoleh informasi, konseling, dan pelyanan kesehatan reproduksi.

Selain itu, komitmen ini seharusnya tidak hanya melibatkan departemen kesehatan, tetapi juga
departemen pendidikan nasional (Depdiknas). Pelibatan Depdiknas mempunyai arti penting
karena dengan masuknya pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum
sekolah maka remaja mendapat akses yang terprogram secara bertahap dan dapat
dipertanggungjawabkan. Begitu juga dengan masuknya metode pendidikan seksual dan
kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum pendidikan guru, akan mempunyai arti yang sangat
penting untuk mendapatkan guru yang benar – benar bisa memahami dam menyampaikan
informasi seksual dan kesehatan reproduksi kepada remaja.

2.2.5 Perkembangan Seksual Remaja

Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak – kanak dengan dewasa. Istilah
ini menunjuk pada masa awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya dimulai dari
usia 14 tahun pada pria dan 12 tahu pada wanita.

1. Aktifitas kelenjar pituitari pada masa ini berakibat dalam sekresi hormon yang
meningkat dengan efek fisiologis yang tersebar luas. Hormon pertumbumbuhan
memproduksi dorongan pertumbuhan yang cepat, yang membawa tubuh mendekati
tinggi dan berat dewasanya dalam rentang waktu sekitar dua tahun. Dorongan
pertumbuhan terjadi lebih awal pada wanita daripada pria, juga menandakan bahwa
wanita lebih dahul matang secara seksual daripada pria. Datangnya menstruasi dan
mimpi basah pertama tidak sama pada setiap orang. Banyak faktor yang menyebabkan
perbedaan tersebut salah satunya karena gizi.
2. Saat ini, usia mendapat mendapat menstruasi pertama (menarche) pada wanita adalah
8 atau 9 tahun. Namun pada umumnya sekitar 12tahun. Menstruasi terjadinya karena
sel telur yang memproduksi ovarium tidak dibuahi oleh sel sperma dalam uterus. Sel
telur tersebut menempel pada dinding uterus dan membentuk lapisan yang banyak
mengandung pembuluh darah, kemudian menipis dan luruh keluar melalui mulut uterus
dan vagina dalam bentuk darah, yang biasanya terjadi antara 3 sampai 7 hari. Jarak
antara satu siklus haid dengan siklus haid dengan siklus berikutnya tidak sama pada
setiap wanita, adakalanya 21 hari atau bisa juga 35 hari
3. Pria memproduksi sperma setiap harinya. Sperma tidak harus selalu dikeluarkan,
sperma yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh atau dikeluarkan
melalui keringat, urine, dan feses. Sperma bisa keluarkan melalui proses yang disebut
ejakulasi. Yaitu keluarnya sperma melalui penis. Ejakulasi bisa terjadi secara alami dan
tidak disadari oleh remaja pria melalui mimpi basah
4. Hormon utama yang mengatur perubahan – perubahan ini adalah androgen (pada pria)
dan estrogen (pada wanita). Hormon – hormon tersebut juga mempengaruhi pertubuhan
seksual sekunder seperti rambut pada wajah, tubuh, dan kelamin; suara yang mendalam
(pada pria) serta pembesaran payudara dan pinggul (pada wanita)
5. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung jawab atas munculnya
dorongan seksual. Aktifitas seksual telah meningkat di antara remaja ; studi akhir
menunjukan bahwa pada hampir 50 % remaja di bawah usia 15 tahun dan 75% remaja
di bawah usia 19 tahun telah melakukan hubungan seksual. Terlepas dari keterlibatan
mereka dalam aktifitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada atau tidak tahu
tetang metode Keluaga Berencana atau gejala penyakit menular seksual (PMS).
Akibatanya, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit menular seksual kian
meningkat.
6. Perubahan fisik dapat berhubungan dengan penyesuaian psikolohis. Beberapa studi
mengajurkan bahwa individu yang menjadi dewasa di usia dini lebih baik dalam
menyesuaikan diri daripada rekan – rekan mereka yang menjadi dewasa lebih lambat.
Tidak ada perubahan drastis intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk
mengerti masalah – masalah kompleks berkembang secara bertahap.

Contoh : Jean Piaget, seorang psikolog Prancis, menentukan bahwa masa


remaja adalah awal tahap berpikir operasional, yang mungkin dapat dicirikan
sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Piaget
beranggapan bahwa tahap ini terjadi pada semua orang tanpa memandang
pendidikan dan pengalaman mereka terdahulu. Namun, bukti riset tidak
mendukung hipotesis ini. Bukti tersebut menunjukan bahwa kemampuan
remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses
belajar dan pendidikan yang terkumpul.

.2.2.6 Remaja dan Perilaku Seksual

Perilaku seksual adalah, perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual. Bentuk
perilaku seksual bermacam – macam mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, bercumbu,
bercumbu berat (petting), sampai berhubungann seskual.

1. Perilaku seksual aman adalah :


Adalah perilaku seksual tanpa mengakibatkan pertukaran cairan vagina dengan cairan
sperma, misalnya : bergandengan tangan, berpelukan, dan berciuman. Sementara
hubungan seksual tanpa menggunakan kondm bukan merupakan perilaku seksual
aman dari kehamilan dan PMS. Jika benar – benar ingin aman, tetaplah tidak aktif
seksual tetapi jika sudadh aktif, setialah dengan satu pasangan saja, atau gunakan
kondom dengan mutu yang baik dan benar agar dapat mengurangi resiko terkena PMS,
HIV/ AIDS dan kehamilan.
2. Masturbasi adalah :
Menyentuh, menggosok, dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga
menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik
tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan
pada bagian tubuh yang sensitif, namun tidak sama masing – masing orang seperti
puting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (bagi wanita terletak pada klitoris
dan sekitar vagina sedangkan bagi pria terletak pada sekitar kepala dan leher penis).
Misalnya melakukan masturbasi dengan meraba penis (pada pria) dan menyentuh
klitoris (pada wanita) sehinga dapat menimbulkan perasaan menyenangkan atau timbul
ejakulasi (pada pria). Secara medis, masturbasi tisak akan mengganggu kesehatan.
Orang yang melakukan tidak akan mengalami mengalami kerusakan pada otak atau
bagian tubuh lainnya. Masturbasi juga tidak menimbulkan resiko fisik seperti mandul,
impotensi, dan cacat asal dilakukan secara aman, steril serta tidak menimbulkan luka
dan infeksi. Resiko fisik biasanya kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat
psikologis seperti; rasa bersalah, berdosa dan rendah diri karena melakukan hal – hal
yang tidak disetujui oleh agama dan nilai – nilai budaya sehingga jika sering dilakukan
akan menyebabkan terganggunya konsentrasi pada remaja tertentu.
3. Onani adalah :
Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Nmaun ada yang bependapat bahwa
onani hanya diperuntukan bagi pria, sedangkan istilah masturbasi dapat berlaku pada
anita maupun pria. Istilah onani diambil dari seseorang bernama Onan yang sejak kecil
sering merasa kesepian. Untuk mengatsai rasa kesiapanya, ia mencari hiburan dengan
membayangkan hal – hal erotis sambil mengelsporasi bagian – bagian tubuh yang
sensitif sehingga mendapat suatu kenikmatan. Nama Onan ini berkembang menjadi
onani. Istilah onani lainnya yang dipakai dengan arti sama yaitu swalayan, ngocok,
automanipulatif, dan sebagainya.
4. Bercumbu berat ( petting) :
Melakukan hubungans eksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan
penetrasi penis ke dalam vagina, jadi sebatas di gesekan saja ke alat kelamin wanita.
Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seksual.
Walaupun tanpa melepaskan pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan
tidak diinginkan karena sperma tetap bisa masuk ke dalam uterus. Hal ini disebabkan
karena wanita yang sedang terangsang akan mengeluarkan cairan yang mempermudah
masuknya sperma ke dalam uterus. Sperma memiliki kekuatan untuk berenang masuk
ke dalam uterus jika tertumpah pada celana dalam yang dikenakan wanita, apalagi jika
langsung mengenani bibir kemaluan.

2.2.7 Remaja dan Penyakit Menular :

Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada
orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang bersiko tinggi terkena PMS bila melakukan
hubungan seksual dengan berganti – ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.
Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi,
seperti terjadi kemandulan, kebutaan pada bayi baru lahir, serta kematian. Karena bentuk dan
letak alat kelamin pria berada di luar tubuh, gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat dan di
rasakan. Sedangkan, pada wanita yang alat kelaminya berada di dalam tubuh, PMS seringkali
muncul tanpa gejala sehingga tidak disadari.

1. Gejala – gejala PMS pada pria adalah sebagai berikut :


a. Terdapat bintil – bintil berisi cairan pada alat kelamin (penis)
b. Adanya lecet atau borok pada penis
c. Adanya luka tetapi tidak sakit pada penis
d. Keras dan berwarna merah pada penis
e. Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam pada penis
f. Rasa gatal yang hebat sepanjang penis
g. Rasa sakit yang hebat pada saat buang air kecil
h. Pada urine terdapat nanah atau darah yang berbau busuk
i. Bengkak, panas, dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi
borok
2. Gejala – gejala PMS pada wanita adalah sebagai berikut :
a. Rasa sakit atau nyeri pada saat buang air kecil atau berhubungan seksual
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah
c. Pengeluaran lendir pada alat kelamin (vagina)
d. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal serta rasa gatal dan kemerahan pada
alat kelamindan sekitarnya
e. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal
f. Timbul bercak – bercak darah setelah berhubungan seksual
g. Terdapat bintil – bintil berisi cairan di sekitar alat kelamin
h. Terdapat lecet atau borok pada alat kelamin
3. Cara mencegah penularan PMS adalah :
a. Tidak melakukan hubungan seksual (bagi remaja yangbelum menikah),
b. Setia pada pasangan (bagi pasangan yang sudah menikah),
c. Hindari hubungan seksual yang tidak aman dan beresiko,
d. Selalu menggunakan kondom dan menjaga kebersihan alat kelamin.
4. Penggolongan penyakit PMS :
a. Gonorhea (GO)
b. Raja singa (sifilis)
c. Herpes kelamin
d. Klamidia
e. Trikomoniasis
f. Kandidiasis Vagina, dan
g. Kutil kelamin
h. HIV / AIDS yang tidak dapat diobati secara tuntas.

Jika sudah terkena PMS, satu satunya cara adalah berobat ke dokter atau tenaga
kesehatan, jangan mengobati diri sendiri, pasangan juga harus diobati agar tidak saling
menularkan kembali. Perlu diketahui bahwa PMS tidak dapat dicegah hanya dengan
memilih pasangan yang kelihatanya bersih penampilanya, mencuci alat kelamin setelah
berhubungan seksual, minum jamu – jamuan, maupun minum antibiotik sebelum dan
sesudah berhubungan seksual.

5. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)


Adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunya sistem kekebalan tubuh.
Penyebabnya adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV). Salah satu cara
penularanya adalah, melalui hubungan seksual. Selain itu HIV menular melalui
pemakaian jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV, menerima tranfusi
darah yang tercemar HIV, atau ibu hamil yang terinfeksi virus HIV kepada bayi yang
dikandungnya. Sesudah terjadi infeksi HIV, penderita awalnya tidak memperlihatkan
gejala khusus. Setelah beberapa minggu , orang yang terinfeksi akan sering menderita
penyakit ringan sehari – hari seperti flu dan diare. Pada periode 3 sampai 4 tahun
kemudian penderita merasa tidak sehat dan memperlihatkan gejala khas atau disebut
periode tanpa gejala, pada saat ini penderita merasa sehat dan dari luar tampak sehat.
Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan
secara mendadak, sering sariawan di mulut serta terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening dan pada akhirnya bisa terjadi berbagai macam penyakit infeksi, kanker dan
bahkan kematian.

Cara penghindari infeksi HIV dan terkena AIDS adalah :


a. Melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang tetap ( tidak berganti –
ganti pasangan seksual)
b. Hindari hubunganseksual di luar pernikahan
c. Gunakan kondom jika melakukan hubungan seksual beresiko tinggi seperti
pekerja seks komersial,
d. Sedapat mungkin hindaru tranfusi darah yang tidak jeas sumber asalnya
e. Serta gunakan alat – alat medis dan nonmedis yang terjamin steril

2.2.8 Remaja dan NAPZA

Pecandu narkoba, khususnya pengguna jarum suntik, dapat menjadi sarana penularan
HIV/ AIDS. Secara tidak langsung, narkoba dan miras biasanya terkait erat dengan pergaulan
bebas. Disamping itu kecanduan obat terlarang pada orang tua akan mengakibatkan bayi lahir
dengan ketergantungan obat sehingga harus mengalami perawatan intensif yang mahal.
Kebiasaan menggunakan narkoba atau miras dapat menurun pada sifat anak yang dilahirkan,
yaitu menjadi peminum, pecandu, atau mengalami gangguan mental (cacat). Seorang wanita
pecandu memiliki sifat hidup malas dan kekurangan gizi sehinga dapat mengakibatkan
keguguran kandungan atau melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau cacat.

2.2.9 Remaja dan Kehamilan

Kesehatan reproduksi secara langsung berhubungan dengan keadaan anemia pada


seseorang. Anemia merupakan keadaan yang sering disebut dengan kekurangan darah dimana
hemoglobin (Hb) kurang dari 12gr%. Anemia terkait erat dengan dengan masalah kesehatan
reproduksi terutama pada wanita. Jika seorang wanita mengalami anemia, maka akan menjadi
sangat berbahaya pada saat hamil dan melahirkan. Wanita yang mengalami anemia berpotensi
melahirkan bayi dnegan berat badal lahir rendah (<2,5 kg). Disamping itu anemia dapat
mengakibatkan kematian ibu maupun bayi pada saat proses persalinan. Karena itu untuk
memastikan agar remaja tidak mengidap anemia, perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan. Jika ternyata remaja mengalami anemia, maka perlu dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan pil zat besi sesuai dengan anjuran.

Selain anemia, kesehtan reproduksi juga berhubungan dengan kehamilan. Kesiapan


sesorang wanita untuk hamil dan melahirkan (mempunyai anak) ditentukan oleh kesiapan
dalam tiga hal yaitu :

a. Kesiapan fisik
b. Mental (emosi dan psikologis)
c. Sosioekonomi.

Secara umum, seorang wanita dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan
pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan
pedoman kesiapan fisik.

Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia 20 tahun sesuai dengan undang – undang
nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan bahwa usia minimal menikah adalah 16 tahun bagi
wanita dan 18 tahun bagi pria. Tetapi tetap perlu diingat beberapa hal berikut :
a. Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilanya termasuk
kontrol kehamilan. Ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko
kehamilan
b. Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah
yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kejang yang berakibat
pada kematian.

Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan di usia muda (usia kurang dari 20 tahun)
sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Hal ini berkaitan erat dengan belum
sempurnanya perkembangan dinding uterus. Kehilan yang tidak diinginkan oleh salah satu atau
kedua calon orang tua bayi tersebut. Kehamilan yang tidak diinginkan disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya sebagai berikut :

a. Pengetahuan yang kurang lengkap dan tidak benar mengenai proses terjadinya
kehamilan dan metode – metode pencegahan kehamilan
b. Akibat terjadinya pemerkosaan
c. Kegagalan alat kontrasepsi
1. Beberapa kerugian KTD pada remaja adalah sebagai berikut :
a. Remaja wanita atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil
maka ia bisa saja tidak mengurus kehamilan dengan baik
b. Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih sayang yang tulus dan kuat dari ibu
yang mengalami KTD terhadap bayi yang dilahirkannya nanti sehingga masa
depan anak mungkin saja terlantar
c. Mengakhiri kehamilan atau sering disebut dengan aborsi. Di Indonesia, aborsi
dikatagorikan sebagai tindakan ilegal atau melawan hukum. Karena tindakan
aborsi adalah ilegal maka sering dilakukan sembunyi bunyi dan tidak aman.
Aborsi tidak aman berkontribusi kepada kematian dan kesakitan ibu. Aborsi
sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatanwanita terutama jika
dilakukan secara sembarangan oleh oknum yang tidak terlatih. Perdarahan
yang terus – menerus serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi
merupakan penyebab utama kematian wanita yang melakukan aborsi. Di
samping itu, aborsi juga berdampak pada kondisi psikologis. Perasaan sedih
karena kehilangan bayi, beban batin akibat timbulnya rasa bersalah dan rasa
penyesalan dapat mengakibatkan depresi. Oleh karena itu konseling mutlak
diperlukan kepada pasangans ebelum mereka memutuskan untuk melakukan
tindakan aborsi. Tindakan aborsi harus diyakini sebagai tindakan terakhir jika
sudah tidak ada alternatif lain

2.2.10 Remaja dan Peran Orang Tua

Perilaku orang tua yang merupakan, minum minuman beralkohol, atau gagal mejaga
kesehatn dengan baik dapat memengaruhi anak mereka untuk melakukan tindakan yang serupa.
Orang tua dengan perilaku buruk juga membuat anak – anak memiliki keinginan untuk
berhubungan seksual di usia dini. Salah satu hasil penelitian menyebutkan > 50% remaja
dengan orang tua perokok sudah memiliki pengalaman atau perilaku seksual yang aktif sejak
usia muda (15tahun)

Studi Kesehatan Remaja Nasional di Amerika Serikat melakukan survei untuk


mengungkap perilaku seksual remaja dengan responden 19.000 remaja Amerika dalam rentang
13 sampai 18 tahun. Remaja dan orang tua diwawancara secara terpisah dalam survei tersebut.
Sekitar 31% dari seluruh orang tua adalah perokok dan itu dianalisis sebagai pemicu kaling
kuat dari perilaku seksual beresiko yang dilakukan anak remaja mereka. Hubungan perilaku
antara orang tua pecandu alkohol, kebanyakan akan meniru perilaku tersebut dan umumnya
jika remaja mengonsumsi alkohol, mereka juga berhubungan seksual di saat bersamaan.
Karena orang tua menjadi figur panutan untuk anaknya, sangat beralasan jika orang tua yang
memiliki perilaku tidak sehat akan memiliki anak yang tendensinya perilaku serupa.

Pakar pendidikan sudah lama memeberitahu pada orang tua bahwa anak – anak
berperilaku seperti apa yang mereka lihat setia hari, bukanapa yang di perintahkan atau
diajarkan orang tau untuk dilakukan. Wilder Watt menyatakan bahwa “ sangat mungkin orang
tua secara tidak langsung mengajarkan anak – anaknya bahwa perilaku beresiko itu menantang
atau menyenangkan. Jika orang tua melakukan sebuah perilaku berbahaya, itu akan memulai
sebuah rantai situasi yang mendrong anak – anan mereka untuk melakukan perilku berbahaya
lain

Anda mungkin juga menyukai