Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lentera Angin Nusantara (LAN) di dirikan pada tahun 2011 di desa Ciheras,
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, di tujukan untuk para pemuda Indonesia
yang terdorong untuk mengembangkan negaranya. Lentera Angin Nusantara
(LAN) di dirikan dengan tujuan untuk memberikan solusi pemanfaatan potensi
Energi, Pangan, dan Air untuk bersama membangun Nusantara.
Turbin angin di pilih sebagai produk utama yang di kembangkan untuk
mengatasi masalah energi. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan potensi
angin di Indonesia yang bisa di ubah menjadi energi listrik yang bisa digunakan
untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat.
Pada tahun 2013, Lentera Angin Nusantara yang berbasis di Desa Ciheras,
Tasikmalaya, di dirikan secara presmi. Kegiatan yang terfokus adalah merancang,
mengembangkan, dan menciptakan generator energi terbarukan, khususnya turbin
angin, dengan kinerja dan kualitas terbaik. Teknologi inti perusahaan, baik
generator, pengendali, maupun pisau di rancang untuk dapat mengubah energi
alam dengan efisiensi tinggi untuk memasok listrik murah kepada konsumen.
Pada sistem pembangkit listrik tenaga bayu terdapat banyak sekali komponen
dan perlengkapan yang kompleks dan sensitif akan kelangsungan sistem produksi.
Diantaranya adalah blade atau bilah. Bilah merupakan komponen utama turbin
angin. Dimana bilah adalah yang berinteraksi langsung dengan angin sebelum di
konversi menjadi energy mekanik..
Maka dari itu, pada kerja praktek kali ini kami mengambil judul laporan
“PERAWATAN DAN PERBAIKAN WIND TURBIN DI PT. LENTERA BUMI
NUSANTARA JAWA BARAT”.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam melaksanakan kerja praktek ini dapat di lakukan pengamatan secara
umum adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara perawatan sudu wind turbin di PT. Lentera Bumi Nusantara
2. Bagaimana cara perbaikan sudu wind turbin di PT. Lentera Bumi Nusanatara
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami perawatan sudu wind turbin di PT. Lentera Bumi
Nusantara
2. Untuk memahami perbaikan sudu wind turbin di PT. Lentera Bumi
Nusantara

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memahami perawatan sudu wind turbin di PT. Lentera Bumi
Nusantara
2. Dapat memahami perbaikan sudu wind turbin di PT. Lentera Bumi
Nusantara

1.5 Batasan Masalah


Dalam laporan kerja praktek ini penulis memberikan batasan masalah
terhadap hal-hal yang akan di bahas yaitu perawatan dan perbaikan sudu pada
system wind turbine TSD-500 di PT. Lentera Bumi Nusantara – Jawa Barat.

1.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai
berikut:
Waktu : 8 Juli 2019 – 8 Agustus 2019
Tempat : PT. Lentera Bumi Nusantara, Jl. Raya Ciheras, Kp. Sindang Asih
RT. 02/RW. 02 Dusun Lembur Tengah, Desa Ciheras Kec. Cipatujah,
Tasikmalaya.

1.7 Metode Pelaksanaan


Metode yang digunakan dalam kegiatan kerja praktek di PT. Lentera Bumi
NusantaraJawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Lapangan
Melakukan pengamatan langsung di lapangan, pengenalan tentang turbin
angin secara umum dan melakukan tour site di PT. Lentera Bumi Nusantara
serta penjelasan secara umum tentang proses yang terjadi.
2. Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap alat dan proses yang dijadikan objek
permasalahan.
3. Metode Wawancara
Metode Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan
Tanya jawab langsung kepada tenaga ahli yang terkait dengan bidang objek
yang diamati.
4. Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka
Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka penulis lakukan dengan membaca
buku-buku manual operasional dan buku-buku pendukung yang telah tersedia
di perpustakaan perusahaan.
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan laporan kerja praktek yang di laksanakan di PT.
Lentera Bumi Nusantara adalah sebagai berikut:
1. BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, waktu dan
tempat pelaksanaan, dan sistematika penulisan laporan.
2. BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN
BAB ini membahas tentang sejarah perusahaan, profil perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, dan lokasi perusahaan.
3. BAB 3 DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang keseluruhan system pembangkit listrik tenaga bayu di
PT. Lentera Bumi Nusantara beserta komponen-komponen lainnya.
4. BAB 4 SISTEM KERJA
BAB II

TINJAUAN PERUSAHAAN

2.1 Logo Perusahaan

Gambar 2.1 Logo perusahaan PT. Lentera Bumi Nusantara

2.2 Sejarah Lentera Angin Nusantara


Lentera Angin Nusantara "LAN" diawali pada tahun 2011 sebagai forum
pengembangan potensi diri melalui teknologi, ditujukan untuk para pemuda
Indonesia yang terdorong untuk mengembangkan negaranya. Gerakan ini
didirikan dengan tujuan untuk berkontribusi dalam pembangunan negara dan
mengatasi masalah terkait energi di daerah tertinggal dan pulau-pulau terpencil
di Indonesia.Turbin angin dipilih sebagai produk utama yang dikembangkan
untuk mengatasi masalah energi. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan
potensi angin di Indonesia yang bisa diubah menjadi energi listrik yang bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat.[1]
Lentera Angin Nusantara secara resmi menjadi perusahaan pada tahun 2013
dan mulai menerapkan produk teknologi utama mereka, turbin angin The Sky
Dancer 500W pada empat desa di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pada
tahun yang sama, lentera angin nusantara yang telah menguasai pengetahuan inti
motor listrik dan generator, mulai berkembang dengan membangun penelitian
kooperatif dan pengembangan turbin angin dengan Perusahaan Listrik Nasional
dan mobil listrik Indonesia dengan berbagai pihak. Ini merupakan langkah awal
dalam pengembangan teknologi generator dan motor listrik serta kegiatan sosial
pengembangan masyarakat.
Tahun 2014 Lentera Angin Nusantara memilih melebarkan bidang penelitian
yang sebelumnya terfokus hanya di teknologi. Berdiri atas cita-cita untuk
berkontribusi menyelesaikan permasalahan dan memanfaatkan potensi hasil
bumi di masyarakat, khususnya di bidang energi, pangan dan air.[2]
Lentera Angin Nusantara terus bergerak untuk menerangi setiap sudut negara,
sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Proyek pertama adalah pemasangan 100
unit turbin angin skala mikro, Penari Langit 500W di Pulau Sumba, Nusa
Tenggara Timur. Setelah melakukan uji coba dan pengujian kinerja dan kualitas
turbin angin di Pulau Sumba selama dua tahun dan di lokasi penelitian Ciheras
selama empat tahun, "LAN" terus meningkatkan kapasitas turbin angin menjadi
2000W pada pertengahan 2015. Pada 2016, LAN akan mulai mendukung
pembangkit energi ambisius yang menggabungkan penggunaan turbin angin,
arus laut dan panel surya.
Lentera Angin Nusantara terus bergerak menerangi setiap penjuru negeri,
sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Proyek pertama adalah pemasangan 100
unit turbin angin skala mikro, Penari Langit 500W di Pulau Sumba, Nusa
Tenggara Timur. Setelah melakukan uji coba dan pengujian kinerja dan kualitas
turbin angin di Pulau Sumba selama dua tahun dan di lokasi penelitian Ciheras
selama empat tahun, Lentera Angin Nusantara terus meningkatkan kapasitas
turbin angin menjadi 2000W pada pertengahan 2015. Pada 2016, Lentera Angin
Nusantara akan mulai mendukung pembangkit energi ambisius yang
menggabungkan penggunaan turbin angin, arus laut dan panel surya.
Selain itu pada tahun 2012 Lentera Angin Nusantara telah melakukan kegitan
yang berfokus pada :

a) Pengembangan anak-anak muda melalui pengembangan teknologi


b) Penelitian dan pengembangan teknologi pemanfaatan energi baru dan
terbarukan, khususnya energi angin dengan tujuan untuk
mengaplikasikannya di daerah tak berlistrik di pelosok nusantara.
c) Transfer ilmu pada akademisi muda dari berbagai universitas di seluruh
indonesia dengan menerima mahasiswa melalui program kuliah praktek yang
diselenggarakan secara cuma-cuma.

2.3 Sejarah PT. Lentera Bumi Nusantara


Lentera bumi nusantara merupakan transformasi dari lentera angin nusantara. Sebuah
tempat studi dan pengembangan teknologi pemanfaatan energi baru terbarukan.
Lentera Bumi Nusantara didirikan pada tahun 2015 karena memiliki cita-cita untuk
berkontribusi menyelesaikan permasalahan dan memanfaatkan potensi hasil bumi di
masyarakat khusunya di bidang energi, pangan, dan air.
Pada tahun 2015, melalui Lentera Bumi Nusantarapun mulai melangkahkan kaki
untuk berkontribusi menyelesaikan permasalahan hasil bumi di masyarakat, yang
difokuskan Pada komoditi jahe dan kapulaga. Selain ituLentera Bumi Nusantara juga
mulai terjun ke bidang peternakan domba dan ikan yang juga merupakan ternakutama
masyarakat sekitar.
Setelah melakukan riset pasardan teknologi yang dibutuhkan, sejak tahun 2016
Lentera Bumi Nusantara memulai upaya yang difokuskan pada:
a. Membantu peternak domba
b. Membantu petani hasil bumi seperti madu, kelor, jahe, cengkeh, dan kapulaga
dengan cara memberi nilai tambah melalui pengolahan komoditi tersebut menjadi
produk yang lebih bernilai.

Saat ini Lentera Bumi Nusantara mengajak lebih banyak anak muda, untuk bersama-
sama membangun negeri dengan menyelesaikan berbagai permasalahan di masyarakat
dengan sentuhan teknologi yang tepat dan bermanfaat.

Dengan menerapkan teknologi, tidak hanya petani yang terbantu dalam


menyelesaikan permasalahan pasar dan nilai jual produk, juga dari keuntungan yang
diperoleh dapat digunakan untuk membiayai riset dan Pengembangan Teknologi yang
menjadi Program Utama kami. Adapun 4 anak perusahaan dari Lentera Bumi Nusantara
adalah sebagai berikut :
a) Lentera Angin nusantara yang berfokus pada riset mengenai energi baru dan
terbarukan.
b) Lentera Nano Nusantara yang berfokus pada penanganan mengenai air bersih di
daerah terpencil di Indonesia.
c) Lentera Agri Nusantara yang berfokus pada pengembangan hasil bumi dari petani di
daerah desa Ciheras kabupaten Tasikmalaya.
Lentera Electric Vehicle Nusantara yang berfokus pada pengembangan mobil listrik
khusunya pada mesin listrik dan motor listriknya.

2.4 Visi dan Misi PT. Lentera Bumi Nusantara


Adapun Visi dan Misi dari PT. Lentera Bumi Nusantara adalah sebagai berikut ini :
a. Visi : “Memberikan solusi teknologi potensi Energi, Pangan, dan Air untuk bersama-
sama membangun sustainable community di Nusantara melalui penguasaan,
penerapan, dan pengembangan teknologi baru”

b. Misi :

a) Melakukan proses transfer teknologi untuk pengembangan sumber daya manusia.


b) Melakukan penelitian dan pengembangan untuk penguasaan teknologi.
c) Mengimplementasikan teknologi untuk membantumenyelesaikan permasalahan
energi, pangan, dan air.
d) Mengembangkan teknologi agar lebih efisien, ramah lingkungan,
e) Berdampak, dan berkelanjutan.
2.5 Struktur Organisasi

Gambar 2.2 Struktur Perusahaan PT. Lentera Bumi Nusantara

Adapun struktur dari perusahaan PT. Lentera Bumi Nusantara adalah sebagai
berikut :
a) Lentera Angin nusantara yang berfokus pada riset mengenai energi baru dan
terbarukan.
b) Lentera Nano Nusantara yang berfokus pada penanganan mengenai air bersih di
daerah terpencil di Indonesia.
c) Lentera Agri Nusantara yang berfokus pada pengembangan hasil bumi dari petani di
daerah desa Ciheras kabupaten Tasikmalaya.
d) Lentera Electric Vehicle Nusantara yang berfokus pada pengembangan mobil listrik
khususnya pada mesin listrik dan motor listriknya.
e) Ciheras University yang berfokus pada program kuliah praktek, program untuk
transfer ilmu mengenai teknologi energi baru terbarukan, sebagai tempat diskusi dan
sharing tentang pengetahuan teknologi dan juga tempat untuk berdiskusi mengenai
buku pengembangan diri. Ciheras University memiliki konsep “Belajar Bersama
Alam”.
BAB III

DASAR TEORI

3.1 Potensi Angin untuk Pembangkit Listrik di Indonesia


Energi angin merupakan bentuk energi yang penggeraknya berupa angin.
Pada peta berikut ditunjukkan daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi
energi angin berdasarkan data kecepatan angina rata-rata pada ketinggian 10 m.
Berdasarkan kriteria turbin angin seperti TSD-500 maka dibutuhkan angin
berkecepatan minimal 3 m/s untuk mulai berproduksi (LAN, 2012). Dan daerah
yang memiliki kecepatan rata-rata angin di atas 3 m/s banyak ditemui pada
pesisir Selatan Jawa, Sumatera, dan pulau bagian timur.

Gambar 3.1 Potensi Angin di Indonesia pada Ketinggian 10 m


(Sumber: Kuliah Energi Angin dan Matahari- Meteorologi ITB, 2011)

Berikut ini merupakan daerah yang disurvei oleh tim Lentera Angin
Nusantara (LAN), yaitu daerah yang tercakup dalam kotak berwarna merah
dandaerah tersebut memiliki energi angin yang potensial untuk dimanfaatkan.
Ribuanpulau di Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin yang potensial
untukdimanfaatkan.Ribuan pulauIndonesia Timur memiliki energi angin yang
sangatpotensial dan hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan kebutuhan
listrik pada daerah tersebut yang masih sangat minim (PLN, 2011).

Gambar 3.2 Wilayah Indonesia yang Berpotensi Energi Angin


(Sumber: LAN, 2012)
Tim Lentera Angin Nusantara (LAN) tengah mengadakan pengujian potensi
energi angin dan juga turbin angin di Pantai Cipatujah, Tasikmalaya-Jawa Barat
sejak Januari 2012. Dan berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa
kecepatan angin di atas 3 m/s pada ketinggian 5 meter berhembus selama 2510
jam atau sekitar 104 hari dengan rata-rata energi per harinya sebesar 490 Wh
(LAN, 2012).
Dalam menentukan energi angin di suatu daerah bukanlah hanya dengan
mengetahui kecepatan angin rata-rata pada daerah tersebut karena kecepatan
angin sangat fluktuatif setiap waktunya maka yang terpenting adalah perhitungan
lama/durasi kecepatan angin produktif tersebut berhembus setiap harinya
sehingga dapat diketahui besar energinya. Misalkan saja dengan kecepatan angin
3 m/s bila konstan terjadi dalam 8 jam saja, maka mampu menghasilkan energi
415 Wh/harinya (asumsi jari-jari blade 1 m dan densitas udara 1.225). Oleh
sebab itu, pengukuran angina dan pengkajian ini perlu dilakukan langsung di
tempat yang akan dijadikan site energi angin selama beberapa waktu/bulan
ataupun tahun bila diperlukan (LAN, 2012). Berdasarkan data di atas yaitu, data
kecepatan angin di daerah daratan sekitar 3 m/s bisa memutar bilah hingga
menggerakan sitem pembangkit listrik untuk menghasilkan listrik sebesar 415
Wh/hari.Hal tersebut bisa diperbesar hasil energi listrik dengan memasang turbin
pada kecepatan angin yang tinggi.Kecepatan angin tertinggi berada di daerah
perairan yaitu di lepas pantai atau di laut. Adapun data kecepatan angin dan arah
angin di daerah perairan yang sampai berkecapatn 1 knot atau sekitar 1,9 km/jam
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.3 Kecepatan dan Arah Angin di Wilayah Laut Indonesia


(Sumber: BMKG, 2016)
3.2 Sistem Turbin Angin
Turbin angin merupakan alat konversi energi angina menjadi energi mekanik
angina (Pwind) ini sendiri merupakan hasil dari setengah kali massa jenis udara
(ρ) dengan luas penampang cakupan dari turbin angina (A) dan pangkat tiga dari
kecepatan anginnya (V3). Jadi sedikit saja selisih kecepatan anginnya, maka
perbedaan energi yang di hasilkannya dapat berkalilipat besarnya. Misalkan, bila
jari – jari turbin yang di gunakan sebesar 1m dan desitas udaranya 1,225 maka
pada kecepatan angina 3m/s energinya 52 W dan pada kecepatan angina 6 m/s
energinya jauh lebih besar yaitu 415 W. inilah yang dinaakan energi angina
(Pwind).
Setiap system pasti memiliki tingat efisiensi kerja hamper tidak ada system
yang mampu bekerja sempurna, seperti turbin angina ini oleh Karena itu, untuk
mendapatkan energi mekanik dari hasil turbin ini maka perlu di perhitungkan
juga nilai efesiensi turbin (Cp). Niai efisiensi ini sudah ditentukan dari awal mula
system (turbin angina) ini di desain.Energi mekanik dari turbin ini berupa
kecepatan putaran bilah turbin (ω) dan torsinya (T), (besar gaya yang di berikan
pada suatu panjang lengan beban/blade).

Gambar 3.4 Skema aliran konversi angin menjadi energy mekanik oleh
Turbin Angin
3.3 Sistem Turbin Angin

Gambar 3.1 Skema Turbin Angin

Dari gambar 3.1 dapat diketahui skema dari suatu turbin angin. Skema turbin angin
menjelaskan bagaimana energi angin yang diterima oleh blade dapat dikonversikan
menjadi energi listrik. Dimana Putaran blade membuat generator berputar dan
menghasilkan tegangan AC 3 fasa yang mewakili vektor arah angin, yaitu U, V, dan W.
U, V, Wsendiri merupakan representasi dari kabel output dari generator yang mana dari
3 kabel tersebut diinisiasi dengan vektor arang angin yaitu U, V, W. Kemudian dialirkan
menuju controller (teknologi pengamanan dan konverter) dimana hasil keluaran dari
controller ini berupa tegangan DC (telah dikonversi dari AC menjadi DC karena media
penyimpanan energi listrik berupa baterai).
Pada aliran penyimpanan dari controller baterai terdapat modul data logger yang
berfungsi memonitoring pengisian baterai/ aki. Energi listrik yang tersimpan di baterai
diumpan terlebih dahulu ke inverter (DC to AC) sebelum menuju ke rangkaian beban
(peralatan listrik AC).

3.4 Komponen-Komponen Penyusun TSD-500


Turbin angin TSD – 500 yang digunakan di P.T Lentera Bumi Nusantara
mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

System Name TSD – 500


Turbine Type HAWT
Maximum Output Power 500 WP
Start Up Wind Speed 2 m/s
Cut In Wind Speed 3 m/s
Survival Wind Speed 33 m/s
Generator Type 3 – phase permanent
magnet (Cogging – less
technology)
Blade Diameter 1.6 or 2 m
Number of Blades 3 blades
Blade Material Pinewood
Maximum RPM 1000 RPM
Storage System 24 V
Weight of System 25 kg
Height of Pole 4–6m
Manufactured by NIDEC Japan Corp.

TSD – 500 merupakan turbin angin horizontal dengan 3 blade propeller yang
memiliki tingkat efisiensi 40%. Turbin ini mulai berputar pada kecepatan angin
2.5 m/s dan mulai memproduksi listrik pada kecepatan angin 3 m/s. Daya
maksimal yang mampu dihasilkan oleh turbin adalah 500 Wattpeak (Wp) pada
kecepatan angin 12 m/s dan di atasnya. Turbin ini bertahan sampai pada
kecepatan angin 33 m/s. Adapun komponen – komponen penyusun turbin angin
adalah sebagai berikut :
3.4.1 Blade

Gambar 3.5 Blade


Sudu (Blade) adalah baling-baling pada turbin angin. Sudu pada
turbin angin sendiri biasanya di hubungkan dengan rotor pada turbin
angin. Sudu merupkan salah satu bagian dari angin yang merubahnya
menjadi energy gerak (mekanik) putar pada poros penggerak, angin yang
menghembus menyebabkan turbin tersebut berputar. Pada sebuah turbin
angin, baling-baling rotor dapat berjumlah 3 atau lebih.
3.4.2 Generator

Gambar 3.6 Generator


Pada gambr 3.3 merupakan bentuk fisik dari generator yang dipakai
di PT LBN. Generator merupakan alat konversi energi mekanik menjadi
energi listrik. Generator mengubah torsi (T) dan kecepatan putar rotor (ω)
yang diterimanya dari blade menjadi nilai tegangan (V) dan arus (I).
Hasil keluaran dari generator ini berupa listrik AC 3 fasa. Perbedaan
mendasar antara The Sky Dancer dengan turbin angin lainnya terletak
pada generatornya. Tipe generator 3 fasa magnet permanen yang
digunakan pada turbin ini memiliki teknologi cogging-less.
Cogging merupakan suatu hentakan (torsi yang berlawanan dengan
arah putar turbin) saat memutar rotor yang mengakibatkan rotor sulit
sekali diputar dengan tangan dan hal ini mengurangi efisien kerja turbin,
menimbulkan getaran dan bunyi yang mengganggu. Seandainya angin
dalam kecepatan rendah maka turbin akan sangat sulit berputar. Cogging
terjadi karena adanya perbedaan permeabilitas antara magnet dengan
material non magnet. Dengan adanya teknologi cogging-less maka rotor
dapat diputar tanpa hambatan (sangat mulus) (dengan tangan sekalipun)
dan turbin angin ini mampu berputar pada kecepatan angin rendah.

3.4.3 Fin

Gambar 3.7 Fin atau Ekor Turbin


Pada gambar 3.4 merupakan bentuk fisik dari fin. Fin atau yang
sering disebut sebagai ekor dari turbin angin.. Fin sendiri berfungsi
mengarahkan turbin angin menghadap arah angin. Ukuran ekor perlu
disesuaikan dengan turbin angin sehingga mampu mendorong badan
turbin ke arah angin. Sang Penari Langit memiliki sirip ekor yang terbuat
dari bahan fiber dan batang ekornya terbuat dari besi.
Teknologi lainnya yang berperan dalam TSD – 500 ini adalah
teknologi furling. Teknologi ini dimaksudkan sebagai sistem
pengamanan generator dan baterai. Bila baterai dalam kondisi penuh,
maka turbin angin akan secara otomatis mengerem atau berhenti berputar
dengan cara menghindar dari arah datangnya angin. ekor turbin seakan
menari untuk mengarahkan badan turbin menghindari dari arah
datangnya angin dan turbin pun berhenti berputar.Dan bila baterai sudah
bisa diisi kembali maka ekor turbin akan mengarahkan kembali badannya
ke arah angin.

3.4.4 Controller

Gambar 3.8 Controller TSD-500


Pada gambar 3.5 merupakan bentuk fisik dari controller dan lampu
indikator dari controller. Controller berperan sebagai alat konversi energi
listrik dari AC menjadi DC dan pengatur sistem tegangan yang fluktuatif
dari generator untuk distabilkan sebelum disimpan ke baterai.
Pada controller, rectifier berperan sebagai pengkonversi tegangan AC
menjadi DC sehingga sesuai dengan media penyimpan listrik yaitu
baterai DC. Hasil dari rectifier ini kemudian diolah oleh sistem MPPT
dengan bantuan transformer dan mofset yang mengkonversi DC power
untuk dipecah – pecahkan menjadi tegangan DC yang lebih kecil dan
arus yang disesuaikan sehingga cocok dengan kapasitas baterai. Misalnya
tegangan arus AC dari sumber awalnya bernilai 160 Volt dan 3 Amper
dilairkan ke controller untuk dikonversi menjadi listrik DC yang sesuai
dengan kapasitas baterai, maka tegangan dan arusnya menjadi 24 Volt
dan 20 Amper (Power = 480 Watt).
Maximum power point tracker (MPPT) adalah suaturangkaian DC
yang mengoptimasikan keluaran daya darigenerator sebelum dialirkan
untuk disimpan kebaterai.Regulator tegangan (Cut off tegangan maksimal
130V) melindungi komponen-komponen yang ada di dalamcontroller
dari aliran arus tinggi. Controller dapat secaraotomatis menghentikan
pengecasan saat baterai penuh.

3.4.5 Data Logger

Gambar 3.9 Data Logger


Gambar 3.6 menunjukkan allur dari penyimpanan pada data logger.
Data logger (DL) berperan sebagai media penyimpanan data, tegangan
dan arus dari controller akan melewati DL untuk direkam setelah itu
tegangan dan arus ini kembali dialirkan kembali menuju baterai.
Rekaman data disimpan di dalam SD Card dalam format excel Contoh
hasil pengukuran turbin angin harian berupa nilai tegangan dan arus, serta
daya yang dihasilkan oleh satu sistem turbin: seperti waktu perekaman
data dalam detik, tegangan, arus, kecepatan, dan arah angin. Keilmuan
terkait mengenai data logger ini, diantara lain sensor, PIC programming,
sistem digital, dan elektronika.
3.4.6 Battery

Gambar 3.10 Batterai 24 Volt dan 12 Volt


Pada gambar 3.7 merupakan bentuk fisik dari baterai 24 volt dan 12 volt
yang dipakai pada PLTB TSD-500 Baterai berperan sebagai media
penyimpanan energi listrik. Pada baterai terjadi reaksi elektrokimia charging
dan discharging. Proses charging ini bekerja saat baterai berfungsi sebagai
beban dan sumber energinya dari generator, sementara itu proses discharging
adalah ketika baterai menjadi sumber energi untuk pengisian beban lainnya
(misalkan lampu).
Pada sistem TSD-500, baterai yang digunakan adalah baterai jenis deep
cycle gel dan terdapat 2 macam, yaitu baterai dengan kapasitas 12V / 100Ah dan
2V / 800Ah. Hal ini ditujukan berdasarkan kebutuhan penggunaannya.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sudu Turbin (Blade)


Blade merupakan bagian penting dalam suatu sistem turbin angin sebagai
komponen yang berinteraksi langsung dengan angin.terdiri dari 2 tipe yaitu
horizontal axis wind (HAWT) dan vertical axis wind turbine. Kedua tipe ini
dapat disesuaikan dengan orangyang ingin mengimplementasikannya dan
kemampuannya dalam mewujudkan.vertikal pembuatannya jauh lebih sulit
bagian penting dalam suatu sistem turbin angin sebagai komponen yang
berinteraksi langsung dengan angin. Secara umum horizontal axis wind
turbinevertical axis wind turbine (VAWT).disesuaikan dengan orang yang ingin
mengimplementasikannya dan kemampuannya dalam mewujudkan. Untuk tipe
vertikal pembuatannya jauh lebih sulit dibandingkan horizontal dan tergantun
keterampilan pembuatnya.
The Sky Dancer, merupakan turbin angin tipe HAWT dengan 3 blade
propeller. Dalam pemilihan tipe blade yang perlu diperhatikan adalah Cp Tip
Speed Ratio (TSR). Cp adalah tingkat efisiensi dari blade, semakin besar
efisiensinya maka semakin besar juga kemampuan suatu turbin untuk mengambil
energi yang didapatnya (konversi energi. TSR merupakan perbandingan
kecepatan ujung blade terhadap angin, maka semakin besar TSR akan semakin
besar putarannya. Dari berbagai tipe turbin angin, tipe 3 blade propeller paling
mendekati nilai efisiensi ideal (koefisiennya mencapai 40%) dan juga bias
digunakan untuk putaran tinggi. Pada perkembangan saat ini, produk komersil
lebih banyak mengembangkan tipe 2 dan 3 blade propeller.
1.1.1 Bagian-Bagian Blade

Gambar 3.8 Bagian-Bagian Blade

Blade terdiri dari beberapa bagian, seperti


1. Radius(jari-jari blade)
2. Chord (lebar blade)
3. Leading edge
4. Trailing edge
5. Chord line (garis yang menghubungkan leading dan trailing edge)
6. Setting of angle (pitch, sudut antara chord line dan bidang rotasi dari
rotor)
7. Angle of attack (sudut antara chord linedengan arah gerak udara
relatif).
1.1.2 Jenis-Jenis Blade
Gambar 3.9 Jenis-Jenis Blade

Blade memiliki 3 jenis berdasarkan desainnya, yaitu taper (mengecil ke


ujungnya), tapperless (pangkal dan ujungnya memiliki lebar yang sama),
dan inverse-taper (membesar ke ujungnya). Ketiga blade ini memiliki
kapasitasnya masinging,sepertibladetapercocokuntuk angin berkecepatan
tinggi,sementara inverse-taper cocok kecepatan angin rendah(putaran
rendah, torsi tinggi) danblade tapper-less di antara keduanya.

1.1.3 Perancangan Blade


Dalam merancang suatu blade ada beberapa aspek yang perlu
dipahami, yaitu:
1. Mekanika Fluida
2. Aerodinamika
3. Material
Dengan memahami mekanika fluida dan aerodinamika makaterdapat
beberapa parameter dalam merancang suatu blade, seperti:
1. Tip Speed Ratio (TSR), seberapa kali lebih kecepatan angin dan
putaran pada ujung blade.Semakin besar nilai TSR maka semakin
cepat jugaputaran ujung blade.
2. Airfoil, bentuk desain ujung blade berdasarkan gaya angkat dan
dorong (lift and drag forces) aliran udara yang melewatinya. Saat ini
ada beranekaragam desain airfoil dan pada TSD-500 digunakan model
Clark Y untuk airfoilnya.
3. Twist, sudut puntir (ß) pada blade antarchord line dengan bidang rotasi
rotor
4. Angel of attack (a), sudut antara gerak aliraudara dengan chord line.
Rasio a yang palinbaik dan umumnya digunakan adalah 4˚
5. Power Coefficient (Cp), Kemampuan blade untuk menyerap energi
angin yang diterimanya. Dari semua energi angin yang diterima,
hanya sekitar 50% yang dapat diekstrak (Teorema Betz)
6. Panjang blade, untuk menentukan seberapbanyak energi angin yang
dapat diperoleh berdasarkan luas area sapuan blade.

Ada beberapa bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan blade,


seperti:
a. Fibber
b. Logam (besi, alumunium, dll)
c. Kayu
d. Styrofoam, dll.
Pemilihan material harus seimbang dan tepat guna berdasarkan
kualitas, harga, dan penyampaiannya kepada pengguna (QCD).Turbin
angin TSD menggunakan bahan kayu pinus yang ringan, kuat, murah, dan
bahannya yang mudah ditemui di Indonesia. Bahan baik yaitu dengan
styrofoam karena bahan inibringan, mudah dibentuk, murah, dan tidak
berbahaya. Blade juga harus diuji dari segi ketahanan terhadap
lingkungan, baik itu terhadap badai ataupun pada kecepatan angin tertentu.
Kemungkinan yang harus diperhatikan seperti patah blade, cacat akibat
bertabrakan dengan butiran pasir, debu, ataupun material lainnya karena
kecepatan tinggi dan juga dapat mempengaruhi berat blade bila ada
retakan (kemungkinan air/fluida lainnya menyerap), serta kemungkinan
blade dapat melengkung. Dan hal lainnya yang harus diperhatikan adalah
dari segi keamanan baik dalam proses pemasangan ataupun setelah
dipasang.

Gamar 3.10 Bentuk Airfoil

Gambar 3.11 Desain 3D bilah


Gambar 3.12 Gaya Angkat dan Gaya Dorong

4.2 Perawatan dan Perbaikan Sudu (Blade)

Anda mungkin juga menyukai