Anda di halaman 1dari 16

4.1.

1 Gambaran Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis dalam 2 Tahun Terakhir


a. Distribusi Menurut Waktu
1) Menurut Tahun
Distribusi penderita tuberkulosis menurut waktu (tahun) di Puskesmas
Pampang dapat dilihat pada tabel berikut:

Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Tahun


di Puskesmas Masohi Kecamatan Masohi
Tahun 2019.
Jumlah Penderita
Tahun
n %
2019 30
Jumlah
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Masohi,2019.
Tabel diatas menunjukkan bahwa kejadian tuberkulosis .Berdasarkan
hasil pengamatan, pengamat berasumsi bahwa terjadinya fluktuasi kasus
tuberkulosis disetiap tahunnya dikarenakan beberapa alasan misalnya, pada
tahun 2014 sudah berhasil diturunkan mungkin karena pada tahun 2013 telah
dilakukan intervensi yang membuat angka kejadian tuberculosis menurun
sedangkan pada tahun 2015 kembali terjadi peningkatan, ini bisa saja
dikarenakan sudah banyaknya penderita yang mau memeriksakan dirinya ke
pelayanan kesehatan karena menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional.

b. Distribusi Menurut Tempat


Gambaran distribusi penyakit tuberkulosis di Puskesmas
Pampangberdasarkan Kelurahan tempat tinggal dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Penderita Tuberkulosis di Puskesmas Pampang
Berdasarkan Kelurahan Tempat Tinggal
Tahun 2013-2015

Tahun
Kelurahan 2013 2014 2015
n % n % n %
Pampang 36 57.1 25 44.6 39 21.0
Panaikang 20 31.7 21 37.5 20 10.8
Karampuang 6 9.5 4 7.1 7 3.8
Luar Wilayah
1 1.6 6 10.7 1 0.5
Kerja
Jumlah 63 100.0 56 100.0 67 100.0
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 - 2015
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada tahun 2013persentase penderita
penyakit tuberkulosis yang datang melakukan pemeriksaan di Puskesmas
Pampangdari tahun ke tahun kebanyakan oleh penderita yang bertempat tinggal
di Kelurahan Pampang yaitu sebesar 57,1%atau 36 orang pada tahun
2013,sebesar 44,6% atau 25orang pada tahun 2014, dan sebesar 21%atau
39orang pada tahun2015. Persentase yang paling rendah dari tahun 2013–
2015adalahpada penderita yang bertempat tinggal di Kelurahan Luar Wilayah
Kerja.
Asumsi dari pengamat menyatakan bahwa kebanyakan penderita
tuberkulosis berasal dari Kelurahan Pampang karena letak Puskesmas Pampang
bertempat di Kelurahan Pampang sehingga lebih mudah diakses oleh
masyarakat setempat.Adanya masyarakat yang bertempat tinggal di luar wilayah
kerja Puskesmas Pampang dan berobat di Puskesmas tersebut dikarenakan
puskesmas ini mudah dijangkau oleh masyarakat yang berada di sekitar wilayah
kerja puskesmas tersebut dan bisa saja merupakan pasien rujukan dari
puskesmas lain ataupun dari rumah sakit tertentu.

c. Distribusi MenurutOrang
1) Menurut Umur
Gambaran distribusi penderita penyakit tuberkulosis di Puskesmas
Pampang berdasarkan kelompok umur ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 6
Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Kelompok Umur di
Puskesmas Pampang Kecamatan Panakukkang
Kota Makassar Tahun 2013-2015

Tahun
Kelompok
Umur 2013 2014 2015
(Tahun)
n % n % n %
0-14 0 0.00 4 7.1 3 4.5
15-24 15 23.8 12 21.4 12 17.9
25-34 14 22.2 8 14.3 15 22.4
35-44 12 19.0 12 21.4 14 20.9
45-54 12 19.0 10 17.9 15 22.4
55-64 8 12.7 6 10.7 7 10.4
65-74 2 3.2 1 1.8 1 1.5
≥75 0 0.00 3 5.8 0 0
Sumber: Jumlah 63 100.0 56 100.0 67 100.0
Data Sekunder
Puskesmas Pampang, 2013 - 2015
Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase jumlah penderita penyakit
tuberkulosis pada tahun 2013 paling banyak terdapat pada kelompok umur
15-24 tahun yaitu sebesar23,8% atau 15 orang dan paling sedikit pada
kelompok umur 0-14 tahun dan ≥75 tahun dengan persentase masing-
masing sebesar 0%. Pada tahun 2014persentase jumlah penderita
tuberkulosis paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun dan
35-44 tahun yaitu sebanyak 21,4% atau 12 orang dan paling sedikit pada
kelompok umur 65-74 tahun yaitu sebanyak 1,8% atau 1 orang. Pada tahun
2015persentase jumlah penderita tuberkulosis paling banyak terdapat pada
kelompok umur 25-34 tahun dan 45-54 tahun yaitu sebanyak 22,4% atau 15
orang dan paling sedikit pada kelompok umur ≥75 tahun dengan persentase
sebesar 0%.
Pada masa prediksi yaitu tahun 2016 - 2020, diprediksikan bahwa
kasus TB Paru BTA Positif akan terus meningkat dan diperkirakan pada
tahun 2020 jumlah kasus tertinggi terdapat pada kelompok umur 15-64
tahun sebesar 749 kasus, kemudian kelompok umur ≥ 65 tahun yaitu
sebesar 35 kasus, dan terakhir pada kelompok umur 0-14 tahun sebesar 50
kasus. Hasil yang serupa juga dikemukakan oleh Pujianti (2014) bahwa hasil
peramalan (forecasting) menunjukkan kelompok umur produktif lebih banyak
mengalami kejadian TB Paru dan jumlah angka morbiditas TB Paru
berdasarkan spesifikasi usia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
(Pujianti.,dkk, 2014).
Prevalensi tinggi infeksi di kelompok usia 15- 49 tahun ini juga bisa
dikaitkan dengan peningkatan kegiatan diluar ruangan, kepadatan penduduk
di sebagian besar pemukiman dan kurangnya higiene personal
(Kurniawan.,dkk, 2015).
penyakit TB Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia
produktif, yaitu 15-49 tahun, hal ini dapat diasumsikan karena kelompok usia
15-49 tahun adalah kelompok usia yang mempunyai mobilitas yang sangat
tinggi sehingga kemungkinan terpapar dengan kuman Mikobakterium
Tuberkulosis paru lebih besar selain itu reaktifan endogen (aktif kembali yang
telah ada dalam tubuh) dapat terjadi pada usia yang sudah tua (Paramani,
2013).

2) Menurut Jenis Kelamin


Gambaran distribusi penyakit tuberkulosis di Puskesmas Pampang
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 7
Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Jenis Kelamin di
Puskesmas Pampang Kecamatan Panakukkang
Kota Makassar Tahun 2013-2015
Tahun
Jenis
2013 2014 2015
Kelamin

n % n % n %
Laki-laki 36 57,1 35 62.5 40 21.5
Perempuan 27 42,9 21 37.5 27 14.5
Jumlah 63 100 56 100 67 100
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 - 2015
Tabel 7menunjukkan bahwa distribusi penderita penyakit tuberkulosis
dari tahun 2013-2015 paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak57,1% atau 36 orang pada tahun 2013,62,5% atau 35 orang pada
tahun 2014 dan 21,5% atau 40 orangpada tahun 2015.
Banyaknya jumlah kejadian TB paru yang terjadi pada laki-laki
disebabkan karena laki-laki memiliki mobilitas yang tinggi daripada perempuan
sehingga kemungkinan untuk terpapar lebih besar, selain itu kebiasaan seperti
merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat memudahkan laki-laki terinfeksi TB
paru. Hal ini didukung dalam data yaitu antara tahun 1985-1987 penderita
tuberkulosis paru pada laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%,
sedangkan pada wanita menurun 0,7% (Mahfuznah, 2014).
4.1.2 Gambaran Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi di Puskesmas Pampang
a. Pengumpulan/ Pencatatan Data
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.Pengumpulan data
dapat dilakukan dengan cara aktif dan pasif. Pengumpulan data secara aktif
dilakukan dengan cara mendapatkan data secara langsung dari fasilitas
pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya, melalui kegiatan
penyelidikan epidemiologi, surveilans aktif puskesmas/rumah sakit, survei
khusus, dan kegiatan lainnya. Pengumpulan data secara pasif dilakukan dengan
cara menerima data dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber
data lainnya, dalam bentuk rekam medis, buku register pasien, laporan data
kesakitan/kematian, laporan kegiatan, laporan masyarakat dan bentuk lainnya.
Adapun variabel yang terdapat di dalam buku register adalah nomor indeks,
nama pasien, alamat, umur, jenis kelamin, jenis kasus, kode ICD 8, dan hasil
tensi.
Pengumpulan data di Puskesmas Pampang dilakukan secara aktif dan
pasif.Pengumpulan data secara aktif dilakukan dengan caramencari orang yang
berisiko TB dan mencatat penderita tuberkulosis yang ditemukan di lapangan,
petugas yang melakukan pengumpulan data saat turun di lapangan adalah
petugaspemegang program TBdi puskesmas Pampangmelalui. Pengumpulan
data secara pasif dilakukan dengan cara mencatat pasien penderita tuberkulosis
yang datang berkunjung ke Puskesmas Pampang melalui register rawat jalan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengumpulan data penyakit
tuberkulosis di Puskesmas Pampang telah dilakukan dengan baik.
Data kejadian penyakit tuberkulosis di puskesmas Pampang dicatat
dalam buku register rawat jalan penyakit setelah dilakukan
pemeriksaan/diagnosa terlebih dahulu oleh dokter di ruang pemeriksaan.
Pencatatan dilakukan oleh petugas yang berada dalam ruang pemeriksaan dan
secara manual (tanpa komputerisasi).Dalam pencatatan penderita penyakit
tuberkulosis ini dicatat dalam form khusus TB.

b. Pengolahan Data
Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP-Pus
(Surveilans Terpadu Penyakit Puskesmas) harian bersumber dari register rawat
jalan di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit
pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan
pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi
tindak lanjut serta distribusi data.Unit surveilans Puskesmas melaksanakan
analisis bulanan terhadap tuberkulosis di daerahnya dalam bentuk tabel menurut
kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, jika sudah tiga kali
kunjungan dimasukkan kedalam kasus lama, kemudian menginformasikan
hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah
setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini TB di Puskesmas. Apabila
ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita TB, maka
Kepala Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sebulan sekali.
Petugas Surveilans di Puskesmas Pampang tidak melakukan
pengolahan data karena mereka langsung menyetor data mentah ke Dinas
Kesehatan kota Makassar.Data yang dimiliki oleh petugas puskesmas tidak
diolah berdasarkan waktu, tempat dan orang, sehingga dalam tahap pengolahan
data, puskesmas belum mampu menyajikan hasil pengolahan baik secara
mingguan, bulanan maupun secara rutin pertriwulannya.Hal ini menyebabkan
tahap pengolahan data di Puskesmas Pampang masih kurang baik.
c. Analisis dan Interpretasi Data
Unit surveilans Puskesmas seharusnya melaksanakan analisis tahunan
perkembangan TB dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan
lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program.Puskesmas
memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan
Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Surveilans dan
petugaspemegang program TB, Kegiatan analisis tidak dilakukan di Puskesmas
Pampang. Petugaspemegang program TB hanya menyetor data mentah yang
berupa buku Register TB 03.Kegiatan analisis untuk penyakit tuberculosis
dilakukan langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Di puskesmas Pampang, juga tidak melakukan analisis trend dari tahun
ke tahun adahal jika ingin menganalis kejadian tuberkulosis sangatlah mudah
karena di puskesmas Pampang telah tersedia Software SITT (Sitem Informasi
Tuberkulosis Terpadu) namun, tidak pernah dilakukan oleh petugas pemegang
program TB maupun Petugas Surveilans puskesmas pampang sehingga, di
puskesmas pampang tidak memiliki bentuk penyajian informasi hasil analisis dan
interpretasi data
d. Penyebarluasan Data
Penyebarluasan data/diseminasi informasi dapat disampaikan dalam
bentuk buletin, surat edaran, laporan berkala, forum pertemuan, termasuk
publikasi ilmiah. Diseminasi informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana
teknologi informasi yang mudah diakses.Diseminasi informasi dapat juga
dilakukan apabila petugas surveilans secara aktif terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring evaluasi program kesehatan, dengan
menyampaikan hasil analisis.
Data penyakit tuberkulosis di Puskesmas Pampang dilaporkan
menggunakan formkhusus buku register TB (TB 03).Pelaporan dilakukan
sebelum tanggal 5 setiap 3 bulan sekali dan diserahkan kepada Dinas Kesehatan
Kota Makassar.
Puskesmas Pampang tidak pernah kekurangan formulir pencatatan dan
pelaporan untuk kegiatan surveilans selama 4 bulan terakhir.Karena Dinas
Kesehatan Kota Makassar langsung memberikan formulir sesuai kebutuhannya,
biasanya untuk satu buku register (formulir) digunakan untuk pertahun.Proses
pengiriman laporan STP tuberkuosis ke Dinkes Kota melalui laporan
langsung,untuk mengarsipkannya petugas surveilans menyimpan hardcopy STP
tuberkulosis.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah upaya yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui
efektifitas program. Secara umum tujuannya untuk menjelaskan kegunaan dari
sumber kesehatn masyarakat (public health resource) melalui pengembangan
sistem surveilans yang efektif dan efisien. Pedoman ini dapat dipakai sebagai
pedoman perorangan dalam melakukan evalaluasi dan sebagai bahan acuan
untuk mereka yang sudah biasa dengan proses evaluasi.
Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur hasil dari Surveilans Kesehatan
yang telah dilaksanakan dalam perode waktu tertentu.Disebabkan banyaknya
aspek yang berpengaruh dalam pencapaian suatu hasil, maka evaluasi objektif
harus dapat digambarkan dalam menilai suatu pencapaian program. Peran dan
kontribusi Surveilans Kesehatan terhadap suatu perubahan dan hasil program
kesehatan harus dapat dinilai dan digambarkan dalam proses evaluasi.
Kegiatan Evaluasi di Puskesmas Pampangtidak berjalan sebagaiman
mestinya, karena evaluasi yang dilakukan hanya sebatas untuk mengetahui
berapa jumlah kejadian tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas.Adapun kegiatan
evaluasi yang lainnya mengenai penyakit tuberkulosis dilakukan dalam bentuk
kegiatan Monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh Dinas kesehatan kota
Makassar setiap 6 bulan sekali.Adapun bentuk feedback (umpan balik) dari Dinas
Kesehatan Kota Makassar kepada puskesmas berupa bulletin dan pertemuan
rutin setiap bulannya untuk membahas angka kejadian penyakit tuberkulosis

4.1.3 Gambaran Evaluasi Atribut Sistem Surveilans


a. Kesederhanaan
Kesederhanaan surveilans berarti struktur yang sederhana dan mudah
dioperasikan. Sistem surveilans sebaiknya sesederhana mungkin, tetapi dapat
mencapai objektif. Instrumen/ formulir pengumpulan data penyakit tuberkulosis di
Puskesmas Pampang mudah dipahami dalam pelaksanaannya dan jenis laporan
yang digunakan pada surveilans tuberkulosis adalah register 03 (TB 03) yang
dilakukan oleh petugas surveilans yang telah didiagnosis oleh dokter. Adapun
variabel yang terdapat dalam TB 03 ialah namapasien, umur, jenis kelamin,
alamat,pemeriksaan contoh uji, hasil akhir pengobatan dan kolaborasi kegiatan
TB-HIV.
Instrumen/ formulir pengumpulan data penyakit tuberkulosis di Puskesmas
Pampang mudah dipahami dalam pelaksanaannya dan jenis laporan yang
digunakan pada surveilans tuberkulosis yaitu register TB (TB 03) yang dilakukan
oleh petugas surveilans yang telah di diagnosis oleh dokter maupun pemeriksaan
laboratorium.
Di Puskesmas Pampangformulir pengumpulan data penyakit tuberkulosis
mudah dipahami, hanya saja dalam hal pengisisan formulir tersebut masih
dilakukan secara manual, belum menggunakan system komputerisasi.Secara
teori memang sudah sederhanaa, namun dalam pengaplikasiannya, kegiatan ini
justru mempersulit petugas dalam hal pengarsipan data maupun pelaporan kasus.
Menurut hasil wawancara dengan petugas, petugas surveilans dan petugas
pemegang program tuberkulosis mereka juga tidak memiliki keahlian dalam
penggunaan software SITT (Sitem Informasi Tuberkulosis Terpadu).
b. Fleksibilitas
Suatu sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan informasi yang dibutuhkan atau situasi pelaksanaan tanpa disertai
peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya, tenaga dan waktu. Sistem yang
fleksibel dapat menerima, misalnya penyakit dan masalah kesehatan yang baru
diidentifikasikan, perubahan definisi kasus, dan variasi–variasi dari sumber
pelaporan.Fleksibilitas ditentukan secara retrospektif dengan mengamati
bagaimana suatu sistem dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan baru.
Di Puskesmas Pampang tidak pernah ada perubahan format pelaporan
dalam sistem surveilans tuberkulosis karena Dinas Kesehatan telah menetapkan
format pelaporan Penyakit Menular (PM) termasuk penyakit tuberkulosis,
sehingga petugas surveilans telah menyesuaikan diri dengan format pelaporan
yang ada.
c. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu suatu sistem surveilans dipengaruhi oleh kecepatan atau
keterlambatandiantara langkah-langkah dalam suatu sistem surveilans mulai dari
proses pengumpulan data, pengolahan analisis dan interpretasi data serta
penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Ketepatan pelaporan penyakit tuberkulosis di puskesmas ini sudah cukup
baik, karena laporan diserahkan secara rutin sebelumtanggal 5 setiap3 bulan
sekalike petugas Dinas Kesehatan Kota Makassar.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Distribusi penyakit tuberkulosis menurut waktu (time), tempat (place) danorang
(person) di Puskesmas PampangKota Makassar tahun 2013-2015.
a. Berdasarkanwaktu (bulan), penderita tuberkulosistertinggi yang ditemukan pada
pada tahun 2013 distribusi penyakit tuberkulosis dengan persentase terbesar
terjadi pada bulan April, September dan Desember sebesar 3,6% atau 53
penderita, sedangkan persentase terendah terjadi pada bulan Maret sebesar
1,0% atau2 penderita. Pada tahun2014 distribusi penyakit dengan persentase
terbesar terjadi pada bulan Mei sebesar 4,1% atau8 penderita, sedangkan
persentase terendah terjadi pada bulan Juli dan September sebesar 0,5% atau1
penderita. Pada tahun 2015 persentase terbesar terjadi pada bulan Maret
sebesar 6,2% atau 12 penderita, sedangkan persentase terendah terjadi pada
bulan Mei dengan persentase 0,5% atau 1 penderita. Sedangkan bedasarkan
tahun kejadian tuberkulosis mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun
2013 terdapat 63 penderita (33,9%), kemudian pada tahun 2014 mengalami
penurunan menjadi 56 penderita (30,1%). Namun pada tahun 2014 meningkat
menjadi 67 penderita (36,0%).
b. Berdasarkan tempat, penderita penyakit tuberkulosis yang datang melakukan
pemeriksaan di Puskesmas Pampang dari tahun ke tahun adalah
kebanyakanpenderita yang bertempat tinggal di Kelurahan Pampang, dan yang
terendah adalah di Luar Wilayah Kerja Puskesmas Pampang.
c. Berdasarkan orang, dari data yang diperolehmenunjukkan bahwapersentase
jumlah penderita penyakit tuberkulosis pada tahun 2013 paling banyak terdapat
pada kelompok umur 15-14 tahun yaitu sebanyak 23,8% atau 15 orang dan
paling sedikit pada kelompok umur 0-14 tahun dan ≥75 tahun dengan
persentase sebesar 0%. Pada tahun 2014persentase jumlah penderita
tuberkulosis paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun dan 35-44
tahun yaitu sebanyak 21,4% atau 12 orang dan paling sedikit pada kelompok
umur 65-74 tahun yaitu sebanyak 1,8% atau 1 orang. Pada tahun
2015persentase jumlah penderita tuberkulosis paling banyak terdapat pada
kelompok umur 25-34 tahun dan 45-54 tahun yaitu sebanyak 22,4% atau 15
orang dan paling sedikit pada kelompok umur ≥75 tahun dengan persentase
sebesar 0%. Sedangkan menurut jenis kelamin,distribusi penderita penyakit
tuberkulosis dari tahun 2013-2015 paling banyak terjadi pada orangjenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak57,1% atau 36orang ,62,5% atau 35orang dan 21,5%
atau 40 orang.
2. Pelaksanaan Surveilans tuberkulosis di Puskesmas Pampang tahun 2013-
2015belum cukup baik karena ada yang seharusnya di lakukan di Puskesmas
namun tidak dilaksanakan.
3. Atribut sistem surveilans tuberkulosis di PuskesmasPampang tahun 2013-2015telah
dilaksanakan dengan cukup baik mulai dari kesederhananaan (simplicity),
fleksibilitas (flexibility), dan ketepatan waktu (timeliness).

5.2 Saran
1. Kepada petugas surveilans diharapkan agar melakukan pengamatan, pencatatan
dan pelaporan secara lengkap dan akurat agar data yang dikumpulkan mengenai
distribusi penyakit berdasarkan orang, tempat dan waktu lebih baik. Selain itu, dalam
pelaksanaan surveilans di Puskesmas Pampang Kota Makassar, sebaiknya pihak
Puskesmas Pampang menganalisis data berdasarkan tempat secara rinci per Rukun
Warga (RW) sehingga apabila ada program pencegahan atau penanggulangan
penyakit tuberkulosis dapat tepat sasaran.
2. Penyelenggaraan Surveilans penyakit tuberkulosis diharapkan dapat optimal, maka
diperlukan peran serta semua sektor, terutama seluruh fasilitas pelayanan kesehatan
milik pemerintah ataupun masyarakat, instansi kesehatan baik di daerah maupun di
pusat.
3. Dalam pelaksanaan surveilans di Puskesmas Pampang diharapkan ada
penambahan jumlah fasilitas penginputan data (komputer) agar lebih mempermudah
dalam menganalisis data. Selain itu disarankan agar mengikuti pelatihan
penggunaan software bagi petugas surveilans untuk peningkatan keterampilan
dalam melakukan pengolahan data serta penggunaan komputer dalam pencatatan
dan pengolahan data.
4. Dokumen-dokumen hasil pencatatan penderita yang berkunjung di Puskesmas
Pampang hendaknya disimpan dengan baik agar mudah didapatkan apabila
dibutuhkan.
5. Distribusi epidemiologi berdasarkan waktu, tempat dan orang sangat perlu dilakukan
karena sangat penting dalam menentukan program dan intervensi yang akan
dilakukan selanjutnya. Misalnya distribusi berdasarkan waktu, dapat dilihat dari
peningkatan kasus pada musim hujan atau musim dingin perlu dilakukan antisipasi
dalam bentuk kegiatan penyuluhan dalam menghadapi perubahan musim
DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, Ridwan. 2013. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Bogor : IPB Press

Ardiansyah, Muhammad. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Yogyakarta: DIVA Press, 2012

Arias, Kathleen Meehan. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan. Jakarta : ECG, 2010

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis Paru cetakan ke 6, Jakarta, 2002

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Penyakit Menular Penyebab Kematian


Terbanyak di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Depkes. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke 8. Jakarta:


Depkes RI

Depkes. Laporan Nasional Riskesdas tahun 2007. Jakarta: pusat penelitian pengembangan
kesehatan

Dinaskesehatankota Makassar. Jumlah penderita TB di Makassar.2007 & 2008.

Dinkes Prov. Sulsel 2011, Rekapitulasi Laporamn Hasil P2 – TB Paru Melalui Laporan
Tribulan TB.07, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.

Fitzpatrick C, Floyd K, Lienhardt C. The global plan to stop TB 2011–2015.Mandelbaum-


Schmid J, Burnier I, Hiatt T. edts.WHO.2011:5.

Kemenkes. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1116/ Menkes/SK/VIII/2003


tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.

Last, JM. 2001. A Dictionary of Epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.

Mahdiana, Ratna. Mengenal, Mencegah, dan Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi.
Yogyakarta: Citra Pustaka, 2010.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan .

Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses penyakit.
Vol 2. Jakarta: EGC, 2006

Robbin, Stanley L dkk. Buku Ajar Patologi. Vol 2. Jakarta: ECG,2007.

Sandina, Dewi. 2011. 9 Penyakit Mematikan. Smart Pustaka. Yogyakarta.

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. Keperawatan Medikal Bedah.vol 1. Jakarta: ECG,
2002

Suarni, Helda. 2009. Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit TB
BTA Positif di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Bulan Oktober Tahun 2008-April
Tahun 2009. Universitas Indonesia.

Utarini A, Wuryaningtyas B, Basri C. Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia 2010-


2014: Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
PengendalianPenyakit dan Penyehatan Lingkungan: 2011.

WHO. 2002. Comprehensive Assessment of the National Disease Surveilans in Indonesia.


Washington DC.

Zulkarnain, 2005. Analisis Drug Resistance Dan Multi Drug Resistance Tuberkulosis
Previously Treated Cases dengan Strategi Dots di Kabupaten Deli Serdang Tahun
2004. Tesis FKM Unhas.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Absensi Praktik Surveilans

ABSENSI PRAKTIK SURVEILANS KELOMPOK PUSKESMAS PAMPANG TAHUN 2016

Minggu 1 Minggu 2
Min
(15-21 Oktober) (22- 28 Oktober)
NO. NIM NAMA

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3

Riska Zulfiah
1 K11114072 √ √ √ √ √
Ahmad
2 K11114085 Mirna Apriani √ √ √ √ √

3 K11114329 Wilis Milayanti √ √ √ √ √

Men
getahui,
Petu
gas Surveilans Puskesmas Pampang

Haw
aedah, SKM

Lampiran 2 Gant Chart


GANT CHART KELOMPOK PUSKESMASPAMPANGKECAMATAN
PANAKUKKANG KOTA MAKASSAR TAHUN 2016
Minggu 1 Minggu 2
(17-24 Oktober) (25Oktober- 2 November) (
Kegiatan
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5

Pengumpulan
Data Survailans
Entry Data
Survailans
Cleaning Data
Survailans
Analisis Data
Survailans
Wawancara
dengan
Petugas
Survailans
Entry Data
Wawancara
Cleaning Data
Hasil
Wawancara
Analisis Data
Hasil
Wawancara
Penyusunan
Laporan
Pengumpulan
Laporan
Lampiran 4 Foto Kegiatan
Gambar 1
Puskesmas Pampang

Gambar 4
Gambar 3 Ruangan P2PL Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota
Laboratorium Puskesmas Pampang Makassar

Gambar 5 Gambar 6
Pertemuan Monitoring Evaluasi Program Proses Wawancara dan Pengambilan Data di Dinas
TB Tingkat Kota Makassar di Dinkes Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar
Kota Makassar

Anda mungkin juga menyukai