Refleksi Kasus DR Bes
Refleksi Kasus DR Bes
Disusun oleh :
Erwinanto K.A
(20110310003)
Pembimbing :
dr. H. M Bambang Edi S , Sp.A
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Demam 2 hari dan kejang kurang lebih 20 detik
RPS :
Seorang pasien anak laki-laki berusia 2 tahun datang bersama Ibunya kerumah sakit dengan
keluhan demam sejak 2 hari, demamnya terus menerus, batuk berdahak (+), batuk berdahak
dirasakan kurang lebih satu minggu, pasien sempat kejang kurang lebih 20 detik, kejang
seluruh tubuh, riwayat kejang sebelumnya di sangkal, ibu pasien panik lalu pasien dibawa ke
puskesmas dan diberikan obat paracetamol tetapi demamnya tidak kunjung turun dan
akhirnya pasien dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Gamping dan dipondokan, muntah (-),
dan lemas (+).
RPD :
Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya, tidak ada alergi obat (-)
RPK :
Sistemik
Kepala : C.A (-/-) S.I (-/-)
Leher : lln tidak teraba,
Thorax : simetris,retraksi (-)
J : S1-S2 reguler,Bising (-)
P: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : I : Distensi (-), sikatrik (-)
A : Bising Usus (+) normal
P : Timpani
P : NTE (-), Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
Ekstremitas :Hangat, edema (-),
Pemeriksaan Penunjang:
PARAMETER HASIL NILAI UNIT
RUJUKAN
Leukosit 7 4 – 11 Ribu/mm3
Hematokrit 37 37 – 54 %
MCV 69,3 82 – 98 fL
MCH 24.7 27 – 34 Pg
MCHC 33.6 32 - 36 %
Netrofil 81 50 – 70 %
Limfosit 12 20– 40 %
Monosit 7 2–8 %
Eosinophil 0 1–3 %
Basophil 0 0–1 %
Diagnosis
Kejang demam sederhana
Bronchitis akut
Terapi :
- Paracetamol IV 125
- Diazepam 3x2
- Amoxicillin 3x1
Masalah yang dikaji
1. Apa itu Kejang demam sederhana ?
2. Bagaimana penatalaksanaan kejang demam?dan bagaimana penatalaksanaan jika anak
kejang lagi?
Pembahasan
1. Apa itu Kejang demam sederhana ?
Menurut konsensus penanganan kejang demam, kejang demam adalah suatu bangkitan
kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang
disebabkan oleh suatu proses ektrakranium biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan-5
tahun. Faktor yang penting pada kejang demam ialah umur, genetik, prenatal dan
perinatal. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada
suhu yang tinggi kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi sudah dapat
menyebabkan kejang. Bila kejang telah terjadi pada demam yang tidak tinggi, anak
mempunyai resiko tinggi untuk berulangnya kejang.
Etiologi :
Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan
demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan
kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut(cairan telinga
yang tidak segera dibersihkan akan merembes ke saraf di kepala pada otak akan
menyebabkan kejang demam), pneumonia(Setengah dari kejadian pneumonia
diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil
diidentifikasi. Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian
atas-terutama pada anak-anak- gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah,
sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun
bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian, Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak
terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan. Gejala Pneumonia oleh virus sama saja
dengan influensa, yaitu demam, batuk kering sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh. Dan
letih lesu, selama 12-36 jam, napas menjadi sesak, batuk makin hebat dan menghasilkan
sejumlah lendir. Demam tinggi kadang membuat bibir menjadi biru), gastroenteritis akut,
exantema subitum (Penyakit eksantema virus yang sering menyerang bayi (infants) dan
anak-anak (young children). Ditandai dengan demam tinggi yang mendadak dan sakit
tenggorokan ringan. Beberapa hari kemudian terdapat suatu faint pinkish rash yang
berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Salah satu komplikasinya adalah
kejang demam, bronchitis, dan infeksi saluran kemih (Goodridge, 1987; Soetomenggolo,
1989). Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti tonsillitis, faringitis,
forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) dapat
menyebabkan kejang demam.
Manifestasi klinis
Kejang demam dibagi menjadi 2 :
1. Kejang demam simpleks
Kejang demam simpleks ialah kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya
serangan akan berhenti sendiri dalam waktu kurang dari 10 menit, bangkitan kejang
tonik atau tonik-klonik, tanpa gerakan fokal, tidak berulang dalam waktu 24 jam,
tidak ada gangguan atau abnormalitas pasca kejang. Bila tidak memnuhi kriteria
tersebut maka termasuk kejang demam kompleks. Sebanyak 80-90% diantara seluruh
kejang demam merupakan kejang demam simpleks atau sederhana
Kejang demam simplek harus memenuhi semua kriteria berikut, yaitu :
b. Kejang lokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal
(level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah
usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan
kejang demam).
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20
mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang
berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif.
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam
apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang
demam (level I, rekomendasi D), namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan (level III, rekomendasi B). Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10
–15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10
mg/kg/kali ,3-4 kali sehari
Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak
kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan (level III,
rekomendasi E).
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko
berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5
mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C (level I, rekomendasi A).
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat
pada 25-39% kasus.
Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah
kejang demam (level II rekomendasi E)
Penjelasan:
• Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan indikasi
pengobatan rumat
• Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan
merupakan indikasi pengobatan rumat
• Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus
organik.
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat
menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif
dan dalam jangka pendek (rekomendasi D).
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan
belajar pada 40-50% kasus.
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur
kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam
valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2
dosis.