Sumber : Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Gorontalo
METODE PENELITIAN
Prinsip Kerja Analisa Kadar Lemak Pada Tepung Ampas Kelapa Dengan Metode Soxhlet
Ekstrasi lemak bebas dengan metode soxhlet dengan pelarut nonpolar (Hexana) atau pelarut lemak
lainya
Alat
• Kertas Saring
• Labu Lemak
• Soxhlet
• Pemanas Listrik
• Oven
• Neraca Analitik
• Desikator/eksikator
Bahan
• Heksana
Prosedur Kerja
Timbang seksama 1-2 g contoh , masukan ke dalam selongsong kertas yang dialasi dengan kapas.
Sumbat selongsong kertas berisi contoh tersebut dengan kapas, keringkan dalam oven pada suhu tidak
lebih dari 800C selama lebih kurang satu jam, kemudian masukan ke dalam alat soxhlet yang telah
dihubungkan dengan labu lemak berisi batu didih yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya.
Ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama lebih kurang 6 jam.
Sulingkan heksana dan keringkan ekstrak lemak dalam oven pengering pada suhu 105oC.
Dinginkan dan timbang.
Rumus :
W −W 1
% Lemak = ×100 %
W2
Dimana:
HASIL PENELITIAN
Kode Hasil
Metode
Sampel Analisa
0396 64,68% Soxhlet
0397 64,97% Soxhlet
Perhitungan :
109.0892−107.6471
Sampel 0396 = ×100%=64,68 %
2.2293
123.6949−122.3939
Sampel 0397 = ×100%=64,97 %
2,0024
Pembahasan
Pada pratikum ini dilakukan penetapan kadar lemak pada tepung ampas kelapa dengan metode
soxhlet. Sampel yang digunakan pada pengujian ini terdiri dari sampel 0396 dan sampel 0397. Ekstrasi
soxhlet merupakan salah satu metode pemisahan yang dapat diandalkan untuk memisahkan lemak yang
terdapat pada tepung ampas kelapa. Prinsip dari metode soxhlet ini pada dasarnya sama dengan metode
ekstraksi lainnya, pada pengujian ini pelarut yang digunakan adalah heksana dan air. Heksana diletakan
dalam labu alas bulat sedangkan air terdapat pada pendingin bola. Lemak merupakan senyawa organik dan
bersifat nonpolar, heksana juga merupakan suatu pelarut organik dan bersifat nonpolar, karena kepolaran
mengeluarkan lemak dari ampas kelapa dengan pelarut lemak. Pelarut lemak merupakan pelarut yang
benar-benar bebas air. Hal tersebut bertujuan supaya bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan
terhitung sebagai lemak serta keaktifkan pelarut tersebut tidak berkurang. Sampel ditimbang ± 2 gram dan
kemudian dibungkus atau di tempatkan dalam kertas saring (selongsong tempat sampel), yang terbungkus
rapi. Selanjutnya labu kosong diisi 3 butir batu didih, fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas,
setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan pelarut lemak. Selongsong sampel yang sudah terisi
sampel dimasukan ke dalam soxhlet, soxhlet disambungkan dengan labu dan di tempatkan pada alat
pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet, air untuk pendingin
Ketika pelarut di didihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang
dialirkan melewati bagian luar kondensor mengembunkanuap pelarut sehingga kembali ke fase cair,
kemudian menetes ke kertas saring. Pelarut melarutkan lemak dalam kertas saring, larutan sari ini
terkumpul dalam kertas saring dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju
labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstrasi lemak dilakukan
selama 6 jam, setelah proses ekstrasi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan
dikeringkan di oven dlam suhu 105oC selama 3 jam dan didinginkan dalam desikator, kemudian timbang,
pemanasan dan penimbangan di lakukan sebanyak 1-3 kali untuk mendapatkan hasil yang konstan
(Darmasih, 1997).
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah kadar lemak dari sampel yang di dapatkan melalui
rumus. Kadar lemak diperoleh melalui selisih berat labu lemak akhir dikurangi berat labu lemak awal,
dibagi dengan berat sampel kemudian dikalikan 100%. Dari hasil pengujian kadar lemak tepung ampas
kelapa dengan kode sampel 0396 lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah presentase kadar lemak pada
kode sampel 0397. Maka dapat diketahui bahwa kode sampel 0397 lebih tinggi jumlah lemaknya
Kandungan lemak yang tekandung dalam tepung ampas kelapa ditentukan dengan cara menghitung
selisih berat labu lemak akhir dengan berat labu lemak awal, dibagi dengan berat sampel, kemudian
dikalikan 100%. Berdasarkan hasil pengujian tepung ampas kelapa pada kode sampel 0396 dan kode
sampel 0397 maka diketahuilah hasil jumlah kadar lemak pada dua sampel tersebut, pada sampel 0396
jumlah lemak yaitu 64,68% sedangkan pada sampel 0397 jumlah lemaknya adalah 64,97%. Dengan
demikan kadar lemak pada tepung ampas kelapa yang diperoleh dari pengujian ini kode sampel 0397 lebih
tinggi jumlah lemaknya dibandingkan dengan jumlah lemak pada kode sampel 0396.
Judul : Analisa Kadar Lemak Dalam Susu Perah Sapi Menggunakan Gaya Sentrifugasi
Nama Penulis : Hidayatul Masruroh, Ulla Disky Masruroh, Fransisca Sri Nugraheni dan Vita Paramita
Sumber : Program Studi Teknik Kimia, Departemen Teknologi Industri, Sekolah Vokasi, Universitas
Diponegoro
METODOLOGI
Penelitian tentang penggunaan gaya sentrifugasi terhadap pengujian kandungan lemak pada susu sapi
murni dilakukan secara bertahap meliputi: tahap perlakuan awal, tahap sentrifugasi, dan tahap analisa.
Pada tahap perlakuan awal meliputu persiapan bahan baku yaitu sus sapi murni yang disimpan dalam
kondisi suhu 50C, 250C dan 300C. Tambahkan aquades. Larutan susu dipanaskan. Tambahkan larutan
HCl. Saring menggunakan kertas saring dan corong. Tambahkan larutan etanol sampai endapan terendam.
Susu yang telah melewati tahap perlakuan awal kemudian akan di sentrifugasi menggunakan alat
homogenizer pada variabel kecepatan putaran 1772 rpm, 2080 rpm, 2455 rpm, 3266 rpm dan 4080 rpm
dan dalam waktu 15, 20 dan 25 menit. Setelah itu dilakukan pengukuran banyaknya lemak yang telah
dipisahkan. Tahap analisa produk yang dilakukan meliputi uji pH, uji densitas, uji viskositas dan uji kadar
lemak yang dihasilkan dari proses sentrifugasi. Kadar lemak dihitung dengan cara mengukur ketinggian
lemak yang dihasilkan dari proses sentrifugasi menggunakan penggaris, kemudian mengukur banyaknya
Gambar 1 menunjukan hasil yang diperoleh dari pengujian kadar lemak pada susu sapi murni pada suhu
5oC dengan 5 variabel putaran yaitu 1375 rpm,1477 rpm,1772 rpm, 2080 rpm dan 2455 rpm. Parameter
pengamatan yang dilakukan yakni banyaknya lemak yang terpisahkan melalui pemanfaatan gaya
sentifugasi pada alat centrifuge. Pada perolehan lemak yang dihasilkan pada waktu 15 menit yaitu 1 %
untuk putaran 1375 rpm,1477 rpm, dan 1772 rpm selanjutnya 2% pada putaran 2080 rpm, dan peningkatan
terjadi pada putaran 2455 rpm karena memperoleh 3 % lemak. Data berbeda ditunjukkan pada waktu 20
menit yakni memperoleh nilai lemak berturut-turut pada putaran 1375-2455 rpm yaitu 1 %; 2 %; 2 %; 2 %;
3 %. sedangkan pada waktu yang lebih lama nampak bahwa lemak yang dihasilkan sebesar 2 % pada
putaran pertama 1375 rpm berbeda pada waktu 15 menit maupun 20 menit. Selanjutnya melalui
penambahan rpm yang lebih besar didapatkan lemak susu yang lebih besar yakni sebesar 3 % pada putaran
1772, 2080 rpm dan puncaknya ketika putaran 2455 rpm menghasilkan lemak 5 %.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa lemak susu yang cukup besar dihasilkan pada
putaran 1772 rpm (3 %) dan puncaknya 2455 rpm (5 %). Lemak yang dihasilkan pada penyimpanan susu
dengan temperature 5oC secara keseluruhan menghasilkan lemak susu sapi murni yang tidak cukup besar,
hal ini dikarenakan pada penyimpanan 5oC susu telah mengalami fasa pendinginan dimana hal ini ternyata
Pada penelitian ini juga dilakukan uji pH, densitas serta viskositas pada variabel susu sapi pada suhu 50C
di dapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan hasil analisa ph, densitas maupun viskositas terhadap
Gambar 2 menunjukan hasil yang diperoleh dari pengujian kadar lemak pada susu sapi murni pada suhu
25oC dengan 5 variabel putaran yaitu 1375 rpm,1477 rpm,1772 rpm, 2080 rpm dan 2455 rpm. Pada
perolehan lemak susu sapi murni untuk kondisi 25oC menunjukkan bahwa melalui putaran 1375 rpm
selama 15 menit mampu memisahkan lemak sebanyak 5 %. Hal sama terjadi pada saat putaran 1477
rpm,namun dengan kecepatan diatas 2000 rpm tepatnya 2080 rpm lemak yang dihasilkan mampu sebanyak
15 %. Pada putaran 1375-1477 dihasilkan lemak 5 % dan pada putaran 1772-2455 dihasilkan lemak yang
sama yaitu 15 %, sedangkan secara berturut-turut pada putaran 1375-2455 rpm untuk waktu putaran
Didalam memperoleh lemak pada susu sapi murni melalui suhu penyimpanan 25 oC memperlihatkan bahwa
dengan adanya putaran 1375 rpm telah mampu memisahkan lemak yang terkandung di dalam susu. Hal ini
terjadi karena dengan pemberian gaya sentrifugal maka susu diputar dengan kecepatan tertentu dan selang
waktu tertentu, sehingga terjadi pemisahan berdasarkan bobot dimana dihasilakan lemak pada posisi atas
dan pada lapisan kedua terbentuk endapan berupa kasein dan air. Lemak terletak pada posisi atas karena
lemak memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan air dan kasein.
Pada penelitian ini juga dilakukan uji pH, densitas serta viskositas pada variabel susu sapi pada suhu 25 oC
di dapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan hasil analisa ph, densitas maupun viskositas terhadap
Gambar 3 menunjukan hasil yang diperoleh dari pengujian kadar lemak pada susu sapi murni pada suhu
30oC dengan 5 variabel putaran yaitu 1375 rpm,1477 rpm,1772 rpm, 2080 rpm dan 2455 rpm. Untuk
variabel ke-tiga kami melakukan pemanasan terlebih dahulu terhadap susu sapi sebelum ditambahkan
dengan larutan-larutan pembantu dalam memisahkan lemak seperti aquadest ,larutan HCL 10 %, etanol 95
%, asam sulfat. Pemanasan pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui adakah perubahan terhadap
banyaknya lemak yang terdapat di dalam susu tersebut. Karena menurut Nurwanto (2003), titik didih susu
sedikit lebih tinggi dibandingan dengan titik didih air yaitu rat-rata 100,17 oC sedangkan air 100oC, dimana
hal ini akan mengakibatkan terlarutnya bahan-bahan di dalam susu termasuk lemak ketika dipanaskan
menit, 20 menit, dan 25 menit menunjukkan banyaknya nilai lemak yang sama yakni 1 %. Sedangakan
untuk putaran 2080 rpm nampak terjadi perbedaan nilai lemak yang dapat dipisahkan dimana dengan
Melalui pemanasan pendahuluan ini ternyata mampu dihasilkan lemak susu yang jauh lebih besar, namun
ini perlu dibantu dengan lamanya waktu putaran dan tingginya putaran yang digunakan sebab berdasarkan
data diperoleh bahwa dengan selang waktu putaran 25 menit dan putaran 2455 rpm dapat memisahkan
lemak susu sebesar 25 % ini merupakan hasil pemisahan lemak yang paling besar dibandingan dengan
Pada penelitian ini juga dilakukan uji pH, densitas serta viskositas pada variabel susu sapi pada suhu 30 oC
di dapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan hasil analisa ph, densitas maupun viskositas terhadap
perubahan kecepatan putaran pada suhu penyimpanan 30oC (Tabel 3). Martini et al. (2017) membahas
mengenai komposisi asam lemak dari gumpalan lemak susu sapi dan memperoleh hasil bahwa hasil bawah
memiliki kandungan asam oleat, asam linoleat, asam arakhidonat dan asam linoleat terkonjugasi.
KESIMPULAN
dan semakin lamanya waktu putaran maka dapat mempengaruhi terhadap proses pemisahan
lemak, selain itu melalui penggunaan gaya sentrifugasi dari alat centrifuge dapat menghasilkan
tiga lapisan yakni lemak pada posisi atas karena lemak memiliki berat jenis yang lebih besar, air
pada lapisan kedua dan kasein pada lapisan ketiga. Nilai pH susu yakni 6,5, densitas dari susu
sebesar (1,014; 1,052; 1,036) masing-masing pada suhu 5 oC, 25oC, 30oC dan viskositasnya
sebesar 1,46. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak perbedaan signifikan pengaruh
pengaruh putaran kecepatan sentrifugasi terhadap kadar lemak yang terpisahkan. Semakin tinggi
suhu penyimpanan disertai peningkatan kecepatan putaran sentrifugasi, maka semakin tinggi