Anda di halaman 1dari 3

Tugas Corporate Governance

Disusun Oleh:
Rosid Kurniawan (17/411790/EK/21440)

Sejarah singkat Coca cola


Coca-Cola adalah minuman ringan berkarbonasi yang dijual di toko, restoran, dan mesin
penjual di lebih dari 200 negara. Minuman ini diproduksi oleh The Coca-Cola Company asal
Atlanta, Georgia, dan sering disebut Coke saja (merek dagang terdaftar The Coca-Cola
Company di Amerika Serikat sejak 27 Maret 1944). Awalnya dibuat sebagai obat paten saat
ditemukan pada akhir abad ke-19 oleh John Pemberton, Coca-Cola akhirnya dibeli oleh
pebisnis Asa Griggs Candler yang taktik pemasarannya berhasil membuat Coke mendominasi
pasar minuman ringan dunia sepanjang abad ke-20.

Kebijakan CSR

Tahun 2007 Coca cola menerapkan kerangka Live positively yaitu beverage benefit, active
healthy living,the community, energy and climate, sustainable packaging, water stewardship
and workplace.

Pedoman atau nilai pada karyawan yang dibentuk coca-cola adalah persaingan dan anti
korupsi. Pedoman ini belum di integrasi pada kode etik karyawan

Setiap tahun Coca cola menerbitkan laporan CSR terpisah yaitu “The Coca Cola
Sustainability Review”. Laporan CSR tersebut diperkuat oleh Firm FIRA Sustainability Ltd,
dengan verifikasi “jaminan moderat”.

Konflik Coca Cola

Konflik coca cola berlangsung di India yang dikeluhkan oleh India NGO Centerfor Science
and Environment yang menyatakan bahwa dalam minuman Coca Cola mengandung tingkat
residu pestisida yang tinggi, serta diekstrak dengan jumlah besar air tanah yang menyebabkan
pencemaran air.

1. Kandungan pestisida

Pemerintah India menindaklanjuti investigasi dengan membentuk Co-comittee Joint yang


menyatakan bahwa kandungan pestisida pada minuman coca cola India tidak sesuai
Maximum Residu Level Eropa tetapi masih aman untuk standar lokal India.

Pemeriksaan dilakukan lagi pada tahun 2006 CSE mengungkapkan fakta bahwa kandungan
residu pestisida 24 kali lebih tinggi dari Standar Uni Eropa.

2. Pencemaran air dan over ektasi air tanah

Coca Cola dicap menyebabkan wabah kekurangan air pada sekitar area produksi di Kerala,
India bagian Selatan. Coca cola dianggap oleh orang lokal melakukan pencemaran air yang
menyebabkan air di sekitar menjadi tidak layak konsumsi.

Konflik yang terjadi di India menyebabkan penurunan penjualan keseluruhan 15% tahun
2003. Selain itu, citra Coca Cola terpengaruh dengan adanya konflik India yang
menyebabkan serangkaian demonstrasi dan pemberhentian penjualan pada sepuluh
universitas di Amerika.

Kebijakan CSR pasca-konflik

Di tahun 2003, Coca Cola mengalami beberapa konflik terkait CSR-nya di beberapa bagian
di dunia. Namun, konflik tersebut tidak mengurangi kepercayaan publik dan konsumen
terhadap perusahaan dan produknya. Konflik tersebut semakin memburuk dengan sikap
respon Coca Cola terhadap masalah yang terjadi. Respon yang dilakukan berupa menyangkal
klaim dari konflik dan mencoba membuktikan intergritas perusahaan, sedangkan publik ingin
agar perusahaan memberikan perhatian terhadap situasi yang ada sehingga mengakibatkan
hilangnya kepercayaan konsumen.

Situasi tersebut membuat Coca Cola harus mengubah strategi yang ada pengukuran
terhadap kontrol kerusakan yang mendukung keluhan para komunitas Indian

Oleh karena itu, untuk mencapai komitmen perusahaan, Coca-Cola menciptakan 3 objektif
yang terukur:

• Meengurangi penggunaan air dengan meningkatkan efisiensi sebesar 20% selama


2004. Data tahun 2010 mengungkapkan bahwa terjadi 16% kemajuan dari tahun 2004.

• Mendaur ulang air melalui pengelolaan air bekas pakai di tingkat yang mendukung
kehidupan perairan serta agrikultur hingga akhir tahun 2010.

• Mengurangi penggunaan air dengan mengimbangi penggunaan air dalam minuman


yang terbuang lewat komunitas lokal yang mendukung komunitas dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai