Anda di halaman 1dari 11

Cekungan Migas Kutai

Robersyah Sumantri 15010101

Agung Nur Wahyudi !5010102

Deni hadian 15010094

Egi rahman15010088

1. Geologi Regional
Secara fisiografi pulau kalimantan bagian selatan dibatasi oleh laut jawa dan di utara oleh Pegunungan
Mangkalihat. Mandala Meratus ini dibagi dalam dua satuan yaitu Punggungan Meratus di selatan dan
Antiklinorium Samarinda. Dari barat ke timur cekungan kutai dibagi menjadi 3 zona geomorfologi yang
memanjang dari utara ke selatan. Zona-zona itu dari barat adalah tinggian kutai, bagian tengah Antiklinorium
Samarinda dan bagian timur adalah Komplek Sinklinorium Delta Mahakam. Menurut E. Supriatna dan E.
Rustandi (1986), stratigrafi di Cekungan Kutai tersusun oleh batuan dari yang tertua sampai yang termuda adalah
Formasi.Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulaubalang, Formasi Balikpapan, Formasi Kampungbaru dan
Endapan Alluvial. Berdasarkan penjelasan dari peneliti terdahulu di atas mengenai geologi regional cekungan kutai
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sedimen cekungan kutai diendapkan pada Awal Tersier dari arah barat ke
timur pada lingkungan delta. Cekungan kutai berkembang pada regresi laut ke arah timur. Formasi pembawa
batubara yaitu Formasi Balikpapan dan Formasi Pulaubalang. Cekungan Kutai mempunyai pola umum struktur
lipatan - lipatan berupa antiklin dan sinklin. Evolusi struktur Cekungan Kutai dimulai pada kala Oligosen Akhir
yang ditandai dengan Orogen Kuching. Lipatan - lipatan ini tersebar dari pegunungan Meratus hingga
semenanjung Mangkaliat. Menurut Sumarso Priyomarsono dkk, 1996. Cekungan Kutai merupakan cekungan yang
sangat dalam, ke arah selatan dibatasi cekungan Barito dan sesar Adang yang mengarah barat laut - tenggara. Ke
arah utara dibatasi Mangkalihat dan sesar Sangkulirang. Cekungan Kutai dibagi menjadi 3 yaitu: Cekungan Kutai
bagian barat, Antiklinorium Samarinda, dan Cekungan Kutai bagian timur. Cekungan Kutai terbentuk karena
proses pemekaran pada kala Eosen Tengah yang diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada
Oligosen Akhir. Peningkatan tekanan disebabkan oleh tumbukan lempeng yang mengakibatkan pengangkatan
dasar cekungan ke arah barat laut yang menghasilkan siklus regresif utama sedimentasi klastik di Cekungan Kutai,
dan tidak terganggu sejak Oligosen Akhir hingga sekarang. Sejarah geologinya berawal pada kala Miosen Tengah
pengangkatan dasar cekungan dimulai dari bagian barat Cekungan Kutai yang bergerak secara progresif ke arah
timur sepanjang waktu dan dan bertindak sebagai pusat pengendapan. Pengendapan pada lingkungan laut terus
berlangsung hingga Oligosen dan menandakan perioda genang laut maksimum. Secara umum dijumpai lapisan
turbidit berselingan dengan serpih laut dalam, sedangkan batugamping terumbu ditemukan secara lokal dalam Fm.
Antan. Sedangkan urutan regresif di Cekungan Kutai mencakup lapisan klastik delta hingga paralik yang banyak
mengandung lapisan-lapisan batubara dan lignit. Siklus delta yang berumur Miosen Tengah berkembang secara
cepat ke arah timur dan tenggara. Progradasi ke arah timur dan tumbuhnya delta berlangsung terus sepanjang
waktu diselingi oleh tahapantahapan genang laut secara lokal.
1.1 Peta Lokasi (Judul, TNR 10, bold)

Satyana et.al 1999

1.2 Tektonik (Judul, TNR 10, bold)


Cekungan Kutai di sebelah utara berbatasan dengan Bengalon dan Zona Sesar Sangkulirang, di selatan
berbatasan dengan Zona Sesar Adang, di barat dengan sedimen-sedimen Paleogen dan metasedimen Kapur
yang terdeformasi kuat dan terangkat dan membentuk daerah Kalimantan Tengah, sedangkan di bagian timur
terbuka dan terhubung denganlaut dalam dari Cekungan Makassar bagian Utara. Cekungan Kutai dapat dibagi
menjadi fase pengendapan transgresif Paleogen dan pengendapan regresif Neogen. Fase Paleogen dimulai
dengan ekstensi pada tektonik dan pengisian cekungan selama Eosen dan memuncak pada fase longsoran
tarikan post-riftdengan diendapkannya serpih laut dangkal dan karbonat selama Oligosen akhir. Fase Neogen
dimulai sejak Miosen Bawah sampai sekarang, menghasilkan progradasi delta dari Cekungan Kutai sampai
lapisan Paleogen. Pada Miosen Tengah dan lapisan yang lebih muda di bagian pantai dan sekitarnya berupa
sedimen klastik regresif yang mengalami progradasi ke bagian timur dari Delta Mahakam secara progresif
lebih muda menjauhi timur. Sedimen-sedimen yang mengisi Cekungan Kutai banyak terdeformasi oleh
lipatan-lipatan yang subparalel dengan pantai. Intensitas perlipatan semakin berkurang ke arah timur,
sedangkan lipatan di daerah dataran pantai dan lepas pantai terjal, antiklin yang sempit dipisahkan oleh sinklin
yang datar. Kemiringan cenderung meningkat sesuai umur lapisan pada antiklin. Lipatan-lipatan terbentuk
bersamaan dengan sedimentasi berumur Neogen. Banyak lipatan-lipatan yang asimetris terpotong oleh sesar-
sesar naik yang kecil, secara umum berarah timur, tetapi secara lokal berarah barat.
Beicip 1997
2. Stratigrafi Regional

Edward Marks et.al 1982

Statigrafi kolom pada cekungan kutai di bagi menjadi 4 grup yaitu:


Grup Pamaluan
Batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih, batugamping, dan batulanau, berlapis sangat baik.
Batupasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu kehitam - kehitaman – kecoklatan, batupasir halus – sedang,
terpilah baik, butiran membulat – membulat tanggung, padat, karbon dan gampingan. Setempat dijumpai struktur
sedimen silang siur dan perlapisan sejajar, tebal lapisan anatara 1 – 25 m. Batulempung tebal rata-rata 45 cm.
Serpih kelabu kecoklatan kelabu tua, pada tebal sisipan antara 10 – 20 cm. Batugamping kelabu, pejal, berbutir
sedang – kasar, setempat berlapis dan mengandung foraminifera besar. Batulanau kelabu tua-kehitaman. Formasi
pamaluan merupakan batuan paling bawah yang tersingkap di lembar ini dan bagian atas formasi ini berhubungan
menjari dengan Formasi Bebuluh. Tebal Formasi ini kurang lebih 2000 meter.

. Grup Bebuluh
Batugamping terumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih, warna kelabu, padat,
mengandung forameiniferabesar berbutir sedang. setempat batugamping menghablur, tak beraturan. Serpih kelabu
kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman. Foraminifera besar yang jumpai antara lain
: Lepidocycilina Sumatroenis, Myogipsina Sp, Operculina Sp, mununjukan umur Miosen Awal – Miosen Tengah.
Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Babuluh tertindih selaras oleh
Formasi Pulu Balang.
. Grup Pulu Balang
Perselingan antara Greywacke dan batupasir kwarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara,
dan tuff dasit, Batupasir greywacke, kelabu kehijauan padat tebal lapisan antara 50-100 m. Batupasir kuarsa kelabu
kemerahan setempat tuffan dan gampingan tebal lapisan antara 15-60 cm. Batugamping coklat muda kekuningan,
mengandung foraminifera besar batugamping ini terdapat sebagai sisipan dalam batupasir kuarsa, dengan tebal
antara 10-40 cm. Di sungai Loa Haur, mengandung Foraminifera besar antara lain Austrotrilina howhici, Brelis
Sp, Lepidocycilina Sp, Myogipina Sp, menunjukan umur Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan laut
dangkal. Batulempung kelabu kehitaman dengan tebal lapisan antara 1-2 cm, setempat berselingan dengan
batubara dengan tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit, putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.

Grup Balikpapan
Perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batulanau, serpih, batugamping dan batubara.
Batupasir kuarsa, putih kekuningan, dengan tebal 1-3 m disisipi lapisan batubara dengan tebal 5-10 cm. Batupasir
gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang siur tebal, lapisan 20-40 cm
mengandung foraminifera kecil disisipi lapisan tipis karbon. Lempung kelabu kehitaman setempat mengandung
sisa tumbuhan oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan.
Lanau gampingan berlapis tipis serpih kecoklatan berlapis tipis. Batugamping pasiran mengandung
Fosil menunjukan umur Moisen Akhir bagian bawah – Miosen tengah bagian atas.

. Grup Kampung Baru


Batupasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih, lanau, dan lignit, pada umumnya lunak mudah hancur.
Batupasir kuarsa, putih, setempat kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat
mengandung lapisan tipis oksida besi atau kongresi, tuffan atau lanuan, dan sisipan batupasir konglomerat atau
konglomeratan dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih, dan lempung, diameter 5 – 1 cm mudah lepas, lempung
kelabu kehitaman mengandung sisi tumbuhan, kepingan batubara, koral, lanau kelabu tua, menyerpih laminasi,
lignit dengan tebal 1-2 m di duga berumur Miosen Akhir – Plio Plestosen. Lingkungan pengendapan delta laut
dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat tidak selaras terhadap Formasi
Balikpapan.
2.1 Stratigrafi Kolom

2.2 Lingkungan Pengendapan


Awalnya, cekungan kutai terbentuk dari interaksi tiga lempeng yaitu Eurasia, India-Australia dan
Pasifik. Struktur batuan yang ada merupakan hasil tektonik akhir Mesozaikum hingga awal tersier.
Evolusi tektonik di cekungan kutai menurut Asikin (1995) dalam internal Vico terbagi menjadi 8
kejadian utama :

#Jurasik-Kapur Awal

Lempeng australia terpisah dari antartika diikuti pergerak lempeng india-australia ke bagian utara.
Cekungan kutai berada pada lempeng Eurasia pada saat itu.

#Kapur akhir-Eosen Tengah

Selama akhir kapur, laut cina selatan mulai membuka (spreading) dan terjadi sampai Eosen tengah. Pada
saat itu Kalimantan terpisah dari pulau Hainan dan berkembang ke arah selatan mengikuti rifting.
Kejadian rift pertama ini mengakibatkan pembentukan intra-cratonic graben di daratan Cina dan
Kalimantan sepanjang patahan ekstensi yang berarah NE-SW. Rifting ini kemungkinan berkaitan
dengan tahap awal dari ekstrusi daratan Sunda (Tapponier,1986).

#Kapur akhir-Paleosen

Selama pemekaran diatas, juga beririsan dengan sebuah kejadian subduksi dari kerak samudera india-
australia yang menujam kerak Sunda. Zona ini membentuk komplek subduksi Meratus. Sekarang bisa
kita lihat sebagai punggungan kutai, dimana bagian sebelah barat dari punggungan kutai merupakan forc
arc basin pada saat itu (cekungan kutai atas) dan cekungan kutai bawah adalah cekungan samudera
dengan suplai sedimen yang masih sedikit. Mendekati akhir dari kejadian ini, fragmen kontinen dari
Gondwana yang dikenal dengan blok Kangean-Paternosfer mengalami collision dengan kompleks
subduksi Meratus. Pemotongan ini disebabkan oleh sayatan dari aktifitas magmatik.
#Paleosen Akhir-Miosen Tengah

Pemekaran laut cina selatan masih berlangsung selama periode ini. Terjadi subduksi Lupar akibat rifting
yang diikuti spreading tersebut. Pada masa itu, cekungan kutai atas merupakan busur magmatik dan
cekungan kutai bawah merupakan back arc basin dibuktikan dengan diendapkannya beberapa formasi.

#Eosen Tengah

Pada masa ini terjadi collision antara lempeng india dan asia yang mendorong terjadinya rotasi pulau
kalimantan berlawanan arah jarum jam. Beberapa lempeng besar mengalami modifikasi dan reaktifikasi
sesar yang sudah ada. Pergerakan patahan strike slip enechelon berasosiasi dengan displacement besar
ke arah selatan dari fragmen Asia sepanjang patahan Sungai Merah, di lempeng Indo-Cina hingga zona
Lupar di Kalimantan, telahmenghasilkan transtension (wrench) basin di Laut Cina Selatan (Cekungan
Natuna)

dan di bagian Kalimantan Tengah dan Barat.

#Eosen Tengah-Oligosen Akhir

Penekanan ke arah tenggara akibat tubrukan antara india-asia menyebabkan ekstrusi dan membuat
adanya bukaan di selat makassar yang kembali mengaktifkan sesar-sesar tua. Selama masa ini Cekungan
Kutai didefinisikan sebagai rift basin. Pengangkatan dan deformasi regangan sepanjang shear paralel
pada batuan dasar kerak kontinen telah menghasilkan pemekaran (rifting) tersebut.

#Oligosen akhir-Miosen Awal

Tahap kedua membukanya (spreading) dari laut cina selatan. Aktivitas geologi ini diiringi dengan
collision yang terjadi antara lempeng Palawan-Red Bank yang diakhiri dengan pemekaran sekaligus
berhentinya rotasi dari pulau Kalimantan. Pada kala itu, tinggian kucing sudah terangkat (miosen
tengah).

#Miosen Tengah

Collision dari kontinen Bangaisula pada sulawesi sekaligus pengangkatan pegunungan Meratus.

#Endapan Paleogen

Endapan paling tua berumur pada Formasi Kilam Haloq yang merupakan sedimen Alluvial pada
cekungan dalam (Satyana dkk.,1999) yang prosesnya beriringan dengan pembukaan cekungan. Tersusun
dari batupasir dan konglomerat dengan ketebalan sampai 2000 m.

Terjadi penurunan cekungan yang begitu cepat akibat melenturnya cekungan (basin sagging). Pada saat
itu diendapkanlah formasi Atan yang litologinya terdiri atas serpih dan batulumpur dengan ketebalan
200 – 400 m (Satyana dan Bintaro, 1996).Aktivitas tektonik ikut mengambil peran dengan adanya
pengangkatan pada batas-batas cekungan.

#Endapan Oligosen akhir-Miosen tengah

Di atas Formasi Atan diendapkan Formasi Marah dan Formasi Pamuluan. Formasi Marah tersusun atas
batupasir dan konglomerat dengan perselingan serpih dan batubara. Formasi Pamuluan yang terbentuk
pada Oligosen akhir hingga miosen awal tersusun atas batulempung, serpih, napal, batupasir dan
batugamping.
Secara selaras diendapkan kelompok Bebulu yang terbentuk pada awal Miosen awal sampai akhir dari
miosen awal. Kelompok Bebulu terdiri atas Formasi Pulau Balang dan Formasi Maruat. Formasi Maruat
tersusun dari dua sikuen karbonat yang keudanya terdiri dari kalkarenit bioklastik yang dipisahkan oleh
lapisan serpih dan batupasir lempungan yang merupakan bagian dari Formasi Pulau Balang. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan paparan karbonat dangkal dengan umur Miosen Awal hingga awal Miosen
Tengah.Formasi Pulau Balang adalah endapan laut dan menjari dengan batugamping Maruat. Terdiri
atas batupasir, batulanau dengan sisipan batugamping dan batulempung. Diendapkan pada lingkungan
neritik awal hingga tengah pada miosen awal.

#Endapan Miosen tengah-Miosen Akhir

Fase kedua adalah regresi yang membentuk endapan progadasi selama periode miosen awal-pleistosen.
Selama masa inilah diendapakan kelompok Balikpapan, Kelompok Kampung Baru dan Kelompok
Mahakam.

Kelompok Balikpapan terdiri dari Formasi Mentawir dan Gelingseh. Formasi Mentawir tersusun atas
batupasir dengan perlapisan batulumpur dan batulanau, mengalami interkelasi dengan batunapal dan
batugamping Formasi Gelingseh. Tidak ada struktur pada formasi yang diendapkan selama miosen
tengah ini. Sedangkan Formasi Gelingseh terdiri atas batupasir, batulanau, batulempung, dan lapisan
batugamping. Diendapkan pada neritik tengah selama miosen tengah.

#Endapan Pliosen-Kuarter

Kelompok Kampung Baru menutupi Kelompok Balikpapan dengan formasi Sepinggan dan Tanjung
Batu yang berumur miosen tengah-pleistosen. Formasi Sepinggan tersusun atas litologi batupasir,
batulempung, batu lanau, dan batubara. Berumur miosen tengah dengan pengendapan neritik tengah.
Sedangkan Formasi Tanjung Batu tersusun oleh batupasir, batulanau, dan batulempung. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan pengendapan delta hingga laut dangkal dengan umur Miosen Tengah
hingga Pliosen.

#Endapan Kuarter-Resen

Kelompok Mahakam terdiri atas Formasi Handil Dua, Formasi Attaka, dan endapan Kuarter Delta
Mahakam. Kelompok ini diendapkan di atas Kelompok Kampung baru secara selaras dan diendapkan
pada kala Pleistosen hingga Resen di daerah neritik. Formasi Attaka tersusun oleh batupasir,
batulempung, dan kalkarenit bioklastik (Satyana dkk., 1999). Formasi ini diendapkan pada lingkungan
pengendapan neritik tengah hingga laut terbuka dengan umur Pleistosen hingga Resen. Formasi Handil
Dua tersusun oleh batupasir yang diendapkan pada kala Holosen dengan lingkungan pengendapan
berupa delta (Marks dkk., 1982). Sementara endapan Kuarter Delta Mahakan tersusun oleh pasir, kerikil,
lumpur, dan endapan pantai yang terbentuk pada lingkungan rawa, pantai, sungai, dan delta yang
terendapkan secara tidak selaras terhadap batuan di bawahnya.
3. Petroleum System
3.1 Source Rocks & Pematangan
Formasi yang berpotensi sebagai source rock adalah Formasi Sembakung, Meliat,
dan Tabul (Sasongko, 2006). Formasi Meliat juga memiliki batuan yang
mengandung material organik yang cukup dengan sebagian formasi
temperaturnya cukup tinggi, sehingga mampu mematangkan hidrokarbon. Batuan
Formasi Tabul merupakan source rock terbaik karena memiliki material organik
tinggi dan HI lebih dari 300, sehingga hidrokarbon telah matang. Ketebalan
formasi ini mencapai 1700 m, sehingga mampu menyediakan hidrokarbon yang
melimpah.
Menurut L.J. Polito (1978, dalam Indonesia Basins Summaries 2006), batuan
penghasil hidrokarbon di Cekungan Tarakan melampar di Formasi Tabul, Meliat,
Santul, Tarakan dan Naintupo. Wight et al (1992, dalam Indonesia Basins
Summaries 2006) juga memberikan argumen bahwa source rock berasal dari
fasies fluvio-lacustrine. Samuel (1980, dalam Indonesia Basins Summaries 2006)
menyebutkan bahwa dari kematangan termal dan geokimia, hanya gas yang bisa
didapatkan di Formasi Tabul, Santul dan Tarakan. Migrasi bekerja pada blok-blok
yang terbentuk Mio-pliocene.

3.2 Reservoir Rocks


Karakteristik batuan yang terdapat pada Formasi Sembakung, Meliat/Latih, Tabul,
dan Tarakan/Sanjau menunjukkan potensial sebagai reservoir. Batuan mempunyai
kastika kasar dengan geometri sedimen deltaik yang penyebarannya terbatas.
Berdasarkan Indonesia Basins Summaries (2006), Formasi Meliat, Tabul, Santul,
dan Tarakan merupakan seri delta dengan batupasir berbentuk channel dan bar.
Formasi Meliat berisi batupasir dan shale dengan lapisan tipis batubara. Kualitas
reservoir yang ada termasuk sedang-bagus dengan pelamparan yang cukup luas.
Formasi Tabul berisi batupasir, batulanau, shale dengan lapisan tipis batubara.
Tebal formasi mencapai 400-1500 m dan menebal ke arah timur. Formasi Santul
merupakan fasies delta plain sampai delta front proksimal. Formasi ini
didominasi oleh batupasir dan shale dengan lapisan tipis batubara. Batupasir
mempunyai ketebalan 40-60 m. Pada beberapa titik, ada channel batupasir yang
tebalnya mencapai 115 m. Formasi Tarakan yang berumur Pliosen merupakan seri
delta dengan dominasi litologi berupa pasir, lempung, dan batubara yang
menunjukkan fasies delta plain hingga fluviatil.

3.3 Traps
Batuan yang menjadi seal atau tudung adalah batuan penyusun Formasi
Sembakung, Mangkabua, dan Birang yang merupakan batuan sedimen klastik
dengan ukuran butir halus. Formasi Meliat/Latih, Tabul dan Tarakan tersusun oleh
batulempung hasil endapan delta intraformational yang berfungsi pula sebagai
batuan tidung.
3.4 Migration & Accumulation
Model migrasi yang terjadi di Cekungan Tarakan disebabkan oleh sesar normal
dan sesar naik serta perbedaan elevasi. Samuel (1980, dalam Indonesia Basins
Summaries 2006) menyebutkan bahwa migrasi hidrokarbon bekerja pada blok
blok yang terbentuk Mio-Pliosen. Hal itu juga didukung dengan waktu yang tepat
proses pematangan hidrokarbon pada Miosen Akhir dari Formasi Tabul dan
Tarakan akibat intrusi batuan beku. Pematangan hidrokarbon terjadi pada
kedalaman 4300 m.
3.5 Seals
Seal yang ada pada cekungan ini berasal dari serpih dan dijumpai hampir di semua formasi yang berumur
Miosen. Kelompok Balikpapan dan Formasi Kampung Baru memiliki serpih yang sangat potensial sebagai
seal.

4. Sejarah Produksi

5. Eksplorasi migas di daratan Kalimantan Timur sampai laut dalam Selat Makassar dimulai sejak
akhir abad ke-19 sampai saat ini, hampir 125 tahun. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa
sukses itu perlu waktu, kecerdasan, konsistensi, keberanian, dan dukungan finansial. Secara hukum
korporasi, industri migas di Kalimantan Timur dimulai pada 30 Juni 1891, ketika dua konsesi
pertambangan bernama Mathilde dan Louise, di Balikpapan dan sekitarnya, tercatat di dalam
Undang- Undang Pertambangan Kolonial Belanda, diberikan kepada seorang pengusaha bernama
J.H. Menten.

6. Pada praktiknya, usaha eksplorasi pertama di Kalimantan Timur dilakukan dengan cara memetakan
rembesanrembesan minyak yang terjadi. Dari pemetaan, diketahui bahwa rembesan minyak terjadi
sepanjang jalur antara Balikpapan sampai sebelah utara Samarinda. Wilayah ini kemudian
diketahui sebagai jalur-jalur antiklin sejajar yang terkenal sebagai Antiklinorium Samarinda.
Pengeboran eksplorasi pertama dilakukan di Louise-1 (1897) menemukan minyak, kemudian
Mathilde-1 (1898), juga menemukan minyak. Penemuan ini menjadi penemuan lapangan minyak
pertama di Kalimantan Timur. Kegiatan kemudian berjalan dengan cepat. Dua lapangan itu segera
memroduksikan minyak, sampai hampir 40.000 barel setahun. Kilang minyak di Balikpapan pun
segera didirikan dan mulai beroperasi sejak tahun 1901.

4.1 Kasus Lapangan Terbukti

Di daratan di wilayah Antiklinorium Samarindan, Huffco menemukan lapangan-lapangan gas besar-


raksasa seperti Badak (1972), Nilam (1974), dan Mutiara (1981). Di wilayah lepas pantai, Union Oil
dan Japex menemukan lapangan minyak raksasa Attaka (1970), kemudian Kerindingan dan Melahin
(1972), Sepinggan (1975) dan Yakin (1976). Total, di wilayah lepas pantai Kalimantan Timur
menemukan lapangan besar Bekapai (1972), lapangan minyak raksasa terbesar di Kalimantan Timur,
Handil (1974), kemudian Tambora (1974), lapangan gas superraksasa Tunu (1982), lapangan Sisi dan
lapangan gas raksasa Peciko/NW Peciko (1991). Bila diikuti selama sekitar 100 tahun, sejak penemuan
pertama oleh Louise dan Mathilde pada tahun 1897/1898 sampai penemuan lapangan Peciko (1991),
kita bisa melihat perkembangan konsep dan metode atau teknologi yang semakin maju. Demikian pula,
area eksplorasi pun semakin berkembang keluar dari area klasik ke area baru, termasuk ke wilayah laut
yang semakin dalam.
4.2 Kumulatif Produksi
SKK Migas mencatat Blok Sanga-Sanga telah menyumbang lifting atau produksi siap jual minyak sebanyak
18 ribu barel per hari. Sedangkan lifting gas sebanyak 31 ribu barel oil ekuivalen per hari (BOEPD). (Convex
IPA/adi/san)

4.3 Operator Blok


 Pertamina
 Total (sudah hengkang)

Daftar Pustaka

1. www.google .com/cekungankutai
2. www.google.com/mdm-geologi.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai