Anda di halaman 1dari 8

Referensi Kesehatan

Remaja Putri dan Anemia

creasof

11 years ago

Definisi Remaja Putri

Menurut (Stanley Hall, 1991)

Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and
Stress).Karena mereka mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau
terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi
kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.

Menurut (Yulia S. D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, 1991) istilah asing yang sering digunakan untuk
menunjukkan masa remaja antara lain :

a. Puberty (bahasa Inggris) berasal dari istilah latin pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang
dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian. Pubescence dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut
(bulu) pada daerah kemaluan (genetal) maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan
tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan.

b. Adolescentia berasal dari istilah latin adolescentia yang berarti masa muda yang terjadi antara 17 – 30
tahun yang merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menunju masa dewasa yang
ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Proses perkembangan psikis
remaja dimulai antara 12 – 22 tahun.

Menurut Santrock (1998) mendefinisikan pubertas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang dan
kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja.

Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 1998) usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun.
Menurut Erikson masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana remaja berusaha untuk
mencari identitas diri (Search for self – Identity) (Dariyo, 2004)

Definisi Pubertas

Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi
seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh
tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada cewek pubertas ditandai dengan menstruasi pertama
(menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Kini, dikenal adanya pubertas dini
pada remaja. Penyebab pubertas dini ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang
mirip dengan hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam mengatur perkembangan
seks wanita.

Ciri Pubertas

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada
remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan
yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-
reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon
(gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1)
Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua
hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan.
Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH)
merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di
atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai
pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti
payudara mulai berkembang, dll.

Hemoglobin
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam
darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus
heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin
mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang
paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia.

Gambar 2.1. Struktur Atom Hemoglobin

Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari
masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip
secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000
Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit
hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas
empat molekul oksigen (Wikipedia, 2006).

Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari paru-
paru ke seluruh tubuh, selain itu yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri
dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai
globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta .

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hb Remaja Putri

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar Hb turun pada remaja yaitu :

1. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi


2. Kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi

3. Penyakit yang kronis, misalnya TBC, Hepatitis, dsb.

4. Pola hidup remaja putri berubah dari yang semula serba teratur menjadi kurang teratur, misalnya
sering terlambat makan atau kurang tidur.

5. Ketidakseimbangan antara asupan gizi dan aktifitas yang dilakukan

(Wijanarka, 2007).

Konsep Penanggulangan Anemia Defisisiensi Besi

Definisi Anemia

Anemia adalah Anemia defisiensi besi (ADB) selama kehamilan merupakan faktor risiko yang sangat
menarik untuk dikaji, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia karena prevalensinya cukup
tinggi. Beberapa penulis telah mengindikasikan bahwa ADB selama kehamilan berhubungan dengan
kelahiran prematur, BBLR, dan pe-ningkatan kematian perinatal (Wiriadinata, 2005).

Baik dinegara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar
hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6gr%, disebut anemia
garavis.

Secara definisi, anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah
merah yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferin menurun, mampu ikat
besi total (TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat lain sangat kurang atau
tidak ada sama sekali (Gultom, 2003).

Patogenesis Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi terjadi sebagai akibat dari gangguan balans zat besi yang negatif, jumlah zat besi
(Fe) yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Pertama -tama balans Fe yang negatif ini oleh
tubuh diusahakan untuk diatasinya dengan cara menggunakan cadangan besi dalam jaringan-jaringan
depot. Pada saat cadangan besi tersebut habis, baru anemia defisiensi besi menjadi manifest.

Perjalanan keadaan kekurangan zat besi mulai dari terjadinya anemia sampai dengan timbulnya gejala-
gejala yang klasik, melalui beberapa tahap :

Tahap I : Terdapat kekurangan zat besi ditempat-tempat cadangan besi (depot iron), tanpa disertai
dengan anemia (anemia latent) ataupun perubahan konsentrasi besi dalam serum (SI). Pada
pemeriksaan didapati kadar feritin berkurang.

Tahap II : Selanjutnya mampu ikat besi total (TIBC) akan meningkat yang diikuti dengan penurunan besi
dalam serum (SI) dan jenuh (saturasi) transferin. Pada tahap ini mungkin anemia sudah timbul, tetapi
masih ringan sekali dan bersifat normokrom normositik. Dalam tahap ini terjadi eritropoesis yang
kekurangan zat besi (iron deficient erythropoesis).

Tahap III : Jika balans besi tetap negatif maka akan timbul anemia yang tambah nyata dengan gambaran
darah tepi yang bersifat hipokrom mikrositik.

Tahap IV : Hemoglobin rendah sekali. Sumsum tulang tidak mengandung lagi cadangan besi, kadar besi
plasma (SI) berkurang. Jenuh transferin turun dan eritrosit jelas bentuknya hipokrom mikrositik. Pada
stadium ini kekurangan besi telah mencapai jaringan-jaringan. Gejala klinisnya sudah nyata sekali
(Gultom, 2003).

Pengaruh Anemia Terhadap Kemampuan Kognitif


Kognitif dalam konteks ilmu psikologi didefinisikan secara luas mengenai kemampuan berpikir dan
mengamati, suatu perilaku yang mengakibatkan seseorang memperoleh pengertian. Kemampuan
berkonsentrasi terhadap suatu rangsang dari luar, memecahkan masalah, mengingat atau memanggil
kembali dari memorinya suatu kejadian yang telah lalu, memahami lingkungan fisik dan sosial termasuk
dirinya sendiri. Fungsi kognitif antara lain:

1. Taraf inteligensia: yaitu kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah dan berbagai bidang
kehidupan antara lain pergaulan sosial, teknis, perdagangan, pengaturan rumah tangga.

2. Bakat khusus yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang, misal matematika, bahasa asing.

3. Organisasi kognitif menunjukkan materi yang sudah dipelajari, disimpan dalam ingatan secara
sistematis atau tidak.

4. Kemampuan berbahasa.

5. Daya fantasi, mempunyai kegunaan kreatif, antisipatif, rekreatif, dan sosial.

6. Gaya belajar.

7. Teknik atau cara belajar secara efisien dan efektif.

Proses belajar mengajar di sekolah pada dasarnya berlangsung demi meningkatkan makna kehidupan
manusia. Bukti penelitian menyokong bahwa besi memegang peranan penting dalam perkembangan
sistem saraf pusat. Bila terjadi deplesi besi selama proses perkembangan susunan saraf terutama pada
masa bayi akan mengakibatkan gangguan kognitif yaitu kontrol motorik, memori, dan perhatian,
rendahnya prestasi sekolah, meningkatnya problem tingkah laku dan disiplin.
Penelitian Halterman (2001) di Amerika Serikat, mendapatkan nilai catarata matematika pada anak yang
menderita anemia defisiensi besi lebih rendah dibanding remaja tanpa anemia defisiensi besi.

Penelitian Bidasari dkk., di daerah perkebunan Aek Nabara bekerjasama dengan Facultas Psikologi USU
(2006) pada remaja usia 15–18 tahun yang menderita anemia defisiensi besi diperoleh Full IQ tidak
melebihi rata-rata dengan gangguan pemusatan perhatian dan fungsi kognitif terutama dalam bidang
aritmatika.

Anemia defisiensi besi pada periode perkembangan otak dini menyebabkan oligodendrosit imatur yang
mengakibatkan gangguan proses mielinisasi dan transmisi saraf cenderung lebih lambat. Semakin dini
usia dan lama saat terjadi anemia dan semakin luas otak yang terkena, akan menyebabkan gangguan
fungsi kognitif semakin permanen dan sulit diperbaiki (Lubis, 2008).

Penanggulangan Anemi

Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain :

1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara rutin pada
usia remaja.

2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut disertai
minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan
menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan
minum susu pada saat makan.

3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan prevalensi tinggi.
Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.

4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu, kopi, teh,
minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.
5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk skrining
anemia defisiensi besi (Lubis, 2008).

Categories: Bayi, Anak dan remaja

Leave a Comment

Referensi Kesehatan

Back to top

Anda mungkin juga menyukai