Anda di halaman 1dari 13

Ayu Midwifery

Minggu, 31 Agustus 2014

Evidence based Midwifery

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering mendengar tentang
evidence based. Evidence based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau
kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah
terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.

Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat pesat. Temuan dan hipotesis
yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan yang baru yang segera
menggugurkan teori yang sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera
ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Misalnya saja
pada dunia kebidanan adalah jika sebelumnya diyakini bahwa posisi meneran secara telentang/litotomi
merupakan posisi yang biasanya atau rutin dipakai pada saat proses persalinan, namun saat ini hal
tersebut telah digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa meneran dengan posisi
telentang/litotomi dapat mengakibatkan sindrome supine dan kurangnya oksigenisasi pada bayi yang
menyebabkan hipoksia.

Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik barulah dianggap accountable
apabila didasarkan pada temuan terkini yang secara medic, ilmiah dan metodologi dapat diterima.

Atau dengan kata lain Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah
penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk
pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced Based
Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka
dapat mencegah tindakan – tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi
pasien,terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga
dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui informasi tentang evidence based kebidanan

2. Untuk mengetahui informasi evidence based pada asuhan persalinan terkini

C. Manfaat

1. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based kebidanan

2. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based pada asuhan
persalinan terkini
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Evidence Based Midwifery (Practice)

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah
dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan
dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk
kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan
akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform yang paling ketat dilakukan dan
melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi
diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM
Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam
mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan
untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003).

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan.
Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta
tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga
bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
B. Asuhan Persalinan Normal

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin,10)

Sedangkan persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko
rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara
spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap.
Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima) benang merah yang
perlu mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu:

1. Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan Keputusan Klinik
(Clinical Decision Making).

2. Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi

* Aman, sesuai evidence based, dan member sumbangan pada keselamatan jiwa ibu.

* Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional serta merasa didukung dan
didengarkan.

* Menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan agama, dan ibu/keluarganya sebagai pengambil


keputusan

* Menggunakan cara pengobatan yang sederhanan sebelum memakai teknologi canggih.

* Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami ibu.

3. Aspek Pencegahan Infeksi

4. Aspek Pencatatan (Dokumentasi)

5. Aspek Rujukan
BAB III

PEMBAHASAN

A. Contoh EBM Pada Asuhan Persalinan

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh
perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab
utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang
efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.

Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:

a) Keluarga Berencana

Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan

b) Asuhan Antenatal Terfokus

Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan
kesediaan menghadapi komplikasi

c) Asuhan Pascakeguguran

Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan


pelayanan kesehatan reproduksi lainnya

d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi

Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu
merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian

e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.


Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas,
pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan
penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat
terjadinya

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya
komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian
menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan
komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan
bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut
diatas:

1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri

Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan
persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi
minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus
pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan
dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.

2. Laserasi/episiotomi

Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat
khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk
mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.

3. Retensio plasenta

Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi
dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan
penegangan tali pusat terkendali.

4. Partus Lama

Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf untuk
memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat,
diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung.
Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan,
berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien

5. Asfiksia Bayi Baru Lahir


Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini
mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses
persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan
sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan
bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan
bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan
melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia,
memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.

6. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar persalinan

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan
sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan
mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan
tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :

* Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai

martabatnya.

* Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum

memulai asuhan tersebut.

* Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.

* Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.

* Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

* Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu

beserta anggota keluarga yang lain.

* Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain

selama persalinan dan kelahiran bayinya.

* Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan

mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.

* Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.

* Menghargai privasi ibu.


* Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan

kelahiran bayi.

* Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia

menginginkannya.

* Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi

pengaruh yang merugikan.

* Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,

pencukuran, dan klisma).

* Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.

* Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.

* Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).

* Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan, perlengkapan dan obat-
obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi

baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

B. Contoh Evidence Based Posisi Meneran Saat Persalinan

* Tujuan dan Keuntungan

a.) Tujuan

1) Memberikan kenyamanan dalam proses persalinan

2) Mempermudah atau memperlancar proses persalinan dan kelahiran bayi

3) Mempercepat kemajuan persalinan

b.) Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin dan bayi

1) Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan

2) Lama kala II lebih pendek

3) Laserasi perineum lebih sedikit

4) Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan

5) Nilai APGAR lebih baik


* Posisi yang Dianjurkan

Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain :

1) Setengah duduk atau duduk

Posisi ini mengharuskan ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke
arah samping.

Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu untuk beristirahat diantara
kontarksi, alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa keluar lebih pendek, suplai oksigen dari ibu ke
janin berlangsung optimal, dan gaya grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.

Kekurangan : Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan kelelahan, apalagi kalau proses
persalinannya lama.

2) Lateral (miring)

Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat sedangkan
kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya posisi
ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di
belakang atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan, ibu
diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan bila
persalinan berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi lainnya.

Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah ibu ke janin
melalui plasenta tidak terganggu, karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan berlangsung
perlahan-lahan sehingga persalinan relatif lebih nyaman, dan dapat mencegah terjadinya laserasi.

Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu proses persalinan, kepala
bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan, bila harus melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.

3) Berdiri atau jongkok

Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur hingga Papua, wanitanya mempunyai kebiasaan
melahirkan dengan cara jongkok.
Keuntungan : Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tak harus bersusah-payah
mengejan, bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya (membantu mempercepat kemajuan kala
dua), memudahkan dalam pengosongan kandung kemih, dan mengurangi rasa nyeri. Pada posisi jongkok
berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis
akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu panggul.

Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang membuat kepala bayi cedera,
sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan
yang empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan
bila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan pembukaan.

4) Merangkak

Posisi meragkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada punggung. Keuntungan : ibu
merasa lebih nyaman dan efektif untuk meneran, mempermudah janin dalam melakukan rotasi,
membantu ibu mengurangi nyeri punggung, dan peregangan pada perinium berkurang.

5) Menungging

Keuntungan : Mendorong kepala bayi keluar dari panggul selama kontraksi , kadang – kadang
dianjurkan pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan untuk mengurangi nyeri pinggang , serta
mengurangi tekenan pada leher rahim yang bengkak.

6) Berjalan-jalan

Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila ibunya masih mampu untuk
melakukannya. Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat menjadi lelah.

Keuntungan : Menyebabkan terjadinya perubah sendi panggul , dapat mmempercepat turunnya kepala
janin

* Posisi yang Tidak Dianjurkan

Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk mulai mengatur posisi
telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata posisi telentang ini tidak
boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses persalinan, hal ini dikarenankan :

a. Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi karena tekanan pada vena kava inferior oleh
kavum uteri, yang mengakibatkan ibu pingsan dan hilangnya oksigen bagi bayi

b. Dapat menambah rasa sakit


c. Bisa memperlama proses persalinan

d. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan

e. Membuat buang air lebih sulit

f. Membatasi pergerakan ibu

g. Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya

h. Bisa membuat kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum

i. Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.

Patofisiologi

Jika ibu berbaring telentang maka berat uterus (isinya janin, cairan, ketuban dan lain-lain) akan menekan
vena kava interior, hal ini dapat mengakibatkan kurangnya aliran darah ibu ke plasenta sehingga
menyebabkan hipoksia/difisiensi oksigen pada janin. Pada posisi ini juga akan menyulitkan ibu untuk
meneran.

* Tindakan Bidan Sebelum Menolong Persalinan

Sebelum bidan menolong persalinan sebaiknya melakukan hal – hal sebagai berikut

1. Menjelaskan kepada ibu bersalin dan pendamping tentang kekurangan dan kelebihan berbagai posisi
pada saat persalinan

2. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang dirasakan nyaman

3. Membicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa kunjungan kehamilan.

4. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu sebelum memasuki kala II.

5. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.

6. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.

7. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi kebebasan menggunakan berbagai posisi
dan mudah dibersihkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Evidence based intranatal artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan
semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini
yang bisa dipertanggungjawabkan dalam proses persalinan. Dengan evidence based midwifevery (EBM)
sangat bermanfaat bagi bidan dalam pengambilan keputusan pasien secara bijak. Salah satu EBM dalam
persalinan yang terkini contohnya posisi meneran, terdahulu posisi meneran secara telentang/litotomi
rutin dilakukan dalam persalinan, namun setelah adanya penelitian posisi tersebut ternyata kurang baik
bagi ibu dan bayi, sehingga pemilihan posisi lain menjadi alternatif yang lebih baik karena
menguntungkan ibu dan bayi.

B. Saran

Adapun saran dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:

Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat seyogyanya bertindak
konservatif artinya tidak terlalu banyak intervensi. Selain itu diharapkan bidan mengikuti perkembangan
yang ada, sehingga bidan dapat memberikan asuhan sesuai dengan perkembangan yang ada dan bidan
dapat melakukan asuhan sayang ibu saat persalinan.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..

Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

www.google.com

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-kebidanan-
dalam.html#ixzz2JHRI1r1B

http://blogdiahcungir.blogspot.com/2012/10/evidence-based-posisi-meneran-saat.html

Anda mungkin juga menyukai