Anda di halaman 1dari 29

GEOMORFOLOGI INDONESIA

“NUSA TENGGARA ISLANDS”


Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia
(ABKA550)
Dosen Pengampu :
Dr. H. Sidharta Adyatma, M.Si.
Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.

Disusun Oleh :
Aprilia Anjani (1710115320001)
Eva Nadia (1710115120006)
Meilin Lusiana (1710115220011)
M. Wahyu Saputra (1710115210009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT. karena


berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Semoga dengan adanya makalah ini semakin membuka pintu pengetahuan
dan pemahaman pembaca tentang materi.
Upaya pemenuhan makalah ini diharapkan mampu meningkatkan
efektifitas pelaksanaan kegiatan perkuliahan, dan diharapkan para pembaca dapat
mengembangkan wawasan dan kemampuan dari apa yang dibahas dalam makalah
Geomorfologi Indonesia ini. Tetapi makalah ini bukan satu-satunya sumber
belajar atau referensi, untuk itu para pembaca diharapkan lebih proaktif untuk
mencari dan menggali ilmu pengetahuan mengenai materi terkait.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya para pembaca. Kami mengharapkan saran dan masukan serta kritikan
yang sifatnya membangun karena kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun ini masih banyak terdapat kekurangan. Kami juga memohon maaf atas
kejanggalan-kejanggalan yang terdapat dalam makalah ini.

Banjarmasin, 23 Oktober 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
BAB III ................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 8
3.1 NUSA TENGGARA ISLANDS ................................................................... 8
3.1.1 TECTONIC SETTING .......................................................................... 8
3.1.2 TECTONO-STRUCTURAL UNITS ................................................... 11
3.1.3 VOLCANIC ACTIVITY ..................................................................... 20
3.1.4 SUMBA ISLAND ................................................................................ 21
BAB IV ................................................................................................................. 24
KESIMPULAN ..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

ii
DAFTAR GAMBAR

gambar 1peta nusa tenggara timur .......................................................................... 3


gambar 2 peta Kepulauan Nusa Tenggara .............................................................. 8
gambar 3. pengaturan lempeng tektonik ................................................................. 9
gambar 4. busur banda ............................................................................................ 9
gambar 5. Geologi Busur Sunda-Banda ................................................................ 10
gambar 6 tektonik struktural ................................................................................. 11
gambar 7. busur sunda-banda................................................................................ 15
gambar 8. Geologi nusa tenggara .......................................................................... 18
gambar 9. Pulau Sumba......................................................................................... 21
gambar 10. Busur sunda-banda ............................................................................. 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepulauan Nusa Tenggara atau Kepulauan Sunda Kecil (sekarang kadang


kala digunakan dalam peta-peta geografis dunia), adalah gugusan pulau-pulau di
sebelah timur Pulau Jawa, dari Pulau Bali di sebelah barat, hingga Pulau Timor di
sebelah timur. Kepulauan Barat Daya dan Kepulauan Tanimbar yang merupakan
bagian dari wilayah Provinsi Maluku secara geologis juga termasuk dalam
kepulauan Nusa Tenggara.

Secara administratif, Kepulauan Nusa Tenggara termasuk wilayah negara


Indonesia, kecuali bagian timur Pulau Timor termasuk wilayah negara Timor
Leste. Di awal kemerdekaan Indonesia, kepulauan ini merupakan
wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribu kota di kota Singaraja, kini terdiri atas
3 provinsi (berturut-turut dari barat): Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur.

Pada ujung akhir rentangan busur Sunda bagian timur terjadi perubahan
sistem konvergensi di mana subduksi antara bagian lempeng samudera dari
lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia berubah menjadi continental-
island arc collision, yaitu kolisi antara bagian lempeng benua dari lempeng Indo-
Australia, the Scouth plateau dengan Banda Island arc di mana pulau sumba yang
berada di antaranya.

Keberadaan pulau Sumba sendiri terletak di Kepulauan Sunda Kecil


(Lesser Sunda Island; sekarang "Kepulauan Nusa Tenggara"). Pulau-pulau di
Kepulauan Sunda Kecil bagian utara ditemukan adanya rangkaian gunung api
yang menandakan pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau busur kepulauan
vulkanik, di antaranya pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores dan Wetar.
Sedangkan bagian dari kepulauan Sunda Kecil selatan, seperti pulau Sumba dan
pulau Timor, tidak ditemukannya rangkaian gunung api aktif.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan geomorfologi Nusa Tenggara Islands ?
2. Bagaimana proses tectonic setting Nusa Tenggara Islands ?
3. Bagaimana proses tectono-structural units Nusa Tenggara Islands ?
4. Bagaimana proses back-arc region Nusa Tenggara Islands ?
5. Bagaimana proses inner-arc region Nusa Tenggara Islands ?
6. Bagaimana proses volcanic activity Nusa Tenggara Islands ?
7. Bagaimana proses volcanic composition Nusa Tenggara Islands ?
8. Bagaimana daerah sumba island ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan geomorfologi Nusa Tenggara
Islands.
2. Untuk mengetahui proses tectonic setting Nusa Tenggara Islands.
3. Untuk mengetahui proses tectono-structural units Nusa Tenggara Islands.
4. Untuk mengetahui proses back-arc region Nusa Tenggara Islands.
5. Untuk mengetahui proses inner-arc region Nusa Tenggara Islands.
6. Untuk mengetahui proses volcanic activity Nusa Tenggara Islands.
7. Untuk mengetahui proses volcanic composition Nusa Tenggara Islands.
8. Untuk mengetahui daerah sumba island.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

gambar 1peta nusa tenggara timur

Mempelajari tentang geologi Indonesia dan kaitannya dengan


geomorfologi Kepulauan Indonesia, garis besar geomorfologi Kepulauan
Indonesia,analisis geomorfologi guna identifikasi masalah lingkungan fisikal dan
pengembangan distrik Indonesia. Wilayah Indonesia terletak pada wilayah tropis
dan adalah kesatuan distrik laut yang ditebari pulau-pulau atau kepulauan. Jarak
terjauh Barat - Timur 5.110 Km. dan jarak terjauh Utara Selatan 1.118 Km. ini
berarti panjang kepulauan Indonesia menempati + 1/8 equator.
Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terletak di unsur selatan
katulistiwa pada posisi 80 -120 Lintang Selatan dan 1180 - 1250 Bujur Timur
adalahsalah satu propinsi yang terdiri dari kepulauan dengan 566 pulau, 432 pulau
sudah memiliki nama dan sisanya sampai ketika ini belum memiliki nama dan
dari semua pulau yang ada, 42 pulau sudah berpenghuni sementara sisanya belum
berpenghuni. Terdapat tiga pulau besar di propinsi Nusa Tenggara Timur, yakni
pulau Flores, Sumba dan Timor, selebihnya ialah pulau-pulau kecil yang letaknya
tersebar pada perairan dengan luas tidak cukup lebih 200.000 km2. Kabupaten
Sikka sendiri yang terletak salah satu 800 22' - 80 50' derajat lintang unsur selatan
dan 1210 55'40" - 1220 41'30" bujur unsur timur adalah salah satu kabupaten
diantara sembilan kabupaten lainnya di Pulau Flores yang masing masing wilayah
masing-masing kabupaten terdapat yang berada dalam satu daratan Pulau Flores
dan terdapat pula yang distrik kabupatennya merangkum pulau-pulau yang
letaknya berada disekitar Pulau Flores tersebut sendiri.

3
Nusa Tenggara Barat ialah sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai dengan
namanya, provinsi ini mencakup bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Dua
pulau terbesar di provinsi ini ialah Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa
yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini ialah Kota Mataram yang sedang di
Pulau Lombok. Sebagian besar dari warga Lombok berasal dari suku Sasak,
sedangkan suku Bima dan Sumbawa merupakan kumpulan etnis terbesar di Pulau
Sumbawa. Mayoritas warga Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%).
Sunda kecil pun memiliki kisah geologi laksana halnya pulau-pulau
lainnya. Secara goelogis Sunda kecil memeiliki ciri khas yang khas sebab terdiri
dari pulau-pulau kecil yang tersebar dibuka dari Pulau Bali sampai Pulau Timor.
Sunda kecil adalahhasil bentukan dari lempeng Samudra Hindia yang bergerak
kearah unsur utara dan mendesak lempeng Eurasia. Pulau-pulau di distrik Sunda
Kecil memiliki tidak sedikit gunung api yang masih aktif, gunung api ini
adalahjaluran dari pegunungan Busur Sunda (Jaluran Pegunungan Mediteran).
Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang
merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur
dari timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen,
Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan
dibagian selatan dibentuk oleh pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana.
Punggungan geantiklinal tersebut bercabang di daerah Sawu. Salah satu
cabangnya membentuk sebuah ambang yang turun ke laut melewati Raijua dan
Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan Jawa. Cabang lain
merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi daerah dekat
Sunda.
a. Palung Belakang
Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda
selatan. Di sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang laut Flores,
yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan
dangkal, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan
dangkalan Sunda.

4
2) Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan puncak
terletak di sebelah selatan volkan Lompobatang, yang
berhubungan dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya
terletak di sepanjang pantai utara Flores, yang merupakan
bagian terdalam (-5140).
3) Laut Flores Timur terdiri dari punggungan dan palung
diantaranya, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi
dengan punggungan bawah laut Batu Tara.
Di sebelah utara Bali dan Lombok palung belakang ini
dibentuk oleh Laut Bali (lebar 100 km dan dalam 1500 m) ke
arah barat dasarnya berangsur-angsur terangkat sampai
bersambung dengan laut dangkal di selat Madura.
b. Busur Dalam
Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa
menuju Busur Dalam Banda. Di Nusa Tenggara merupakan
punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat dangkal
dan menjadi lebih dalam ke arah timur. Struktur umum Lombok di
sebelah utara merupakan zone volkanis dengan volkan aktif Rinjani
(zone Solo), dataran rendah Mataram (subzone Blitar). Di selatan
berupa pegunungan selatan dengan materi kapur Tertier dan breksi
volkanis. Bali dipisahkan oleh selat Bali terhadap Jawa. Zone di Bali
sama dengan Jawa. Bagian utara merupakan bagian terluas terdiri dari
volkan-volkan. Kuarter yang masih aktif, menunjukkan kelanjutan
kompleks volkan muda di Jawa. Dataran Denpasar yang membentang
pada kaki selatan volkan termasuk sub zone Blitar di Jawa. Dataran ini
dihubungkan oleh tanah genting yang menyempit dengan bukit-bukit
kapur Tertier Ulu Watu (213 m) yang dapat dibandingkan dengan
semenanjung Blambangan. Pulau Nusa Panida (529 m) antara Bali dan
Lombok juga terdiri dari kapur Tertier ini.
Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang
memisahkan geantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa
teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau

5
Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada
puncak geantiklinal. Sisi utara ditumbuhi oleh beberapa volkan muda.
Volkan Ngenges, Tambora dan Soromandi menghasilkan batuan
leucit. Sedimen tertier dan batuan kapur alkali disebarkan secara luas
di pulau Sumbawa. Hal ini memberikan gambaran bahwa zone
pegunungan Selatan Jawa terdapat di seluruh pulau Sumbawa dan
depresi menengah yang disebut zone Solo. Teluk Saleh merupakan
sebuah depressi terpencil dari zone Solo.
Pulau Flores dipisahkan dari Sumba oleh selat Sape. Komodo dan
Rinca termasuk ke dalam puncak geantiklinal Flores Tengah, yang
terdiri dari batuan volkanis lebih tua (Tertier) dan intrusi magmatis
yang dapat dibandingkan dengan Pegunungan Selatan Jawa. Volkan-
volkan yang lebih muda muncul di sepanjang pantai selatan Flores
Barat. Di Flores Timur geantiklinal itu berupa sumbu yang tenggelam
sehingga batuan volkanis yang lebih tua dan intrusi granodiorit tidak
begitu banyak, serta hanya terdapat volkan muda yang muncul
dibagian puncaknya. Geantiklinal itu bersambung disepanjang Solor,
Adonara, Lomblen dan Pantar, dimana pulau-pulau tersebut terdiri dari
volkan yang aktif. Sumbu itu kemudian melalui Alor, Kambing, Wetar
dan Romang. Di bagian ini busur dalam tidak memiliki volkan aktif.
Pulau-pulau tersebut tersusun dari endapan volkanis Tertier akhir yang
sebagian terdapat di bawah permukaan laut.
c. Palung Antara dengan Sumba
Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-
Lombok dan punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian
terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke arah timur
menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba. Cabang-
cabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa
dan Basin Sawu antara Flores timur dan Roti. Lereng yang curam pada
Wetar dan basin Sawu serta dasar laut yang datar menunjukkan adanya
penurunan permukaan bumi. Sedangkan ujung timur dan baratnya

6
dibatasi oleh pengangkatan seperti sembul (horst) di Kisar dan Sumba.
Kedua pulau tersebut secara morfologis termasuk zone palung antara.
d. Busur Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah:
Dana, Raijua, Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar laut
dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m dibawah permukaan laut,
selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara tersebut
sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi
sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
Pulau sawu mempunyai terumbu karang yang tingginya 300 m dpl
dan mengelilingi pulau ini yang tersusun dari batuan pre-tertier.
Punggungan dana-Raijua-Sawu serong terhadap punggungan Roti-
Timor, dari tempat itu dipisahkan oleh selat Daong. Pulau Roti
tersusun dari sedimen terlipat kuat dan tertutup oleh batu karang kuater
yang tingginya 430 m dpl. Timor merupakan hasil geantiklinal yang
lebar. Disamping itu terdapat depressi memanjang di puncaknya,
melalui Teluk Kupang sampai perbatasan Timor Leste dan berakhir di
muara sungai Lois.
e. Palung Depan
Antar pulau Chrismast dan punggungan bawah laut di selatan Jawa
terdapat cekungan dalam utama yang membujur arah timur-barat,
kedalamannya 7450 m. Palung depan Jawa dari sistem pegunungan
Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di Sumba kedalamannya
berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut
sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh
punggungan (1940 m) terhadap palung Timor. Palung di selatan Jawa
itu di bagian selatan dibatasi oleh pengangkatan dasar laut yang tidak
jelas batasnya melalui Pulau Chrismast menuju dasar laut yang
dalamnya 3000-4000 m. bagian timur palung Timor ini dibatasi oleh
dangkalan Australia atau dangkalan Sahul.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 NUSA TENGGARA ISLANDS

gambar 2 peta Kepulauan Nusa Tenggara

Kepulauan Nusa Tenggara didefinisikan sebagai wilayah yang terletak


antara bagian timur Pulau Jawa dan bagian barat Arc Banda, yang terdiri dari
kelompok pulau kecil dan cekungan. Secara fisiografis, ia dibatasi di sebelah
barat oleh Pulau Jawa, di sebelah timur oleh busur Banda, di sebelah utara oleh
Laut Flores dan di selatan oleh Samudera Hindia. Secara geologis, Kepulauan
Nusa Tenggara terletak di pusat Busur Banda, yang dibangun oleh gunung berapi
muda yang membentuk rantai pulau. Atas dasar teori lempeng tektonik, rangkaian
gunung berapi yang dibangun di Nusa Tenggara disebabkan oleh subduksi kerak
samudera Indo-Australia di bawahnya, dan ditafsirkan bahwa sumber magma
yang meleleh adalah sekitar kedalaman 165-200 km berdasarkan Hamilton's
Hamilton.

3.1.1 TECTONIC SETTING

8
gambar 3. pengaturan lempeng tektonik

Dalam hal pengaturan lempeng tektonik, kepulauan Indonesia terletak


di persimpangan tiga dari tiga lempeng utama, yaitu lempeng Indo-
Australia, Eurasia, dan Pasifik. Interaksi dari tiga lempeng utama
menciptakan tektonik yang kompleks terutama di batas lempeng yang
terletak di Indonesia Timur.

gambar 4. busur banda

Kepulauan Nusa Tenggara terutama terbentuk sebagai hasil dari


subduksi lempeng Indo-Australia di bawah Busur Sunda-Banda selama
Tersier atas di mana subduksi ini membentuk busur vulkanik bagian dalam
Kepulauan Nusa Tenggara. Namun, ada perbedaan dalam kaitannya dengan
analisis kimia di antara batuan vulkanik di Kepulauan Nusa Tenggara.
Busur vulkanik di wilayah Sunda timur, yang bersandar langsung pada
kerak samudera dan dibatasi oleh kerak samudera di kedua sisi, memiliki
lava dengan karakteristik kimia yang membedakan mereka dari lava di

9
bagian barat busur (Barber et al 1981). Hamilton (1979) mengemukakan
bubungan bagian dalam terbentuk dari batuan cenozoic calc-alkalic atas.
Batuan vulkanik di Arc Banda bagian dalam Kepulauan Nusa Tenggara di
mana batuan tertua yang diketahui adalah Miosen Awal, ditemukan sekitar
150 Km di atas zore gempa bumi (Hamilton 1979, Audley-Charles 1981).
Zona Benioff yang sangat aktif dibentuk oleh Hatherton dan Dickinson
(1969) dan diperbarui oleh Hamilton (1978). Seismisitas di Sektor Jawa
meluas hingga kedalaman maksimum sekitar 600 Km.

gambar 5. Geologi Busur Sunda-Banda

Ini menunjukkan subduksi litosfer sub-samudera milik Lempeng


Australia / Nugini di bawah Arc Banda, dan berhentinya vulkanisme di
Pliosen Awal di seberang Timor menunjukkan tabrakan Timor dengan Alor
dan Wetar, setelah semua litosfer samudera dikonsumsi oleh subduksi.
Ukuran pulau-pulau dari rantai vulkanik ini secara bertahap semakin kecil
ke arah timur dari Jawa melalui Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Wetar ke
Banda. Penurunan ini, yang paling terlihat di sebelah timur Wetar, mungkin
mencerminkan jumlah kerak samudera yang ditransmisikan, menyiratkan
bahwa gerakan dip-slip lebih penting ke arah barat dari Wetar dan gerakan
mogok-slip semakin penting ke arah timur. Atau, mungkin bahwa busur
vulkanik di timur Wetar saat ini lebih muda dan mungkin bahwa busur
vulkanik asli di timur Wetar telah ditimpa oleh margin benua Australia
(Bowin et al. 1980).

10
3.1.2 TECTONO-STRUCTURAL UNITS
Berdasarkan teori lempeng tektonik, Kepulauan Nusa Tenggara dapat
dibagi menjadi empat unit tektono-struktural yang terdiri dari utara ke
selatan, unit busur belakang yang ditempati oleh Laut Flores; Unit busur
dalam yang dibangun oleh serangkaian pulau vulkanik yang terdiri dari Bali,
Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca, Flores, Adonora, Solor, Lomblen,
Pantar, Alor, Kambing dan Wetar Unit busur luar yang dibentuk oleh non
vulkanik Pulau Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor; Dan unit
busur depan yang terletak di antara busur dalam dan busur luar dan
merupakan bagian dari cekungan dalam yang terdiri dari cekungan Lombok
dan Savu.

gambar 6 tektonik struktural

3.1.2.1 Back=Arc Region


Wilayah busur belakang Kepulauan Nusa Tenggara terutama
ditempati oleh Laut Flores yang dapat dibagi menjadi tiga unit morfologi
(Bemmelen, 1949); laut NW Flores, Basin Flores bagian tengah, dan Laut
Flores timur. Kontur Eathymetric di Laut Flo berorientasi EW. Fenomena
yang paling menonjol adalah Depresi Flores simetris, di mana kedalaman

11
air melebihi 5.000 meter. Menuju busur vulkanik, landas kontinen sempit
dan sangat curam, menyarankan kontrol struktural yang terlibat Laut NW
Flores adalah anjungan yang luas dan dangkal yang menghubungkan
Lengan Sulawesi Selatan dan Selat Sunda dengan kedalaman air kurang
dari 1000 m. Cekungan Flores Tengah memiliki bentuk segitiga dengan
bagian atas segitiga menunjuk ke arah arah gunung berapi Lampobatang,
sedangkan Laut Flores bagian timur terdiri dari punggung bukit dan palung
yang saling terhubung, yang menghubungkan Lengan Selatan Sulawesi
dengan Kapal Selam Batu Tara Ridge di barat Cekungan Banda Selatan.
3.1.2.1.1 Back-Arc Thrusting
Di Laut Flores, fenomena back arc thrusting telah menarik banyak
perhatian dan berbagai hipotesis telah diajukan untuk menjelaskan
mekanisme inisiasi dan penggeraknya Silver et al. (1983) mendaftarkan
beberapa hipotesis ini, termasuk gaya tubuh gravitasi sebagai satu-satunya
mekanisme, gravitasi menyebar sebagai hasil dari bantuan atau injeksi
magma yang ada di busur vulkanik, dan subduksi sudut rendah yang
dilakukan dengan menyodorkan busur belakang dan stres tumbukan.
Silver et al. (1983; 1986) menganggap back-arc thrusting sebagai
prekursor dari arc prolarity reversal.
Ada dua zona utama di wilayah busur-belakang Kepulauan Nusa
Tenggara di mana busur busur belakang terjadi (Silver et al. 1986 Prasetyo
dan Dwiyanto 1986); satu di sebelah utara Wetar dan Alor (Wetar Thrust),
yang lain di utara Flores dan Sumbawa adalah tanah (Flores Thrust).
Hamilton (1979) mengusulkan bahwa tusukan busur belakang ini
menunjukkan pembalikan polaritas subduksi karena kesulitan
menundukkan margin benua apung Australia, sedangkan Silver et al.
(1983) mengaitkan distribusi back arc thrusts dengan ketebalan dari
forearc crust. Kerak lengan tebal, yang diwakili oleh Pulau Sumba dan
Pulau Timor, masing-masing berkorelasi dengan pembentukan dorong
Flores dan Wetar.
3.1.2.1.2 Stratigrapi
Silver et al. (1986) membagi kemiringan luar dan sedimen parit di
Cekungan Flores menjadi lima unit stratigrafi seismik yang dapat dikenali,

12
tetapi tidak semua unit muncul di semua bagian. Divisi berikut didasarkan
pada deskripsi mereka. Reflektor terendah (B) tidak beraturan, dan
dianggap sebagai basement akustik. Disarankan bahwa pada Jalur 14,
setidaknya, ruang bawah tanah ini dapat terdiri dari aliran lava muda
(Pliocene?), Konsisten dengan terjadinya produk vulkanik di pulau-pulau
Grup Bonerate di utara. Unit 1, yang langsung menutupi landasan, sangat
reflektif dan sangat bervariasi ketebalannya. Pada Baris 8-12 unit ini dapat
dilihat dengan jelas dan dapat menebal ke barat. Di atas Unit 1 adalah Unit
2 yang kurang reflektif. yang diduga telah disimpan dalam kondisi pelagis
atau hemipelagis. Unit 3 berlapis dengan baik dengan ketebalan yang
bervariasi dan diinterpretasikan sebagai deposit turbidit. Above Unit 3
adalah lapisan hemipelagik dengan lapisan tipis yang umumnya
membentuk puncak urutan lereng. Unit ini muncul di semua bagian dan
sangat tebal di beberapa tempat, meskipun ketebalan rata-rata hampir
konstan pada beberapa ratus meter. Unit 5 terdiri dari turbidit parit. Ini
ada pada semua profil tetapi sangat bervariasi dalam ketebalan dan luas
lateral. Kerangka kerja stratigrafi di bagian barat Laut Flores dekat
Cekungan Bali dapat dijelaskan dalam empat unit utama (Guntoro 1999),
ruang bawah tanah metamorf, endapan rift, sedimen rift-rift, dan sedimen
post rift. Di beberapa tempat intuisi diapiric mencapai sedimen pasca
keretakan. Pergerakan diapir dikaitkan dengan kompresi genom, yang
menghasilkan pembentukan kesalahan dorong.
3.1.2.1.3 Struktur
Struktur bagian barat Laut Flo didasarkan pada profil refeleksi
seismik (Guntoro 1999) Struktur interpretasi dalam Palaeogen yang
kemudian pada tektonik kompresional yang diperluas di Pliocene
membentuk struktur inversi. Bagian seismik ini dapat dideskripsikan
dalam dua bentuk utama yaitu adanya tekanan rift (utara dan selatan),
dipisahkan oleh SMA Lombok. Struktur dapat dikenali sebagai akibat
pelipatan, penusukan, patahan balok, intrusi diapirik, dan intrusi beku.
Sesar dorong yang lebih tua, memanjang dari dasar melalui unit
sedimen pra-rift, dikaitkan dengan kompresi Cretaceous yang
menyebabkan pengangkatan daerah yang diikuti oleh erosi. Sesar normal,

13
memanjang dari dasar melalui sedimen syn-rift, dihubungkan dengan
ekstensi Paleocene-Eocene yang menghasilkan struktur horst dan graben.
Dorongan yang lebih muda, memanjang dari basement ke dalam sedimen
pasca-keretakan, dikaitkan dengan reaktivasi dari kesalahan normal.
Waktu dalam versi dapat disimpulkan dari kelenturan yang diamati dalam
sekuens seismik yang diidentifikasi sebagai Miosen Tengah hingga
Pliosen. Profil seismik menunjukkan bahwa wilayah tersebut didominasi
oleh serangkaian blok ruang bawah tanah yang dilemparkan ke bawah dan
aktivitas magmatik The Flores Ridge, the Flores Thrust, Basin Flores,
Ridge Selayar, Basin Selayar, Basin Bone, Kabaena Basin dan Kabaena
Ridge semuanya dapat diidentifikasi. Sedimen terakumulasi di beberapa
sub cekungan yang dipisahkan oleh ketinggian topografi samudera. Ada
dua jenis reflektor utama. Yang pertama ditandai dengan bulat, struktur
seperti conel, permukaan tidak teratur dan morfologi tinggi, dapat dilihat
di Selayar Ridge, Bone Ridge dan Kabaena Ridge. Jenis reflektor kedua
adalah sub-paralel terhadap horizontal. Di cekungan Kabaena dan Selayar,
reflektor ini tidak menunjukkan sedimen datar di Cekungan Flores, di
mana reflektor lebih halus daripada di Kabaena dan Selayar, mereka
mungkin menandai aliran lahar basaltik dengan lapisan sedimen tipis. Dari
sudut pandang stratigrafi dan struktural, jelas bahwa unit busur belakang
Kepulauan Nusa Tenggara memiliki sejarah dan evolusi yang berbeda.
Bagian barat Laut Flores menunjukkan mirip dengan cekungan di Laut
Jawa di mana sejarah dimulai sejak Mesozoikum. Sebaliknya, Laut Flores
bagian tengah menunjukkan cekungan muda usia Pliosen.

3.1.2.2 Inner-Arc Region


Wilayah busur dalam Kepulauan Nusa Tenggara terletak di punggung
bukit geanticlinal (van Bemmelen 1949), yang memiliki lebar sekitar 100
km di ujung barat, secara bertahap berkurang ke arah timur hingga sekitar
40 km. Ini terdiri dari deretan pulau-pulau vulkanik muda, panjang 1400
km, menghubungkan busur dalam vulkanik dari sistem Banda dengan
busur Jawa-Sumatera vulkanik, mereka adalah dari Bali, Lombok,
Sumbawa, Komodo, Rinca, Flores, Adonora, Solor, Lomblen, Pan tar,

14
Alor, Kambing dan Wetar; Van Bemmelen (1949) membagi barisan vokal
dalam ini menjadi bagian timur dan barat. Bagian timur (dari Romang ke
Komodo) mewakili busur gunung berapi orogen Timor. Sedangkan bagian
barat (Dari Sumbawa ke Bali) lebih dekat hubungannya dengan sektor
Jawa dari Sistem Gunung Sunda.
3.1.2.2.1 Geologi Regional

gambar 7. busur sunda-banda

Pulau Lomok dan Sumbawa terletak di bagian tengah Arc Sunda.


Batuan tertua yang terpapar adalah Miosen, menunjukkan bahwa subduksi
dan vol canism dimulai jauh lebih lambat daripada di Jawa dan Sumatra di
barat, di mana ada banyak batuan vulkanik dan intrusif pada zaman
Mesozoikum. Pulau-pulau tersebut terletak di tepi timur rak Sunda, di
zona di mana ketebalan kerak bumi tampaknya semakin berkurang, dari
barat ke timur (Curray et al, 1977). Struktur kecepatan seismik dari kerak
bumi di daerah ini adalah transisi antara profil kelautan dan benua yang
khas dan Moho tampaknya terletak pada sekitar 20 km (Curr et al. 1977).
Faktor-faktor ini cenderung menunjukkan bahwa ada peluang terbatas
untuk kontaminasi kerak pada magma yang meletus di pulau Lombok dan
Sumbawa. Selain itu, pulau - pulau ini terletak di sebelah selatan di
sebelah barat bagian paling timur Sunda dan barat Banda busur di mana
tabrakan dengan lempeng benua Australia tampaknya sedang berlangsung.
Gunung berapi yang dipertimbangkan terletak antara 165 dan 190 km di
atas Benioff Zone (Hamilton 1979) Rinjani, Gunung Berapi Tambora
Sangeang Api masih aktif, sementara Sangenges dan Soromundi adalah

15
kerucut terkikis pada zaman Kuarter (Sudrajat 1975). Ada tanda offset di
garis gunung berapi aktif antara Gunung berapi Sumbawa (Sangeang Api)
yang paling timur dan garis gunung berapi aktif di Flores. Ini
menunjukkan bahwa patahan transkurban besar memotong busur antara
Pulau Sumbawa dan Flores. Audley-Charles (1975) berpendapat bahwa
fitur ini mewakili diskontinyuitas teknis utama antara busur Sunda timur
dan barat (Fraktur Sumba). Lebih lanjut, Hedervari (1978) dan Ritsema
(1954) menemukan tidak adanya pasar aktivitas gempa bumi dangkal dan
menengah di wilayah tersebut di selatan Lombok dan Sumbawa, sebuah
fitur yang mereka interpretasikan untuk mewakili penembakan yang
ditandai di Zona Arc Sunda Kesalahan dan pelipatan menyebabkan
deformasi yang kuat di bagian timur Cekungan Lombok dan ditandai
dengan patahan blok, serpihan diapir, dan gunung lumpur (Prasetyo 1992).
Abbot dan Chamalaun (1978) mengemukakan bahwa Wetar membentuk
pulau sebagai bagian dari busur pulau oleh Okistosen Akhir Miosen akhir
pengangkatan besar terjadi selama Plio-pleistocene.
3.1.2.2.2 . Stratigrapi
Batuan tertua yang terpapar adalah batuan voicanic Miosen Awal
yang terdiri dari satuan vulkanik andesit-basaltik breksi yang diendapkan
di lingkungan laut. Unit ini mengganggu unit batu pasir tuffaceous (terjadi
di pulau Ruteng, Ende, Lomblen dan Sumbawa) dan unit batu kapur (ok di
Komodo dan Sumbawa), kedua unit juga saling mengganggu. Konon,
tetapi di beberapa daerah lain tidak sesuai, di atasnya batuan vulkanik
Miosen Awal adalah satuan terumbu (terjadi di Bali, Lombok, Sumbawa,
Komodo, Ruteng) dan satuan lava dasit (terjadi di Lombok, Komodo,
Ruteng, Alor & Wetar Barat). Satuan terumbu dan satuan lava dasit saling
berhubungan dengan bagian atas batu pasir tufaceous ( dalam Bali). Akhir
tanggul basaltik-granit Miosen Tengah mengganggu semua satuan batuan
di atas. Satuan batu pasir tufaceous, unit terumbu, dan lava dasit yang
tidak selaras adalah satuan tuf andesitik-basaltik (terjadi di Sumbawa,
Ruteng, Ende, Lomblen, Alor dan Wetar Barat), satuan terumbu karang
(terjadi di Sumbawa, Komodo, Ruteng, Ende, Lomblen ), dan satuan lava
andesitik basaltik (terjadi di Alor, Lomblen, Alor & Wetar Barat, Wetar) di

16
mana ketiga unit tersebut saling berinteraksi dan juga Formasi
Naumantang (dalam Wetar). Usia unit tuf andesitik-basaltik, unit terumbu
karang, dan lava andesitik-basaltik berkisar dari Miosen Akhir hingga
Pliosen, sedangkan usia Formasi Naumantang adalah Miosen Akhir.
Di bagian timur tanah Nusa Tenggara-granodioritic intrusi,
beberapa batuan dioritik merupakan bagian dari unit lava andesitik-
basaltik dan Formasi Naumantang. Menuju bagian barat (Bali), setara
dengan unit tuf andesitik-basaltik, unit terumbu karang dan unit lava
andesitik-basalt adalah Formasi Selatan yang terdiri dari batu kapur yang
tertutup sesuai dengan Formasi Ulakan. Disarankan bahwa yang sesuai di
atas Formasi Selatan adalah Formasi Prapatagung dan batuan vulkanik
Pulaki. Formasi Prapatagung dan batuan vulkanik Pulaki secara tak
sengaja ditindih oleh Formasi Asah yang terdiri dari batuan vulkanik dan
berkapur lokal. Tercakup sebagian besar wilayah yang tidak sesuai adalah
produk vulkanik lama yang terdiri dari lava, breksi, aglomerat, dan andesit
tuf berpasir dari zaman Plio-Pleistosen. Aktivitas vulkanik di Kepulauan
Nusa Tenggara terus berlanjut hingga saat ini. Hasilnya dapat dilihat
sebagai kerucut gunung berapi yang dibangun oleh batuan desititik-
basaltik. Gunung berapi itu tumbuh dengan baik di darat maupun di lepas
pantai. Batuan yang dianggap sebagai produk muda adalah terumbu
karang, teras, dan endapan alluvium dan pantai. Semua batuan tersebut
terendapkan secara tidak selaras di atas batuan sekitarnya. Aktivitas
vulkanik dengan ledakan kuat dapat dilihat di Bali dan Lombok dengan
hasil kaldera seperti Kaldera Buyan-Bratan, Kaldera Batur, Kaldera
Rinjani. Terjadinya Batur Caldera adalah sekitar 22.000 +/- 1500 tahun.

17
3.1.2.2.3 Sejarah Geologi

gambar 8. Geologi nusa tenggara

Berdasarkan data stratigrafi dan struktural di atas, Suwarno dan


Noya (1985) mengusulkan sejarah geologi busur dalam Kepulauan Nusa
Tenggara. Sejarah geologis dimulai pada Miosen Awal ketika daerah
tersebut membentuk cekungan. Endapan pertama adalah sedimen klastik
yang membentuk batupasir tufaceous dan batu kapur yang diendapkan di
lingkungan laut dengan kedalaman sekitar 20-100 m (neritic). Sebelum
sedimen klastik ini diendapkan, daerah tersebut dipengaruhi oleh aktivitas
vulkanik laut yang membentuk vulkanik andesitik-basaltik yang disebut
vulkanik breksi andesitik-basaltik. Aktivitas vulkanik ini menunjukkan
subduksi busur busur vulkanik di Kepulauan Nusa Tenggara pada awalnya
terjadi pada masa pra-Miosen dan setidaknya di Oligo-Miosen (Katili
1975).
Di pertengahan Miosen. aktivitas vulkanik andesitik-basalt
menurun. tetapi digantikan oleh penampilan bahan komposisi-ritolit dasit.
Mereka diwakili oleh unit lava dasit, bagian atas unit batupasir tufaceous,
unit batu kapur karang dan bagian atas Formasi Muakan (Mu). Di Miosen
Tengah, secara lokal di Sumbawa dan Komodo terdapat aktivitas tektonik
yang ditunjukkan oleh ketidaksesuaian antara andesit-basaltik volcanic
breccia, unit batu kapur karang dan unit lava dasit. Pada Miosen Tengah
akhir hingga Miosen Awal awal. ada aktivitas tektonik yang
menyebabkan peningkatan, patahan, dan lipat tren di NE-SW ke NNW-
SSE dan juga dikaitkan dengan aktivitas magis dari berbagai komposisi.

18
Dari Lombok hingga Wetar, peristiwa ini menyebabkan kesenjangan yang
tidak jelas, tetapi di Bali, acara ini tidak jelas. Di Bali. endapan sedimen
laut berlanjut hingga Pliosen dan bahkan Kuarter menghasilkan Formasi
Surga, Formasi Selatan, Formasi Prapagung dan batuan vulkanik Pulaki.
dari fakta ini, disarankan bahwa antara Lombok dan Bali, itu terputus oleh
patahan tren di N-S dengan dijungkirkan di Lombok dan jatuh di Bali.
Pasca Miosen Atas Awal, semua wilayah dari Sumbawa ke Wetar
mengalami amblesan. Sebaliknya Lombok adalah bagian dari cekungan
terpisah tinggi di bagian timur (Sumbawa ke Wetar) dan di bagian barat
(Bali), sehingga disarankan bahwa Lombok tinggi. Di cekungan timur,
terjadi pengendapan tufa, batu pasir tufaceous dan batu kapur, yang
dikelompokkan dalam unit tuf andesitik-basaltik dan unit batu kapur
terumbu dengan lingkungan neritic-bathyal. Sementara di Wetar dan Bali
terjadi aktivitas vulkanik laut yang menghasilkan lava, breksi, aglomerat
dan tuf dalam komposisi basaltik-andestik dan dasit dengan interkalasi
berkapur. Batuan ini dikelompokkan menjadi unit lava andesitik-basaltik
dan formasi Naumantang. Aktivitas pengendapan ini berlangsung hingga
Pliosen Awal sedangkan pada umumnya aktivitas vulkanik pada Piiosen
Awal melakukan dan menghasilkan tuf saja. Di Plio-Pleistosen, cekungan
di Sumbawa-Wetar terangkat dengan pembentukan lipatan kuat-kuat pada
Pliosen akhir atau Pleistosen awal. Pada waktu itu, aktivitas vulkanik
meningkat lagi, menghasilkan batuan vulkanik andesitik-basaltik dan
menghasilkan tephrite-lesit lokal seperti di Sumbawa. Dalam Late
Pliocene to Pleistocene, Bali adalah juga terangkat diikuti oleh aktivitas
vulkanik yang menghasilkan batuan vulkanik andesitik-basaltik non-laut.
Ini juga terjadi di Lombok dan di Sumbawa-Wetar. Lokal di Bali juga
menyatakan konglomerat, batu pasir, dan terumbu karang Formasi
Palasari. Dalam Late Pleistocene, semua area terangkat dan diikuti oleh
patahan dan lipat. Satuan batuan Miosen ke Pliosen menunjukkan
kecenderungan patahan pada NE-SW hingga NW-SE. Aktivitas volkanik
Akhir atau Early Holocene berlangsung hingga hari ini ditandai dengan
keberadaan 17 gunung berapi aktif. Fakta ini tidak dapat dipisahkan

19
dengan pergerakan lempeng samudera Indo-Australia. Gunung berapi di
Bali-Sumbawa menempati bagian utara busur, sementara di Flores
menempati bagian selatan busur. Aktivitas vulkanik ini menghasilkan
batuan vulkanik andesitik-basaltik yang dikelompokkan menjadi batuan
vulkanik muda dan menutupi beberapa batuan yang lebih tua. Kehadiran
teras pantai dan sungai, endapan lacustrine yang terangkat dan terumbu
karang, menunjukkan bahwa daerah ini masih mengalami peningkatan
hingga sekarang. Untuk Bali, pengangkatan Kuarter menghasilkan
Formasi Palasari. Gerakan pengangkatan mungkin masih terus berlanjut
dan menyebabkan kemiringan pulau Bali di mana bagian utara lebih curam
daripada bagian selatan.

3.1.3 VOLCANIC ACTIVITY


Guncangan dan gunung berapi aktif yang sering terjadi di Kepulauan Nusa
Tenggara menunjukkan proses tektonik aktif, yang saat ini sedang berlangsung
sebagai tanggapan terhadap pergerakan terus-menerus Lempeng Indo-Australia di
bawah busur. Namun ke arah timur subduksi, di Alor dan Wetar, gunung berapi
tidak lagi aktif sejak zaman Pleistosen dan semakin terpuruk karena gencatan
subduksi ketika tabrakan batas utara Australia di bawah busur terjadi. Banyak
penulis berasumsi bahwa busur Sunda dan busur Banda berlanjut. Namun,
beberapa penulis lain menyarankan agar ini tidak dilanjutkan. Beberapa hipotesis
telah diajukan untuk mendukung pendapat ini sebagaimana dijelaskan di bawah
ini. Cardwell dan Isack (1978) tidak menunjukkan bukti adanya kelainan utama
dalam catatan seismik. Namun: Audley-Charles (1975) mengusulkan fraktur
Sumba antara Sumbawa dan Flores sebagai diskontinuitas struktural dari dua
busur. Nishi-mura et al. (1981) mengusulkan bahwa diskontinuitas tektonik
utama memisahkan Indonesia timur dari Indonesia barat antara sumbawa dan
flores.
Pandangan ini didasarkan pada investigasi perbedaan dalam fitur morfologi
geofisika, geokimia dan kapal selam. Pola anomali gravitasi Bouguer regional
berubah banyak di daerah antara Sumatra dan Flores (Chamalaun et al. 1976). Di
sebelah timur Pulau Flores, ada anomali gravitasi timur-barat di sepanjang Arc
Banda bagian luar dengan nilai positif tinggi di utara. Di sebelah barat Pulau

20
Sumbawa terdapat anomali gravitasi timur-barat yang terkait dengan sistem
Palung Jawa, tetapi di lapangan berkurang dari nilai positif tinggi ke selatan ke
nilai rendah atau negatif ke utara. Antara dua daerah ini dari gradien yang
berlawanan adalah daerah di mana tren garis kontur utara-selatan. Dalam studi
geokimia. ada perbedaan karakter kimia batuan vulkanik Kuarter di Lombok,
Sumatra dan Bali di satu sisi dan Flores di sisi lain. Diskontinuitas dalam
distribusi guncangan gempa bumi di bawah Busur Sunda menunjukkan bahwa
pengerjaan lempeng samudera Hindia secara aktif sedang berlangsung di segmen
busur ini. Whist, guncangan dangkal tidak ada di segmen barat busur Banda,
menunjukkan bahwa di sebelah timur Sumba pengejaran telah terjadi.
Diskontinuitas dalam tren busur gunung berapi, dengan gunung berapi di sisi
timur diskontinuitas dipindahkan ke selatan sehubungan dengan yang di barat.
Offset ini terjadi sepanjang perpanjangan sesar transcurrent Palu-Koro yang
diakui di Sulawesi.

3.1.4 SUMBA ISLAND

gambar 9. Pulau Sumba

Pulau Sumba di Indonesia terletak di persimpangan sistem subduksi


kelautan Arc Sunda dan Arc Banda, di mana kerak benua Australia terlibat dalam
proses tabrakan. Sumba adalah bagian yang muncul dari angkat lengan atas yang
lebih besar dan berorientasi WNW-ESE di persimpangan cekungan lengan bawah
Lombok dan Savu. Sumba Ridge ini (Van Weering et al. 1989, 1994a)
memanjang dari bagian paling timur dari Cekungan Lombok pada 118 °, ke

21
Cekungan Sabu sampai 121030 '. di mana ia berbatasan dengan zona dorong
Savu. Di selatan Sumba, parit Jawa lebih dari 6 km di bagian depan subduksi
Sunda akan melengkung dengan cepat, melengkung ke arah selatan, dan melewati
batas lempeng yang lebih luas di mana kerak benua Australia terlibat. Di sini,
kedalaman hingga 3 km di Timor.

gambar 10. Busur sunda-banda

Palung adalah ekspresi yang paling jelas (Harris 1991: Masson et al. 1991).
Baru-baru ini diperoleh data geofisik (Genrich et al. 1996: Snyder et al., 1996)
menunjukkan bahwa sebagian besar pergerakan utara Australia saat ini relatif
terhadap Eropa terjadi di N Timor, di sepanjang zona dorong Flores dan Wetar.
Bahkan. Temuan ini mengkonfirmasi interpretasi yang lebih tua (Audley Charles,
1975) bahwa Sumba terletak di zona transisi antara Arc Sunda bagian dalam timur
dan wilayah Arc Banda selatan. Genrich et al. (1996) mengukur perubahan besar
dalam gerakan relatif terhadap beting Sunda antara segmen Sumba dan Banda,
yaitu 20 cm / tahun di Sumba dan W. Flores dan 60 cm / tahun di timur Flores.
Gerakan kerak diferensial ini menyebabkan geser sinistral dalam suatu zona yang
kurang lebih sesuai dengan tepi landas kontinen Australia yang ditundukkan dan
meluas ke Flores. Sumba umumnya dianggap sebagai benua mikro. Sampai
baru-baru ini, kemungkinan asal dari Australia, Asia Tenggara, atau posisi di
dalam Tethys tetap menjadi masalah yang kontroversial. Namun, penelitian

22
paleomagnetik dan isotop baru-baru ini (Wensink 1994; Wensink dan Van Bergen
1995; Vroon 1996), menegaskan afinitas Sumba dengan Sundaland tenggara,
seperti yang disarankan sebelumnya oleh Hamilton (1979). Menurut Wensink
(1994), daratan Sumba melayang dari posisi yang sedikit lebih utara di sepanjang
batas Asia Tenggara dan terperangkap dalam pengaturan cekungan lengan di
Oligosen akhir (Hamilton 1979; Chamalaun et al. 1982). Terlepas dari posisinya
di batas barat zona tumbukan antara Arc Arc dan Australia, deformasi Sumba
sejak Miocene Tengah ringan dan ditandai dengan kemiringan keseluruhan yang
lembut ke arah utara, dari bagian atas yang terbuka lebar. Sedimen Kenozoikum
(Fortuin et al., 1997)

23
BAB IV
KESIMPULAN

Kepulauan Nusa Tenggara didefinisikan sebagai wilayah yang terletak


antara bagian timur Pulau Jawa dan bagian barat Arc Banda, yang terdiri dari
kelompok pulau kecil dan cekungan
Kepulauan Nusa Tenggara terutama terbentuk sebagai hasil dari subduksi
lempeng Indo-Australia di bawah Busur Sunda-Banda selama Tersier atas di mana
subduksi ini membentuk busur vulkanik bagian dalam Kepulauan Nusa Tenggara.
Berdasarkan teori lempeng tektonik, Kepulauan Nusa Tenggara dapat dibagi
menjadi empat unit tektono-struktural yang terdiri dari utara ke selatan, unit busur
belakang yang ditempati oleh Laut Flores; Unit busur dalam yang dibangun oleh
serangkaian pulau vulkanik yang terdiri dari Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo,
Rinca, Flores, Adonora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar Unit
busur luar yang dibentuk oleh non vulkanik Pulau Dana, Raijua, Sawu, Roti,
Semau dan Timor; Dan unit busur depan yang terletak di antara busur dalam dan
busur luar dan merupakan bagian dari cekungan dalam yang terdiri dari cekungan
Lombok dan Savu.
Guncangan dan gunung berapi aktif yang sering terjadi di Kepulauan Nusa
Tenggara menunjukkan proses tektonik aktif, yang saat ini sedang berlangsung
sebagai tanggapan terhadap pergerakan terus-menerus Lempeng Indo-Australia di
bawah busur. Namun ke arah timur subduksi, di Alor dan Wetar, gunung berapi
tidak lagi aktif sejak zaman Pleistosen dan semakin terpuruk karena gencatan
subduksi ketika tabrakan batas utara Australia di bawah busur terjadi.
Pulau Sumba di Indonesia terletak di persimpangan sistem subduksi
kelautan Arc Sunda dan Arc Banda, di mana kerak benua Australia terlibat dalam
proses tabrakan. Sumba adalah bagian yang muncul dari angkat lengan atas yang
lebih besar dan berorientasi WNW-ESE di persimpangan cekungan lengan bawah
Lombok dan Savu.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hall, R. (n.d.). Indonesia, Geology. Royal Holloway University of London.


Sidi, H. D. (2000). An Outline Of The Geology Of Indonesia. Ikatan Ahli Geologi
Indonesia.
Sriyono. (2014). Geologi dan Geomorfologi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.

25

Anda mungkin juga menyukai