Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KDM

GANGGUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

Oleh :

1. Darwin Benmardon Yulius


2. Alravido Ma’ruf
3. Dimas Agil Yosa
4. Nikadek Noviani Rambu Nati
5. Emiliana Tawuru May
6. Devi Nyandrasari
7. Dina Purnamasari
8. Icha Octaviani Widya Pinasti
9. Yuli Ambar Nirmala Dewy

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang

dalam melakukan aktivitas. Seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system

persarafan dan muskuluskeletal. Ketika kebutuhan energy tidak tercukupi

maka akan terjadi penurunan dalam kapasitas fisologi seseorang untuk

melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan

akan mengakibatkan intoleransi aktivitas, terjadi kelemahan umum dan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen karena status

penyakit sehingga dilakukan tirah baring untuk mempertahankan atau

memenuhi aktivitas harian yang diperlukan atau diharapkan.

Kita dapat melihat perbedaan orang sehat dengan yang mengalami

intoleransi aktivitas adalah ketika mereka meakukan suatu gerakan. Bagi

orang normal, berjalan dua tiga meter tidak merasa lelah, akan tetapi bagi

pasien yang mengalami intoleransi aktivitas, bergerak atau berjalan sedikit

saja nafasnya sudah terengah-engah karena tubuhnya tidak mampu

memproduksi energi yang cukup untuk bergerak. Oleh karena dalam laporan

pendahuluan ini akan membahas tentang gangguan aktivitas.

B. Tujuan

1. Mengetahui konsep gangguan kebutuhan aktivitas

2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada gangguan aktivitas

BAB II

KONSEP DASAR
A. Definisi

Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan

bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan

hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang

melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan

aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan

musculoskeletal.

Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana

manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

(Asmadi, 2008). Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan

ketidakmampuan seseorang untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.

B. Etiologi

Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai

berikut :

1. Kelainan Postur
2. Gangguan Perkembangan Otot
3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4. Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan Otot
C. Manifestasi Klinik

Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan

aktivitas yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan
alat/orang lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan

dalam berjalan.

D. Patofisiologi

Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas

tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat

menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah :

1. Kerusakan Otot

Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun

fisiologis otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam

proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan

terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal

seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot.

Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.

2. Gangguan pada skelet

Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat

terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau

mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran

maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang

sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.

3. Gangguan pada sistem persyarafan

Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e

otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan
anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan

penyampaian impuls dari dank e organ target. Dengan tidak sampainya

impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur,

erosi, dan perubahan hubungan tulang).


b) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang

di daerah yang sulit untuk dievaluasi)


c) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan

lunak melalui tulang)


2. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah dan urine
b) Pemeriksaan Hb

F. Komplikasi
a. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi

orthostatic
c. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
d. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
e. Status emosi stabil
(Rosidawati, dkk 2008 )
G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung

sepanjang kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang

berlangsung sepanjang khidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung pada

system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses


episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-

masalah yang dapat timbul akibat imobilitas atau ketidakaktifan.

a. Hambatan terhadap latihan


b. Pengembangan program latihan
c. Keamanan

2. Pencegahan sekunder

Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari

imobilitas dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan.

Keberhasian intervensi berasal dari suatu pengertian tentang berbagai

factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan

penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi

dan pencegahan komplikasi. (Tarwoto & Wartonah, 2006)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang

menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.


2. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan mobilitas


3. Riwayat Keperawatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya

riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.


4. Kemampuan Mobilitas
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain, dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
5. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu,

siku, lengan, panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal

yang berbeda pada setiap gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi,

hiperekstensi)
Rentang gerak (Range of motion-ROM)
Derajat
Gerak sendi
rentang normal

Bahu Adduksi : gerakan lengan ke lateral 180


dari posisi samping ke atas kepala,
telapak tangan menghadap ke posisi
yang paling jauh.

Siku Fleksi : angkat lengan bawah ke arah 150


depan dan ke arah atas menuju bahu

Pergelangan Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90


tangan bagian dalam lengan bawah

Ekstensi : luruskan pergelangan 80-90


tangan dari posisi fleksi

Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan 70-90


ke arah belakang sejauh mungkin.

Abduksi : tekuk pergelangan tangan 0-20


ke sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap keatas.

Adduksi : tekuk pergelangan tangan 30-50


ke arah kelingking telapak tangan
menghadap keatas.

Tangan dan Fleksi : buat kepalan tangan 90


jari

Ekstensi : luruskan jari 90

Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan 30


ke belakang sejauh mungkin

Abduksi : kembangkan jari tanagn 20

Adduksi : rapatkan jari-jari tangan 20


dari posisi abduksi

6. Perubahan Intoleransi Aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan

sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.


7. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral

atau tidak.
1. Derajat kekuatan otot

Skala Procentase Kekuatan Karakteristik


Normal
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
4 75 gravitasi

5 100 Gerakan penuh yang normal melawan


gravitasi dan melawan tahan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh

2. Katz index
AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN
(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA Dengan pemantauan,
pemantauan, perintah pendampingan
perintah ataupun personal atau perawatan
didampingi total

MANDI (1 poin) (0 poin)


Sanggup mandi Mandi dengan bantuan
sendiri tanpa lebih dari satu bagian
bantuan, atau hanya tubuh, masuk dan keluar
memerlukan kamar mandi.
bantuan pada bagian Dimandikan dengan
tubuh tertentu bantuan total.
(punggung, genital,
atau ekstremitas
lumpuh).

BERPAKAIAN (1 poin) (0 poin)


Berpakaian lengkap Membutuhkn bantuan
mandiri. Bisa jadi dalam berpakaian, atau
membutuhkan dipakaikan secara
bantuan untuk keseluruhan.
memakai sepatu.

TOLETING (1 poin) (0 poin)


Mampu ke kamar Butuh bantuan menuju
kecil (toilet), dan keluar toilet,
mengganti pakaian, membersihkan sendiri
membersihkan atau menggunakan
genital tanpa telepon.
bantuan.

PINDAH POSISI (1 poin) (0 poin)


Masuk dan bangun Butuh bantuan dalam
dari tempat berpindah dari tempat
tidur/kursi tanpa tidur ke kursi, atau
bantuan. Alat bantu dibantu total.
berpindah posisi
bisa diterima

KONTINENSIA (1 poin) (0 poin)


Mampu mengontrol Sebagian atau total
secara baik inkontinensia bowel dan
perkemihan dan bladder.
buang air besar

MAKAN (1 poin) (0 poin)


Mampu Membutuhkan bantuan
memasukkan sebagian atau total dalam
makanan ke mulut makan, atau memerlukan
tanpa bantuan. makanan parenteral.
Persiapan makan
bisa jadi dilakukan
oleh orang lain.

Skor :
A = Mandiri dalam semua fungsi
B = Mandiri untuk 5 fungsi
C = Mandiri, kecuali mandi dan 1 fungsi lain
D = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan 1 fungsi lain
E = Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan 1 fungsi lain
F = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan 1
fungsi lain
G = Ketergantungan untuk semua fungsi
3. Indeks ADL Barthel (BAI)
NO. FUNGSI SKOR KETERANGAN

1. Mengendalikan 0 Tak terkendali/ tak teratur


rangsang (perlu pencahar)
pembuangan tinja 1 Kadang-kadang tak
2 terkendali (1x seminggu)
Terkendali teratur

2. Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai


rangsang berkemih kateter
1 Kadakng-kadang tak
terkendali (hanya 1x/24 jam)
2 Mandiri

3. Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain


(seka muka, sisir 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)

4. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan


masuk dan keluar orang lain
(melepaskan, 1 Perlu pertolongan pada
memakai celana, beberapa kegiatan tetapi
membersihkan, dapat mengerjakan sendiri
menyiram) beberapa kegiatan yang lain.
2 Mandiri

5. Makan 0 Tidak mampu


1 Perlu ditolong memotong
makanan
2 Mandiri

6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu


berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk
bisa duduk
2 Mandiri

7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu


1 Bisa (berpindah) dengan
kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1
orang
3 Mandiri

8. Memakai baju 0 Tergantung orang lain


1 Sebagian dibantu (mis:
memakai baju)
2 Mandiri

9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu


1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri

Total Skor BAI :


20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0.4 : Ketergantungan total
8. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan

mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan

emosi, dan sebagainya.


9. Pola Kesehatan
a. Aktivitas / Istirahat
Tanda : Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
b. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon

terhadap nyeri) atau hipotensi (kehilangan darah).


c. Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, dan kesemutan

(parestesis).
Tanda : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,

krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang

fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas atau

trauma lain).
d. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin

terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang dapat berkurang

pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Spasme / kram

otot (setelah imobilitasi).


e. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, dan perubahan
warm. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau

tiba-tiba).
B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hambatan Mobilitas Fisik b/d keterbatasan rentang gerak (Domain 4:

Aktivitas dan istirahat .kelas 2. Aktivitas dan olahraga (00085) hal.232.

NANDA. 1 2015-2017).
2) Intoleransi Aktivitas b/d imobilisasi (Domain 4:Aktivitas dan istirahat

kelas 4.Respon Kardiovaskuler /Pulmonal (00092) hal 241. NANDA 1

2015-2017.
3) Hambatan Mobilitas di tempat tidur (Domain 4: Aktivitas dan istirahat.

Kelas 2. Aktivitas atau olahraga (00091) hal.231.NANDA .1 2015-2017).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Hambatan Setelah di lkukan tindakan 1. (0740).perawatan tirah


Mobilitas Fisik keperwatan selama …X 24 baring Aktivitas :
b/d Jam, dengan kreteria hasil.  Jelaskan alasanya di
keterbatasan 1.Pergerakan Sendi (0206). perlukan tirah
rentang gerak  pergerakan tangan baring.
kanan di  Posisikan sesuai
pertahankan dari dengan body
skla ..dan di aligement yang
tingkatkan pada skla tepat.
…  Gunakan alat di
 pergelangan tangan tempat tidur yang
kiri di pertahankan melindungi pasien.
dari skla …dan di  Letakan alat untuk
tingktakan pada skla memposisikan
… tempat tidur berada
 Siku kanan di dalam jangkauan
pertahankan pada yang mudah.
skala…dan di  Balikan (pasien)
tingkatkan pada yang tidak dapat
skla .. moblisasi paling
 Siku kiri, di tidak setiap 2 jam ,
pertahankan pada sesuai dengan
skla ..dan di jadwal yang spesifik
tingkatkan pada 2. (0202) peningkatan
skla.. latihan pergerakan.
 Bahu kanan, di Aktivitas :
pertahankan dari  Bantu pasien untuk
skla …dan di mengekplorisasi
tingkatkan ke skla… keyakinan nya sendiri
 Bahu kiri. Di , motivasi, dan
pertahankan dari tingkat kebugaran
skla…dan di neuromuskuluskeletal
tingkatkan ke skla… .
2. keseimbangan (0202).  Intraksikan untuk
 mempertimbangkan perlahan – lahan
keseimbangn saat meregangkan otot
duduk tampa /sendi yang tidak
sokongan pada kaku / pegal dan
punggung, di secara bertahap
pertahankan dari pindah ke kelompok
skla…dan di otot /sendi yang lbih
tingkatkan ke kaku.
skala…  Intruksikan untuk
 mempertahankan menghindari gerakan
keseimbangan dari cepat, kilat atau
posisi duduk ke memantul
posisi berdiri.di untukmencegah
pertahankan dari stimulusberlebihan
skala….dan di dari reflek nyeri yang
tingkatkan ke skla… berlebihan.
 mempertahankan
keseimbangan ketika
berdiri ,
dipertahankan dari
skla,,,dan di
tingkatkan ke skal.
2. Intoleransi Setelah di lakukan tindakan 1. manajement
Aktivitas b/d keperwatan selama ..X 24 lingkungan aktivitas:
imobilisasi jam dengan kreteria Hasil:  monitor
1. Toleransi terhadap lingkungan
Aktivitas terhadap
 Saturasi oksigen terjadinya
ketika beraktivitas perubahan status
di pertahankan dari keselamatan.
skla… dan di  Gunakan
tingkatkan ke skla… peralatan
 frekuensi nadi ketika perlindungan
beraktivitas . di (pegangan pada
pertahankan dari sisi) untuk
skla,,,dan di membatasi
tingkatkan ke skla… mobilitas fisik
 frekuensi pernafasan atau akses pada
ketika beraktivitas , situasi yang
di pertahankan membahayakan
skla… dan di 2. Bantuan Perawatan
tingkatkan ke skla…
aktivitas :
2. tingkatkan kelelahan
(0007)  Monitor
kemampuan
 kelelahan, di
perawatan diri
pertahankan
secara mandiri.
skla ,,,,dan di
 Monitor
tingkatkan ..
kebutuhan pasien
 nyeri Otot, di
terkait dengan
pertahankan dri
kebersihan diri .
skla,,,dan di
 Berikan bantuan
tingkatkan ke skla,,,
sampai pasien
 nyeri sendi, di
mampu
pertahankan ke
melakukan
skla,,,dan ri
perawatan diri
tingkatkan ke skla,,,
secra mandiri.
 Dorong pasien
untuk melakukan
aktivitas secara
normal sehari-
hari sampai batas
kemampuan
pasien.
 Dorong
kemampuan
pasien tapi bantu
pasie ketika tak
mampu
melakukan
kegiatanya.
3. Hambatan 1. posisi tubuh: berinisitif 1. peningkatan mekanika
Mobilitas di sendiri. tubuh.
tempat tidur  Bergerak ke posisi  Kaji komitmen
berbaring ke posisi pasien untuk
berdiri. belajar dan
 Bergerak ke posisi menggunkan
duduk ke posisi postur (tubuh)
berbaring yang benar.
 Berpindah dari satu  Kolaborasi
sisi ke posisi yang dengan fisoterapi
lain. dalam
mngembangkan
mekanika tubuh
latihan.
 Kji kesadaran
pasien mengenai
mekanika tubuh
dan latihan.
 Kaji kesadaran
pasien mengenai
abnormalitas
muskoloskeletal
dan efek yang
mungkin timbul
pada jaringn otot
dan postur .
 Bantu untuk
mendemonstrasik
an posisi tidur
yang tepat .
 Bantu untuk
mengihndari
duduk dalam
posisi yang sama
dalam jangka
waktu yang lama.
 Gunakan prinsip
mekanika tubuh
ketika menangani
pasien dan
memindahkan
peralatan.
 Bantu pasien/
keluarga untuk
mengiidentifikasi
latihan postur
tubuh yang sesuai
 Bantu pasien
untuk memilih
aktivitas
emanasan,
sebelum
memenuhi latihan
atau memulai
pekerjaan yang
tidak di lakukan
secara rutin.
 Edukasi
pasien/keluarga
tentang prekuensi
dan jumlah
pengulangan dari
setiap latihan.
 Monitor
perbaikan postur
(tubuh) /
mekanika tubuh.

D. Evaluasi.
Dalam mengevaluasi hasil dan respon dari asuhan keperawatan , perawat harus

mengukur semua intervensinya . tujuan dari kreteria hasil adalah kemampuan

klien memperthnkn / meningkatkan ke sejajaran tubuh dan mobilisasi sendi ,

evaluasi asuhan keperawatan pada klien yang terganggu kesejajaran tubuh dan

mobilisasi , berdasarkan kreteria hasil dari setiap tujuan keperawatan yaitu:


1) Klien akan dapat mempertahnkn rentang gerak pada sendi ekstremitas

atas .
2) Klien akan melakukan aktivitas perawatan diri.
3) Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengna

perencanaan pulang.
4) Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit.
5) Tidak terdapat kontraksi sendi.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.

Alimul H, A Auz.2006 pengantar kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan


proses keperawatan . buku 1 .jakarta salemba medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Salemba medika

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan
: Binarupa aksara

Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :Teori
Dan Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC

NANDA NIC NOC. 2013. Aplikasi Asuahan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai